Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan

(1)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

SARAH DINA

0 5 0 5 0 1 0 3 5

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh otonomi daerah terhadap kesejahteraan masyarakat Kota Medan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Pengujian Mann-Whitney. Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh bahwa otonomi daerah berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat Kota Medan yang diukur dengan besarnya PDRB Kota Medan sebelum dan sesudah otonomi, pengeluaran pemerintah untuk bidang pendidikan dan kesehatan, baik sebelum maupun sesudah adanya otonomi daerah.

Keyword: Kota Medan, kesejahteraan masyarakat, sebelum dan sesudah otonomi daerah.


(3)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

ABSTRACT

The purpose of the research is to see autonomic region influence of welfare of society in Medan. In this research writer use Mann-Whitney methode. From the calculation that have been done resulted that autonomic region is influence of the welfare of society in Medan. That measure with income per capita in Medan before and after autonomy, the government’s output for education and medice before and after autonomic held.


(4)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang telah dijadwalkan.

Untuk mendapatkan gelar sarjana Ekonomi, alhamdulillah penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Reformasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik berupa dorongan semangat, materil maupun sumbangan pikiran. Oleh sebab itu pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada orang tua penulis H. Marhan dan Hj. Melliati yang selama ini telah banyak memberikan dukungan baik dukungan semangat, materi, dan doa yang tak pernah putus yang selalu membimbing penulis dalam setiap langkah. Dan juga kepada keluarga besar yang banyak memberikan dorongan dan bantuan yang tidak ternilai khususnya kakak, abang, adik dan keponakan-keponakan penulis (K’ Lita, K’ Rafni, Adekku Miftah, B’ Miftah, B’ Andi, ponakanku Ufam, dan si kembar Fadlan dan Fadli), dan kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada:


(5)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

1. Bapak Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing penulis dari awal sampai terselesaikanya skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ramli, MS selaku dosen wali.

5. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, Msi selaku dosen penguji I dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, Msi selaku penguji II.

6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

7. Kepada Teman-teman yang selalu ada di samping penulis yang banyak membantu dalam hal sumbangan pikiran dan semangat yang tak henti, Indie, Wenpi, PoleQ, Ruky, Godek, De’Iam, Rierie, Isan, Marina dan kepada semua teman-teman satu angkatan di Ekonomi Pembangunan ’05 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan kerja sama, inspirasi dan kebersamaan selama ini.


(6)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

Tak ada gading yang tak retak, dan penulis tahu bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis harapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar lebih baik lagi untuk yang akan datang

Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, bantuan kalian semua sangat berarti bagi penulis. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2009 Penulis


(7)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR………...………...iii

DAFTAR ISI………...………..vi

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang...1

1.2 Perumusan Masalah...7

1.3 Hipotesis...7

1.4 Tujuan dan Penelitian...7

1.5 Manfaat Penelitian...8

BAB II URAIAN TEORITIS. 2.1 Otonomi Daerah ...9

2.2 Keuangan Daerah ...20

2.3 Anggaran dan Pendapatan Asli Daerah ( PAD )...29

2.4 Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi; Ekonomi dan ekonomi...43

2.5 Dana Alokasi Umum ( DAU )...52

2.6 Dana Alokasi Khusus ( DAK )...55

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian...59


(8)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...59

3.4 Metode Analisis Data...60

3.5 Defenisi Operasional...63

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian...64

4.1.1 Letak Geografis Indonesia...64

4.1.2 Demografi Indonesia...67

4.2 . Indikator Kesejahteraan Masyarakat...70

4.2.1 . Pendidikan...70

4.2.2 Kesehatan...71

4.2.3 PDRB Per Kapita ...72

4.3 . Data Keuangan Kota Medan...74

4.4 Analisis Data...86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...93

5.2 Saran...94 DAFTAR PUSTAKA


(9)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Perbandingan beberapa konsep antara UU No.22 tahun 1999 dan UU No. 5

tahun 1974 dengan UU No. 5 tahun 1979...38

4.1 Jumlah Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun 1990 – 2006...69

4.2 PDRB Per Kapita Kota Medan Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1990-2006...73

4.3 Data Keuangan Pemerintah Kota Medan untuk Sektor Pendidikan dan SektorKesehatan (dalam ribuan rupiah) Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah...74

4.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) Di Kota Medan Tahun 2004-2006...76

4.5 Angka Partisipasi Kasar (APK) Di Kota Medan Tahun 1994 – 1996...77

4.6 Indikator Kesehatan Masyarakat Kota Medan Tahun 2004-2006...82

4.7 Perbandingan Pendapatan Asli Daerah (dalam jutaan rupiah ) Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah...85

4.8 Perbandingan Dana Alokasi Umum Kota Medan Tahun 2001-2006 (dalam Jutaan Rupiah)...85

4.9 Perbandingan Dana Alokasi Khusus Kota Medan Tahun 2001-2006 ( dalam Jutaan Rupiah )...86


(10)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

3.5.1 Kurva Uji-t (one tail test)...62

3.5.2 Kurva Uji-t (one tail test)……….62

3.5.3 Kurva Uji-t (two tail test)………62


(11)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak tahun 1996, pemerintah orde baru (Orba) telah membangun suatu pemerintahan nasional yang kuat dengan menempatkan stabilitas politik sebagai landasan untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia. Politik sebagai panglima telah diganti dengan ekonomi sebagai panglima dan mobilisasi massa atas dasar partai secara perlahan digeser oleh birokrasi dan politik teknokratis. Dalam konstelasi politik yang baru ini, militer telah menempati posisi yang paling atas dalam hierarki kekuasaan.

Kenyataan menunjukkan, pemerintahan orde baru telah berhasil dalam melenyapkan hiperinflasi (inflasi beratus-ratus persen), mengubah modal yang hengkang ke luar negeri menjadi arus masuk modal swasta yang substansial, mengubah deficit cadangan devisa menjadi selalu positif, mempertahankan harga beras dan meningkatkan produksi beras hingga mencapai tingkat swasembada, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menurunkan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Prestasi politik dan ekonomi yang mengesankan itu, tak pelak lagi telah ditopang dengan control dan inisiatif program-program pembangunan dari pusat.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, Republik Indonesia terbagi atas beberapa daerah propinsi. Daerah propinsi tersebut terdiri dari daerah


(12)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut memiliki hak dan kewajiban mengatur sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam kerangka struktur sentralisasi kekuasan politik dan otoritas administrasi inilah, Undang-undang No.5 tahun 1974 yang mengatur tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dibentuk. Undang-undang No.5/1974 ini telah meletakkan dasar-dasar sistem hubungan pusat-daerah yang dirangkum dalam 3 (tiga) prinsip, yang dijelaskan sebagai berikut : Pertama, desentralisasi yang mengandung arti penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah. Kedua, dekonsentrasi yang berarti bahwa pelimpahan wewenang dari pemerintah atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di daerah. Ketiga, tugas perbantuan yang berarti bahwa pengkoordinasian prinsip tunggal di daerah dan wakil pemerintah pusat di daerah. Akibat prinsi ini, dikenal adanya daerah otonom dan wilayah administratif.

Ditekankan juga bahwa titik tolak desentralisasi di Indonesia adalah Daerah Tingkat II (Dati II), dengan dasar pertimbangan, yaitu : Pertama, dimensi politik, Dati II dipandang kurang mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga resiko gerakan separatisme dan peluang berkembangnya aspirasi federalis relatif minim. Kedua, dimensi admnistratif, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat relatif dapat lebih efektif. Ketiga, Dati II adalah daerah “ ujung tombak “ pelaksanaan pembangunan sehingga dati II-lah yang lebih tahu kebutuhan akan dan potensi rakyat di daerahnya. Yang pada akhirnya, hal ini dapat meningkatkan local


(13)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

accountability Pemda terhadap rakyatnya. Atas dasar itulah prinsip otonomi yang dianut, yaitu otonomi yang nyata, bertanggung jawab, dan dinamis, yang diharapkan dapat dengan mudah direalisasikan. “ Nyata “ berarti otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif di daerah. “ Bertanggung jawab “ mengandung arti pemberian otonomi diselaraskan atau diupayakan untuk memperlancar pembangunan diseluruh pelosok tanah air. “ Dinamis ” berarti pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan maju.

Untuk menjamin proses desentralisasi berlangsung dan berkesinambungan, pada prinsipnya mengacu pada dasar otonomi daerah itu sendiri yang telah di tuangkan dalam UU No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yang kemudian direvisi menjadi menjadi UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UU No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, maka akan terlihat bahwa perubahan mendasar yang telah dilakukan melalui UU No.33 tahun 2004, yaitu peraturan tentang 2 sumber penerimaan daerah yang baru, yaitu dana perimbangan dan pinjaman daerah.

