Perumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Tujuan Politik Kesejahteraan Masyarakat

pendapatan mengakibatkan kemampuan mereka untuk melanjutkan sekolah menjadi semakin baik. Usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat memang bukan hanya tugas Pemerintah Daerah tetapi juga tugas masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat dalam mendukung kebijaksanaan Pemerintah Daerah akan membantu untuk mencapai sasaran pembangunan, dan pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul : “ Dampak Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kota Binjai “.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana dampak otonomi daerah terhadap kesejahteraan masyarakat di Kota Binjai ?

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian yang masih perlu diuji dan dibuktikan secara empiris tingkat kebenaranya dengan menggunakan data-data yang berhubungan. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut : Kesejahteraan masyarakat Kota Binjai mengalami peningkatan setelah di berlakukannya Otonomi Daerah. Universitas Sumatera Utara

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui seberapa besar dampak Otonomi Daerah terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Binjai. 2. Untuk mengetahui perbedaan pada kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah adanya Otonomi Daerah.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswamahasiswi ataupun peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis selanjutnya. 2. Sebagai bahan masukan bagi pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. 3. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi terkait. 4. Bahan acuan penelitian lain yang berminat meneliti masalah hubungan Otonomi Dearah terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Binjai. Universitas Sumatera Utara BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Otonomi Daerah

Otonomi atau autonomie berasal dari bahasa Yunani yaitu kata auto yang berarti sendiri dan nomos yang berarti undang-undang Silalahi,1996, mengutip kamus Petit Larousse. Jadi Otonomi berarti mengatur dengan undang-undang sendiri. Dengan demikian yang dimaksud dengan otonomi adalah “pemberian hak dan kekuasaan perundang-undangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri kepada instansi, perusahaan ataupun daerah”. Pengertian Otonomi dalam lingkup suatu negara selalu dikaitkan dengan daerah atau pemerintah daerah local government. Otonomi dalam pengertian ini, selain berarti mengalihkan kewenangan dari pusat central government ke daerah juga berarti menghargai atau mengefektifkan kewenangan asli yang sejak semula tumbuh dan hidup di daerah untuk melengkapi sistem prosedur pemerintahan negara di daerah Sumitro,2000. Pengertian otonomi daerah berdasarkan UUD 1945 adalah hak dan wewenang daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri dan diberikan oleh peraturan perundang- undangan. Otonomi menurut UUD 1945 adalah otonomi yang berkedaulatan rakyat dengan menerapkan pemerintahan daerah yang bersendi atas dasar permusyawaratan rakyat. Daerah yang dimaksud dalam UUD 1945 adalah “daerah propinsi” dan “daerah yang lebih kecil dari daerah propinsi”, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang. Otonomi daerah dalam pengertian UUD 1945 adalah desentralisasi ketatanegaraan atau teritorial. Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Prinsip Otonomi Daerah

Pembanguan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan partisipasi masyarakat dan bertanggungjawaban kepada masyarakat. Upaya untuk melaksanakan Otonomi Daerah yang telah di gulirkan 1 Januari 2001 adalah merupakan tekat bersama, baik aparat yang di pusat maupun yang di daerah. Tentu dalam hal ini harus dilaksanakan dengan hati-hati, seksama namun tidak mengurangi jangka waktu yang telah ditetapkan agar mencapai hasil maksimal dalam pelaksanan otonomi daerah. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah Perinsip-perinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam UU No. 22 Tahun 1999 adalah Ismawan,2005 : 1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah. 2. Pelaksanaan otonomi daerah di dasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab 3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas. 4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar-daerah Universitas Sumatera Utara 5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom dan karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah atau pihak lain, seperti badan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan perkebunan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan perkotaan baru, kawasan pariwisata dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan daerah otonom. 6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan dan fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintahan daerah. 7. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepeda Gubernur sebagai wakil pemerintah. 8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia denagan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya. Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Otonomi yang Luas, Nyata dan Bertanggung Jawab

Pengalaman penyelenggaraan otonomi daerah dimasa lampau menganut prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, namun dengan penekanan pada otonomi yang lebih merupakan kewajiban dari pada hak. Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 pemberian kewenangan otonomi pada daerah kabupaten dan daerah kota di dasarkan pada asas desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab Ismawan,2005. Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenagan bidang lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000. Disamping itu keluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan dibidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang didaerah. Otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan Universitas Sumatera Utara hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.1.3 Tujuan Otonomi Daerah

Tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijakan otonomi daerah yaitu tujuan politik dan tujuan administrasi Widjaja,2008.

a. Tujuan Politik

Tujuan politik akan memosisikan pemerintah daerah sebagai medium pendidikan politik bagi masyarakatdi tingkat local dan secara agregat akan berkontribusi pada pendidikan politik secara nasional untuk mencapai terwujudnya civil society masyarakat madani.

b. Tujuan Administratif

Tujuan Administratif akan memosisikan pemerintah daerah sebagai unit pemerintahan ditingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan masyarakat secara efektif, efisien dan ekonomis.

2.1.4 Sumber Penerimaan Daerah Otonom

Untuk dapat memiliki keuangan yang memadai dengan sendirinya daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup pula. Dalam hal ini daerah dapat memperolehnya melalui beberapa cara, yaitu : 1. Daerah dapat mengumpulkan dana pajak daerah yang telah disetujui pemerintah. Universitas Sumatera Utara 2. Pemerintah KabupatenKota dapat melakukan pinjaman dan pihak ketiga, pasar uang barang maupun pemerintah. 3. Ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang dipungut oleh daerah, misalnya sekian persen dari pajak tersebut. 4. Pemerintah KabupatenKota dapat meminta bantuan atau subsidi dari pemerintah Kabupaten.

2.1.5 Desentralisasi Fiskal

Tiga variasi desentralisasi fiskal dalam kaitannya dengan derajat kemandirian pengambilan keputusan yang dilakukan di daerah yaitu ; 1. Desentralisasi, yang berarti pelepasan tanggung jawab yang berada dalam lingkungan pemerintah pusat ke instansi vertikal di daerah atau pemerintah daerah. 2. Delegasi yang berhubungan dengan situasi, yaitu daerah bertindak sebagai perwakilan pemerintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu atas nama pemerintah. 3. Devolusi atau pelimpahan yang berhubungan dengan suatu situasi yang bukan saja implementasi tetapi juga kewenangan untuk memutuskan apa yang perlu dikerjakan, berada di daerah.

2.1.6 Peranan Pemerintah

Penyelenggaraan pemerintah di daerah merupakan manifestasi dari pemerintahan seluruh wilayah negara. Untuk itu segala aspek menyangkut konfigurasi kegiatan dan Universitas Sumatera Utara karakter yang berkembang, akan mewarnai penyelenggaraan pemerintahan secara nasional. Peranan dan kedudukan pemerintahan daerah sangat strategis, dan sangat menetukan secara nasional, sehingga paradigma baru pemerintahan yang berbasis daerah akan berimplikasi pada bergesernya tugas dan fungsi pemerintah pusat lebih banyak ke arah penyelenggaraan fungsi pengarah dan mendelegasikan sebagian besar kegiatan di daerah dengan memberi kepercayaan dan tanggung jawab sepenuhnya kepada daerah, sehingga persepsi lama yang sering didengar menyangkut egoisme sektoral akan terhapus. Propinsi yang berkedudukan sebagai daerah otonom dan sekaligus sebagai wilayah administrasi akan melaksanakan kewenangan pemerintah pusat yang didelegasikan kepada gubernur. Propinsi sebagai daerah otonom, bukan merupakan daerah dari daerah Kabupaten maupun Kota. Daerah otonom Propinsi tidak membawahi daerah otonom Kabupaten dan Kota, tetapi dalam praktek terdapat hubungan koordinasi, kerjasama, dan atau kemitraan sebagai sesama daerah otonom. Dalam kedudukan sebagai wilayah administrasi, gubernur selaku wakil pemerintah melakukan hubungan pembinaan dan pengawasan terhadap daerah Kabupaten dan Kota.

2.2 Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dan sejak itu dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya. Digambarkan sebagai pengukuran vulgar oleh Amartya Sen karena batasannya. Indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan per kapita yang selama ini digunakan, dan indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti Universitas Sumatera Utara yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.

