UNJUK KERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2010/2011

(1)

TAHUN AJARAN 2010/2011

OLEH SERI SUSANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

TAHUN AJARAN 2010/2011

( S k r i p s i )

OLEH SERI SUSANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

Gambar Halaman 1.1 Gambar Keadaan Ruang Bimbingan dan Konseling... 79


(4)

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Fokus Penelitian... 6

3. Rumusan Masalah ... 7

4. Tujuan Penelitian ... 7

5. Kegunaan Penelitian ... 7

6. Kerangka Pikir ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling... 11

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 11

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 13

3. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling ... 13

4. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling... 15

5. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling ... 17

6. Azas-Azas Bimbingan dan Konseling ... 19

B. Unjuk Kerja Konselor Sekolah ... 23

1. Pengertian Unjuk Kerja Konselor Sekolah ... 23

2. Bentuk-Bentuk Unjuk Kerja Konselor Sekolah... 25

C. Program Bimbingan dan Konseling... 28

1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling... 28

2. Jenis-Jenis Program Bimbingan dan Konseling ... 29

3. Unsur-Unsur Program Bimbingan dan Konseling ... 30

4. Persyaratan Pokok Program Bimbingan dan Konseling ... 32

5. Ciri dan Sasaran Program Bimbingan dan Konseling ... 33


(5)

C. Variabel dan Definisi Operasional variabel ... 45

D. Instrumen Penelitian ... 46

E. Alat Bantu Penenlitian ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data... 48

G. Pengujian Kredibilitas Data ... 48

H. Teknik Analisis Data... 50

IV. HASIL DAN ANALISIS A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53

B. Hasil dan Analisis Penelitian ... 55

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(6)

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi wawancara ... 90

2. Pedoman Wawancara ... 91

3. Pedoman Observasi... 93

4. Lembar observasi ... 94

5. Transkrip Verbatim ... 95

6. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling SMP N 10... 119

7. Program Bimbingan dan Konseling ... 120


(7)

Tabel Halaman 1.1 Pembagian Siswa Asuh Guru Bimbingan dan Konseling... 75 2.1 Alat Pengumpul Data Siswa ... 80 3.1 Anggaran Dana Bimbingan dan Konseling ... 82


(8)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Giyono, M.Pd. ...

Sekretaris : Diah Utaminingsih, S. Psi. M.A. Psi ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Yusmansyah, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(9)

Dengan penuh rasa syukur pada ALLAH SWT, karya sederhana ini ku persembahkan untuk:

Bak dan Mak yang tak henti-hentinya selalu menyayangiku, memanjatkan doa untuk kesuksesanku, dukungan, serta

selalu sabar menanti keberhasilanku

Kakak dan ayukku tersayang, Fredy, Ida Puspita, Etra Eduarsyah, atas kasih sayang, pengorbanan dan doa tulus

kalian untuk keberhasilanku

Keponakanku tercinta Shinta dan Afif serta kakak iparku Bustam dan yuk Op yang telah melengkapi kebahagiaanku

Para pendidikku


(10)

DI SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Nama Mahasiswa : Nopita Sari Nomor Pokok Mahasiswa : 0613052035

Program Studi : Bimbingan dan Konseling

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,

Drs. Giyono, M.Pd Diah Utaminingsih, S. Psi. M.A. Psi NIP. 19511115 198303 1 002 NIP. 19790714 200312 2 001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. NIP 19510507 198103 1 002


(11)

Penulis dilahirkan di Pajar Menang, Lintang 4 Lawang, Sumatera Selatan pada tanggal 12 Februari 1987, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Harmain dan Ibu Bulkiah. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 33 Pajar Menang diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Seleman Ilir diselesaikan pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Muara Pinang diselesaikan pada tahun 2005.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) FKIP Unila pada tahun 2007 sebagai Sekbid Kerohanian dan aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) FKIP Unila pada tahun 2008 sebagai Sekbid DANUS. Penulis juga aktif pada organisasi diluar kampus Unila yaitu pada tahun 2009 aktif di FPM2KB Kampung Baru sebagai Sekbid BK. Dan pada tahun 2010 aktif di Ikatan Mahasiswa Pemuda Pagar Alam (IMPP) sebagai Wakil Ketua Umum.

Penulis melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling (PLBK) di SMA Utama 2 Bandar Lampung pada tahun 2009. Pada bulan Januari 2010, penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Yogyakarta.


(12)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT karena hanya atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul: “Unjuk Kerja Konselor Sekolah Dalam Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2010/2011” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

4. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd., selaku pembimbing utama sekaligus pembimbing akademik terima kasih atas bimbingan dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.


(13)

5. Bapak Drs. Giyono, M.Pd., selaku pembimbing kedua terima kasih atas bimbingan, arahan dan masukannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd selaku dosen pembahas yang telah

memberikan masukkan dan saran kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP

Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi saya.

8. Bapak dan Ibu staf dan karyawan Unila, terima kasih atas bantuannya dalam memenuhi segala urusan administrasi selama penulis kuliah.

9. Kepala sekolah SMP N 10 Bandar Lampung, beserta guru, siswa, dan staf tata usaha.

10. Kedua orang tua ku, Bak dan Mak yang sangat aku sayangi, pendengar risau dan pendamai hati ku, terimakasih untuk semua doa, dukungan, nasehat, kasih sayang, dan kesabaran kalian dalam menanti keberhasilan ku .

11. Ketiga kakakku: Fredy, Ida Puspita S.Pd, Eduarsyah, motivasi terbesarku untuk selalu berbuat yang terbaik yang selalu membantu disetiap langkahku khususnya ayuk dan duaca, pengorbanan kalian tak akan pernah ku lupakan. 12. Keponakanku tercinta Shinta dan Afif serta kakak iparku Bustam yang telah

banyak membantu baik moril maupun materil, dan ayuk Op yang telah melengkapi kebahagiaanku.

13. Sahabat Kucar Kacir ku Indri, Yeni, Sepri (Edo), Jumliadi (Adit) atas canda tawa, dukungan dan motivasinya selama ini. Serta sahabat SMA ku Man Ikhsan dan G.M POALISHE: Gunawan, Misdar, Lis, Pora.


(14)

14. Sahabat sekaligus saudara yang aku sayangi: Aulia Fitri (BK’06), Fitri Sari (BK’06), Herlina (English’06), Binti (Bio’06), Ima (Eko’06), Mei (B.Indo’06), Yuli (Pertanian’07), Desti (B.Indo’06). Yang selalu mengingatkan untuk selalu dekat dengan-Nya.

15. Sahabatku Desma yang selalu setia mendengar keluh kesahku dan membuat ku ingin belajar dan terus belajar, Wulan yang selalu sabar berbagi ilmu denganku, Terima kasih untuk semua kebersamaan yang telah kalian berikan. 16. Teman-teman seperjuanganku anak-anak BK’06: Masliyah, Meita, Dian,

Rista, Juwita, Nani, Oky, Bundo, Maya, Wela, Rere, Penti, Cipy, Linda, Bude, Vivin, Nene, Lucy, Sucy, Araw, Eka, , Mery, Wiwin, Encep, Madam, Macil , Ami, Mbak Yuni, Nopay, Adel, Era, Nucil, Yeni, Kiki, mas Hendi, Qiay, Ridho, mas Roni, mas Aris, mas Dwi, Om Panca, Dian, Hendra. Terimakasih untuk kebersamaan dan bantuan kalian. Marah, tawa, canda bersama kalian pelajaran besar bagiku menuju pendewasaan.

17. Teman – teman mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2005 –2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas do’a dan dukungan yang diberikan.

18. Teman-teman organisasi di HIMAJIP, FPM2KB, FPPI, dan IMPP terimakasih untuk kebersamaan kita.

19. Teman-teman organisasi di IMPP: Ani, Dela, Yosa, Yesi, Ferdy, July, Randy, Rendy, Africo, Rozi, Ujang, Kristo, Eva,, V3, Yeni, Azrina, Bang Dafy, K’Ical, Bang Ardian, K’Anton, K’Abrar, Dian, Rahman, Tedy, Winda, Vila, Selvin, Yuk Encep, Mira, Debi, Mega, Alfian, Warlan, Rano, Mamat,


(15)

K’Ramox, Yuk Nana, K’Andi, K’Bani, Noca, K’Ndoy, Bang Buntax, atas canda tawa dan kebersamaanya.

