PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN INTELEGENSI TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI CERITA PENDEK SISWA SMA AL AZHAR MEDAN.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN

INTELEGENSI TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI

CERITA PENDEK SISWA SMA AL AZHAR MEDAN

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

untuk Memperoleh Gelar Magister Penddikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh NURJAMIATY NIM 8146191016

PROGRAM PASCA SARJANA

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Nurjamiaty, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Intelegensi terhadap Kemampuan Memahami Cerita Pendek Siswa SMA Al Azhar Medan . Tesis, Medan: Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan: (1) Perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model STAD dan pembelajaran inside- outside- circle (2) Perbedaan antara hasil belajar memahami cerita pendek siswa yang memiliki intelegensi tinggi dengan siswa yang memiliki intelengensi rendah. (3) Interaksi antara intelegensi siswa dengan model pembelajaran STAD dan pembelajaran inside- outside- circle terhadap hasil belajar memahami cerita pendek siswa.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Al Azhar Medan tahun ajaran 2015-2016. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian adalah SMA Swasta Al-Azhar Medan yang jumlah siswa kelas X sebanyak 116 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara perposive sampling. Hasil pengundian didapatkan kelas X A SMA Al-Azhar yang terdiri dari 28 siswa untuk model pembelajaran kooperatif model STAD dan kelas X B SMA Al azhar yang terdiri dari 28 orang untuk model pembelajaran IOC . Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan desain faktorial 2x2. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik statistik deskriptif untuk menyajikan data dan dilanjutkan dengan statistik inferensial dengan menggunakan ANAVA dua jalur dengan taraf signifikan α= 0,05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe. Sebelumnya dilakukan uji persyaratan berupa uji normalitas dan homogenitas.

Berdasarkan pengujian hipotesis menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif model STAD lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif model IOC. Hal ini dapat dilihat dari hasil Fhitung=8,885 > Ftabel=4,03. Hasil belajar memahami cerita pendek siswa yang memiliki tingkat Intelegensi Tinggi, lebih tinggi dari hasil belajar memahami cerita pendek siswa yang memiliki tingkat Intelegensi rendah. Hal ini ditunjukkan dari hasil Fhitung=52,048 > Ftabel=4,03, Serta terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan Tingkat Intelegensi terhadap hasil belajar memahami cerpen. Hal ini ditunjukkan dari hasil Fhitung=20,334 > Ftabel=4,03 pada taraf signifikan α= 0,05.

Berdasarkan uji lanjut menggunakan Uji Scheffe menunjukkan bahwa Hasil belajar cerpen siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi yang diajar dengan menggunakan model STAD lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan model IOC dengan tingkat intelegensi rendah. Hasil belajar cerpen siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi yang diajar dengan menggunakan model STAD lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model IOC dengan tingkat intelegensi tinggi. Hasil belajar cerpen siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi yang diajar dengan menggunakan model STAD lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model IOC dengan tingkat intelegensi rendah. Hasil belajar cerpen siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi yang diajar dengan menggunakan model IOC lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model STAD dengan tingkat intelegensi rendah. Hasil belajar cerpen siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi yang diajar dengan menggunakan model IOC lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model IOC dengan tingkat intelegensi rendah. Hasil belajar cerpen siswa yang memiliki tingkat intelegensi rendah yang diajar dengan menggunakan model IOC lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model STAD dengan tingkat intelegensi rendah.

Kata kunci : model pembelajran STAD dan IOC, intelegensi terhadap kemampuan memahami cerita pendek.


(6)

ii ABSTRACT

Nurjamiaty, The Effect of Cooperative Learning Model and Student’s Intelligence on the Student’s Achievement in Short Story at Al-Azhar Senior High School (Empirical Study), Thesis, Medan: Indonesia Language Education Graduate Program of University of Medan, 2016.

This study is aimed at finding out: (1) The superiority of STAD model and IOC (inside-outside- circle) model in influencing the student’s achievement in short story. (2) The superiority of highly intelligent student in influencing the student’s achievement in short story. (3) The interaction between instructional model and intelligence type in influencing the student’s achievement in short stroy.

The study population was all students at 10th grade of Al-Azhar high school Medan at period 2015-2016. The research was conducted in Al-Azhar private high school Medan, the student numbers of 10th grade was 116 people which were learning at period 2015-2016. The sample was taken by perposive sampling. The experiment class for STAD instructional model was class X A consisting of 28 students and class X B consisting of 28 students for IOC instructional model This research uses quasi-experimental method with factorial design 2x2 . Statistic test used to present the data was descriptive statistical technique and followed by inferential statistics technique which is using two pathways ANOVA with significant level α = 0.05, and the last, the study conducted by doing Scheffe test. Before it, an analysis test prior with a normality test and homogeneity test had been conducted.

Based on the testing of hypothesis states shown that the student’s achievement of short story who had been taught with STAD model is higher than the IOC model. It can be seen from the results of Fcount = 8.88> Ftable = 4.03. The student’s achievement of short story for the highly intelligent student was higher than lowly intelligent student. It is shown from the results of Fcount= 52.048> Ftable = 4.03, and there are interactions between models of learning and personality types to the student’s achievement of short story. It is shown from the results of Fcount= 20.334> Ftable = 4.03 at significant level α = 0.05.