2.2.1 Pengertian Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indikator komposit tunggal yang walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, tetapi mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mampu mencerminkan status kemampuan dasar basic capabilities penduduk. Ketiga kemampuan dasar itu adalah umur panjang dan sehat, berpengetahuan dan berketerampilan, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak. Konsep pembangunan manusia berbeda dengan pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan. Subjek sekaligus objek pembangunan, berarti manusia pelaksana dan peminat pembangunan. Publikasi ini menempatkan manusia bukan hanya sekedar tujuan yang penting untuk dicapai, tetapi juga akan menjadi fondasi untuk demokrasi yang kuat dan mempersatukan masyarakat karena manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Titik berat pembangunan adalah yang menyangkut konsep pembangunan manusia. Konsep pembangunan yang seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental maupun spiritual. Bahkan secara eksplisit Universitas Sumatera Utara disebutkan bahwa pembangunan yang dilakukan menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia seiring dengan pembangunan di bidang lainnya. Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Index HDI digunakan untuk mengukur keberhasilan atau kinerja performance suatu negara dalam bidang pembangunan manusia. Mengingat manusia sebagai subjek dan objek pembangunan maka manusia di dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Konsep pembangunan manusia dimensi yang sangat luas dengan banyak pilihan, dapat tercapai jika penduduk tersebut memiliki peluang angka harapan hidup yang tinggi atau umur yang panjang dan sehat, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kesempatan untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif, sehingga penduduk memiliki daya beli. Dengan kata lain manusia itu harus berkualitas, serta berproduktivitas tinggi, sehingga dapat mewujudkan kehidupannya mencapai standar hidup layak. Secara umum pembangunan manusia dalam pengertian luas mengandung konsep teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia, pendekatan kesejahteraan, dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi nasional GNP. Input dari proses produksi sebagai suatu sarana bukan tujuan. Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai manfaat beneficiaries bukan sebagai objek perubahan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup. Hubungan pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan Universitas Sumatera Utara ekonomi sangat erat sekali dan merupakan prasyarat untuk tercapainya pembangunan manusia, karena peningkatan pembangunan ekonomi akan mendukung peningkatan produktivitas melalui pengisian kesempatan kerja dengan usaha-usaha produktif sehingga tercipta peningkatan pendapatan sesuai dengan UNDP. Tabel 2.1 Tingkatan Status Indeks Pembangunan Manusia Tingkatan Status Kriteria Rendah 0 – 50 Menengah Bawah 50 – 66 Menengah Atas 66 – 80 Tinggi 80 -100 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2009

2.2.2 Metode Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia

Adapun komponen IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa dengan bobot dua per tiga dan rata-rata lama sekolah dengan bobot sepertiga, dan tingkat kehidupan yang layak yang diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan PPP rupiah, Indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut diatas. Universitas Sumatera Utara Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM IPM = 13 X 1 + X 2 + X 3 Dimana : X1 : Indeks harapan hidup X2 : Indeks pendidikan = 23 indeks melek huruf + 13 indeks rata-rata lama sekolah X3 : Indeks standar hidup layak Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut : 1. Indeks Harapan Hidup : X1 : [ eo - 25 85 - 25 ] x 100 Dimana : X1 : Indeks harapan hidup eo : angka harapan hidup. 25 : angka minimum harapan hidup UNDP. 85 : angka maksimum harapan hidup UNDP. Universitas Sumatera Utara 2. Indeks Pendidikan : X2 : [ 23 [Lit – 0100 – 0] + 13 [ MYS – 0 15 – 0 ] x 100 Dimana : X2 : Indeks pendidikan Lit : Angka melek huruf. MYS : Lama sekolah. 0 : Angka minimum baik untuk Lit maupun MYS. 100 : Angka maksimum Lit melek huruf. 15 : Angka maksimum untuk MYS lama sekolah. 3. Indeks Konsumsi Riil per Kapita : X3 : [ PPP - 300,00 732,7 - 300,00 ] x 100 Dimana : X3 : Indeks standar hidup layak PPP : Nilai Konsumsi riil per kapita yang disesuaikan 300,00 : Nilai standar minimal standar UNDP 732,00 : Nilai maksimum standar UNDP Universitas Sumatera Utara Untuk lebih mudah dalam memahami , berikut disajikan nilai maksimum dan nilai minimum dari masing-masing komponen pembentuk Indeks Pembangunan Manusia. Tabel 2.2 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator IPM Nilai Maksimum Nilai Minimum Catatan Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global UNDP Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global UNDP Rata-rata lama sekolah 15 0 Sesuai standar global UNDP Konsumsi per kapita yang disesuaikan 732.720 a 300.000 b UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Tahun 2001 Catatan : a Proyeksi pengeluaran riilunittahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi Jakarta pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1996-2018. b Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah tahun 1996 di Papua. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Konsep Pembangunan Manusia dan Pengukuran