Pemberian hak otonomi didasarkan pada kemampuan fisik suatu daerah untuk membiayai dirinya sendiri dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Menurut UU No.32 tahun 2004, bahwa prinsip otonomi daerah dapat dijelaskan sebagai berikut :


(14)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

1. Otonomi yang seluas-luasnya adalah daerah yang diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam UU. Daerah tersebut memiliki kewenangan membuat kebijakan daerahnya demi memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

2. Otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh dan hidup serta berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah tersebut.

3. Otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraanya harus benar-benar sejalan dengan maksud pemberian otonomi yang ada yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

Dengan pemberian otonomi ini diharapkan pada pemerintah daerah untuk lebih memanfaatkan dan mengolah peluang dan potensi yang dimiliki daerah tersebut demi kesejahteraan masyarakatnya melalui pembangunan didaerahnya dengan melibatkan aspirasi dan partisipasi masyarakat setempat/ daerah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah merupakan wujud dari pembangunan nasional didaerah. Pembangunan


(15)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerinyah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sector swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pembangunan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakn kecilnya ketimpangan pendapatan, baik antar daerah maupun antar sektor. Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan serta hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut dapat pula dinikmati oleh masyarakat diberbagai lapisan, mulai dari lapisan atas hingga pada lapisan yang paling bawah baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah. Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan di berbagai sektor.

Dengan demikian daerah yang miskin, tertinggal, tidak produktif nantinya akan menjadi lebih produktif dan mempercepat pertumbuhan daerah itu sendiri. Menurut pandangan para ekonom kalsik (Adam Smith) maupun para ekonom non klasik (Robert Solow & Trevor Swan), menyatakan bahwa pada dasarnya ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat teknologi yang digunakan.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada masa yang sebelumnya. Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Disini proses


(16)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis. Dalam konteks ini, Siagian(1995), mengemukakan pendapatnya bahwa desentralisasi merupakan suatu konsep yang dianggap mampu untuk mengatasi masalah pelayanan sosial diberbagai sektor publik.” Dengan konsep ini diharapkan terjadi efisiensi dan efektifitas serta pemerataan yang diharapkan akan terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Hal senada juga dikemukakan oleh Wahyono (1993), yang menyatakan bahwa pengotonomian justru untuk membangun daerah tersebut agar masyarakatnya sejahtera, dengan tujuan sebagai berikut :

1. Menghilangkan berbagai perasaan ketidak adilan pada masyarakat. 2. Menciptakan pertumbuhan ekonomi daerah

3. Meningkatkan demokrasi diseluruh strata masyarakat didaerah

4. Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba menganalisa sejauh mana pelaksanaan otonomi diterapkan di Kota Medan melalui pembangunan sarana dan prasarana fisik yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat. Penulis mencoba menuangkannya Dalam penulisan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Otonomi Daerah terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan.”


(17)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka ada rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk lebih mempermudah dan membuat lebih sistematik penulisan skripsi ini. Selain dari pada itu, rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi ini. Adapun perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Kondisi Ekonomi Kota Medan setelah Otonomi Daerah ? 2. Apakah Otonomi Daerah Berpengaruh terhadap Kesejahteraan

Masyarakat Kota Medan ?

1.3 Hipotesis

Adapun hipotesis yang didapat dari perumusan masalah diatas adalah sebagai berikut: “ Otonomi Daerah Berpengaruh Positif terhadap Kesejahteraan Masyarakat. “

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi perekonomian kota Medan sterlah adanya otonomi daerah.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh otonomi daerah terhadap kesejahteraan masyarakat kota Medan.


(18)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Sebagai bahan studi atau literatur tambahan terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.

2. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa/mahasiswi ataupun peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis selanjutnya.

3. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

4. Sebagai bahan masukan yang bermaanfaat bagi pemerintah atau insyansi-instansi yang terkait.


(19)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

BAB II

TINJAUAN TEORITIS 2.1 Otonomi Daerah

2.1.1 Pengertian Otonomi Daerah

Pengertian Otonomi Daerah secara etimologis menurut (situmorang, 1993), berasal bahasa latin, yaitu “autos” yang artinya sendiri dan “nomos” yang artinya aturan. Jadi dapat diartikan bahwa otonomi daerah adalah mengurus & mengatur rumah tangganya sendiri. Sementara itu (Saleh, 1993), mengemukakan bahwa otonomi sebagai hak mengatur dan mengurus daerah sendiri atas kemauan dan inisiatif sendiri. Hak yang diperoleh tersebut diperoleh dari pemerintah pusat. Lebih lanjut, UU No.5 tahun 1974 mendefinisikan Otonomi Daerah sebagai hak wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan pengaturan perundang-undangan yang berlaku.

Sementara itu dalam UU No.22 tahun 1999 mendefinisikan Otonomi Daerah adalah wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan pengaturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam sistem negara kesatuan untuk pengaturan dan pelaksanaan kekuasaan negara secara garis besar hanya mempunyai dua bentuk asas pemerintahan yaitu dipusatkan (asas dekonsentrasi) atau dipencarkan ( asas desentralisasi). Dekonsentrasi merupakan bagian dari sentralisasi dan tugas pembantuan merupakan bagian dari desentralisasi. Dalam negara Kesatuan, kekuasaan Pemerintah Pusat tidak sederajat dengan Pemerintah Daerah, kekuasaaan


(20)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

negara terletak pada Pemerintah Pusat dan dalam prakteknya dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pejabat-pejabatnya di daerah dalam rangka dekonsentrasi atau kepada daerah berdasarkan hak otonomi dalam rangka desentralisasi.

2.1.2 Adapun prinsip-prinsip otonomi daerah tersebut, adalah : a. UU No. 1 tahun 1945

UU yang berlaku adalah UUD 1945 dengan sistem pemerintahan presidensiil dan prinsip otonomi yang dianut oleh Otonomi Indonesia berdasarkan kedaulatan rakyat. UU ini mengatur mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah yang pertama sejak Indonesia merdeka. Batasan otonomi tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi waktu itu yang didasarkan pada semangat kemerdekaan dan kedaulatan rakyat, karena UU ini mengatur tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah yang pertama sejak Indonesia merdeka. Pengertian yang terkandung dalam prinip tersebut adalah asal tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang lebih luas daripadanya, ini berarti suatu kemerdekaa untuk mengatur, meskipun dengan pembatasan.

b. UU No. 22 Tahun 1948

UUD yang berlaku adalah UUD 1945 ditambah Maklumat Wakil Presiden No.X tahun 1945 dengan sistem pemerintahan bukan lagi presidensiil tetapi parlementer. Prinsip Otonomi yang kita anut adalah “Otonomi yang


(21)

sebanyak-Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

banyaknya”. Batasan otonomi tersebut hampir sama dengan otonomi yang seluas-luasnya dan pengertiannya adalah memberikan kekuasaan yang besar kepada Pemerintah Daerah yang pelaksanaanya dilakukan oleh DPRD sebagai pemegang kekuasan tertinggi di daerah.

c. UU No.1 Tahun 1957

UU yang berlaku adalah UUD 1950 dengan sistem pemerintahan parlementer. Prinsip Otonomi yang dianut adalah “Otonomi yang riil dan seluas-luasnya” dengan pengertian kepada daerah-daerah diberikan otonomi yang seluas-luasnya untuk mengurus rumah tangganya sendiri.

2.1.3 Pengertian Sentralisasi, Desentralisasi, Dekonsentrasi serta Tugas Perbantuan

a. Sentralisasi

Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah. Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan


(22)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

sistem ini adalah di mana pemerintah pusat tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.

b. Desentralisasi

Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.

Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak menerapkan sistem sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah atau pemda. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.


(23)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

Beberapa pengertian dari Desentralisasi, yaitu :

a) Encyclopaedia of the social sciences

Di dalam Encyclopedia of the social sciences disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, baik yang menyangkut bidang legislatif, yudikatif atau administrasi. Selanjutnya disebutkan pula bahwa kebalikan dari desentralisasi adalah sentralisasi, tetapi jangan dikacaukan dengan pengertian dekonsentrasi, sebab istilah ini secara umum lebih diartikan sebagai pendelegasian dari atasan kepada bawahannya untuk melakukan suatu tindakan atas nama atasannya tanpa melepaskan wewenang dan tanggung jawab atasannya.

b) United Nations

Memberikan batasan tentang desentralissi lebih berorientasi kepada penjelasan tentang proses penyerahan kewenangan dari pusat kepada badan pemerintah di daerah. Proses itu melalui dua cara, yaitu dengan delegasi kepada pejabat-pejabatnya di daerah atau dengan devolusi kepada badan-badan otonom daerah.

