25 4. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publikasi atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah bencana
BNPB, 2009. 5. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukun dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana BNPB, 2009.
D. Elemen Sistem Manajemen Bencana
Elemen manajemen bencana harus dikembangkan dan dilaksanakan secara terencana dan sistematis. Penerapannya tidak sederhana namun
membutuhkan berbagai aktifitas yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Elemen sistem bencana tersebut adalah Ramli, Manajemen Bencana, 2010:
1. Kebijakan manajemen
Kebijakan manajemen menjadi landasan penerapan manajemen bencana di masing-masing daerah atau perusahaan instansi. Berdasarkan kebijakan ini,
dapat dikembangkan dan diterapkan strategi pengendalian bencana, penyediaan sumberdaya yang diperlukan serta organisasi pelaksanaannya. Kebijakan juga
26 sangat penting karena sekaligus menjadi bukti komitmen pimpinan setempat
terhadap penerapan manajemen bencana lingkungannya masing-masing.
2. Identifikasi keadaan darurat
Resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat PP No. 21 tahun 2008.
Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat resiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menmbulkan bencana. Keparahan
bencana adalah perkiraan dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh suatu bencana baik terhadap manusia, aset, lingkungan atau sosial.
3. Perencanaan awal
Perencanaan awal dapat diketahui atau disusun rencana strategi penanganan bencana, sumberdaya yang tersedia dan yang diperlukan untuk
menangani bencana serta organisasi yang diperlukan. Perencanaan awal akan membantu manajeman dlam merancang sistem manajemen bencana yang tepat
dan sesuai bagi lingkungan atau daerahnya masing-masing. Penanganan bencana dilokasi akan berbeda dengan lokasi lainnya, demikian juga denga
kebutuhan dalam penanganannya.
4. Prosedur tanggap darurat
Perencanaan yang telah dibuat, selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah prosedur tanggap darurat yang memuat mengenai tata cara
penanganan, tugas dan tanggung jawab, sistem komunikasi, sumberdaya yang diperlukan, prosedur pelaporan dan lainnya. Prosedur ini harus disiapkan dan
27 ditetapkan untuk setiap tingkat organisasi baik tingkat insiden, darurat maupun
level korporat yang mencakup aspek taktis dan aspek strategis. Prosedur tanggap darurat harus disahkan dan ditetapkan oleh manajemen tertinggi dalam
suatu organisasi Ramli, Manajemen Bencana, 2010.
5. Organisai tanggap darurat