Based on further testing using the Scheffe test showed that the student’s achievement of short story who are taught with STAD instructional model is higher when compared with students who are taught with the IOC instructional model. The highly intelligent students will get the higher achievement with model instructional model treatment, while the lower intelligent students who will earn higher achievement with IOC instructional model treatment.

Key words : STAD and IOC learning models, intelligence om the student’s achievement in short story.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT segala berkat, rahmat dan anugerah-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Intelegensi terhadap Kemampuan Memahami Cerita Pendek Siswa SMA Alazhar Medan” disusun untuk melaksanakan penelitian tesis pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya secara khusus penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd.

3. Ibu Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd., selaku pembimbing I dan sekaligus sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Ibu Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta dukungannya kepada penulis sejak awal sampai selesainya penulisan tesis ini.


(8)

iv

4. Kepada kedua orang tua saya Alm.Rahmah Lubis dan Tukimansyah,dan buah hati saya Siti Atha Amirah, teman baik saya Khairul Isnan,Hanita,Kholilah,Sartika Rambe atas dorongan semangat,doa dan bantuan penuh cinta mereka pada saya. 5. Kepada kepala sekolah SMA reguler Al Azhar Medan Bapak Mayurid, Msi yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian pada sekolah yang dipimpinnya.

6. Seluruh guru di SMA reguler Al Azhar Medan yang telah memberikan dukungan moral kepada penulis.

7. Seluruh teman angkatan ke II kelas A dan B Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Akhir kata, Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tulisan tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan maupun kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun dari pembaca dalam penyempurnaan tulisan tesis ini.

Kiranya tulisan tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan khususnya ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia.

Medan, Juni 2016 Hormat Penulis

Nurjamiaty NIM 8146191016


(9)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ………. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 9

C. Pembatasan Masalah... 10

D. Rumusan Masalah... 10

E. Tujuan Penelitian... 10

F. Manfaat Penelitian... 11

BAB II KAJIAN TEORETIS,KERANGKA BERPIKIR DAN PENGUJIAN HIPOTESIS A. KajianTeoretis 1. Belajar... 12

2. Model Pembelajaran Kooperatif... 16

1) Model STAD ... 24

a) Pengertian Model STAD ……... 24

b) Tahap-tahap STAD ………... 26

c) Kelebihan dan Kelemahan Metode STAD………... 28

2) Model Inside Outside Circle …... 29

a) Pengertian Model IOC ……… 29

b)Tahapan Pembelajaran Inside-Outside Circle……… 30

c) Kelebihan dan Kekurangan Model IOC……… 32

3. Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek ……… 32

a. Cerita Pendek ………. 32

b. Unsur-unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerita Pendek ……….. 34

4. Intelegensi ... 39

5. Penelitian yang Relevan ……….. 45

B. Kerangka Berpikir 1. Perbedaan Kemampuan Memahami Cerpen dengan Menggunakan STAD(Student Team Achievement Division) dan Inside-Outside Circle... 47

2. Kemampuan Memahami Cerpen Siswa yang Memiliki Intelegensi Tinggi Lebih Tinggi daripada Siswa yang Memiliki Intelegensi Rendah... 48

3. Terdapat Interaksi Model Pembelajaran dan Intelegensi terhadap Kemampuan Memahami Cerpen... 49


(10)

vi

C. Pengajuan Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 51

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 51

C. Metode dan Rancangan Penelitian... 52

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian... 54

E. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan... 56

1. Prosedur Perlakuan ... 56

2. Pelaksanaan Perlakuan ... 58

a. Pembelajaran dengan Model STAD ... 58

b. Pembelajaran dengan Model Inside Outside Circle ... 58

F. Pengontrolan Validitas Internal dan Validitas Eksternal... 59

G. Teknik dan Instrumen Penelitian... 62

1. Pengumpulan Data ... 62

2. Instrumen Penelitian ... 62

a. Tes Hasil Kemampuan Memahami Cerpen ... 62

b. Tes Intelegensi ... 63

c. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 66

H. Teknik Analisis Data... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 69

1. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan Model STAD ……… 69

2. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan Model IOC ……… 70

3. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar Model STAD dengan Intelegensi Tinggi ………. 71

4. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan Model STAD dengan Tingkat Intelegensi Rendah ……….. 73

5. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan Model IOC dengan Tingkat Intelegensi Tinggi ……… 75

6. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan Model IOC dengan Tingkat Intelegensi Rendah ………. 76

7. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen dengan Tingkat Intelegensi Tinggi yang Diajar dengan Model STAD dan Model IOC ……….. 78

8. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen dengan Tingkat Intelegensi Rendah yang Diajar dengan Model STAD dan Model IOC ……… 9

B. Pengujian Persyaratan Analisis……… 81

1. Uji Normalitas ………. 81

2. Uji Homogenitas ………. 83


(11)

vii

1. Hipotesis Pertama ………. 86

2. Hipotesis Kedua ……….. 87

3. Hipotesis Ketiga ……….. 88

D. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 94

1. Perbedaaan Kemampuan Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model STAD dan Siswa yang Diajar dengan Model IOC ……….. 94