Adapun ciri-ciri desentralisasi, adalah :

1. Berinisiatif sendiri ( menyusun kebijakan daerah, rencana, dan pelaksanaanya).


(24)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

3. Membuat peraturan sendiri ( dengan perda ).

4. Menggali sumber-sumber keuangan sendiri, menetapkan pajak retribusi, dn lain-lain usaha yang sah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Dekonsentrasi

Dekonsentransi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan atau perangkat pusat di Daerah.

d. Tugas Perbantuan

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan Desa dan dari Daerah ke Desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan.

Suatu daerah dapat dikatakan mempunyai suatu otonomi kalau mempunyai ciri-ciri :

1. Adanya unsur tertentu diserahkan oleh Pemerintah Pusat atau Daerah Tingkat Atas kepada Daerah untuk diatur dan diurusnya dalam batas-batas wilayahnya.

2. Pengaturan dan pengurusan tersebut atas inisiatif sendiri dan didasarkan pada kebijaksanaan sendiri pula


(25)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

3. Ada alat-alat perlengkapan atau organ-organ atau operator sendiri untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan tersebut.

4. Untuk dapat mengatur dan mengurus urusan-urusan tersebut, maka daerah perlu memilki sumber-sumber keuangan sendiri.

Agar pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan atas asas desentralisasi dapat berjalan dengan baik, ada 3 (tiga) prasyarat minimal yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Daerah memiliki sumber keuangan sendiri, minimal sumber keuangan yang hasilnya dapat membiayai kegiatan rutin pemerintah daerah

b. Daerah memiliki sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan daerah itu sendiri. Dengan kata lain daerah memiliki hak menentukan syarat-syarat rekruitmen pegawai baru yang benar-benar mereka butuhkan.

c. Daerah dapat berinisiatif membuat aturan atau menterjemahkan aturan sesuai dengan kondisi riil yang dihadapi sedapat mungkin dearah bebas dari jeratan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari pemerintah pusat.

Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat disamping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat nasional. Dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 terdapat 3(tiga) pola daerah otonom,yaitu Propinsi, Kabupaten dan Kota. Disamping sebagai Daerah Otonom, Propinsi ditetapkan pula sebagai Daerah Administrasi


(26)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

dengan demikian Gubernur berperan ganda, disisi lain sebagai Kepala Daerah dan disisi lainnya sebagai Wakil Pemerintah.

Dalam menyelanggarakan otonomi, daerah memilki hak, yaitu : a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya b. Memilih pimpinan daerah

c. Mengelola aparatur daerah

d. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah

e. Mendapatkan bagi hasil dari pengeloalaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada didaerah

f. Mendapatakan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah memiliki kewajiban, yaitu :

a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat c. Mengembangkan kehidupan demokrasi d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

g. Menyediakan fasilitas social dan fasilitas umum yang layak h. Mengembangkan sistem jaminan social


(27)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

i. Menyusun perencanaan tata ruang daerah

j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah k. Melestarikan lingkungan hidup

l. Mengelola administrasi kependudukan m. Melestarikan nilai budaya sosial

n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya

o. Kewijiban lain yang diatur dalam perundang-undangan

2.1.4 Ide Dasar Desentralisasi

Sejarah perekonomian mencatat desentralisasi telah muncul ke permukaan sebagai paradigma baru dalam kebijakan dan administrasi pembangunan sejak dasawarsa 1970-an. Tumbuhnya perhatian terhadap desentralisasi tidak hanya dikaitkan dengan gagalnya perencanaan terpusat dan populernya strategi pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity), tetapi juga adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh ketidakpastian yang tidak mudah dikendalikan dan direncanakan dari pusat. Ada berbagai pengertian desentralisasi. misalnya, Maddick, mendefinisikan desentralisasi sebagai proses dekonsentrasi dan devolusi (Maddick, 1983). Devolusi adalah penyerahan kekuasaan untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu kepada pemerintah daerah, sedang dekonsentrasi merupakan pendelegasian wewenang atas fungsi-fungsi tertentu kepada staf pemerintah pusat yang tinggal diluar kantor pusat.


(28)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

Salah satu fenomena paling mencolok dari hubungan antara sistem pemerintahan daerah (pemda) dengan pembangunan adalah ketergantungan Pemda yang tinggi terhadap pemerintah pusat. Ketergantungan ini jelas terlihat dari aspek keuangan : Pemda kehilangan kekuasaan bertindak (local discretion) untuk mengambilm keputusan-keputusan penting dan adanya campur tangan pemerintah pusat yang tinggi terhadap Pemda. Pembangunan didaerah terutama fisik memang cukup pesat, tetapi tingkat ketregantungan fiskal antara daerah dengan pusat sebagai akibat dari pembangunan juga semakin besar. Ketergantungan fiskal terlihat dari relatif rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dominannya transfer dari pusat. Adalah ironis, kendati UU telah menggarisbawahi titik berat otonomi pada kabupaten / kota, namun justru kabupaten / kota lah yang mengalami tingkat ketergantungan yang lebih tinggi dibangding propinsi.

Adapun tujuan, tugas, dan kewajiban negara dan pemerintah Indonesia secara jelas dinyatakan dalam alinea terakhir UUD 1945 yang berbunyi : “…..melindungi segenap tumpah darah Indonesia,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Dengan melihat uraian diatas tadi maka dapat kita katakana bahwa tugas pokok dari pemerintah adalah untuk melakukan pelayanan terhadap masyarakat dan melakukan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan pemberian hak otonomi terhadap suatu daerah.


(29)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

2.1.5 Sejarah Desentralisasi Indonesia

Sentralisasi ataupun desentralisasi sebagai suatu sistem admnistrasi pemerintahan, dalam banyak hal, tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang surut seiring dengan perubahan konstelasi politik yang melekat dan terjadi pada perjalanan kehidupan bangsa. Pada prakemerdekaan, Indonesia dijajah Belanda dan Jepang. Penjajah telah menerapkan desentralisasi yang bersifat sentralis, birokratis, dan feodalistis untuk keentingan mereka. Penjajah Belanda menyusun suatu hierarki Pangreh Praja Bumiputera dan Pangreh Praja Eropa yang harus tunduk kepada Gubernur Jenderal. Dikeluarkannya Decentralisatie Wet pada tahun 1903, yang ditindaklanjuti dengan Bestuurshervorming Wet pada tahun 1922, menetapkan daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri sekaligus membagi daerah-daerah otonom yang dikuasai Belanda menjadi gewest (identik dengan propinsi), regentschap (kabupaten) dan staatsgemeente (kotamadya).

Pemerintah pendudukan Jepang pada dasarnya melanjutkan sistem pemerintahan daerah zaman Belanda, dengan perubahan ke dalam bahasa jepang. Pada masa pemerintahan colonial terdapat 2 (dua) administrasi pemerintahan yang ada di masyarakat, yaitu administrasi pemerintahan kolonial yang dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal yang merupakan wakil pemerintah Belanda dan administrasi pemerintahan setempat yang berada dibawah pemerintahan kerajaan. Salah satu warisan pemerintah kolinial Belanda yang kemudian dipraktikkan dalam


(30)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

penyelenggaraan pemerintahaan di Indonesia adalah sentralisasi kekuasaan pada pusat pemerintahan, dam pola penyelenggaraan pemerintah daerah yang bertingkat.

2.2 Keuangan Daerah

Konsep otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat diterjemahkan bahwa Pemerintah Daerah diberikan keleluasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat di daerah masing-masing. Hal ini berarti dalam pelaksanaannya Pemerintah Daerah harus memiliki kemampuan untuk menangkap aspirasi dan kebutuhan masyarakat di daerahnya, kemudian kebutuhan dan aspirasi tersebut didefinisikan, selanjutnya Pemerintah Daerah berprakarsa untuk mengakomodasikan kebutuhan tersebut dalam pembangunan daerah. Proses tersebut dilaksanakan secara transparan dengan melibatkan peran serta rakyat tanpa meninggalkan prinsip-prinsip efisiensi dan efektifitas, sehingga Pemerintah Daerah dapat mempertanggung jawabkan kewenangan tersebut pada masyarakat. Dalam otonomi yang demikian, Daerah memiliki keleluasaan yang bulat dan utuh dalam penyelenggaraan pemerintahan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Kewenangan yang bulat dan utuh tersebut harus pula dipertanggung jawabkan secara utuh kepada masyarakat.