20. Teman-teman PLBK di SMA Utama 2 Bandar Lampung Iyai, Ami, Dika, Devi, Mery, Eny, Siska, Rani, Rachel, terimakasih atas canda tawa kalian, kebersamaan itu membuat PLBK terasa begitu menyenangkan dan tak terlupakan.

21. Anak-anak Pondokan Maleo Masliyah (sekaligus teman seperjuangan) Rawa (Popeye), Yayuk Winarti (Yawi), Dwi (adik paling cilik) Riri (Ribon), Rini, Ulirum, Bang Yes, Ana, Yuk Evty, Yuk Leni, Endank, Icha, Mba E (May), Mba Adis. Terimakasih atas do’a, kebersamaan, berantem-berantem kecilnya dan motivasi yang telah diberikan.

22. Semua pihak yang tak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan moral maupun material hingga terselesaikannya skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak, hanya Allah SWT yang dapat membalas dan memberi rahmat-Nya atas segala usaha dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Bandar Lampung, April 2012 Penulis


(16)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Seri Susanti

NPM : 0613052046

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan/Program Studi: Ilmu Pendidikan/Bimbingan dan Konseling

menyatakan bahwa skripsi dengan judulUnjuk Kerja Konselor Sekolah dalam Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2010-2011” benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang tedapat dalam skripsi dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Bandar Lampung, April 2012 Penulis,

Seri Susanti


(17)

1.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu usaha menjawab permasalahan serta berbagai tantangan yang selalu hadir di dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia pendidikan memiliki tujuan yang sangat penting seperti tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Bab 1 Pasal 1 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu :

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Lebih lanjut, pada pasal 3 mengenai fungsi pendidikan dinyatakan bahwa: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Berdasarkan dua batasan di atas, maka pendidikan di Indonesia tidak hanya memprioritaskan perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan peserta


(18)

didik, namun juga perkembangan individu sebagai pribadi yang unik secara utuh. Oleh karena setiap satuan pendidikan harus memberikan layanan yang dapat memfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan dan konseling.

Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, social, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan keberfungsian individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut merupakan proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Pengampu bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor yang merupakan salah satu kualifikasi pendidik.

Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya membantu perkembangan siswa secara optimal. Maka secara umum pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah harus dikaitkan dengan perkembangan sumber daya manusia seutuhnya. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling semestinya dapat menyediakan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya seperti masalah


(19)

pribadi, sosial, pekerjaan, dan lain sebagainya. Selain itu program bimbingan dan konseling pada dasarnya memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mengenal dirinya secara matang. Hal ini dimungkinkan supaya layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik dan siswa dapat memahami fungsi pelayanan bimbingan dan konseling.

Upaya untuk mewujudkan itu semua, konselor sekolah dituntut untuk menyusun suatu program bimbingan dan konseling, hal ini sesuai dengan standarisasi unjuk kerja konselor sekolah yang salah satunya yaitu menyusun program bimbingan dan konseling (Oleh IPBI sekarang ABKIN dalam Prayitno dan Erman Amti). Hal ini dipertegas lagi dalam SK Menpan No.84/1993 bahwa salah satu tugas pokok konselor sekolah adalah menyusun program bimbingan dan konseling (Juntika, 2007). Di samping itu dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 dijelaskan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang konselor yaitu merancang program bimbingan dan konseling yang salah satu butirnya adalah menyusun program bimbingan dan konseling (Syamsu Yusuf, 2009).

Program bimbingan dan konseling adalah dimana program tersebut tertuju pada apa yang ingin dicapai dari tujuan bimbingan sehingga program tersebut dapat berjalan secara efisien dan efektif. Untuk membuat program bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan perencanaan yang matang, sehingga tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan harapan dari pendidikan dan individu.


(20)

“Sehubungan denganpenyusunan program bimbingan dan konseling, Sukardi (dalam Uman Suherman: 38,2009) “mengungkapkan bahwa kegiatan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk survey untuk menginventarisasi tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah serta persiapan sekolah untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling”.

Di mana penyusunan program bimbingan dan konseling tersebut merupakan kegiatan yang pertama yang harus dilakukan oleh konselor sekolah sebelum melaksanakan kegiatan pelayanan. Adapun tujuan dari penyusunan program bimbingan dan konseling tidak lain adalah agar kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efisien.

Secara konseptual sebuah program sangat menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan dilaksanakan, namun dalam pelaksanaannya beberapa konselor sekolah seringkali mengabaikan keberadaan program bimbingan dan konseling. Artinya aktivitas yang dilakukan tidak mengacu pada program yang disusunnya. Ada beberapa alasan program bimbingan dan konseling yang disusun tidak dijadikan bahan acuan kegiatan, yaitu program yang disusun semata-mata dilatar belakangi oleh kepentingan administrative, program tidak disusun berdasarkan analisis yang cermat terhadap kebutuhan siswa, program yang disusun kurang mempertimbangan kondisi sekolah.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti melakukan observasi di SMP N 10 Bandar Lampung mengenai penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Dari hasil observasi terdapat beberapa konselor sekolah yang kurang memperhatikan kebutuhan peserta didik dalam menyusun


(21)

program bimbingan dan konseling, sehingga komitmen untuk melaksanakan program yang sudah dibuat tidaklah terlalu penting karena memang belum tentu dibutuhkan oleh para peserta didik.

Dalam menyusun program bimbingan dan konseling masih dilatar belakangi oleh kepentingan administrative sehingga program itu yang penting ada, bahwa dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang disusun itu masalah lain sehingga dalam pelaksanaannya seringkali tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam artian bahwa program bimbingan dan konseling masih menjadi sebuah keharusan administrative. Program yang disusun kurang mempertimbangkan kondisi sekolah termasuk personilnya, sehingga besarnya cakupan kegiatan dalam program itu tidak sebanding dengan jumlah dan kualifikasi konselor sekolah yang ada apalagi jika tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga program yang disusun sulit untuk dilaksanakan.

Di sisi lain terdapat konselor sekolah yang masih menggunakan atau menyalin program bimbingan tahun sebelumnya. Hal ini akan sangat berdampak pada proses pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Tersusun dan terlaksananya program bimbingan dan konseling dengan baik selain akan lebih menjamin pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling pada khususnya, tujuan sekolah pada umumnya, juga akan lebih menegakkan kiprah bimbingan dan konseling di sekolah.


(22)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,penulis akan mengangkat judul “ Unjuk Kerja Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di SMP N 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2010/2011”.

2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian yang bersifat kualitatif. Hal ini untuk membatasi studi pada bidang penelitian. Tanpa fokus penelitian, maka peneliti akan terjebak oleh banyaknya data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu fokus penelitian memiliki peranan yang sangat penting untuk memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Fokus penelitian ini diarahkan pada unjuk kerja guru bimbingan dan konseling dalam penyusunan program bimbingan dan konseling.

3. Rumusan masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan, masalah dalam penelitian ini adalah penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri 10 Bandar Lampung belum optimal. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah unjuk kerja guru bimbingan dan konseling dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP N 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2010/2011?


(23)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mendeskripsikan unjuk kerja konselor sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP N 10 Bandar Lampung.

C. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis yaitu sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan konsep-konsep ilmu pada program studi bimbingan dan konseling, khususnya tentang profesionalisme bimbingan dan konseling. Selain itu juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi peneliti tentang cara menyusun program bimbingan dan konseling dengan cara yang semestinya.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, sumbangan informasi dan pemikiran bagi konselor sekolah, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya di SMP N 10 Bandar Lampung. Serta menjadi bahan masukan kepada guru bimbingan dan konseling dalam menyusun program bimbingan dan konseling di sekolah.

D. Kerangka Pikir

Konselor sekolah adalah petugas profesional yang artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus untuk menguasai seperangkat kompetensi yang


(24)

diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Jadi dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa konselor sekolah memang sengaja dibentuk menjadi tenaga-tenaga yang profesional dalam pengetahuan, pengalaman dan kualitas pribadinya dalam bimbingan dan konseling. Oleh karena itu tugas dan peranan yang diembannya pun mempunyai kriteria khusus dan tidak semua orang atau semua profesi dapat melakukannya.