2. Perbedaan Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Memiliki Tingkat Intelegensi Tinggi dan Siswa yang Memikili Tingkat Intelegensi Rendah ……….. 96

3. Interaksi antara Model Pembelajaran dan Tingkat Intelegensi terhadap Kemampuan Memahami Cerpen ………… 98

E. Keterbatasan Penelitian ………. 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 103

B. Implikasi ………. 103

C. Saran ……… 106


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Skema Kegiatan Pembelajaran Model Inside-Outside Circle ... 31

3.1. Populasi Penelitian ... 51

3.2. Desain Eksperimental Faktorial 2x2 ... 54

3.3. Kisi-kisi Instrument Tes Kemampuan Memahami Cerpen... 63

3.4. Kisi-kisi Instrument Tes Intelegensi... 65

4.1. Hasil Kemampuan Siswa Memahami Cerpen dengan Menggunakan Model STAD ……….. 69

4.2. Hasil Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan Menggunakan Model IOC ……… 70

4.3. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan Model STAD dengan Tingkat Intelegensi Tinggi ……… 72

4. 4. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan Model STAD dengan Tingkat Intelegensi Rendah ………. 73

4.5. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan Model IOC dengan Tingkat Intelegensi Tinggi ……… 75

4.6. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan Model IOC dengan Tingkat Intelegensi Rendah ………. 76

4.7. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen dengan Tingkat Intelegensi Tinggi yang Diajar dengan Model STAD Dan Model IOC ……….. 78

4.8. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen dengan Tingkat Intelegensi Rendah yang Diajar dengan Model STAD dan Model IOC ……… 80

4.9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas ( Uji Liliefors)……… 82

4.10 Uji Homogenitas Gabungan Keempat Kelompok Sampel ………. 83

4.11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians dengan Uji Bartlett pada Taraf Signifikansi α 0,05………. 83

4.12. Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ………. 85

4.13. Rangkuman Hasil ANAVA Faktorial 2 x 2 ………. 86


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Ilustrasi Model Inside-Outside-Circle... 31 4.1. Histogram Kemampuan Memahami Cerpen yang Diajar dengan

Menggunakan Model STAD... 70 4.2. Histogram Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan

Menggunakan Model IOC ... 71 4.3. Hitogram Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan

Model STAD dengan Tingkat Intelegensi Tinggi ... 73 4.4. Histogram Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan

Model STAD dengan Tingkat Intelegensi Rendah ... 74 4.5. Histogram Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan

Model IOC dengan Tingkat Intelegensi Tinggi ... 76 4.6. Histogram Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang Diajar dengan

Model IOC dengan Tingkat Intelegensi Rendah ... 77 4.7. Histogram Kemampuan Siswa Memahami Cerpen dengan Tingkat

Intelegensi Tinggi yang Diajar dengan Model STAD dan Model IOC... 79 4.8. Histogram Kemampuan Siswa Memahami Cerpen dengan Tingkat

Intelegensi Tinggi yang Diajar dengan Model STAD dan Model IOC ... 81 4.9. Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Tingkat Intelegensi terhadap


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus STAD ……….. 111

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………... 114

3. Lembaran Soal ……… 125

4. Lembar Observasi Model Inside Outside Circle ……… 133

5. Hasil Psikotes Siswa SMA Al-Azhar Medan ……… 134

6. Data Kemampuan Memahami Cerpen Siswa Kelas Eksperimen (yang Diajar dengan Model STAD) ………. 136

7. Data Kemampuan Memahami Cerpen Siswa Kelas Kontrol (yang Siajar dengan Model IOC) ………. 137

8. Rumus Statistik yang di Gunakan dalam Menganalisis Data Uji Coba Instrumen dan Data Hasil Penelitian ………. 138

9. Perhitungan Mean, Median, Modus, Varian dan Simpangan Buku Data Hasil Penelitian ……….. 142

10.Pengujian Normalitas Data ………. 170

11.Uji Homogenitas Varians Sampel ………. 175

12.Perhitungan Analisis Varians (Anava) Dua Jalur ……….. 177

13.Uji Lanjut dengan Uji Scheffe ……….. 183

14.Tabel of Dustribution F Value……… 188

15.Tabel Harga Kritik Korelasi Product Moment ……….. 191

16.Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors ……… 192

17.Daftar Nilai-nilai dalam Distribusi t ………. 193

18.Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva 0 ke z ………. 194

19.Validasi Instrumen Tes ... 195

20.Realibilitas Insrumen Tes ... 196

21.Indeks Tingkat Kesukaran ... 197

22.Indeks Daya Beda ... 198


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi beberapa kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dalam pembelanjaran, guru tidak hanya sekedar menerangkan dan menyampaikan sejumlah materi pelajaran kepada siswa, ia juga memberikan rangsangan dan dorongan agar pada diri siswa terjadi proses belajar. Oleh sebab itu, setiap guru perlu menguasai berbagai metode mengajar dan dapat mengelola kelas secara baik sehingga mampu menciptakan iklim yang kondusif dalam pembelajaran.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

diberikan kepada para siswa mencakup empat aspek kebahasaan, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dengan demikian, Bahasa Indonesia berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang keempat aspek itu sangat penting. Namun, kenyataannya menunjukkan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak begitu diminati oleh para siswa sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini Pendidikan bahasa Indonesia harus dibenahi dan ditangani secara serius, sehingga banyak siswa merasa tertarik akan mata pelajaran Bahasa


(16)

2 Indonesia, untuk kemudian menekuni dan menguasainya, maka dengan demikian pembenahan ini harus dimulai pada berbagai tingkat pendidikan.