(31)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

2.2.1 Keuangan yang diperoleh dengan dianutnya sistem desentralisasi, antara lain :

1. Mengurangi bertumpuknnya pekerjaan di Pusat Pemerintahan.

2. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang membutuhkan tindakan cepat, Daerah tidak perlu menunggu instruksi lagi dari pusat.

3. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti yang buruk karena setiap keputusan dapat segera dilaksanakan.

4. Dapat diadakan perbedaan dan pengkhususan yang berguna bagi kepentingan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan keadaan khusus Daerah.

5. Daerah otonom dapat sebagai laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal yang baik dapat diterapkan diseluruh wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi pada Daerah tersebut dan olehkarena itu lebih mudah untuk ditiadakan.

6. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan Pemerintah Pusat.

7. Dari segi psikologi, desentralisasi dapat lebih memberikan kepuasaan bagi daerah- daerah karena sifatnya yang lebih langsung.

Untuk itu desentralisasi dilaksanakan pada daerah-daerah yang memenuhi kriteria suatu wilayah menjadi daerah otonom dan bagi daerah yang tidak mampu berotonomi maka Daerah tersebut dimungkinkan untuk dapat dihapus dan atau digabung dengan daerah lain. Ada beberapa prinsip otonomi daerah yang perlu kita pahami terlebih


(32)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

dahulu agar dapat lebih menghayati dan pada akhirnya diharapkan akan dapat memantapkan Otonomi Daerah dalam rangka peningkatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

2.2.2 Pelaksanaan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan dasar bagi pengelolaan keuangan daerah. Dengan ditetapkannya kedua Undang-undang ini ( masing-masing tanggal 7 Mei 1999 dan 19 Mei 1999 ) maka Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa tidak berlaku lagi.

Otonomi yang diberikan pada Daerah merupakan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah telah memberikan implikasi berupa timbulnya kewengan dan kewajiban yang lebih luas bagi Daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan Pemerintahan secara lebih mandiri dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Adapun konsep terpenting yang harus menjadi perhatian adalah dukungan kemampuan Daerah terhadap keberadaan Daerah sebagai Daerah Otonom, yaitu kaitan antara kewenangan yang dimilikinya serta sumber-sumber keuangan Daerah yang menjadi hak Daerah. Kaitan


(33)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

tersebut merupakan wujud kemampuan Daerah untuk mendukung berbagai kewenangan yang dimilikinya tersebut, sehingga Daerah dituntut untuk mampu berkreasi secara positif dalam melaksanakan dan memanfaatkan berbagai kewenangan yang dimilikinya. Karena itu, keberadaaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai sub sistem Undang-undang Nomor 22 Tahun1999 tentang Pemerintahan daerah menjadi sangat relevan dalam pelaksanaan pemerintahan di Daerah, terutama dalam mendukung Pemerintah Daerah untuk menjalankan fungsi utamanya melaksanakan pembangunan dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat.

Gambaran kemampuan Daerah dalam menjalankan fungsi utamanya tersebut nampak sebagaimana diatur dalam pasal 3 dan 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi Daerah berhak atas sumber-sumber penerimaan berupa :

1. Pendapatan Asli Daerah. 2. Dana Perimbangan. 3. Pinjaman Daerah.

4. Lain-lain penerimaan yang sah.

Sedangkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri atas : 1. Hasil Pajak Daerah.


(34)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

3. Hasil Perusahaan Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah lainnya yang dipisahkan.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

Pasal 6 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 mengatur tentang Dana Perimbangan yang menjadi hak Pemerintah Pusat, Daerah, Provinsi dan Kabupaten / Kota, yang terdiri dari :

1. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dan Penerimaan dari Sumber Daya Alam. 2. Dana Alokasi Umum.

3. Dana Alokasi Khusus.

Persentase Dana Alokasi Umum ditetapkan sebesar sekurang-kurangnya 25% dari penerimaan dalam negeri dari dana alokasi umum tersebut, Daerah Provinsi mendapatkan bagian sebesar 10% dan Daerah kabupaten / kota mendapatkan 90%. Sedangkan pembagian dana alokasi umum dibagi berdasarkan :

1. Bobot Daerah.

2. Potensi Ekonomi Daerah,

yang ditetapkan variabel minimum yang dipergunakan dalam menentukan bobot Daerah, adalah :

 Jumlah penduduk


(35)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

 Keadaan geografi

 Tingkat pendapatan masyarakat

Sedangkan variabel minimum yang digunakan dalam menentukan potensi ekonomi daerah, adalah :

 Potensi industri

 Potensi sumber daya alam

 Potensi sumber daya manusia

 PDRB

Variabel bobot Daerah dan potensi ekonomi Daerah tersebut menunjukkan sifat yang statis, sehingga untuk menampung pertumbuhan Daerah yang relatif cepat, diperlukan variabel-variabel yang lain yang bersifat dinamis, seperti :

1. Laju pertumbuhan penduduk

2. Kontribusi Daerah terhadap penerimaan nasional 3. Pengembangan wilayah perkotaan dan pedesaan 4. Tingkat pendidikan umum dan lain-lain.

Dana Alokasi Khusus ini diatur dalam pasal 8 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 dalam pengertian bahwa dana tertentu membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan tersedianya dalam APBN, dana alokasi khusus diantaranya termasuk yang berasal dari dana Reboisasi dibagi dengan imbangan sebagai berikut :


(36)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

1. 40% dibagi dengan Daerah Penghasil sebagai Dana Alokasi Khusus. 2. 60% untuk Pemerintah Pusat.

2.2.3 Upaya peningkatan pendapatan asli daerah daerah mendukung pelaksanaan otonomi daerah

Untuk melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka Daerah harus melakukan upaya-upaya positif untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Upaya peningkatan PAD secara positif dalam pengertian bahwa keleluasaan yang dimiliki oleh Daerah harus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru tanpa membebani masyarakat dan tanpa menimbulkan ekonomi biaya tinggi.

Upaya peningkatan PAD secara positif dalam pengertian bahwa keleluasaan yang dimiliki oleh Daerah harus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru tanpa membebani masyarakat dan tanpa menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Upaya peningkatan PAD tersebut harus dipandang sebagai perwujudan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.


(37)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

Peningkatan PAD dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1. Intensifikasi, melalui upaya :

 Pendataan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah.

 Mengintensifikasikan penerimaan retribusi daerah yang ada.

 Memperbaiki prasarana dan sarana pungutan yang belum memadai. 2. Penggalian sumber-sumber penerimaan baru ( ekstensifikasi ).

Upaya penggalian sumber-sumber penerimaan diarahkan pada pemanfaatan potensi daerah yang memberikan kelebihan atau keuntungan secara ekonomis kepada masyarakat. Dimana penggalian sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Sebab, pada dasarnya tujuan meningkatkan pendapatan Daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian, upaya ekstensifikasi lebih diarahkan pada upaya mempertahankan potensi Daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

3. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

Peningkatan pelayanan kepada masyarakat ini merupakan unsur yang penting mengingat bahwa paradigma yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah bahwa pembayaran pajak dan retribusi ini sudah merupakan hak daripada kewajiban


(38)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

masyarakat terhadap negara untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud pelayanan yang bagaimana yang dapat memberikan kepuasaan kepada masyarakat.

Dalam perkembangannya fenomena pembayar pajak telah menjadi hak dari masyarakat, sebagai suatu hak tentunya masyarakat menuntut kualitas layanan yang baik dari pemerintah, kualitas layanan yang baik tentunya diarahkan kepada layanan untuk kepentingan umum. Wujud dari layanan yang baik kepada masyarakat dan memuaskan, berupa :

a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan layanan yang cepat.

b. Memperoleh pelayanan secara wajar.

c. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan. d. Pelayanan yang jujur dan terus terang.

Pada akhirnya diharapkan pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat menjadi dapat meningkatkan pendapatan daerah yang akan didistribusikan kembali pada masyarakat dalam wujud berupa pemabangunan dan pengingkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Kuncoro (1995) mengamati masalah rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah di provinsi di Indonesia, menimbulkan ketergantungan yang tinggi terhadaprPemerintah Pusat dan menganjurkan


(39)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

diberikannya otonomi keuangan daerah yang relatif luas sehingga daerah mampu menggali sumber-sumber keuangannya sendiri dan memanfaatkannya dengan optimal. Hal ini juga diperkuat dengan fakta bahwa hanya 38.8% penerimaan provinsi yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) sendiri, sehingga menimbulkan ketergantungan keuangan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat yang sangat tinggi.