Perwujudan tugas dan peranan tersebut berupa unjuk kerja konselor sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah. Sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang konselor yaitu merancang program bimbingan dan konseling yang salah satu butirnya adalah menyusun program bimbingan dan konseling (Syamsu Yusuf, 2009).

”Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bila dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik” (Soetjipto dan Raflis Kosasi,2007:90). Program bimbingan dan konseling merupakan suatu kumpulan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah yang dilakukan dalam waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (1991:105) yang menyatakan bahwa ”program bimbingan dan konseling adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran”.


(25)

“Sukardi (dalam Uman Suherman: 38, 2009) mengungkapkan bahwa kegiatan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk survey untuk menginventarisasi tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah serta persiapan sekolah untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling”.

Jadi, guru bimbingan dan konseling perlu memperhatikan tujuan yang ingin dicapai, kebutuhan dan kemampuan sekolah dalam menjalankan program, dengan demikian diharapkan pelaksanaan bimbingan dan konseling akan berhasil dan berjalan lancar. Sesuai dengan pendapat Soetjipto dan Kosasi (2007:92) menyatakan bahwa ”keberhasilan dalam merumuskan program, merupakan titik awal keberhasilan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah”.

Penyusunan program bimbingan dan konseling akan berjalan dengan baik bila konselor sekolah mengetahui kebutuhan dan permasalahan siswa, menentukan tujuan program layanan bimbingan, menentukan jenis kegiatan, menetapkan metode dan teknik yang digunakan dalam kegiatan, menetapkan personil dalam menyusun dan melaksanakan kegiatan, serta penetapan fasilitas dan biaya.

Unjuk kerja tersebut merupakan kegiatan yang harus ditampilkan oleh konselor sekolah dalam rangka pelaksanaan tugas dan pengembangan profesional dalam menyusun program bimbingan dan konseling. Selanjutnya masing-masing dari unjuk kerja tersebut dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan, teknik-teknik khusus, sarana serta perlengkapan pendukungnya. Sehingga unjuk kerja tersebut dapat terlaksana dengan baik dan efisien.


(26)

Konselor sekolah diharapkan dapat menjalankan peranannya sesuai dengan tugas-tugas yang dimilikinya, diantaranya menyusun program bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu mengumpulkan data-data mengenai siswa, menggunakan berbagai macam instrument psikologis untuk mengungkap masalah yang dihadapi oleh siswa, bekerja sama dengan kepala sekolah, guru bidang studi, wali kelas, dan orang tua siswa untuk membantu mengawasi perkembangan siswa di sekolah serta membantu menyelesaikan masalah siswa.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia dan oleh manusia. Dari manusia artyinya pelayanan ini diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannya. Bimbingan secara umum dapat diartikan berada dalam bentuk pendidikan, bimbingan mengandung layanan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan, bimbingan tegasnya merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain sehubungan dengan membuat dan memutuskan pilihan.

Sehubungan dengan kegiatan menyesuaikan diri dapat pula sehubungan dengan jalan memecahkan masalah atau kesulitan. Tujuannya supaya orang yang dibantu atau dibimbing dapat meningkatkan derajat kemandiriannya dan kecakapan ataupun potensinya. Pada ungkapan tujuan tadi terkandung makna bahwa hal itu tidak dapat dicapai jika hanya sepintas saja bantuannya melainkan harus jangka panjang serta dengan perencanaan program yang sistematis dengan kata lain bahwa bimbingan harus melalui suatu proses.


(28)

Telah banyak pengertian yang telah dirumuskan para ahli tentang bimbingan dan konseling, diantaranya:

Crow & Crow (dalam Prayitno & Erman Amti, 1999) menyatakan bahwa: “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, lkai-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggungnya sendiri”.

Sedangkan pengertian konseling menurut Jones (dalam Prayitno & Erman Amti 1999) adalah :

“Kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasai sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.”

Dengan melihat pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor atau pembimbing kepada seorang klien atau siswa secara terus menerus dan menyeluruh , agar mereka dapat menentukan pilihan-pilihan untuk menyesuaikan diri, dan memahami dirinya dalam mencapai kemampuan yang optimal untuk memikul tanggung jawab.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Sejalan dengan perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling maka tujuan bimbingan dan konseling mengalami perubahan, berikut ini adalah tujuan bimbingan dan konseling :


(29)

1) untuk membantu individu dalam membuat pilihan-pilihan,penyesuaian-penyesuaian dan interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu ( menurut Hamrin dan Chifford )

2) untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan ( menurut Bradshow ) 3) untuk membantu orang-orang menjadi insane yang berguna,bukan

sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja ( menurut Tiedemen )

( Prayitno,dkk;1999;112 ).

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Semua pihak perlu menyadari akan pentingnya bimbingan dan koseling pada setiap lembaga pendidikan. Dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah, banyak manfaat dan fungsi yang dapat dirasakan oleh semua pihak. Tidak hanya guru, namun juga oleh karyawan dan semua pegawai yang ada di sekolah, yang terpenting juga bagi siswa sebagai sasaran utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Selanjutnya dikemukakan secara rinci oleh Prayitno (1999: 197-215) bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Fungsi Pemahaman

Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri dan banyak pihak-pihak yang akan membantu klien, serta pemahaman tentang lingkungan klien (lingkungan sekolah kerja dan lain sebagainya.

2) Fungsi Pencegahan

Usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah dalam fungsi ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Hal tersebut dapat ditempuh melalui program bimbingan yang sistematis,


(30)

sehingga hal-hal yang menghambat seperti kesulitan belajar, masalah sosial, kurang informasi, dan sebagainya dapat terhindar.

3) Fungsi Pengentasan

Yaitu memberikan bantuan kepada klien sebelum dia menghadapi permasalahan yang mungkin timbul.

4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Inteligensi yang tinggi, bakat yang istimewa, minat yang menonjol untuk hal yang positif dan produktif, sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-hari. Cita-cita yang tinggi dan cukup realistik serta berbagai aspek positif yang lainnya yang dimiliki oleh individu perlu dipertahankan.

Dari fungsi bimbingan dan konseling diatas, yang banyak dilakukan saat ini di sekolah-sekolah pada umumnya adalah fungsi pengentasan (corrective). Siswa mendapatkan layanan apabila ia sedang menghadapi masalah atau melakukan pelanggaran. Padahal yang sesungguhnya fungsi bimbingan dan konseling yang utama adalah pengembangan, yakni siswa diarahkan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Siswa yang bermasalah memang menjadi prioritas utama untuk mendapatkan layanan, namun penekanan akhirnya adalah bagaimana mengembangakan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa agar menjadi lebih optmal dan terarah dengan baik.


(31)

4. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip-prinsip bimbingan adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan layanan bimbingan.

1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan

a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosila ekonomi.

b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku yang unik dan dinamis.

c. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.

d. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya. 2. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu

a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental (fisik) individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah serta dalam kaitannya dengan kontak social dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

b. Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan, merupakan faktor timbulnya masalah pada individu dan kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan.

3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan

a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu, karena itu program bimbingan harus


(32)

disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.

b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.

c. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi.

d. Terhadap isi dan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya penilaian yan g teratur dan terarah.

4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan

a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.

b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atas desakan dari pembimbing atau pihak lain.

c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

d. Kerjasama antara pembimbing, guru dan orang tua sangat menentukan hasil pelayanan bimbingan.

e. Pengembangan proram pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlihat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.


(33)

5. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu ada kegiatan layanan bimbingan dan konseling yan terorganisir, terprogram, dan terarah.

Adapun jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dikemukakan oleh Sofyan S. Willis (2004:32-35) adalah sebagai berikut: 1. Layanan Orientasi

Yaitu memberikan pengenalan kepada siswa tentang kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuhnya agar siswa memperoleh penyesuaian diri dalam situasi pendidikan yang dihadapinya.

2. Layanan Informasi

Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan, jabatan, dan informasi sosial) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara teapt (penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program khusus, keiatan ko/ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya.

4. Layanan Bimbingan Belajar

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasan belajar yang baik, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.


(34)

5. Layanan Konseling Individual

Yaitu layanan yang diberikan oleh konselor sekolah kepada seorang siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif.