Model pembelajaran merupakan salah satu unsur yang ikut membangun iklim kelas, termasuk kreativitas siswa dan pencapaian hasil belajar. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi mengajar, paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara taktis berbagai model belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar selain kemampuan professional lainnya yang menunjang. Terkadang bagi seorang pendidikpun dalam menentukan model pembelajaran yang dianggap paling tepat untuk menyampaikan suatu konsep pembelajaran merupakan suatu hal yang sulit, karena setiap model pembelajaran masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan tergantung pada tujuan pembelajaran itu sendiri yang ingin dicapai setelah pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran selama ini di kelas-kelas sekolah hampir seragam, seperti : ceramah, mencatat, hafalan, dan pemberian tugas (PR). Pembelajaran selama ini lebih mengutamakan bagaimana cara mengisi pikiran murid bukan pada bagaimana cara menata berpikir sehingga pembelajaran menjadi pasif dan tidak ada kerjasama antar siswa

bahkan antara guru dan siswa, akibatnya siswa kehilangan kemampuan dirinya (

self-reliance), toleransi terhadap perbedaan pendapat dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Akibatnya tentu saja siswa menjadi kerdil dan tidak dapat mengembangkan kreativitas belajar mereka secara optimal dan bertanggung jawab.

Pentingnya pengajaran sastra di bidang pendidikan dewasa ini sangat membantu perkembangan karya sastra. Karya sastra yang dihasilkan oleh para peserta didik dapat dikenal pada masyarakat pada umumnya. Peserta didik pada tingkat SMA misalnya akan menghasilkan karya sastra yang bernilai seni tinggi dengan daya imajinasi yang indah apabila


(17)

3 mereka memahami teori dan terus berlatih dan berlatih,baik itu menulis karya sastra maupun menggapresiasikannya.

Salah satu dari karya sastra tersebut adalah cerpen. Keterampilan memahami dan menganalisis cerpen perlu ditanamkan pada siswa di sekolah, sehingga mereka mampu mengapresiasikan cerpen dengan baik. Mengapresiasi sebuah karya sastra tidak hanya dituntut untuk penghayatan dan pemahaman semata, tetapi berpengaruh untuk mempertajam kepekaan perasaan, penalaran serta kepekaan anak terhadap masalah-masalah kemanusian yang terjadi di sekolah atau di masyarakat. Kemamapuan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor penting dalam proses pembelajaran. Selain penerapan model,metode dan strategi yang tepat guru sangat menentukan dalam proses pembelajaran terhadap siswa.

Belajar membutuhkan interaksi, hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, artinya di dalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan) . Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa.Dalam interaksi ini,guru melakukan kegiatan mengajar dan siswa belajar.Kegiatan mengajar dan belajar ini bukan merupakan dua hal yang terpisah tetapi bersatu,dua hal yang menyatukannya adalah interaksi tersebut.Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim dan Nana(2010:31),dalam interaksi belajar mengajar terjadi proses pengaruh-mempengaruhi.Bukan hanya guru orang yang mempengaruhi siswa,tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru.Perilaku guru akan berbeda,apabila menghadapi kelas yang aktif dengan yang pasif,kelas yang berdisiplin dengan yang kurang disiplin.Interaksi ini bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru,tetapi antara siswa dengan manusia sumber(yaitu orang yang bisa memberi informasi),antara siswa dengan siswa lain,dan dengan media pelajaran.


(18)

4 Pembelajaran sastra mengarah pada peningkatan kemampuan apresiasi sastra siswa.

Pembelajaran sastra mencakup dua segi. Pertama, pembelajaran sastra diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam hal mengenal, memahami, menghayati, dan

menikmati karya sastra. Kedua, pembelajaran sastra diarahkan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keberanian, kemauan, dan kreativitas siswa. Diharapkan agar siswa memiliki kemampuan yang kuat, keberanian tinggi dan kreativitas dalam mengekpresikan pikiran, perasaan dan pengalaman dalam bentuk karya sastra. Perhatian tersebut dapat dilihat dari

jumlah besar siswa mengapresiasi karya sastra yang ada, baik dalam bentuk media cetak seperti

buku, majalah, koran maupun juga dalam bentuk media elektronik, seperti radio, televisi, internet Hasil belajar bahasa Indonesia pada ujian nasional tahun 2014/2015 tingkat SMA menunjukkan mengalami penurunan.Meskipun pada keseluruhan rata-rata hasil ujian nasional pada pelajaran yang diujikan mengalami kenaikan. Pun nilai UN mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa jurusan bahasa tingkat SMA lebih rendah daripada nilai UN siswa jurusan IPA dan IPS. Rendahnya nilai UN bahasa Indonesia ini patut menjadi catatan bagi Kemdikbud dan guru yang mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia.Guru bahasa Indonesia harus mau mengevaluasi dan mengoreksi diri agar tahun depan nilai bahasa Indonesia dapat ditingkatkan.Hal ini disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan(Mendikbud),Anies Baswedan melalui kemdikbud.go.id pada konferensi pers

Kamis,30 Mei 2015.

