Pengambilan Sampel BAHAN DAN METODE

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 1172 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

2.4 Analisis Data

Data yang diperoleh ada yang dianalisis secara kualtatif, ada juga yang dianalisis secara kwantitatif. Data yang dianalisis kwalitatif, disampaikan secara deskriptif. Untuk data kwantitatif akan dianalisis statistik menggunakan Uji T. Pengolahan data dengan SPSS for window 10.0 seperti diuraikan Yuliani et al. 2007.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari 76 anjing yang diperiksa, sebanyak 26 ekor 34,21 terinfeksi parasit cacing gastrointestinal. Berdasarkan jenis kelaminnya, dari 37 anjing jantan yang diperiksa ternyata 16 ekor 43,24 terinfeksi cacing; sementara sisanya dari 39 ekor anjing betina, 10 ekor 25,64 yang terinfeksi. Kejadian infeksi cacing tersebut ditemukan pada sampel anjing yang berasal dari Karangasem 62,50; Tabanan 54,54; Badung 35,29; Gianyar 33,33; Bangli 25; Denpasar 23,07; Klungkung 20; Jembrana 20 dan Buleleng 14,28. Data lengkap kejadian berdasarkan jenis kelamin dan asal anjing dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kejadian Infeksi Parasit Cacing Menurut Jenis Kelamin dan Asal Anjing Asal Anjing Total Sampel Positif Jantan Betina Sampel Positif Sampel Positif Denpasar 13 3 23,07 7 2 28,57 6 1 16,66 Badung 17 6 35,29 7 3 42,85 10 3 30,00 Gianyar 6 2 33,33 3 1 33,33 3 1 33,33 Bangli 4 1 25,00 2 2 1 50,00 Kelungkung 5 1 20,00 2 1 50,00 3 Karangasem 8 5 62,50 4 2 50,00 4 3 75,00 Buleleng 7 1 14,28 3 1 33,33 4 Jembrana 5 1 20,00 3 1 33,33 2 Tabanan 11 6 54,54 6 5 83,33 5 1 20,00 Jumlah 76 26 34,21 37 16 43,24 39 10 25,64 Gambar 1. Infeksi Parasit Cacing pada Anjing Menurut Agen Penyebabnya +9H95 8=5?I?5B =89BH=Z?5G= 8=?9H5I= 65K5 D5F5G=H 757=B; H9FG96IH 5855 Ancylostoma sp, Ascaris sp, Toxocara sp. dan campuran Ancylostoma sp. dan Toxocara sp. Berdasarkan agen penyebab tersebut, ternyata infeksi oleh cacing Ancylostoma sp. merupakan yang tertinggi 73,1, disusul oleh Toxocara sp. dan campuran Ancylostoma sp. dan Toxocara sp. asing-masing 11,53 dan Ascaris sap. 3,84, seperti terlihat pada Gambar 1. SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1173 Ektoparasit yang terdeteksi dari pemeriksaan terhadap 76 ekor anjing yang berasal dari berbagai wilayah di Bali adalah Demodex sp. dan Scabies sp. Secara keseluruhan, berdasarkan hasil pemeriksaan kerokan kulit, diketahui bahwa 10 ekor 13,16 terinfeksi ektoparasit. Berdasarkan jenis kelaminnya, ektoparasit ditemukan pada 6 dari 37 16,21 anjing jantan dan 4 dari 39 10,25 anjing betina. Kejadian infeksi ektoparasit pada anjing tersebut ditemukan di wilayah Denpasar 15,38; Badung 41,17; dan Gianyar 16,66. Data lengkap kejadian infeksi ektoparasit menurut jenis kelamin dan asal anjing tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kejadian Infeksi Ektoparasit Menurut Jenis Kelamin dan Asal Anjing Asal Anjing Total Sampel Positif Jantan Betina Sampel Positif Sampel Positif Denpasar 13 2 15,38 7 2 28,57 6 Badung 17 7 41,17 7 3 42,85 10 4 40,00 Gianyar 6 1 16,66 3 1 33,33 3 Bangli 4 2 2 Kelungkung 5 2 40,00 2 1 50,00 3 1 33,33 Karangasem 8 4 4 Buleleng 7 3 4 Jembrana 5 3 2 Tabanan 11 6 5 Jumlah 76 12 15,78 37 7 18,91 39 5 12,82 Berdasarkan agen penyebabnya, infeksi ektoparasit yang ditemukan pada anjing tersebut 58,33 disebabkan oleh Demodex sp. dan 41,67 disebabkan oleh Scabies sp. Gambar 2. Gambar 2. Infeksi Ektoparasit pada Anjing Menurut Agen Penyebabnya

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa kejadian infeksi parasit cacing gastrointestinal pada anjing di Bali adalah 34,21. Infeksi cacing tersebut ditemukan di seluruh kabupaten dan kota di Bali. Sementara kejadian infeksi ektoparasit berupa Demodex sp. dan Scabies sp. adalah 15,78 yang Hana ditemukan di Kabupaten Badung, Gianyar, Klungkung, dan Kota Denpasar. Dari data yang diperoleh ini dapat dipakai untuk menyusun konsep dan strategi strategi penanggulangan zoonosis parasit di Bali. Masih diperlukan studi lebih lanjut untuk mengetahui zoonosis parasit lainnya.