6. Layanan Bimbingan Kelompok

Yaitu layanan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari konselor/guru pembimbing) yang berguna untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan

7. Layanan Konseling Kelompok

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.

Rahman (2003:69-79) memaparkan tentang lima kegiatan pendukung pelaksanaan bimbingan dan konseling, sebagai berikut:

1. Instrumentasi bimbingan adalah pengadaan segala jenis instrumen baik berupa tes maupun non tes guna menjaring data dan mencatat segala keterangan siswa dalam proses pelaksanaan bimbingan dan konseling. 2. Himpunan data atau pengumpulan data adalah kegiatan mengumpulkan,

menyeleksi, menata dan menyimpan data serta keterangan siswa dengan teknik tes maupun non tes.

3. Konferensi kasus adalah membahas suatu kasus dengan melibatkan banyak pihak.

4. Kunjungan rumah adalah kegiatan guru pembimbing mengunjungi tempat tinggal orang tua atau wali siswa.

5. Alih tangan kasus adalah kegiatan pembimbing melimpahkan penanganan suatu kasus dari seorang guru pembimbing kepada pihak lain yang dianggap memiliki kemampuan dan wewenang yang relevan dengan masalah yang dihadapi siswa.


(35)

6. Azas-Azas Bimbingan dan Konseling

Penyelenggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip–prinsip bimbingan, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan atas asas– asas itu akan memperlancar pelaksanaan dan menjamin keberhasilan layanan / kegiatan, sedangkan pengingkaranya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan serta menggurangi atau mengaburkan hasil layanan / kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Asas–asas bimbingan dan konseling tersebut (Prayitno, 1997 : 23 ) ialah: 1) Asas kerahasiaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakan segenap data dan keterangan tentang peserta didik ( klien ) yang menjadi segenap sasaran layanan yaitu data dan keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.

2) Asas kesukarelaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik ( klien ) mengikuti / menjalani layanan / kegiatan yang diperuntukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu. 3) Asas keterbukaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik ( klien ) yang menjadi sasaran layanan / kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura–pura, baik dalam memberikan keterangan tentang diri


(36)

sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.

4) Asas kegiatan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik ( klien ) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalm penyelenggaraan layanan / kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan.

5) Asas kemandirian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik ( klien ) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharap menjadi individu–individu yang mandiri dengan ciri–ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungan, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri sebagaimana telah diutarakan terdahulu.

6) Asas kekinian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik ( klien ) dalam kondisinya sekarang .

7) Asas kedinamisan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan ( klien ) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan dari waktu ke waktu.


(37)

8) Asas keterpaduan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan.

9) Asas kenormatifan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai–nilai dan norma yang ada.

10) Asas keahlian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah– kaidah professional. Guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelengaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling

11) Asas alih tangan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak–pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik ( klien ) mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. 12) Asas tut wuri handayani

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi, mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan


(38)

dan dorongan serta kesempatan yang seluas–luasnya.kepada peserta didik ( klien ) untuk maju.

Apabila asas-asas tersebut diikuti dan diselenggarkan dengan baik maka proses pelayanan akan dapat mengarah pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu perlu suatu kerjasama yang baik dari konselor sendiri, peserta didik atau guru bidang studi bahkan jika perlu seluruh warga sekolah juga dapat dilibatkan demi kelancarannya proses pelayanannya.

B. Unjuk Kerja Konselor Sekolah

1. Pengertian Unjuk Kerja Konselor Sekolah

Unjuk kerja adalah cara bekerja, perilaku dan penampilan (Sulchan Yasin, 2000). Unjuk kerja/kinerja adalah cara kerja seseorang dalam melaksanakan tugas dan peran yang dijalaninya.

Guru bimbingan dan konseling atau biasa disebut konselor sekolah adalah seorang tenaga professional yang memperoleh pendidikan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan. ( WS. Winkel, 1991,164 ). Dikatakan tenaga professional artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus untuk menguasai seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konselor sekolah memang sengaja dibentuk atau disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga yang professional dalam pengetahuan, pengalaman dan kualitas pribadinya. Jadi


(39)

yang dimaksud dengan unjuk kerja konselor sekolah adalah cara kerja seorang konselor sekolah dalam mewujudkan tugas dan perannya dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.

Perwujudan tugas dan peranan tersebut berupa unjuk kerja dalam layanan bimbingan dan konseling. Unjuk kerja tersebut menjadi ukuran apakah konselor sekolah benar-benar telah melakukan sesuatu yang berharga dan yang diharapkan oleh masyarakat yang selalu dinamis dan berkembang khususnya di dunia pendidikan yaitu sekolah. Keseluruhan unjuk kerja konselor sekolah meliputi beberapa gugus yang masing-masing gugus terdiri atas sejumlah butir unjuk kerja. Masing-masing unjuk kerja yang telah ditetapkan merupakan kegiatan yang ditampilkan oleh seorang konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam upaya pengembangan profesional bimbingan dan konseling. Masing-masing unjuk kerja tersebut dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan, tehnik-tehnik khusus, sarana serta perlengkapan pendukung lainnya. Sehingga dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik dan efektif, serta sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu pengembangan diri siswa seutuhnya.

2. Bentuk-Bentuk Unjuk Kerja Konselor

Rumusan tentang unjuk kerja mengacu kepada wawasan dan keterampilan yang hendaknya dapat ditampilkan oleh para konselor sekolah. Adapun bentuk-bentuk unjuk kerja/kegiatan yang harus dilakukan oleh para konselor


(40)

sekolah dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

1) Menyusun program bimbingan dan konseling

2) Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan dan konseling 3) Mengorganisasikan program bimbingan dan konseling

4) Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling 5) Mengungkapkan masalah klien

6) Menyusun dan mengembangkan himpunan data

7) Mengadakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan, dan kondisi kepribadian

8) Menyelenggarakan konseling perorangan

9) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling kelompok 10) Menyelenggarakan orientasi studi siswa

11) Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler

12) Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa

13) Menbantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan pengajaran perbaikan dan program pengayaan

14) Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar 15) Menyelenggarakan pelayanan penempatan siswa

16) Menyelenggraakan bimbingan karir dan pemberian informasi pendidikan/jabatan

17) Menyelenggarakan konferensi kasus 18) Menyelenggarakan terapi kepustakaan 19) Melakukan kunjungan rumah

20) Menyelenggarakan lingkungan klien 21) Merangsang perubahan lingkungan klien 22) Menyelenggarakan konsultasi khusus 23) Mengantar dan menerima alih tangan 24) Menyelenggarakan diskusi professional

25) Memahami dan menulis karya-karya ilmiah dibidang BK

26) Memahami hasil dan menyelenggarakan penelitian dibidang BK

27) Menyelenggarakan kegiatan BK pada lembaga/lingkungan yang berbeda 28) Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK

(IPBI dalam Prayitno dan Erman Amti: 1999, 341-342)

Pelaksanaan butir-butir unjuk kerja tersebut perlu ditunjang oleh suasana kerja, nilai dan sikap, serta kemampuan khusus dari konselor sekolah. Dengan demikian tampaklah bahwa masing-masing butir unjuk kerja tersebut merupakan kegiatan yang cukup kompleks yang sekaligus


(41)

terpadukan didalamnya unsur-unsur keilmuan, tehnik, nilai, sikap dan kemauan.

Adapun bentuk unjuk kerja konselor yang ditetapkan oleh American School Association (ASCA):

1) Menyusun program BK

2) Menyelenggarakan konseling perorangan 3) Memahami diri siswa

4) Merencanakan pendidikan dan pengembangan pekerjaan siswa 5) Mengalihtangankan siswa

6) Menyelenggarakan penempatan siswa 7) Memberikan bantuan kepada orang tua 8) Mengadakan konsultasi deangan staf 9) Mengadakan hubungan dengan masyarakat

(Prayitno & Erman Amti:1999,341-342)

Masing-masing unjuk kerja tersebut dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan, tehnik-tehnik khusus, sarana serta perlengkapan pendukung lainnya. Sehingga dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik dan efektif, serta sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu pengembangan diri siswa seutuhnya.

Bentuk unjuk kerja konselor sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan kosneling adalah sebagai berikut:

1) Mengadakan orientasi dan studi kelayakan yang hasilnya akan dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling.