Sehubungan dengan hal di atas,pada kesempatan berbeda Anies Baswedan melalui

media kemendikbud.go.id pada konferensi pers Senin,18 Mei 2015 menyatakan bahwa indeks

integritas ujian nasional(IIUN) tingkat kabupaten/kota bagi jenjang SMA/sederajat diketahui hasil UN dan IIUN ini diharapkan dapat mendorong sekolah-sekolah di berbagai daerah juga pemangku kepentingan pendidikkan daerah tersebut untuk lebih berprestasi dan


(19)

5 berintegritas.Karena secara nasional Mendikbud mengakui bahwa integritas dalam pelaksanaan UN masih rendah.

Mengetahui keadaan yang sebenarnya di sekolah tentang penyebab rendahnya hasil belajar siswa,maka dilakukan observasi ke SMA Alazhar Medan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia relatif di bawah Kriteria Kelulusan Minimum(KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang menunjukkan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Dari kegiatan pembelajaran sebelumnya, saat proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat pasif. Beberapa siswa memang tampak memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang menguap, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga hasil dari pembelajaran tersebut kurang maksimal. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa cenderung bermain, akibatnya materi yang diajarkan guru tidak semuanya dipahami siswa.

Pencapaian hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal adalah intelegensi siswa. Intelegensi adalah suatu kemampuan dimana seseorang dapat menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat. Dalam dunia pendidikan intelegensi merupakan salah satu masalah pokok. Semakin tinggi intelegensi siswa maka semakin tinggi pula hasil belajarnya dan sebaliknya semakin rendah intelegensi siswa maka semakin rendah pula hasil belajarnya. Faktor eksternal terkait dengan model pembelajaran yang disajikan guru. Kemungkinan kurangnya pemahaman siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dikarenakan guru memberikan materi secara monoton. Untuk


(20)

6 meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran maka diperlukan model dalam proses belajar di kelas sehingga dapat memberikan alternatif pendekatan atau model yang memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan kekhususan pokok bahasan pada pelajaran bahasa Indonesia sedangkan hasil belajar siswa diukur dengan memberikan tes kepada siswa.

Proses pembelajaran cerpen yang berlangsung di SMA saat ini menggunakan sistem penyampaian yang monoton,yaitu sistem yang bertumpuh pada aktivitas guru. Selama ini guru sering menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang dikombinasikan dengan metode tanya-jawab dan pemberian tugas. Dengan demikian, siswa mendengarkan materi, menerima, dan menelaah begitu saja ilmu atau info dari guru. Sebaliknya, penerapan pembelajaraan kooperatif jarang digunakan guru di dalam kelas. Penyebabnya, karena pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang baru dan guru kurang informasi mengenai bagaimana cara menerapkan pembelajaran kooperatif di dalam kelas. Oleh karena itu, guru cendrung menggunakan metode ceramah daripada model kooperatif.

Model yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia ini adalah Student Team

Achievement Divisions(STAD) dan model inside-outside circle(IOC) karena model ini belum

pernah dilakukan di SMA Alazhar.Kemudian model tersebut dibandingkan hasil belajarnya. Model STAD adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada bentuk presentasi kelas,kerja kelompok(tim), kuis,skor kemajuan individul,dan rekognisi (penghargaan)

kelompok. Model pembelajaran Inside- outside- circle (lingkaran kecil-lingkaran besar)

merupakan model pembelajaran dimana siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya tanpa diliputi rasa takut salah pada saat mengungkapkan pendapatnya. Model pembelajaran ini


(21)

7 menuntut siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang

berbeda dengan singkat dan teratur. Dari kedua model STAD dan inside-outside circle maka

akan dibandingkan dengan hasil belajar.

STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru di SMA Swasta Al Azhar Medan belum menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Di samping itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerjasama, kretivitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman.

Sesuai dengan hal di atas, Slavin dalam Rusman(2014:214) memaparkan bahwa”Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”.Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah,mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran.Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik,memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting,berharga dan menyenangkan.Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru,tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis,sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu(tanggung jawab perseorangan).Para siswa mungkin bekerja berpasangan dan bertukar jawaban,mendiskusikan ketidaksamaan,dan saling membantu satu sama lain,mereka bisa mendiskusikan pendekatan untuk memecahkan masalah itu,atau mereka bisa saling memberikan pertanyaan tentang isi dari materi yang mereka pelajari itu.Mereka mengajari teman sekelompok dan menaksir kelebihan dan kekurangan mereka untuk membantu agar bisa berhasil menjalani tes.Karena skor kelompok didasarkan pada kemajuan


(22)

8 yang diperoleh siswa atas nilai sebelumnya(kesempatan yang sama untuk berhasil),siapapun dapat menjadi “bintang”kelompok dalam satu minggu itu,karena nilainya lebih baik dari nilai sebelumnya atau karena makalahnya dianggap sempurna,sehingga selalu menghasilkan nilai yang maksimal tanpa mempertimbangkan nilai rata-rata siswa yang sebelumnya.