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan hidup yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana, tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. UNDP mendefinisikan bahwa pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik, dan sebagainya. Konsep Indeks Pembangunan Manusia adalah mengukur pencapaian keseluruhan suatu negara. Dengan demikian, IPM mengukur pencapaian kemajuan pembangunan sosial ekonomi. IPM yang direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Untuk mengukur dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli. Dalam konsep tersebut ditempatkan sebagai tujuan akhir the ultimate end sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana principal means untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan UNDP,1995. Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Pengukuran Pencapaian Pembangunan

Pembangunan nasional menurut Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN yang kemudian dijabarkan kedalam Repelita adalah pembangunan yang menganut konsep pembangunan manusia. Konsep Pembangunan Manusia seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk secara spiritual, Bahkan secara eksplisit disebutkan bahwa pembangunan sumber daya manusia yang seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen- komponen pembangunan yang terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan teknologi. Pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi di tempatkan pada urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. Sirojuzilam,2008. Salah satu prinsip pembangunan manusia yang dijabarkan dalam trilogi pembangunan yang akan diimplementasikan dalam berbagai bentuk program pembangunan. Melalui strategi delapan jalur pemerataan, kebijaksanaan pembangunan yang mengarah pada pemilikan terhadap kelompok penduduk yang tertinggal. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas fisik dan mental penduduk dan kesehatan yang program pembangunan yang dirancang untuk memperluas jangkauan pelayanan pendidikan dan kesehatan dasar. Untuk menyerap tenaga kerja diusahakan penciptaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang ditempuh secara makro ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Dengan membuka kesempatan kerja dan berusaha memungkinkan peningkatan pendapatan penduduk terutama penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini merupakan jembatan utama dalam meningkatkan daya beli melalui pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya merupakan prinsip pemberdayaan. Universitas Sumatera Utara Jumlah penduduk yang besar akan menjadi modal pembangunan jika penduduk tersebut berkualitas, namun akan menjadi beban pembangunan jika penduduk tersebut kurang kualitasnya. Untuk menciptakan pembangunan manusia yang berkualitas diharapkan pertama sekali terlaksana dalam keluarga melalui penerapan keluarga kecil sejahtera. Program pengendalian jumlah penduduk melalui program keluarga berencana diharapkan dapat mengendalikan jumlah penduduk, sehingga angka kelahiran dapat diturunkan. Dengan penurunan angka kelahiran dapat mempercepat proses peningkatan kualitas hidup. Dengan demikian pembangunan bidang sosial sangat terlaksana dengan baik sesuai dengan konteks pembangunan manusia. Pembangunan manusia menyangkut dimensi yang sangat luas. Upaya membuat pengukuran pencapaian pembangunan manusia yang dilakukan telah dilakukan disuatu wilayah harus dapat memberikan gambaran tentang dampak dari pelaksanaan pembangunan terhadap peningkatan kualitas manusia selaku penduduk dan sekaligus dapat memberikan gambaran tentang persentase pencapaian terhadap sasaran ideal. Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indikator komposit tunggal yang walaupun belum dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar basic capabilities penduduk. Ketiga kemampuan dasar tersebut adalah umur yang panjang dan sehat, mengukur peluang hidup ataupun harapan hidup, berpengetahuan dan berketerampilan, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mancapai standar hidup layak. Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia dimaksudkan untuk mengukur dampak dari upaya peningkatan kemampuan dasar, dengan menggunakan indikator dampak sebagai komponen dasar penghitungannya yaitu, angka harapan hidup waktu lahir e , pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta pengeluaran konsumsi. Nilai IPM suatu wilayah menunjukkan seberapa jauh Universitas Sumatera Utara wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat tanpa kecuali, dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin baik dan sempurna keadaan pembangunan manusia di wilayah tersebut dan semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu. Komponen IPM hanya mencakup tiga komponen yaitu angka harapan hidup, tingkat pendidikan atau pengetahuan dan daya beli. Maka sebagai penyederhanaan dari realitas yang kompleks tercermin dari luasnya dimensi pembangunan manusia yang harus diadakan. Oleh karena itu dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya yang tidak seluruhnya dapat diukur seperti stabilitas politik, rasa aman, kebutuhan rohani atau spiritual, sanitasi lingkungan dan perumahan, kebebasan mengeluarkan pendapat, kemerataan antargenerasi dan lain-lain.