2) Mempergunakan instrument tertentu untuk mengungkapkan kebutuhan warga lembaga akan pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya siswa.

3) Menyususn konsep program pelayanan bimbingan dan konseling dengan memperhatikan hasil orientasi, studi kelayakan, dan kebutuhan warga lembaga akan pelayanan bimbingan dan konseling.

4) Mendiskusikan dengan personil yang terkait , seperti guru, wali kelas, dan sebagainya tentang konsep program bimbingan dan konseling.


(42)

5) Menyusun bentuk akhir program bimbingan dan kosneling pada suatu lembaga secara menyeluruh, lengkap dan tepat.

6) Menjelaskan program bimbingan dan konseling yang telah disusun kepada pimpinan lembaga.

7) Mengajak warga lembaga tempat program itu akan dilaksanakan untuk mewujudkan program bimbingan dan konseling tersebut.

8) Memantau dan mensupervisi pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

9) Mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap pelaksanaan program bimbingan dan kosneling agar lebih efektif dan efisien untyk memenuhi kebutuhan warga.

(IPBI dalam Prayitno dan Erman Amti, 1999:362)

Masing-masing butir unjuk kerja tersebut merupakan kegiatan yang ditampilkan oleh konselor sekolah dalam rangka pelaksanaan tugas dan pengembangan professional bimbingan dan konseling. Dengan demikian tampaklah bahwa unjuk kerja konselor sekolah sangat menentukan keberhasilan suatu pelayanan bimbingan dan konseling.

C. Program Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling

Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bilamana dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik. Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan dan konseling. Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchel (dalam Soetjipto dan Raflis, 2004) menyatakan bahwa “program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri”.


(43)

Jadi program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada suatu periode tertentu yang bertujuan untuk mempermudah konselor sekolah dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik dalam upaya pengembangan potensi diri peserta didik. Hal ini menekankan bahwa betapa pentingnya suatu program bimbingan dan konseling di sekolah, dimana program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dari keseluruhan program di sekolah. Hal ini mengandung makna bahwa program bimbingan dan konseling bukan berarti program milik konselor sekolah sendiri tetapi lebih dari itu, program bimbingan dan konseling merupakan milik semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah. Program tersebut mengandung unsur-unsur yang terdapat didalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan berorientasikan pada pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.

Program bimbingan dan konseling disusun oleh konselor sekolah dan dilakukan penilaian program yang dilakukan oleh semua pihak terkait dan hasil penilaian akan menjadi program bimbingan dan konseling yang dipedomani oleh konselor sekolah dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling pada periode waktu yang dimaksud.


(44)

2. Jenis-Jenis Program Bimbingan dan Konseling a. Program Tahunan

Yaitu program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan secara penuh dalam kurun waktu satu tahun pelajaran dalam unit semester dan bulanan.Program tahunan merupakan akumulasi, sinkronisasi, dan rekapitulasi dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas.

b. Program Bulanan

Yaitu program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan secara penuh dalam kurun waktu satu bulan dalam unit mingguan dan harian, program bulanan merupakan akumulasi, sinkronisasi, dan rekapitulasi dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling selama satu bulan untuk kurun waktu yang samadengan tahun-tahun sebelumnya dengan modifikasi sesuai dengan kebutuhan siswa.

c. Program Harian

Program harian merupakan program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan secara penuh pada hari-hari tertentu dalam satu minggu, yang merupakan jabaran dari program mingguan untuk kelas tertentu pada satu satuan pendidikan.program harian dicantumkan secara tertulis pada satuan layanan dan atau kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

3. Unsur-Unsur Program Bimbingan dan Konseling

Secara singkat program bimbingan dan konseling untuk setiap periode disusun dengan memperhatikan secara seksama unsur-unsur yang sangat


(45)

erat kaitanya dengan berbagai ketentuan yang ada, Unsur program bimbingan dan konseling merupakan sesuatu yang penting yang harus diperhatikan (dalam Giyono: 2007, 39-41) , unsur-unsur tersebut adalah: a. Kebutuhan peserta didik akan layanan bimbingan dan konseling

Kebutuhan peserta didik akan layanan bimbingan dan konseling dapat diketahui dengan cara mengungkap atau mendata akan kebutuhan peserta didik berkaitan dengan permasalahan peserta didik. Untuk mengetahui data tersebut dapat diungkap menggunakan alat ungkap masalah (AUM) yang memang didesain untuk itu.

b. Jumlah peserta didik yang dibimbing

Jumlah siswa asuh yang wajib dibimbing oleh guru pembimbing sebanyak 150 orang (minimal), kepala sekolah yang berasal dari guru bimbingan dan konseling sebanyak 40 orang , wakil kepala sekolah yang berasal dari guru bimbingan dan konseling sebanyak 75 orang.

c. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan

Dalam jam belajar sekolah dan diluar jam belajar sekolah maksimum 50%.

d. Unsur BK Pola 17

Dalam hal ini berhubungan dengan empat bidang bimbingan, tujuh jenis-jenis layanan, dan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling. e. Frekuensi layanan terhadap peserta didik

Setiap siswa mendapatkan berbagai layanan minimal lima kali dalam setiap semester, baik layanan dalam format perorangan, kelompok maupun klasikal.


(46)

f. Waktu kegiatan

Setiap kegiatan (kegiatan layanan dan pendukung) berlangsung sekitar 2 jam.

g. Waktu pelaksanaan

Kegiatan layanan dan pendukung dilaksanakan pada jam pelajaran sekolah dan diluar jam pelajaran sekolah, sampai 50% dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling sesuai dengan SK Mendikbud No. 25/O/1995.

4. Persyaratan Pokok Program Bimbingan dan Konseling

Untuk merencanakan dan melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah perlu diperhatikan beberapa persyaratan pokok agar perencanaan dan pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan terarah, persyaratan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Personal

Dalam hal personal yang perlu mendapatkan perhatian adalah jenis tenaga bimbingan dan konseling, banyaknya tenaga bimbingan dan konseling yang menangani peserta didik maksimal 250 orang, serta kualifikasi dari tamatan guru bimbingan dan konseling.

2) Fasilitas Fisik

Adalah perlengkapan yang diperlukan untuk dapat melaksanakan program bimbingan di sekolah meliputi ruang kerja bimbingan dan konseling, ruang konsultasi, ruang penyimpanan data, ruang bimbingan dan konseling kelompok, ruang administrasi, ruang tunggu dan kamar kecil.


(47)

3) Fasilitas Teknis

Yang dimaksud adalah alat-alat pengumpul data seperti alat tes, inventori, daftar cek masalah, AUM, dan angket.

4) Anggaran Biaya

Untuk kelancaran program bimbingan dan konseling perlu disediakan anggaran yang memadai untuk pos-pos pembiayaan personil, pengadaan dan pengembangan alat-alat teknis, biaya operasional, dan biaya riset. 5) Profesionalisasi

Persyaratan profesionalisasi yang harus dipenuhi adalah pendidikan formal, dikembangkannya sistem ilmu pengetahuan tentang bimbingan dan konseling sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, dikembangkan penelitian eksperimental untuk menjajagi dan memperkembangkan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, organisasi professioanal untuk mempersatukan para konselor di seluruh Indonesia, kode etik jabatan yang bertujuan untuk mengatur tata tertib dan sopan santun kerja koselor, adanya kebijaksanaan yang menunjang program bimbingan dan konseling yang meliputi kebijaksanaan dalam bidang personil, bidang ketatalaksanaan pendidikan di sekolah , serta bidang tata usaha dan logistik.

5. Ciri dan Sasaran Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Di Indonesia telah banyak sekolah yang menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling dalam upaya membantu peserta didik. Akan tetapi apabila diperhatikan secara seksama penyelenggaraannya seringkali tidak didasarkan atas suatu rencana dalam bentuk program yang disusun secara


(48)

baik dan benar. Program yang disusun secara baik dan benar akan memberikan banyak keuntungan bagi yang diberikan layanan maupun yang memberikan layanan.