Radianto (1997) menganalisis tentang peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayai pembangunan diseluruh Daerah Tingkat II dengan melihat pengaruh tingkat perkembangan ekonomi daerah dan bantuan Pemerintah Pusat terhadap Derajat Otonomi Fiskal, menentukan bahwa tingkat perkembangan ekonomi daerah dan jumlah penduduk yang mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan derajat otonomi fiskal daerah.

2.3 ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD )

Mardiasmo (2001) mengemukakan bahwa salah satu aspek dari Pemerintah Daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah penegelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran daerah atau anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah merupakan instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas Pemerintah Daerah. Anggaran daerah seharusnya dipergunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, alat bantu untuk pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas pengeluaran di masa yang akan datang.


(40)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

Ukuran standar untuk evaluasi kerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas disemua aktivitas berbagi unit kerja.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ) pada hakekatnya merupakan instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyaraka di daerah. Oleh karena itu DPRD dan Pemerintah Daerah harus berupaya secara nyata dan terstruktur guna menghasilkan APBD yang dapat mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi daerah masing-masing serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya anggaran daerah yang berorientasi pada kepentingan masyarakat.

Peran anggaran dalam penentuan arah dan kebijakan Pemerintah Daerah, tidak terlepas dari kemampuan anggaran tersebut dalam mencapai tujuan Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Oleh karena itu Pemerintah Daerah perlu memperhatikan bahwa pada hakekatnya anggaran daerah merupakan perwujudan amanat rakyat pada pihak eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimilikinya. Desentralisasi sebagai upaya untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya daerah yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah sebagai suatu sumber pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah.


(41)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

Menurut pasal 1 UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah bahwa perimbangan keuangan antara pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antara daerah secara proporsional, demokratis, adil, transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya.

Suparmoko (1986) mengatakan bahwa ada kecendrungan pada negara berkembang menjalankan sistem fiskal terpusat jika dibandingkan dengan negara maju. Realitas hubungan fiskal antar daerah ditandai dengan tingginya kontrol pusat terhadap proses pembangunan didaerah. Hal ini jelas terlihat dari rendahnya PAD terhadap total penerimaan daerah didalam struktur penerimaan daerah dibandingkan total subsidi yang berasal dari Pemerintah Pusat. Indikator desentralisasi fiskal adalah rasio antara PAD terhadap total penerimaan daerah ( Kuncoro; 1995 ).

Otonomi fiskal daerah adalah kemampuan Pemerintah Daerah dalam menigkatkan PAD. Desentralisasi fiskal dapat diketahui dengan menghitung rasio PAD terhadap total penerimaan daerah, rasio subsidi dan bantuan Pemerintah Pusat atau pemerintah yang lebih tinggi terhadap total penerimaan daerah, rasio pajak untuk daerah terhadap total penerimaan daerah dan rasio penerimaan daerah terhadap total


(42)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

penerimaan negara. Pengukuran derajat desentralisasi fiskal daerah dapat terlihat dari rasio antara PAD terhadap total penerimaan daerah ( Suparmoko; 1979 ).

Tim peneliti FISIPOL UGM bekerjasama dengan Litbang Depdagri (1991) menentukan tolak ukur kemampuan daerah dilihat dari rasio PAD terhadap APBD, sebagai berikut :

 Rasio PAD terhadap APBD 0,00 - 10,00% ( sangat kurang )

 Rasio PAD terhadap APBD 10,01 – 20,00% ( kurang )

 Rasio PAD terhadap APBD 20,01 – 30,00% ( cukup )

 Rasio PAD terhadap APBD 30,01 – 40,00% ( baik )

 Rasio PAD terhadap APBD diatas 50,00% ( sangat baik )

Keuangan daerah merupakan bagian integral dari keuangan negara dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, memeratakan hasil pembangunan dan menciptakan stabilitas ekonomi selain stabilitas sosial politik. Peranan keuangan daerah makin penting, selain karena keterbatasan dana yang dapat dialihkan ke daerah berupa subsidi dan bantuan, tetapi juga karena makin kompleksnya persoalan yang dihadapi daerah dan pemecahannya membutuhkan partisipasi aktif masyarakat daerah. Selain itu, peranan keuangan daerah yang makin meningkat akan mendorong terwujudnya otonomi daerah yang lebih nyata dan bertanggung jawab.

Undang-undang pertama yang mengatur hubungan fiskal (keuangan) pusat-daerah adalah UU No.32 tahun 1956, yaitu :


(43)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

1. Pendapatan Asli Daerah ( PAD ).

Sumber PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan daerah. Adapun pajak puat yang diserahkann kepada daerah menjadi pajak daerah meliputi pajak verponding, pajak kendaraan bermotor, pajak jalan.

2. Sebagian dari hasil pemungutan pajak negara tertentu, bea masuk, bea keluar dan cukai diserahkan kepada daerah.

3. Subsidi, dan bantuan diberikan kepada daerah dalam hal-hal tertentu.

Berpijak pada tiga asas desentralisasi ( dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas perbantuan ), pengaturan hubungan keuangan pusat-daerah didasarkan atas 4 prinsip, sebagai berikut :

1. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat didaerah dalam rangka dekonsentrasi dibiayai dari dan atas beban APBN.

2. Urusan yang merupakan tugas pemerintah daerah sendiri dalam rangka desentralisasi dibiayai dari dan atas beban APBD.

3. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintah tingkat atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka tugas perbantuan, dibiayai oleh pemerintah pusat atas beban APBN atau oleh pemerintah daerah tingkat atasnya atas beban APBD sebagai pihak yang menugaskan.

4. Sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi, pemerintah pusat memberikan sejumlah sumbangan.


(44)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

Realitas hubungan fiskal antara pusat dan daerah ditandai dengan tingginya kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Ini jelas terlihat dari rendahnya proporsi PAD ( Pendapatan Asli daerah ) terhadapa total pendapatan daerah dibanding besarnya subsidi yang diberikan dari pusat. Indikator desentralisasi fiskal adalah rasio antara PAD dengan total pendapatan daerah. PAD terdiri dari pajak-pajak daerah, retribusi daerah, penerimaan dari dinas, laba bersih dari perusahaan daerah ( BUMD ) dan penerimaan lain-lain. Bila diperinci lagi, PAD hanya membiayai pengeluaran rutin daerah kurang dari 30%, bahkan untuk Dati II lebih buruk lagi karena kurang dari 22% pengeluaran rutinnya dibiayai oleh PAD. Subsidi atau transfer dana dari pusat kepada daerah selama nin melali tiga jalur, yaitu : Pertama, SDO (Subsidi Daerah Otonom), yaitu transfer kepada Pemda untuk membiayai pengeluaran rutin. Kedua, Program Inpres baik yang bersifat sektoral maupun umum digunakan untuk membantu Pemda (provinsi, kabupaten/kota, desa) untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan, sekaligus sebagai upaya untuk mengatasi ketidakseimbangan struktur keuangan antar daerah. Ketiga, pengeluaran sektoral, yang dialokasikan untuk membiayai proyek-proyek/pengeluaran pembangunan, sebagai perwujudan mekanisme dekonsentrasi. Setidaknya ada 5 penyebab utama rendahnya PAD yang pada gilirannya menyebabkan tingginya ketergantungan terhadap subsidi dari Pusat. Pertama, kurang berperannya perusahaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah. Kedua, adalah tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan. Semua pajak utama yang paling produktif, baik pajak langsung maupun pajak tidak langsung, ditarik oleh


(45)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

pusat. Pajak penghasilan badan maupun peorangan, pajak pertambahan nilai, bea cukai, PBB, royalti, semuanya dikelola secara administratif dan ditentukan tarifnya oleh pusat. Alasan sentralisasi perpajakan yag sering dikemukakan adalah untuk mengurangi disparitas antar daerah, efisiensi administrasi, dan keseragaman perpajakan. Penyebab ketiga, adalah kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan.

Sekitar 90% pendapatan daerah Dati I hanya berasal dari dua sumber, yaitu Pajak Kendaraan Bermotor dan Balik Nama. Di daerah Dati II, sekitar 85% pendapatan daerah hanya berasal dari 6 sumber, yaitu : pajak hotel dan restoran, penerangan jalan, pertunjukan, reklame, pendaftaran usaha, dan izin penjualan / pembuatan petasan dan kembang api. Boleh dikata, jenis pajak yang dapat diandalkan di Dati II hanya dari PBB. Pajak-pajak daerah lainnya sulit sekali untuk diharapkan karena untuk mengubah kebijakan pajak daerah memerlukan persetujuan dari Departemen Dalam Negeri dan Menteri Keuangan.

