dalamnya banyak mengandung filsafat yang dalam. Sebagian dari penjelasan itu adalah sebuah lukisan bulan sabit dipatuk burung bangau
kuntul, mengandung arti dan perlambang kepada yang ditinggalkan agar dalam hidup ini sanggup meraih cita-cita yang mulia. Selain itu lukisan-
lukisan tersebut dimungkinkan mengandung arti yang lain kalau dilihat dari candra sengkala. Tetapi sampai sekarang belum ada seorang ahli
purbakala yang meninjaunya, sehingga belum dapat ditafsirkan. 3.
Papan bersurat dan Dairoh Di dalam masjid juga terdapat bekas-bekas peninggalan yang lain seperti
papan tulisan melingkar atau yang lebih dikenal dairoh. Papan tersebut terletak di dalam masjid atau tepatnya di langit-langit. Kemudian tiga
papan bersurat yang terletak di imaman. Papan tersebut dapat dilihat dengan jelas dan masih terawatt dengan baik sampai sekarang.
4. Pasujudan
Bangunan ini terletak di muka makam, apabila dijumpai bangunan menghadap ke timur mirip dengan surau. Sebelum dibangun berupa batu
besar yang dilingkari tembok dalam segi empat. Menurut salah seorang sesepuh batu besar ini pada masa hidup almarhum digunakan untuk
menjalankan sholat dhuha. Sampai pada masa Syaikh Salam tempat yang bersejarah ini digunakan untuk sholat sunat disaat-saat Syaikh Salam akan
berangkat dan pulang dari bepergian. Kemudian batu asli ini ditutup dengan bangunan yang dilakukan oleh KH. Siroj dan disempurnakan pada
pembangunan kedua oleh Kyai Tohir Nawawi.
5. Tasbih besar dan kursi
Kedua barang ini berada di pintu makam Sunan Kudus. Adapun barang tersebut peninggalan Sunan Kudus atau Kyai Ahmad Mutamakkin masih
dipertanyakan. Sebagian pendapat menyatakan barang itu peninggalan Sunan Kudus dan pendapat lain menyatakan barang itu peninggala Kyai
Ahmad Mutamakkin. Dari dua versi ini, dimungkinkan yang lebih kuat adalah versi kedua apabila ditinjau dari keterangan dan catatan para ulama,
bahwa Syaikh Ahmad Mutamakkin masih sedarah dengan istri Sunan Kudus dari keturunan Sayid Aly Bejagung Sanusi, 2002:29.
D. Organisasi Sosial
Kajen sebagai sebuah desa yang berpenduduk mayoritas islam memiliki organisasi islam yang cukup maju dibandingkan desa-desa yang lainya.
Organisasi yang paling maju adalah Fatayat dan Muslimat. Umumnya adalah masalah keputrian Wawancara dengan modin Soleh, 17 Januari 2007. Hal
ini juga diungkapkan oleh Setyowati seorang santri yang mondok di pondok pesantren Al Husna. Memang untuk organisasi lain yang sifatnya umum di
Desa Kajen seperti karang taruna belum begitu berkembang bahkan kandas. Di kalangan masayarakat umum luar Desa Kajen tidak memungkiri
apabila organisasi islam yang ada di desa ini sangat maju. Hal ini dibuktikan dengan pertemuan Fatayat yang diadakan masing-masing ranting
kecamatan. Pada pertemuan ini mereka selalu mengadakan tukar pendapat mengungkapkan masalah-masalah dan bagaimanakah perkembangan
organisasinya dalam satu periode tertentu. Perkembangan Fatayat di Desa Kajen ini tidak dirasakan oleh masyarakat setempat tetapi banyak
diungkapkan oleh masayarakat luar Desa Kajen, termasuk para santri sebagai masyarakat pendatang.
Bukan suatu hal yang mengherankan apabila Kajen disebut sebagai kampung pesantren sebab hampir semua kegiatan masyarakatnya berbau
islami, termasuk organisasi yang berkembang pesat disini adalah muslimat dan Fatayat. Walaupun alasan utama disebut desa santri oleh masyarakat
adalah karena banyaknya berdiri pondok-pondok pesantren terutama sekitar tahun 1900-an.
E. Kesenian
Pengaruh islam memang bukan sebatas pada seni bangunan dan fisik saja tetapi masih ada yang tidak kalah menarik. Diantaranya adalah kesenian yang
berwujud musik dan hasil kerajinan tangan. Di Desa Kajen yang terkenal dikalangan masyarakat luas itu berkembang sebuah seni musik rebana dan
seni kerajinan tangan seperti pembuatan songkok serta kaligrafi. Musik rebana adalah kesenian khas islami karena lagu yang dibawakan berupa puji-
pujian kepada Allah SWT. Walaupun terdapat dua macam musik rebana yang berbeda tetapi bisa mewarnai panorama Desa Kajen. Kesenian rebana ini
wujudnya klasik yang terdapat di pondok-pondok pesantren dan rebana modern yang dimiliki group perorangan. Musik rebana modern ini dilengkapi
dengan alat-alat modern seperti drum, piano, seruling. Baik musik rebana klasik maupun modern keduanya tetap disukai masyarakat luas.
Kesenian yang tidak kalah menarik dari seni musik rebana adalah seni kerajinan tangan yang berupa songkok dan kaligrafi. Kaligrafi banyak
dihasilkan oleh anak pondok pesantren karena merupakan hasil dari kegiatan diluar jadwal formal yang sudah ditetapkan dalam pondok pesantren
kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan songkok banyak dihasilkan penduduk kajen setempat. Songkok yang dihasilkan masyarakat Desa Kajen ini sangat
terkenal bahkan pemasarannya sampai ke luar Jawa seperti Madura Wawancara dengan Hj. Khayatun, 16 Januari 2007.
Seni musik rebana, kerajinan kaligrafi dan songkok merupakan hasil budaya yang memiliki nilai-nilai islami sesuai dengan kegunaannya masing-
masing untuk kegiatan keagamaan, seperti pengajian. Berdasarkan ciri khas tersebut Kajen mendapat sebutan sebagai desa santri karena sebagian besar
budaya yang dihasilkan bernafaskan islam.