1) Ciri Program Bimbingan dan Konseling yang Baik

Program bimbingan yang baik yaitu program bimbingan yang apabila dilaksanakan akan efektif dan efisien yang memilliki ciri-ciri sebagai berikut

a) Program disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para peserta didik yang besangkutan.

b) Kegiatan bimbingan diatur berdasarkan skala proritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan peserta didik dan kemampuan petugas.

c) Program dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua tenaga pendidikan di sekolah dalam merencanakannya.

d) Program dikembangkan dengan melibatkan tenaga di luar sekolah dalam pelaksanaan program (misal pihak kepolisian, dokter)

e) Program memiliki tujuan yang ideal tetapi realistis maksudnya dapat dicapai dengan mudah dalam pelaksanaannya.

f) Program tersebut mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota staf pelaksananya.

g) Menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan program. h) Penyusunan program disesuaikan dengan program pendidikan di

lingkungan sekolah yang bersangkutan.

i) Memberikan kemungkinan untuk memberikan pelayanan kepada semua peserta didik di sekolah yang bersangkutan.

j) Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat.

k) Berlangsung sesuai dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuan para peserta didik.

l) Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam hal pelayanan individual dan kelompok.

m)Program memiliki alat ukur yang objektif dan mencakup berbagai bidang layanan yaitu bidang pribadi, sosial, belajar, dan bidang karir. n) Program bimbingan merupakan bagian yang integral dari program

pendidikan di sekolah. (dalam Giyono, 2007).

Ciri-ciri di atas menekankan bahwa program bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan dari satu kesatuan pendidikan, program bimbingan dan


(49)

konseling merupakan bagian yang integral dari program pendidikan di sekolah dalam artian bahwa program bimbingan dan konseling merupakan komponen yang sangat penting dalam satuan pendidikan. Dengan adanya program bimbingan dan konseling akan mempermudah konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Dalam pelaksanaannya pun konselor sekolah dapat melibatkan pihak-pihak tertentu seperti staf dan jajaran guru, pihak diluar sekolah, wali murid.

2) Sasaran Pelayanan Bimbingan dan Konseling a.Layanan kepada peserta didik

Bimbingan melayani semua peserta didik, dengan pengertian bahwa program bimbingan hanya diperuntukkan kepada peserta didik tertentu atau peserta didik yang mengalami kesulitan saja. Bimbingan juga membantu peserta didik membuat perencanaan dan mengambil keputusan dan bukan menyiapkan nasehat. Bimbingan membantu guru mata pelajaran dan tenaga pendidik lainnya dalam membantu peserta didik tetapi bukan mengambil alih tugas mereka.

b.Layanan kepada kepala sekolah

Membantu penyelenggaraan latihan dalam jabatan bagi guru dan staf sekolah lainnya dalam upaya meningkatkan kemampuan mereka untuk melaksankan program bimbingan di sekolah. Membantu pelaksanaan seleksi atau penerimaan dan penempatan peserta didik serta tindak lanjutnya. Membantu upaya pembaharuan pendidikan di sekolah. Membantu kepala sekolah dalam hubungannya dengan masyarakat terutama dengan orang tua peserta didik serta membantu kepala sekolah


(50)

dalam rangka partisipasi sekolah dalam masyarakat untuk memecahkan atau menangani masalah sosial yang berkaitan dengan masalah pendidikan.

c.Layanan kepada guru

Penyajian informasi mengenai diri peserta didik kepada guru dan bantuan menafsirkan informasi tersebut. Membantu guru mempersiapkan mental peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Membantu guru memecahkan masalah belajar yang dihadapi oleh peserta didik. Bersama-sama guru mata pelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kurikuler, serta membantu guru dalam pengelolaan kelas.

d.Layanan kepada orang tua dan masyarakat

Membantu orang tua untuk lebih memahami anaknya, membantu orang tua untuk mengenal dan memahami program pembelajaran di sekolah tempat anaknya belajar, serta memberikan informasi kepada masyarakat sekitar sekolah yang bersangkutan mengenai rencana-rencana, program-program yang dilaksanakan di sekolah tersebut.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa program bimbingan dan konseling di sekolah itu tidak terbatas pada layanan bimbingan kepada peserta didik yang secara nyata mengalami kesulitan . Akan tetapi lebih dari itu program bimbingan mencakup layanan kepada semua peserta didik baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah, kepada guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar sekolah.


(51)

6. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Penyusunan program merupakan seperangkat kegiatan yang merumuskan masalah dan tujuan, bentuk-bentuk kegiatan, personal, fasilitas, anggaran, serta berbagai bentuk usulan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu (Hibana, S. Rahman,2003). Penyusunan program bimbingan di sekolah harus disusun secara sistematik supaya dapat diselenggarakan secara efisien dan efektif. Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling diperlukan adanya perencanaan-perencanaan sehingga mempermudah konselor sekolah dalam penyusunan program. Dalam artian adanya kejelasan arah dalam pelaksanaan program bimbingan serta terlaksananya program bimbingan secara lancar, efisien dan efektif. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:

“Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa, penentuan tujuan program layanan bimbingan yang akan dicapai, analisis situasi dan kondisi sekolah, penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan, penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan, penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan, persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan, perkiraan tentang hambatan dan usaha yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan”

(Nurihsan,2007:40)

1. Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa

Konselor perlu mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan peserta didik. Seperti yang diungkapkan Ohlsen (Sukardi 1990) “program bimbingan dan konseling haruslah disusun atas dasar kebutuhan dan permasalahan siswa”. Kebutuhan atau masalah peserta didik dapat diidentifikasi melalui tugas perkembangan seperti: mencapai kematangan


(52)

intelektual, mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya, dan mencapai kematangan dalam pilihan karir (Syamsu, 2009:74).

Selain menidentifikasi tugas-tugas perkembangan siswa, hal yang perlu dilakukan adalah menganalisis masalah-masalah yang dialami siswa seperti masalah pribadi, sosial, belajar dan karir.

Teknik untuk memahami kebutuhan dan permasalahan siswa dapat dilakukan melalui tes dan nontes. (Syamsu,2009:70).

2. Penentuan tujuan program layanan bimbingan yang akan dicapai

Tujuan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang diharapkan atau sesuatu yang ingin dicapai melalui kegiatan yang diprogramkan.. Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi siswa yang diharapkan berkembang melalui strategi layanan kegiatan yang telah diprogramkan. (Syamsu, 2009:71). Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi. Perumusan tujuan bimbingan dan konseling didasarkan pada hasil “need assessment” yang telah dilakukan (Syamsu,2009).

3. Analisis situasi dan kondisi sekolah

Melakukan analisis terhadap situasi dan kondisi sekolah merupakan langkah yang harus dilakukan konselor untuk mengetahui keadaan, kekuatan dan kelemahan sekolah (Uman, 2009: 60). Dengan melakukan


(53)

analisis terhadap situasi dan kondisi sekolah akan mempermudah konselor dalam penentuan tujuan program bimbingan dan konseling serta mempermudah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling.

4. Penetapan teknik dan metode yang akan digunakan dalam kegiatan

Untuk dapat melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling dengan baik dan tercapai tujuan yang diinginkan diperlukan berbagai teknik dan metode. Penggunaan teknik dan metode yang tepat akan sangat membantu keberhasilan proses bimbingan dan konseling. Menurut Tijan (2000) “pada garis besarnya, teknik dan metode bimbingan dan konseling dibagi menjadi dua yaitu bimbingan secara kelompok dan bimbingan secara individual”. Dalam pelaksanaannya bimbingan kelompok dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu bimbingan kelompok, klasikal, dan bimbingan massal. Menurut Syamsudin (dalam Tijan,2000) “perbedaan tersebut didasarkan pada tujuan dan cara-cara pelaksanaannya”.

5. Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan

Penentuan jenis kegiatan dalam pelayanan bimbingan dan konseling meliputi ke tujuh layanan dan empat bidang bimbingan. Yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok. Sedangkan ke empat bidang bimbingan adalah bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar, dan bidang karir. Serta kegiatan pendukung dalam layanan bimbingan dan


(54)

konseling seperti instrumen layanan dan himpunan data, alih tangan kasus, kunjungan rumah, dan konferensi kasus.

6. Penetapan personil yang akan melaksanakan kegiatan

Personel pelaksana program bimbingan dan konseling adalah semua unsur yang terkait dalam organigram pelayanan bimbingan dan konseling dengan koordinator dan konselor sekolah sebagai pelaksana utamanya. Artinya layanan bimbingan dan konseling bukan hanya tanggung jawab konselor sekolah tetapi juga tanggung jawab pimpinan sekolah (kepala sekolah dan wakil kepala sekolah), wali kelas, dan guru bidang studi, staf administrasi sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masing-masing (Uman, 2009:7).

7. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan

Fasilitas dan pembiayaan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam suatu program bimbingan dan konseling. Kedua aspek ini tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, karena tanpa adanya pembiayaan yang memadai maka pengadaan fasilitas ataupun sarana dan prasarana akan terhambat. Menurut Nurihsan (50:2007) pos-pos penting lain yang perlu dibiayai adalah honorium personel bimbingan, pemeliharaan sarana fisik, pengadaan alat-alat tes, pelaksanaan penataran bagi personel bimbingan, pengadaan alat-alat tes, serta pengadaan alat-alat tulis. Adapun sarana dan prasarana yang diperlukan adalah alat pengumpul data (tes dan nontes), alat penyimpan


(55)

data, serta kelengkapan penunjang teknis dan administrasi (Syamsu,2009:98).

Sukardi dan Sumiati (1990:23) menyatakan bahwa ”fasilitas fisik dan fasilitas teknis merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah”. Fasilitas fisik terdiri dari ruang bimbingan dan konseling dan alat perlengkapan ruangan, fasilitas teknis terdiri dari alat pengumpul data seperti angket, tes, dan lainnya.

Di samping rumusan tentang aspek-aspek di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling sebagai berikut:

1) Program hendaknya selaras dengan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan dengan menggunakan sarana yang ada di sekolah dan dan luar sekolah.

2) Semua staf sekolah dibantu dalam menelaah kebutuhan, masalah, dan sifat-sifat peserta didik.

3) Program bimbingan diusahakan mendapat bantuan yang berkesinambungan dari semua staf sekolah dan program bimbingan itu harus dipahami oleh mereka semua.

4) Usahakan untuk mengetahui kemampuan setiap anggota staf sekolah dalam kaitannya dengan bimbingan dan konseling.

5) Usahakan pula bantuan dari pihak orang tua peserta didik, masyarakat, dan unsur-unsur setempat lainnya.

6) Teliti pelayanan dan kegiatan lain yang sudah dan sedang dilakukan dalam program bimbingan di sekolah yang bersangkutan.

7) Buat analisis bagi setiap pelayanan pokok dalam program bimbingan kemudian diuji dan dinilai berdasarkan analisis tugas itu.

8) Tentukan pimpinan program dan berikan tugas kepada semua anggota pelaksanaanya sesuai dengan analisis tugas.

9) Rencanakan dan laksanakan latihan dalam jabatan sesuai dengan penelaahan tentang kebutuhan dan kemampuan setiap anggota staf sekolah.

10) Laksanakan pengawasan dan bantuan secara reguler kepada orang-orang yang memegang tugas khusus dalam program bimbingan.


(56)

11) Rencanakan dan laksanakan penilaian yang memadai tentang efektivitas program bimbingan tersebut.

(dalam Giyono, 49).

Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Miller (dalam Soejipto dan Raflis, 2007) menggunakan tahapan kegiatan sebagai berikut:

1) Tahap persiapan

Pada tahap ini dilakukan survey untuk inventarisasi tujuan, kebtuhan-kebutuhan dan kemampuan sekolah akan program bimbingan , serta kesiapan sekolah untuk melaksanakan program bimbingan. Tahap ini penting untuk menarik perhatian anggota staf sekolah dalam bidang bimbingan, untuk menentukan titik tolak program, dan memelihara suasana psikologis yang menguntungkan karena semua pihak yang bersangkutan diajak berpartisipasi sejak permulaan.

2) Pertemuan-pertemuan awal

Tahap kedua yaitu pertemuan antara personal ynag tertarik dan mempunyai kemampuan dalam bidang bimbingan dan konseling. Hal ini dipergunakan untuk mendiskusikan pentingnya akan kebutuhan program bimbingan. Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk menanamkan pengertian bagi para peserta tentang tujuan dari program bimbingan di sekolah.

3) Pembentukan panitia sementara

Tahap ketiga untuk merumuskan program bimbingan adalah tugas panitia sementara adalah menentukan tujuan program bimbingan di sekolah, mempersiapkan bagan organisasi program bimbingan, membuat kerangka dasar dari program bimbingan.

4) Pembentukan panitia penyelenggara program

Tugas dari panitia penyelenggara program adalah mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan melaksanakan sistem pencatatan, mempersiapkan dan melaksanakan latihan bagi pelaksana program bimbingan.

Kegiatan layanan bimbingan dan konseling akan dapat mencapai hasil yang efektif bilamana dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik, program bimbingan dan konseling akan memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efisien dan efektif.


(57)

Di samping rumusan tentang tahapan-tahapan penyusunan program bimbingan dan konseling sebagaimana dikemukakan di atas , berikut ini disajikan langkah atau mekanisme penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah yang urutannya cukup sederhana, yaitu:

1) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang berkaitan kegiatan bimbingan. Pada kegiatan ini dapat dilakukan pertemuan-pertemuan dengan personel sekolah lainnya guna mendapatkan masukan (input) mengenai berbagai hal yang perlu ditangani oleh konselor.

2) Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan dilakukan, sekaligus menyusun konsep program bimbingan yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Dalam kegiatan ini ditentukan personalia yang akan melaksanakan program kegiatan serta sasaran dari program.

3) Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah,

4) Penyempurnaan konsep program yang telah dibahas bersama kepala sekolah.

5) Pelaksanaan program yang telah direncanakan 6) Mengadakan evaluasi program bimbingan.

7) Dari hasil evaluasi program dilakukan penyempurnaan untuk program berikutnya.

(Soetjipto & Raflis:92-93).

Tersusunnya program bimbingan dengan baik merupakan sebagian dari keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Dalam penyusunan program bimbingan, kerjasama konselor dengan personel lain disekolah merupakan suatu syarat yang tidak dapat dipisahkan. Kerjasama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik.

Rochman Natawidja dan Moh. Surya (dalam Soetjipto dan Raflis, 2004), menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling yang disusun dengan baik dan terinci akan memberikan banyak keuntungan, seperti:


(58)

a) Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya dengan menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan.

b) Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun dalam jenis layanan bimbingan yang diperlukan

c) Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya masing-masing dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya secara tetap.

d) Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa yang dibimbingnya.

Pendapat di atas menekankan perlunya rumusan program bimbingan dan konseling yang jelas dan sistematik, terciptanya program bimbingan yang baik merupakan sebagian dari keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyusunan program bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang penting karena penyusunan program bimbingan dan konseling merupakan langkah awal dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Sehingga dapat diharapkan pelayanan bimbingan dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.


(59)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini meneliti mengenai unjuk kerja guru bimbingan dan konseling dalam penyusunan program bimbingan dan konseling, hal tersebut merupakan masalah kompleks yang dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif. Selain itu masalah yang diteliti juga merupakan masalah yang bersifat holistik, di mana masalah tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan akan tetapi harus mencangkup keseluruhan situasi sosial yang ada, sehingga penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2009:1) mengungkapkan “bahwa penelitian kualitatif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial”.

Sugiyono (2009:205) mengemukakan bahwa dengan “menggunakan metode kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai”. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.


(60)

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah informan. Informan dalam penelitian ini yaitu guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 10 Bandar Lampung dalam melakukan penyusunan program bimbingan dan konseling. Penentuan informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposiveyaitu pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan salah satu komponen penting dalam suatu penelitian, karena memahami dan menganalisis setiap variabel membutuhkan kelincahan berpikir bagi peneliti. “variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.(Arikunto, 2006: 118).

Berdasarkan pengertian variabel di atas, judul penelitian ini mempunyai satu variabel yaitu Unjuk kerja konselor sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling. di SMP N 10 Bandar Lampung tahun ajaran 2010/2011.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional berisi pengertian variabel yang dikembangkan. judul penelitian ini mempunyai satu variable yaitu Unjuk kerja konselor sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP N 10 Bandar Lampung.