Faktor keempat penyebab ketergantungan fiskal bersifat politis. Ada yang khawatir apabila daerah mempunyai sumber keuangan yang tinggi akan mendorong terjadinya disintegrasi dan separatisme. Karena itu sentralisasi diperlukan agar daerah tetap tergantung pada pusat dan pada gilirannya bisa tetap dikendalikan oleh pusat. Apalagi UU No.5 tahun 1974 telah jelas menitik beratkan desentralisasi pada Dati II. Penekanan tersebut sangat tepat karena fanatisme kedaerahan relatif kurang


(46)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

dibanding Dati I. Faktor kelima penyebab adanya ketergantungan tersebut adalah kelemahan dalam pemberian subsidi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Selama ini pemerintah memberikan subsidi bentuk blok dan spesifik. Subsidi yang bersifat blok terdiri dari Inpres Dati I, Inpres Dati II, dan Inpres Desa. Subsidi yang bersifat spesifik meliputi Inpres pengembangan wilayah, Sekolah Dasar, kesehatan, penghijauan dan reboisasi, ser ta jalan dan jembatan.

Perbedaan utama antar subsidi blok dan spesifik adalah daerah memiliki keleluasaan dalam penggunaan dana subsidi blok, sedang penggunaan dana subsidi spesifik sudah ditentukan oleh pemerintah pusat dan daerah tidak punya keleluasaan dalam menggunakan dana tersebut. Apabila dilihat dari sisi jumlah batuan yang diterima oleh pemerintah daerah sejak Repelita I, maka bantuan yang bersifat spesifik jauh lebih besar daripada blok. Maka tidak berlebihan bila disimpulkan bahwa pemerintah pusat hanya memberikan kewenangan yang lebih kecil kepada pemerintah daerah untuk merencanakan pembangunan di daerahnya.

Tidak berlebihan bila disimpulkan bahwa manajemen pembangunan daerah yang selama ini berjalan menunjukkan kecenderungan yang ’kurang serasi’. Pembangunan daerah terutama fisik memang cukup pesat, tetapi tingkat ketergantungan fiskal antara daerah terhadap pusat sebagai akibat dari pembangunan tersebut juga semakin besar. Ketergantungan fiskal terlihat dari relatif rendahnya PAD dan dominannya transfer dari pusat. Memang UU No. 5 Tahun 1974 telah


(47)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

menggarisbawahi titik berat otonomi pada Daerah Tingkat II. Namun, fakta menunjukkan justru Dati II-lah yang mengalami tingkat ketergantungan yang paling tinggi. Kendati demikian, Pemda telah berperan sentral dalam ikut menyukseskan pembangunan infrastruktur dan pelayanan sosial, serta telah berfungsi sebagai ’alat’ pusat yang efektif dalam mendorong pembangunan daerah.

Dengan kata lain, obsesi pembangunan ekonomi keseluruh daerah Indonesia telah mendorong pemerintah pusat untuk melakukan kontrol politik dan ekonomi terhadap pemerintah daerah. Justifikasi yang biasa diajukan adalah stabilitas politik merupakan prasyarat mutlak bagi lancarnya pembangunan. Tak pelak lagi, sentralisasi hubungan pusat-daerah lebih mencuat ke permukaan meskipun desentralisasi secara de jure sudah didendangkan sejak awal tahun 1970-an. Akibatnya, ’pembangunan di daerah’ memang terjadi, namun dengan inisiatif, perencanaan, dan dana dari pusat. Bila kondisi ketergantungan fiskal ini terus berlangsung, pembangunan daerah yang pesat akan berarti pula meningkatnya beban anggaran pusat. Masalahnya sekarang adalah setelah minyak dan gas tidak dapat diharapkan lagi sebagai motor penggerak pembiayaan pembangunan, maka kemampuan negara untuk melakukan sentralisasi semakin berkurang.

Desentralisasi mau tidak mau menjadi alternatif yang layak untuk benar-benar diwujudkan. Bila pemerintah pusat tetap memandang pentingnya subsidi / transfer


(48)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

karena alasan untuk mengurangi ketidakseimbangan struktur keuangan antar daerah, barangkali sudah saatnya meninjau ulang pola pemberian subsidi kepada daerah. Undang-undang No.22 / 1999 menyerahkan fungsi, personil, dan aset pemerintah pusat kepada pemerintah propinsi, kabupaten, dan kota. Hal ini berarti tambahan kekuasaan dan tanggung jawab diserahkan kepada pemerintahan kabupaten dan kota, serta membentuk sistem yang jauh lebih terdesentralisasi dibandingkan dengan sistem dekonsentrasi dan koadministratif di masa lalu.perbedaan penting antara UU No.22 / 1999 dibanding UU sebelumnya ( UU No.5 / 1974 dan UU No.5 / 1979 ) dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Perbandingan beberapa konsep antara UU No.22 tahun 1999 dan UU No. 5 tahun 1974 dengan UU No. 5 tahun 1979

Istilah UU No. 5/1974 UU No. 5/1979

UU No.22/1999 Keterangan

Pemerintah Pusat

Perangkat negara kesatuan republik Indonesia yang terdiri dari presiden beserta pembantu-pembantunya. Perangkat negara kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari presiden beserta para menteri menurut asas desentralisasi. Pengertian Pemerintah

Pusat pada UU yang baru lebih menyempit, yaitu presiden dan para menteri-dibending menyebutkan pembantu-pembantunya. Pada kebijakan lama, dapat ditafsirkan


(49)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

sangat luas. Desentralisasi Penyerahan urusan

pemerintahan dari pemerintah atau daerah

tingkat atasnya kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya. Penterahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka NKRI UU lama memfokuskan kepada urusan, UU baru pada wewenang.

Urusan lebih spesifik dan teknis ( tidak memberi ruang pada aspirasi ). Dekonsentrasi Pelimpahan wewenang dari

pemerintah atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat daerah Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan /perangkat pusat di daerah. UU lama menonjolkan watak sentalisme, yaiu segala organ daerah merupakan perpanjangan tangan pusat. UU baru, memperlihatkan bahwa gubernur mengemban tugas sebagai perangkat pemerintha pusat. Tugas Pembantuan

Tugas untuk turut serta dalam melakukan urusan

pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh

pemerintah atau pemerintah daerah tingkat atasnya

dengan kewajiban mempertanggung jawabkan

kepada yang menugaskan.

Penugasan dari pemerintah

kepada daerah dan desa, dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan

Pada UU lama tampak bahwa aparat dibawah merupakan alat dari aparat di atasnya dalam rangka

pemerintahan ( pusat, NKRI ). Sedangkan UU baru, penugasan disertai

pembiayaan,


(50)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggung jawabkannya kepada yang menugaskan. menghindari pembinaan kepada perangkat daerah. Namun demikian, kalusul pertanggung jawaban yang mengikuti garis pembiayaan, patut didiga dapat memberikan alasan kontrol pusat secara berlebihan Otonomi Daerah

Hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganyasendiri denganperaturanperundang-undangan yang berlaku.

Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. UU lama memuat unsur kewajiban. UU baru, menekankan bahwa otonomi merupakan kewenagan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat-dengan menekankan pada pentingnya aspirasi masyarakat. Namun UU baru tidak menyebut otonomi daerah sebagai hak. Daerah Otonom Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang

Kesatuan masyarakat


(51)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatna NKRI, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam NKRI. Wilayah Administrasi Lingkungan kerja perangkat pemerintah yang

menyelenggarakan

pelaksanaan tugas pemerintahan umum di

daerah. Wilayah kerja Gubernur selaku wakil Pemerintah Wilayah kerja Gubernur selaku wakil pemerintah UU baru menempatkan otonomi pada kebupaten/kota, bukan provinsi. Pada UU lama,

tidak ada kejelasan

mengenai subjek-semua organ adalah alat pusat.

Kelurahan Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang nempunyai organisasi pemerintahan terendah lansung dibawah camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kebupaten dan/ atu daerah kota dibawah

kecamatan.

Pada UU lama, kelurahan

merupakan

organ dibawah kecamatan,

demikina pula dengan UU baru. Pemerintah

Daerah

Kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah

Kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah.