Model STAD berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu sangat diperlukan. Di sini guru berperan sebagai motivator,

fasilitator, penanya, administrator, pengarah, manager dan rewarder (pemberi penghargaan).

Supaya guru dapat melakukan peranannya secara efektif pengenalan kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara perpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya (Gulo, 2002 : 45).

Dipilihnya SMA Swasta Al Azhar Medan sebagai tempat penelitian karena sekolah ini merupakan sekolah yang terakreditasi A dan sekolah ini termasuk sekolah standar nasional (SSN).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Intelegensi Terhadap Kemampuan Memahami Cerpen Siswa SMA Alazhar Medan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut : (1) penyampaian pembelajaran cerpen kurang menarik perhatian


(23)

9 siswa(2) model pembelajaran yang selama ini digunakan guru bahasa Indonesia dalam mengajar di kelas masih konvensional.(3) model pembelajaran digunakan guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.(4) Guru belum mengetahui berbagai model dalam mengajar. (5)Rendahnya pencapaian hasil belajar siswa tentang cerpen.(6) Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.(7) Pemilihan metode yang kurang tepat dalam menganalisis cerpen.(8)perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran STAD dan IOC dalam pembelajaran cerpen.

C. Pembatasan Masalah

Suatu penelitian hendaklah ada pembatasan masalah untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas atau bahkan menyimpang dari masalah yang ada.Oleh karena itu,dibatasi masalah dalam penelitian ini yaitu difokuskan pada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan bertipe STAD dan IOC,serta pengaruh intelegensi siswa yang diajar dengan model STAD dan IOC dalam kemampuan menentukan cerpen.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas, berikut ini akan diuraikan tentang rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah kemampuan memahami cerpen siswa yang diajarkan dengan menggunakan

model STAD lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan model inside- outside- circle?


(24)

10

2. Apakah kemampuan memahami cerpen siswa yang memiliki intelegensi tinggi lebih tinggi

daripada siswa yang memiliki intelegensi rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan intelegensi terhadap

kemampuan memahami cerpen?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

1. Untuk mengetahui kemampuan memahami siswa yang diajarkan dengan menggunakan

model STAD lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan model inside- outside- circle

2. Untuk mengetahui siswa yang memiliki intelegensi tinggi memperoleh kemampuan

memahami cerpen yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki intelegensi rendah.

3. Untuk mengetahui terdapat interaksi antara intelegensi siswa dan model pembelajaran

kooperatif dengan model inside- outside- circle atau dengan model STAD

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

a. Menambah pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori model STAD dan inside-

outside- circle yang ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.


(25)

11

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini memberikan sumbangan bagi orang tua,pendidik dalam upaya

meningkatkan kerjasama antar siswa.

b. Sebagai sumbangan pemikiran untuk dilaksanakan bagi kemajuan dan peningkatan

kemampuan berkomunikasi antar peserta didik Sekolah Menengah Atas.

c. Memberikan data empiris tentang pencapaian tujuan pembelajaran bila menerapkan

model cooperative learning model STAD dan model inside-outside-circle dan

hasil penelitian dapat memperluas wawasan pengetahuan efektifitas dan efisiensi model pembelajaran.


(26)

103

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis seperti yang telah diuraikan, penelitian ini menyimpulkan bahwa :

1. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang diajar dengan model STAD

lebih tinggi daripada Kemampuan Memahami Cerpen yang diajar dengan model IOC.

2. Kemampuan siswa Memahami Cerpen yang memiliki tingkat inteligensi

tinggi lebih tinggi dari Kemampuan siswa memhami Cerpen yang memiliki tingkat inteligensi rendah.

3. Terdapat interaksi antara penggunaan model dan tingkat inteligensi dalam

mempengaruhi kemampuan memahami cerpen. Hal ini berarti bahwa penggunaan model STAD terhadap siswa yang memiliki tingkat inteligensi tinggi, dapat memberikan kemampuan memahami yang lebih tinggi, dari pada penggunaan model IOC.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan pertama, diketahui bahwa kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model STAD mempunyai kemampuan memahami cerpen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan memahami cerpen kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model IOC. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model yang mengakibatkan kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa, memberikan kesempatan pada


(27)

104

siswa untuk terlibat langsung secara fisik dan psikis untuk menemukan sendiri pengalaman belajar. Dengan demikian memunculkan ide-ide kritis terhadap interaksi pembelajaran, sehingga ketuntasan pembelajaran dapat tercapai dengan tepat. Hasil dari proses belajar adalah suatu perubahan tingkahlaku. Perubahan tersebut terbentuk dari hasil interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya.

Walaupun penggunaan model STAD telah teruji dapat meningkatkan kemampuan memahami cerpen, bukan berarti model tersebut merupakan model terbaik yang dapat digunakan bagi semua siswa dan lingkungan belajar yang berbeda-beda. Pada hakikatnya semua model baik bila disesuaikan dengan karakteristik sisa dan karakteristik kompetensi yang akan diajarkan. Oleh sebab itu perlu diperhatikan berbagai aspek untuk menyesuaikan model dan faktor lain yang berpengaruh terhadap kemampuan memahami.