(61)

Unjuk kerja konselor sekolah yang menjadi fokus penelitian ini adalah unjuk kerja konselor sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP N 10 Bandar Lampung. Penyusunan program bimbingan dan konseling akan berjalan dengan baik bila konselor sekolah mengetahui kebutuhan dan permasalahan siswa, menentukan tujuan program layanan bimbingan, menentukan jenis kegiatan, menetapkan metode dan teknik yang digunakan dalam kegiatan, menetapkan personil dalam menyusun dan melaksanakan kegiatan, serta persiapan fasilitas dan biaya

Adapun indikator-indikatornya sebagai berikut: 1) Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa

2) Penentuan tujuan program layanan bimbingan yang akan dicapai. 3) Analisis situasi dan kondisi sekolah

4) Penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan. 5) Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan

6) Penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan.

7) Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian disebut juga alat penelitian. Sugiono (2009:59) menyebutkan bahwa “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Penelitian kualitatif pada awalnya permasalahan belum jelas dan pasti, sehingga yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Pendapat ini didukung oleh Nasution (dalam Sugiono, 2009:60) menyatakan:


(62)

“dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, focus penelitian prosedur penelitian, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tdak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”

Pedoman wawancara juga diperlukan oleh peneliti sebagai alat bantu dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Pedoman wawancara dalam penelitian ini akan membantu peneliti dalam mengungkap unjuk kerja guru bimbingan dan konseling dalam penyusunan program bimbingan dan konseling.

E. Alat Bantu Penelitian

Alat bantu dalam penelitian ini diperlukan untuk memperoleh transkrip yang lengkap dari wawancara yang dilakukan, dimana data yang terkumpul akan dilaporkan secara rinci dalam bentuk verbatim. Hal ini berguna untuk menanggulangi keterbatasan kecepatan peneliti untuk mencatat berbagai informasi yang dikemukakan oleh partisipan. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa handphone yang dilengkapi dengan fasilitas perekam suara. Alat bantu ini bermanfaat untuk merekam situasi yang relevan dalam memberikan gambaran yang lebih jelas tentang fenomena yang diteliti. Perekam suara digunakan untuk merekam keseluruhan wawancara agar verbatim dapat dibuat dengan benar dan sesuai dengan yang diungkapkan oleh partisipan.


(1)

mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasa dan ditanyakan. Tahap kedua penulis menentukan fokus masalah atau fokus penelitian berdasarkan hasil analisis domain tersebut, selanjutnya peneliti menguraikan fokus masalah tersebut menjadi lebih rinci, tahap ini dinamakan dengan analisis taksonomi.

Tahap selanjutnya peneliti menghubungkan uraian fokus masalah, mengkaitkan satu dengan yang lainnya sehingga terbentuk satu gambaran yang terkait antara masing-masing fokus, tahap ini dinamakan analisis komponensial, Spradley (dalam Moleong, 2006:307). Analisis model Miles and Huberman, yang meliputi data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan verivication(penarikan kesimpulan) dilakukan pada setiap tahapan penelitian.

Hal pertama yang perlu dilakukan setelah selesai penelitian di sekolah yaitu menuliskan hasil wawancara dalam bentuk transkrip verbatim secara lengkap. Hasil wawancara ditulis kata perkata sesuai dengan hasil rekaman wawancara. Selain itu, hal yang tidak kalah penting yakni dalam pengorganisasian data. Pengorganisasian data dalam penelitian ini akan dilakukan secara cross sectional, dimana data yang didapat diatur secara kronologis atau tematis, sehingga ketika dibutuhkan data dapat diperoleh dengan cepat dan efisien.

Selanjutnya, untuk mempermudah pengorganisasian data maka dilakukan koding. Koding merupakan proses mengelompokkan dan memilah data. Kode yang digunakan berupa kata atau serangkaian kata yang digunakan pada sebagian data yang diperoleh dari jawaban pertanyaan. Koding yang digunakan dalam penelitian ini yaitu koding analisis, dimana koding dilakukan dengan


(2)

51

cara menyediakan kolom di lembar verbatim untuk membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu. Tahapan dalam koding analisis yaitu inisial koding, yang merupakan proses dimana peneliti mencari apa yang dapat ditemukan dan dijelaskan dari data yang diperoleh. Kode yang dibuat dalam koding ini digabungkan sesuai dengan bagiannya masing-masing dan hasilnya dapat dilihat pada hasil penelitian dan pembahasan.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unjuk kerja konselor sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa konselor sekolah di SMP Negeri 10 Bandar Lampung dalam melakukan analisis terhadap kebutuhan dan permasalahan siswa dengan cara observasi atau pengamatan. Dalam menentukan tujuan layanan yang akan dicapai ditentukan berdasarkan potensi dan permasalahan siswa secara keseluruhan dengan cara observasi.

Pembagian personil bimbingan dan konseling belum merata dikarenakan sebagian guru bimbingan dan konseling merangkap tugas ganda diluar tanggung jawabnya sebagai guru bimbingan dan konseling. Adapun kegiatan yang telah ditetapkan adalah layanan orientasi, layanan informasi, layanan pembelajaran, layanan penempatan dan penyaluran, layanan konseling individual, dan layanan bimbingan dan konseling kelompok serta bidang bimbingan pribadi, bidang sosial, bidang karir dan bidang belajar. Adapun kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah instrumen layanan dan himpunan data, kunjungan rumah, alih tangan kasus dan konferensi kasus. Persiapan fasilitas dan pendanaan yang masih terbatas karena guru bimbingan


(4)

89

dan konseling belum diberi wewenang untuk mengelola pendanaan operasional bimbingan dan konseling.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis maka saran yang dapat diajukan yaitu:

1. Koordinator Bimbingan dan Konseling

Diharapkan dalam pembagian personil dan siswa asuh bimbingan dan konseling dapat merata walaupun merangkap tugas diluar tanggung jawab guru bimbingan dan konseling. Persiapan fasilitas dan dana diharapkan dapat dikelolah langsung oleh guru bimbingan dan konseling dalam penyusunan program bimbingan dan konseling.

2. Peneliti berikutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan yang berkenaan dengan unjuk kerja guru bimbingan dan konseling dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah agar dapat mendukung dan membawa perbaikan dari penelitian ini.

3. Pihak sekolah

Diharapkan dapat membantu guru bimbingan dan konseling dalam melakukan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah, karena yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling menjadi tanggung jawab semua pihak yang ada di sekolah.


(5)

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003.Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika: jakarta.

Djumhur I dan Surya, M. 1975.Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV. Ilmu.

Giyono. 2007.Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Diktat).Bandar Lampung. Gunawan, Yusuf. 2001.Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.

Prenhallindo.

Ketut Sukardi, Dewa. 1995.Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

.2003.Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

.2008.Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Kurniawan, Deni. 2009.Kendala Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan dan Konseling Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri daan Swasta Se Kota Bandar Lampung. (Skripsi). Bandar Lampung. UNILA.

Moleong, J. Lexy.2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Nurihsan, Juntika Achmad. 2007.Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.

Prayitno dan Amti, Erman. 1999.Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahman, Hibana.S. 2003.Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta: UCY. Riduwan. 2005.Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula.Bandung : ALFABETA.

Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 2007.Profesi Keguruan. Jakarta. PT.Rineka Cipta. Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Suherman, Uman. 2009.Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press.

Sukardi dan Sumiati. 1990.Pedoman Praktis Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tidjan, dkk. 2000.Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Willis, S Sofyan. 2004.Konseling Individual Teori dan Praktek.Bandung: ALFABET.

Winkel. 1991.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.

Yasin, Sulchan. 2000.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah. Yusuf, Syamsu. 2009.Program Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press.


Dokumen yang terkait

UNJUK KERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2010/2011

0 11 71

KENDALA YANG DIHADAPI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN AJARAN 2011/2012

5 85 64

UNJUK KERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH DAN MADRASAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 4 71

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMA NEGERI DI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 68

ANALISIS KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN DAN KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMP NEGERI SE-KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 86

PENERAPAN MODEL SAVI DALAM PEMBELAJARAN TARI BEDANA PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 62 89

PEMAHAMAN GURU BK TENTANG LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) FORMAT KLASIKAL DI SMP SE KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 20152016

13 82 168

PERAN PERSONALIA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI SE KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 20152016

0 13 290

KEMAMPUAN MANEJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI MADRASAYAH ALIYAH NEGERI 1 PONTIANAK

0 0 16

KEMAMPUAN MANEJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI MADRASAYAH ALIYAH NEGERI 1 PONTIANAK

0 0 15