Pada UU lama, tidak dipisahkan antara eksekutif dan legislatif – legislatif

menjadi bagian dari eksekutif. Pemerintahan

Daerah

( tidak ada ) Penyelenggaraan pemerintah

DPRD menjadi bagian dari


(52)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD dan /atau daerah kota dibawah kecamatan.

pemerintah

pusat, bukan bagian dari pemerinah

Sumber : Mudrajad Kuncoro (2004)

Untuk mendukung tanggung jawab yang dilimpahkan, pemerintah daerah memerlukan sumber fiskal. UU No.25 / 1999 menyatakan bahwa untuk tujuan tersebut pemerintah daerah harus memiliki kekuatan untuk menarik pungutan dan pajak, dan pemerintah pusat harus mentraser sebagian pendapatan dan atau membagi sebagian pendapatan pajaknya dengan pemerintah daerah. Struktur pajak setelah ditetapkannya UU No.25 / 1999, beserta basis pajaknya untuk pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten / kota.

Sumber pajak utama pemerintah provinsi berasal dari pajak kendaraan bermotor dan pajak balik nama kendaraan bermotor, yang dapat dipandang sebagai variasi pajak kekayaan properti. Jenis pajak daerah yang dapat diusahakan oleh pemerintah kabupaten / kota terbatas pada 7 jenis, seperti pajak hotel dan restoran, pajak iklan, pajak atas bahan bangunan, pajak penggunaan air, pajak hiburan, pajak IMB, retribusi, dll. Pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk meningkatkan pendapatan daerah lewat pajak selain pajak yang disebutkan diatas. Akibatnya pendapatan dari pajak, seperti halnya derajat kebebasan dalam mengusahakan


(53)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

pendapatan dari pajak bagi pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten / kota menjadi relatif terbatas.

Denison dalam penelitiannya mengenai sumbangan berbagai faktor dalam menciptakan pertumbuhan di sembilan negara maju antara tahun 1950-1962 telah menunjukkan bahwa pertambahan barang-barang modal hanya menciptakan 25 persen dari pertumbuhan yang terjadi di Amerika Serikat 18 persen di Erofa Barat, dan 21 persen di Inggris. Kenyataan ini membuktikan bahwa dalam pertumbuhan ekonomi, faktor utama yang menentukan pertumbuhan tersebut adalah kemajuan teknologi dan meningkatnya kemahiran dan keterampilan tenaga kerja.

2.4 Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi; Ekonomi dan ekonomi

Jingan (1995 : 67-77) mengungkapkan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan nonekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sumber alamnya, sumberdaya manusia, modal usaha, teknologi, dan sebagainya. Semua itu merupakan faktor ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin terjadi selama lembaga sosial, kondisi politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak menunjang. Di dalam pertumbuhan ekonomi, lembaga sosial, sikap budaya, nilai moral, kondisi politik, dan kelembagaan merupakan faktor nonekonomi.


(54)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

2.4.1 Faktor Ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut. Beberapa faktor produksi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sumber Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam atau tanah. ”Tanah” sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sember air, sumber lautan dan sebagainya. Tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun dengan cepat. Sebagaimana dinyatakan oleh Lewis, ”Dengan hal-hal lain yang sama, orang dapat mempergunakan dengan lebih baik kekayaan alamnya dibandingkan apabila mereka tidak memilikinya.

Di negara kurang berkembang sumber alam sering terbengkalai, kurang atau salah pemanfaatan. Tersedianya sumber alam secara melimpah saja belumlah cukup bagi pertumbuhan ekonomi. Yang diperlukan ialah pemanfaatannya secara tepat. Jika sumber alam yang ada tidak dipergunakan dengan tepat negara tidak mungkin mengalami kemajuan. J. L. Fisher mengatakan, ”Tidak cukup beralasan untuk mengharapkan pengembangan sumber alam jika orang acuh tidak acuh pada produk dan jasa yang dapat disumbangkan oleh sumber-sumber tersebut”. Hal ini disebabkan


(55)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

karena keterbelakangan ekonomi dan langkanya faktor teknologi. Oleh karena itu, sumber alam dapat dikembangkan melalui perbaikan teknologi dan peningkatan ilmu pengetahuan. Di dalam kenyataannya, sebagaimana dikemukakan Profesor Lewis, ”Nilai suatu sumber alam tergantung pada kegunaannya, dan kegunaannya senantiasa berubah sepanjang waktu karena perubahan dalam selera, perubahan dalam teknik atau penemuan baru”. Pada saat perubahan seperti itu terjadi, setiap bangsa dapat mengembangkan dirinya sendiri secara ekonomis melalui pemanfaatan sepenuhnya sumber alam mereka. Inggris misalnya mengalami revolusi pertaian dengan menerapkan metode rotasi tanaman antara 1740-1760. Begitu juga Perancis, mampu merevolusikan pertanianya berdasarkan pola Inggris meskipun tanahnya kurang subur.

Seringkali dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat terjadi meskipun negara yang bersangkutan kekurangan sumber alam. Sebagaimana dikemukakan Lewis, ”Suatu negara yang dianggap miskin sumber alam saat ini mungkin dapat dianggap kaya dikemudian hari. Tidak saja lantaran ditemukannya sumber-sumber yang tersembunyi, tetapi juga karena penggunaan sumber yang telah diketahui dengan cara baru.” Jepang adalah negara seperti itu. Jepang yang kekurangan dalam sumber alam tetapi karena ia berhasil menemukan penggunaan baru sumber-sumbernya yang terbatas, maka jadilah ia salah satu negara termaju di dunia. Dengan mengimpor bahan mentah dan bahan tambang tertentu dari negara lain. Jepang berhasil mengatasi kekurangan sumber alamnya melalui teknologi tinggi, penelitian


(56)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

baru, dan ilmu pengetahuan tinggi. Begitu pula Inggris, berkembang kendati tanpa minyak bumi dan logam nonbelerang.

Sarana pengangkutan dan perhubungan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Perkembangan sarana itu menurunkan biaya angkut, dan menaikkan perdagangan dalam dan luar negara. Hasilnya, perekonomian maju. Di negara yang memiliki jalan raya, jalan kereta api, terusan atau sungai-sungai, pertumbuhan ekonominya akan terdorong maju, seperti yang terjadi di Inggris, Perancis, Jerman, dan Belanda. Jadi dalam pertumbuhan ekonomi, kekayaan alam yang melimpah saja belum cukup. Yang terpenting adalah pemanfaatannya secara tepat dengan teknologi yang baik sehingga efesiensi dipertinggi dan sumber dapat dipergunakan dalam jangka waktu lebih lama.

b. Akumulasi Modal

Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Dalam ungkapan Profesor Nurkse, ”Makna pembentukan modal ialah, masyarakat tidak melakukan seluruh kegiatannya saat itu sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal. Alat-alat dan perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya”. Dalam arti ini pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional.


(57)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

Proses pembentukan modal bersifaf kumulatif dan membiayai diri sendiri serta mencakup tiga tahap yang saling berkaitan: (a) keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya; (b) keberadaan lembaga keuangan dan kredit untuk menggalakkan tabungan dan menyalurkannya ke jalur yang dikehendaki; (c) mempergunakan tabungan untuk investasi barang modal. Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi. Di satu pihak ia mencerminkan permintaan efektif, dan dipihak lain ia menciptakan efisiensi produktif bagi produksi di masa depan. Proses pembentukan modal menghasilkan kenaikan output nasional dalam berbagai cara. Pembentukan modal diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk yang meningkat di negara itu. Investasi di bidang barang modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal ini pula yang membawa ke arah kemajuan teknologi pada gilirannya membawa kearah spesialisasi dan penghematan dalam produksi skala luas. Pembentukan modal membantu usaha penyediaan mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat. Penyediaan overhead sosial dan ekonomi seperti pengangkutan, sumber tenaga, pendidikan dan sebagainya di negara bersangkutan dimungkinkan melalui pembentukan modal ini juga. Pembentukan modal ini pula yang membawa ke arah penggalian sumber alam, industrialisasi dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi kemajuan ekonomi.


(58)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

c. Organisasi

Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan produktivitasnya. Dalam pertumbuhan ekonomi modern, para wiraswastawan tampil sebagai organisator dan pengambil risiko diantara ketidakpastian. Wiraswastawan bukanlah manusia dengan kemampuan biasa. Ia memiliki kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang lain. Menurut Schumpeter seorang wiraswastawan tidak perlu seorang kapitalis. Fungsi utamanya ialah melakukan pembaharuan (inovasi). Revolusi industri di Inggris merupakan jasa para wiraswastawan ini, begitu juga pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada abad ke-19 dan pertengahan abad ke-20 merupakan jasa penyempurnaan kualitas manajemen.