Berdasarkan simpulan kedua, diketahui tingkat inteligensi siswa sebagai aspek kognitif, merupakan salah satu karakteristik siswa, terbukti turut memberikan pengaruh yang berarti dalam peningkatan kemampuan memahami. Tingkat inteligensi yang dimiliki siswa sangat berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian, siswa yang memiliki tingkat inteligensi tinggi memperoleh skor yang lebih tinggi dari siswa yang memiliki tingkat inteligensi rendah. Adanya perbedaan individual tersbut dapat mempengaruhi proses pembelajaran, oleh karena itu perlu mendapat perhatian guru pada saat perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.


(28)

105

Siswa kelas X SMA Al Azhar Medan telah mampu memahami konsep-konsep abstrak dan melihat keterhubungan antar konsep, melakukan analisis dan berpikir berdasarkan hipotesis, sehingga materi yang disampaikan dapat dilakukan dengan pendekatan pemecahan masalah dan menggunakan metode ilmiah. Pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik siswa, terbukti memberikan pengaruh terhadap perolehan kemampuan memahami cerpen. Bila tingkat inteligensi ditempatkan sebagai salah satu karakteristik siswa, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlu diketahuai tingkat pengetahuan dan pemahanan yang dimiliki siswa

sebagai bahan apersepsi sehingga materi pelajaran dapat diterima dengan baik. Sedangkan untuk mengembangkan sikap ingin tahu siswa tentang hal-hal baru, perlu disusun suatu kerangka konsep pembelajaran tentang apa yang akan dipelajari dan hubungannya dengan apa yang sudah diketahui siswa tersebut.

2. Hendaknya pembelajran dirancang dengan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga dapat merangsang kemampuan berpikir siswa dengan menyampaikan hal-hal baru yang menarik perhatian dan mengundang rasa ingin tahu.

3. Perlu diketahui karakteristik yang lain dari siswa, sehingga dapat

dilakukan berbagai pendekatan pembelajaran yang bervariasi untuk setiap siswa seperti melakukan pengelompokan siswa berdasarkan tingkat inteligensi yang bisa diukur dengan menggunakan tes Piaget.


(29)

106

Berdasarkan simpulan ketiga, terdapat interaksi penggunaan model pembelajaran dengan tingkat inteligensi siswa terhadap kemampuan memahami cerpen. Skor hasil belajar siswa yang memiliki tingkat inteligensi tinggi, lebih tinggi daripada siswa yang memiliki tingkat inteligensi rendah walaupun diajar dengan menggunakan model yang berbeda, karena baik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD maupun model IOC, kelompok ini tetap menunjukkan kemampuan memahami yang lebih tinggi dari pada kelompok yang memiliki tingkat inteligensi rendah.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan,maka disarankan beberapa hal berikut;

1 . Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia disarankan untuk

menggunakan model STAD sebagai model belajar alternatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Model STAD telah mampu meningkatkan kemampuan memahami cerpen menjadi lebih baik.

2 . Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya mengenal dan

memaksimalkan setiap tingkat inteligensi siswa serta menyesuaikannya dengan penggunaan model pembelajaran.

3 . Bagi siswa yang memiliki tingkat inteligensi rendah lebih tepat bila

diajar dengan menggunakan model IOC.

4 . Penelitian ini masih sangat terbatas dari segi jumlah sampel dan


(30)

107

disarankan kepada peneliti lanjut melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar dan waktu perlakuan yang lebih panjang.


(1)

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini memberikan sumbangan bagi orang tua,pendidik dalam upaya meningkatkan kerjasama antar siswa.

b. Sebagai sumbangan pemikiran untuk dilaksanakan bagi kemajuan dan peningkatan kemampuan berkomunikasi antar peserta didik Sekolah Menengah Atas.

c. Memberikan data empiris tentang pencapaian tujuan pembelajaran bila menerapkan model cooperative learning model STAD dan model inside-outside-circle dan hasil penelitian dapat memperluas wawasan pengetahuan efektifitas dan efisiensi model pembelajaran.


(2)

103

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis seperti yang telah diuraikan, penelitian ini menyimpulkan bahwa :

1. Kemampuan Siswa Memahami Cerpen yang diajar dengan model STAD lebih tinggi daripada Kemampuan Memahami Cerpen yang diajar dengan model IOC.

2. Kemampuan siswa Memahami Cerpen yang memiliki tingkat inteligensi tinggi lebih tinggi dari Kemampuan siswa memhami Cerpen yang memiliki tingkat inteligensi rendah.

3. Terdapat interaksi antara penggunaan model dan tingkat inteligensi dalam mempengaruhi kemampuan memahami cerpen. Hal ini berarti bahwa penggunaan model STAD terhadap siswa yang memiliki tingkat inteligensi tinggi, dapat memberikan kemampuan memahami yang lebih tinggi, dari pada penggunaan model IOC.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan pertama, diketahui bahwa kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model STAD mempunyai kemampuan memahami cerpen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan memahami cerpen kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan model IOC. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model yang mengakibatkan kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa, memberikan kesempatan pada


(3)

siswa untuk terlibat langsung secara fisik dan psikis untuk menemukan sendiri pengalaman belajar. Dengan demikian memunculkan ide-ide kritis terhadap interaksi pembelajaran, sehingga ketuntasan pembelajaran dapat tercapai dengan tepat. Hasil dari proses belajar adalah suatu perubahan tingkahlaku. Perubahan tersebut terbentuk dari hasil interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya.