2.3 Kesejahteraan Masyarakat

Pembangunan diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang, dari defenisi ini mengandung tiga unsur, yaitu : 1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terus menerus yang didalamnya telah mengandung unsure-unsur kekuatan sendiri untuk investasi. 2. Usaha peningkatan pendapatan perkapita 3. Berlangsung dalam jangka panjang. Universitas Sumatera Utara Perkembangan ekonomi selalu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat namun masalah pembangunan merupakan suatu jalinan eksitensi dari masalah sosial dan ekonomi, oleh karena itu kebijakan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan perlu pertimbangan faktor-faktor yang bersifat non-ekonomi. Pembanguan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemampuan nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperjatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaannya mengaju pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, keadilan, sejahtera, maju dan kukuh kekuatan moral dan etikanya. Dalam pelaksanan Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial disebutkan bahwa usaha kesejahteraan sosial mempunyai ruang lingkup yang khusus tertuju pada manusia sebagai perorangan manusia atau faktor-faktor dari luar mengatasi kehilangan kemampuan untuk melaksanakan peran sosialnya disfungsi sosial. Yang dimaksud kesejahteraan sosial adalah bagian kegiatan yang terorganisir dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pembangunan dan bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan didalam berbagai situasi seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang dan hubungan sosial. Adapaun tahap keluarga sejahtera menurut kantor mentri negara kependudukan BKKBN dibagi lima tahap yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Keluarga prasejahtera Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimual seperti kebutuhan pangan,sandang, kesehatan, dan keluarga berencana. 2. Keluarga sejahtera I Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kegiatan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. 3.Keluarga sejahtera II Yaitu keluarga yang telah memenuhi kebutuhan fisik dan sosial psikologisnya dan pengembangan namun kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan informasi. 4. Keluarga sejahtera III Yaitu keluarga yang telah memenuhi fisik, sosial psikologisnya dan pengembangan namun belum dapat memberikan sumbangan dan peran serta aktif menjadi pengurus lembanga kemasyarakatan yang ada. 5. Keluarga sejahtera plus Yaitu keluarga yang telah memenuhi seluruh kebutuhan serta memiliki suatu kepedulian yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Bila kemakmuran masyarakat people prosperity merupakan sasaran utama pembangunan daerah, maka tekanan utama pembangunan akan lebih banyak diarahkan pada pembangunan penduduk setempat. Dalam kaitan dengan hal ini, program dan kegiatan lebih banyak diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bentuk pengembangan pendidikan, peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dan peningkatsn penerapan teknologi tepat guna. Disamping itu, perhatian juga akan lebih diarahkan untuk meningkatkan kegiatan produksi masyarakat setempat dalam bentuk pengembangan kegiatan pertanian yang meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, peikanan dan kehutanan, serta kegiatan ekonomi kerakyatan lainnya. Bila upaya pembangunan wilayah lebih banyak diarahkan pada peningkatan kemakmuran masyarakat ini, biasanya laju pertumbuhan ekonomi dan peningkatan. Penyediaan lapangan kerja pada daerah bersangkutan cenderung bertumbuh lambat dibandingkan bila sasaran pembangunan diarahkan pada peningkatan kemakmuran wilayah. Hal ini terjadi karena, upaya pembangunan lebih banyak diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dam pemberdayaan masyarakat yang biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan upaya pembangunan fisik wilayah. Akibatnya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja daerah cenderung menjadi lebih rendah yang selanjutnya mengakibatkan pula kinerja pembangunan daerah bersangkutan akan cenderung akan lebih lambat. Universitas Sumatera Utara

2.4 Penelitian Terdahulu