Tapi negara terbelakang langka dengan tindakan wiraswasta. Menurut Myrdal, negara-negara Asia kekurangan wiraswastawan bukan karena mereka kekurangan modal atau bahan mentah tetapi karena mereka kekurangan orang yang memiliki pandangan benar terhadap kewiraswastaan. Orang Jepang memiliki pandangan seperti itu. Di negara maju, karya organisasi telah dipertontonkan oleh perusahaan swasta yang menjelma menjadi perusahaan multinasional sesudah PD II, dan membantu kemajuan ekonomi negara maju maupun negara sedang berkembang. Pada pihak lain, setiap negara memainkan peranannya sebagai organisator dalam berbagai bentuk. Para birokrat pemerintahan di Eropa, Inggris, dan AS misalnya, berangkat dengan program kesejahteraan umum seperti kesehatan masyarakat, jalan raya, jembatan,


(59)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

taman, pendidikan, pengendalian banjir, perlindungan dan kebakaran, dan sebagainya. Sebagian dari pemerintahan tersebut mengambil alih pengelolaan kereta api, pos dan telekomunikasi, tenaga dan gas, dan sebagainya. Inggris menasionalisasi batubara, besi, dan angkutan darat, sedangkan Perancis menasionalisasi angkatan udara, batubara dan pabrik pembuatan kendaraan bermotor Renault dan bus.

Peranan bank sering kali dikecualikan dari oraganisasi. Bank sebenarnya merupakan lembaga teramat penting yang banyak memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi negara maju. Bank membantu industrialisasi negara Inggris, Eropa, dan AS dalam memberikan bantuan keuangan kepada para wiraswastawan. Di negara terbelakang, pengembangan pertanian dibantu dengan berbagai cara oleh bank dagang, bank yang sudah dinasionalisasi, bank industri dan trust investasi, termasuk pula yang disokong adalah industri pengangkutan. Jadi disamping perusahaan swasta, pengertian organisasi mencakup pemerintah, bank dan lembaga-lembaga internasional yang ikut terlibat di dalam memajukan ekonomi negara maju dan negara sedang berkembang.

d. Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal, dan produksi yang lain.


(60)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

Kuznets mencatat lima pola penting pertumbuhan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi modern. Kelima pola tersebut ialah: penemuan ilmiah atau penyempurnaan pengetahuan teknik, invensi, inovasi, penyempurnaan, dan penyebarluasan penemuan yang biasanya diikuti dengan penyempurnaan. Seperti Schumpeter, ia menganggap inovasi (pembaharuan) sebagai faktor teknologi yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuznets, inovasi terdiri dari dua macam: pertama, penurunan biaya yang tidak menghasilkan perubahan apapun pada kualitas produk; kedua, pembaharuan yang menciptakan produk baru dan menciptakan permintaan baru akan produk tersebut.

Di dalam pertumbuhan ekonomi modern, kelima faktor yang disebut Kuznets, berjasa dalam membantu dalam perkembangan teknologi. Revolusi industri Inggris meluas keseluruh Eropa lewat para pengrajin dan pekerja yang bermigrasi ke negara-negara Eropa. Beberapa orang Perancis mengunjungi pabrik-pabrik Inggris dan menyelundupkan mesin-mesin ke Perancis kendati ada larangan terhadap ekspor mesin tersebut. Pada waktu revolusi industri di Perancis hampir selesai, para bankir dan insinyur berkolaborasi dan menyebarkan teknik-teknik modern ke Jerman, Italia, Swiss, Austria, dan Spanyol. Di pihak lain, industri tekstil Jepang pada awalnya bergerak dari mesin-mesin Inggris yang di buang. Belakangan ternyata kalau pertumbuhan industrinya terjadi lewat meniru teknologi asing. Tetapi setelah PD II, Jepang melakukan inovasi sendiri dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi di semua bidang dan mengekspornya ke AS, Australia, Kanada, dan negara maju lain.


(61)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

Negara sedang berkembang bisa memetik manfaat dari sumber-sumber ilmu pengetahuan di bidang teknologi dari negara maju. Beberapa negara seperti India, Argentina, Meksiko, dan Brasilia, memodifikasi dan menerapkan teknologi negara maju sesuai dengan daya serap dan kebutuhan sosial, ekonomi, dan teknik mereka masing-masing.

e. Pembagian Kerja dan Skala Produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduanya membawa ke arah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri hal ini meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Adam Smith menekankan arti penting pembagian kerja bagi perkembangan ekonomi. Pembagian kerja menghasilkan perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh menjadi lebih efisien daripada sebelumnya. Ia menghemat waktu. Ia mampu menemukan mesin baru dan berbagai proses baru dalam berproduksi. Akhirnya, produksi meningkatkan berbagai hal. Akan tetapi, pembagian kerja tergantung pada luas pasar. Luas pasar, sebaliknya tergantung pada kemajuan ekonomi, yaitu seberapa jauh perkembangan tingkat permintaan, tingkat produksi pada umumnya, sarana transfortasi, dan sebagainya. Jika skala produksi luas, spesialisasi dan pembagian kerja akan meluas pula. Alhasil, jika produksi naik, laju pertumbuhan ekonomi akan melesat. Ekonomi eksternal keuangan semakin banyak tersedia dan manfaat dari investasi-minimal berkembang biak.


(1)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

pendapat bahwa otonomi daerah berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat Kota Medan dapat diterima.

5.2 Saran

1. Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah kondisi perekonomian setelah adanya otonomi daerah yang dalam hal ini dilihat melalui PDRB Kota Medan menunjukkan arah yang lebih baik. Hal ini penting diperhatikan oleh Pemerintah Kota Medan. Karena hendaknya pendapatan yang tinggi ini terjadi merata untuk tiap lapisan masyarakat sehingga kesenjangan-kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin dapat diminimalisai.

2. Dengan adanya otonomi daerah peran serta pemerintah daerah, yang dalam hal ini Pemerintah Kota Medan sangat dituntut. Pengawasan terhadap dana-dana yang dialokasikan untuk tiap bidangnya sudah sesuai atau tidak dengan program-program yang telah dicanangkan. Jika ditemukan ketidak sesauian nantinya, hendaknya Pemerintah Kota Medan dapat mengambil langkah-langkah yang bijaksana dan dianggap perlu untuk dilakukan demi terciptanya tujuan yang diharapkan. Dan jika sudah sesuai seperti apa yang diharapkan, tinggal bagaimana meningkatkan dan mempertahankannya agar menjadi lebih baik lagi.


(2)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Piter, Boediono, dkk, 2002. Daya Saing Daerah, Konsep dan Pengukurannya, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta

Adisasmita, Rahardjo, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Arief, Sritua, 1999. Pembangunanisme dan Ekonomi Indonesia, Bandung : CPSM. Arsyad, Lincolin, 2006.Ekonomi Daerah, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Azis, Iwan Jaya, 1994. Ilmu Ekonomi Regional, Jakarta : FE UI. . Gujarati, Damodar, 2003. Ekonomika Dasar, Jakarta : Erlangga.

Kuncoro, Mudrajat, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Jakarta : Erlangga. Mubyarto, 2001. Prospek Otonomi Daerah Pasca Krisis Ekonomi, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Munir, Dasril.dkk, 2004. Kebijakan dan Manajemen Keuangan, Yogyakarta : YPAPI Prajitno, Djoko, 1981. Analisa Regresi dan Korelasi, Bogor : FE UGM.

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam ekonometrika, Medan: USU Press.

Rab, Tabrani, 1999. Menuju Masyarakat Madani, Riau : Unri Press.

Reksohadiprodjo, Sukanto, 2001. Ekonomi Publik, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Skousen, Mark, 2002. Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern, Jakarta : Prenada Media.


(3)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

Soekarwo, 2003. Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah, Surabaya : Airlangga Press.

Sugiono, 2005. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta.

Widjaja, HAW, 2003. Otonomi Desa, Jakarta : RajaGrafindo Persada. ……….., Badab Pusat Statistik( BPS ), Medan.


(4)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

LAMPIRAN

Mann-Whitney Test

1. PDRB

Ranks

9 5.33 48.00

8 13.13 105.00

17 pdrb

sebelum sesudah Total nominal

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

3.000 48.000 -3.175 .001 .001a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

As ymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

nominal

Not corrected for ties . a.

Grouping Variable: pdrb b.


(5)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

2. KESEHATAN

Ranks

9 5.56 50.00

8 12.88 103.00

17 kesehatan

sebelum sesudah Total nominal

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

5.000 50.000 -2.983 .003 .002a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

As ymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

nominal

Not corrected for ties . a.

Grouping Variable: kesehatan b.


(6)

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

3. PENDIDIKAN

Ranks

9 5.78 52.00

8 12.63 101.00

17 pddkn

sebelum sesudah Total nominal

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

7.000 52.000 -2.791 .005

.004a

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

As ymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

nominal

Not corrected for ties . a.

Grouping Variable: pddkn b.