Walaupun penggunaan model STAD telah teruji dapat meningkatkan kemampuan memahami cerpen, bukan berarti model tersebut merupakan model terbaik yang dapat digunakan bagi semua siswa dan lingkungan belajar yang berbeda-beda. Pada hakikatnya semua model baik bila disesuaikan dengan karakteristik sisa dan karakteristik kompetensi yang akan diajarkan. Oleh sebab itu perlu diperhatikan berbagai aspek untuk menyesuaikan model dan faktor lain yang berpengaruh terhadap kemampuan memahami.

Berdasarkan simpulan kedua, diketahui tingkat inteligensi siswa sebagai aspek kognitif, merupakan salah satu karakteristik siswa, terbukti turut memberikan pengaruh yang berarti dalam peningkatan kemampuan memahami. Tingkat inteligensi yang dimiliki siswa sangat berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian, siswa yang memiliki tingkat inteligensi tinggi memperoleh skor yang lebih tinggi dari siswa yang memiliki tingkat inteligensi rendah. Adanya perbedaan individual tersbut dapat mempengaruhi proses pembelajaran, oleh karena itu perlu mendapat perhatian guru pada saat perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.


(4)

Siswa kelas X SMA Al Azhar Medan telah mampu memahami konsep-konsep abstrak dan melihat keterhubungan antar konsep, melakukan analisis dan berpikir berdasarkan hipotesis, sehingga materi yang disampaikan dapat dilakukan dengan pendekatan pemecahan masalah dan menggunakan metode ilmiah. Pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik siswa, terbukti memberikan pengaruh terhadap perolehan kemampuan memahami cerpen. Bila tingkat inteligensi ditempatkan sebagai salah satu karakteristik siswa, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlu diketahuai tingkat pengetahuan dan pemahanan yang dimiliki siswa sebagai bahan apersepsi sehingga materi pelajaran dapat diterima dengan baik. Sedangkan untuk mengembangkan sikap ingin tahu siswa tentang hal-hal baru, perlu disusun suatu kerangka konsep pembelajaran tentang apa yang akan dipelajari dan hubungannya dengan apa yang sudah diketahui siswa tersebut.

2. Hendaknya pembelajran dirancang dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga dapat merangsang kemampuan berpikir siswa dengan menyampaikan hal-hal baru yang menarik perhatian dan mengundang rasa ingin tahu.

3. Perlu diketahui karakteristik yang lain dari siswa, sehingga dapat dilakukan berbagai pendekatan pembelajaran yang bervariasi untuk setiap siswa seperti melakukan pengelompokan siswa berdasarkan tingkat inteligensi yang bisa diukur dengan menggunakan tes Piaget.


(5)

Berdasarkan simpulan ketiga, terdapat interaksi penggunaan model pembelajaran dengan tingkat inteligensi siswa terhadap kemampuan memahami cerpen. Skor hasil belajar siswa yang memiliki tingkat inteligensi tinggi, lebih tinggi daripada siswa yang memiliki tingkat inteligensi rendah walaupun diajar dengan menggunakan model yang berbeda, karena baik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD maupun model IOC, kelompok ini tetap menunjukkan kemampuan memahami yang lebih tinggi dari pada kelompok yang memiliki tingkat inteligensi rendah.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan,maka disarankan beberapa hal berikut;

1 . Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia disarankan untuk menggunakan model STAD sebagai model belajar alternatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Model STAD telah mampu meningkatkan kemampuan memahami cerpen menjadi lebih baik. 2 . Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya mengenal dan

memaksimalkan setiap tingkat inteligensi siswa serta menyesuaikannya dengan penggunaan model pembelajaran.

3 . Bagi siswa yang memiliki tingkat inteligensi rendah lebih tepat bila diajar dengan menggunakan model IOC.

4 . Penelitian ini masih sangat terbatas dari segi jumlah sampel dan waktu yang sudah dilakukan. Untuk menguatkan hasil penelitian ini


(6)

disarankan kepada peneliti lanjut melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar dan waktu perlakuan yang lebih panjang.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe match mine terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa (quasi eksperimen di SMP Islam al-azhar)

11 106 89

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan menyesaikan soal cerita matematika (studi eksperimen di SMPN 238 Jakarta)

0 5 88

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PEMBACAAN CERITA PENDEK MELALUI MODEL BERPIKIR INDUKTIF DENGAN MEDIA FILM PENDEK PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA N 2 UNGARAN

3 30 248

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 21 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 4 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERPEN DI SMA GLOBAL PRIMA MEDAN.

0 4 31

PENGARUH METODE PROBING PROMPTING TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 34 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015.

0 2 21

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS IX SMP AL-AZHAR MEDAN.

0 2 32

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERPADU TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI ARTIKEL OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 2 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS TEKNIK PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN KECAKAPAN SOSIAL SISWA SMA AL-AZHAR MEDAN.

1 1 32

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA AL-AZHAR MEDAN.

0 2 27