Keadaan Sosial dan Politik Desa Kajen

Qunut, ketika keluarganya meninggal dunia melakukan tadarus dan tahlilan dan ketika bulan mulud mereka gemar mendendangkan syair puja-puji dan salawat untuk kanjeng Nabi Muhammad, minimal tidak membid’ahkannya berarti mereka adalah orang-orang NU Abdul Fattah, 2006:xii. Berbicara mengenai orang-orang NU memang sangat mengasyikkan. Tingkah lakunya kadang-kadang dipandang asing oleh sebagian orang. Mungkin saja karena mereka belum banyak mengenal ritual itu dalam lingkungannya atau memang sudah mengenal, tetapi lantaran begitu fanatiknya orang-orang NU melakukannya mereka menjadi takjub. Misalnya tentang ziarah kubur, orang Indonesia sudah biasa ziarah ke makam ayah atau ibunya. Mungkin karena orang- orang NU dalam hal ini terlalu bersemangat, sehingga mereka mengadakan urunan untuk mengadakan rombongan, berduyun-duyun pergi ziarah ke makam walisongo. Tradisi keagamaan yang dilakukan masyarakat Desa Kajen tercermin dalam tradisi yang dilakukan masyarakat NU. Tradisi ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari dan umumnya dilakukan oleh semua masyarakat Desa Kajen. Tradisi masyarakat NU yang pada umumnya banyak dilakukan oleh masyarakat diantaranya adalah : 1. “Sudah menjadi pemandangan di kalangan santri NU, kalau tidak kamis dan sore ya jum’at pagi mereka membiasakan diri berziarah ke kubur. Hal ini disebabkan waktu-waktu itu adalah waktu senggang bagi yang berlibur hari jum’at” Abdul Fattah, 2006:184. Apabila mereka di pesantren, tentu makam kyai atau keluarga kyai yang dikunjunginya. Kalau santri bertepatan di rumah makam ibu bapak dan keluarganya yang diziarahi. Ritual yang dikerjakan sangat bergantung pada santri tersebut. Bagi yang peka lingkungan, sebelum mengirim doa terlebih dahulu membersihkan lingkungan dari sampah dedaunan atau mengganti bunga- bunga yang sudah kering diatas makam. Setelah itu baru membaca Al Qur’an, kalimah Toyyibah, atau membaca surat yasin. Tidak ada batasan yang mengikat, semua dilakukan dengan ikhlas, lalu diakhiri dengan membaca doa kepada Allah bukan selain-Nya. Mendoakan untuk diri sendiri, para kyai, bapak, ibu, dan semua umat islam sebaiknya tidak ketinggalan. 2. Berjabat tangan sesudah sesudah shalat “Berjabat tangan atau Mushafahah memang dianjurkan dalam islam, hukumnya adalah sunah” Abdul Fattah, 2006:199. Berjabat tangan dapat dilakukan kepada orang sudah dikenal maupun yang belum kita kenal. Sama dengan salam.Tidak masalah penting punya prediksi bahwa orang itu adalah orang islam. Berjabat tangan ini tidak hanya dilakukan setelah shalat fardlu saja tetapi juga setelah shalat ba’diyah. Karena berjabat tangan dilakukan sebelum dan sesudah shalat, kemudian orang dapat berasumsi bahwa berjabat tangan itu ada kaitannya dengan shalat. Hal ini tentu memerlukan kajian tersendiri . “Seharusnya berjabat tangan disunahkan ketika bertemu atau berpisah sedang berjabat tangan sesudah shalat sebenarnya tidak ada dalil” Abdul Fattah, 2006:200. Akan tetapi lebih baik berjabat tangan itu dinisbatkan atas bertemu atau berpisahnya dengan kawan sesame muslim.