commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan
tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Perlunya peraturan perudangan-undangan tentang perpajakan dibuat adalah untuk menanggulangi
banyaknya penyelewengan yang berkaitan dengan pajak, karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Rapina, 2008: 174.
Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN Indonesia terus meningkat terhadap seluruh pendapatan negara.
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan tampaknya berkomitmen serius untuk
merangsang penerimaan negara dari pajak. Salah satu upayanya, dengan membuka tax center, yakni wadah informasi, pendidikan dan pelatihan
mengenai perpajakan di lingkungan kampus. Pajak berkontribusi besar terhadap sumber pendanaan negara dalam memenuhi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara APBN. Tahun ini pemerintah mematok target penerimaan negara dari pajak sebesar Rp 742 triliun atau sekitar 67 untuk
commit to user mendanai APBN-P 2010 sebesar Rp 1.126 triliun
www.pajak2000.com , 20
Mei 2010. Penerapan self assesment system akan efektif apabila kondisi kepatuhan
sukarela voluntary
compliance pada
masyarakat telah
terbentuk Darmayanti, 2004. Kenyataannya saat ini banyak sekali terjadi
penyelewengan pajak. Menurut berita Kompas.com 10 April 2010 penerimaan negara dari perpajakan mengalami kebocoran sekitar 23 persen
akibat adanya mafia perpajakan. Martin Hutabarat, anggota DPR Komisi DPR dari Fraksi Gerindra, mengatakan, potensi penerimaan perpajakan seharusnya
bisa mencapai Rp 700 triliun per tahun. Apabila markus perpajakan diberantas, pertumbuhan ekonomi juga bisa lebih tinggi dibandingkan dengan
yang dipatok oleh pemerintah, yang hanya 7 persen pada tahun 2014. Tak hanya itu, pertumbuhan ekonomi juga bisa lebih merata dibandingkan saat ini
Kompas.com, 10 April 2010. Direktur Jenderal Pajak menyatakan bahwa jumlah pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP di seluruh Indonesia
saat ini sebanyak 6 juta. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50.500 WP dikatagorikan sebagai pembayar pajak aktif. Pembayar pajak aktif terdiri dari
500 Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Besar KPP LTO dan 50.000 lainnya adalah Wajib Pajak yang terdaftar di 250 unit Kantor
Pelayanan Pajak. Berita yang sama juga menyatakan bahwa penerimaan pajak semester I tahun 2008 mencapai Rp 256,18 triliun. Sebesar 80 dari
penerimaan ini atau senilai Rp 212,144 triliun diperoleh dari kontribusi
commit to user pembayaran
pajak oleh
50.500 Wajib
Pajak tersebut
di atas
www.guskun.com. Masalah perpajakan tidaklah sederhana hanya sekedar menyerahkan
sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada negara, tetapi coraknya terlihat bermacam-macam tergantung pada pendekatannya. Dari sudut
pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak sebagai
motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat. Sedangkan dari aspek hukum, hukum pajak di Indonesia mempunyai hierarki yang jelas dengan
urutan, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan sebagainya. Hierarki ini dijalankan
secara ketat, peraturan yang tingkatannya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang tingkatannya lebih tinggi. Dari aspek
keuangan pajak dipandang sebagai bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara. Jika dilihat dari penerimaan negara, kondisi keuangan
negara tidak lagi semata-mata dari penerimaan negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona
penerimaan negara. Dan dari aspek sosiologi bahwa pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas
pungutan dan hasil apakah yang dapat disampaikan pada masyarakat.. Akhir-akhir ini pemerintah Indonesia dihadapkan pada suatu permasalahan
baru, yaitu kasus penggelapan pajak. penggelapan pajak adalah usaha yang dilakukan oleh wajib pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengatur suatu
commit to user peristiwa sedemikian rupa untuk meminimkan atau menghilangkan beban
pajak, mengurangi atau sama sekali menghapus dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkan berdasarkan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Setelah kasus Gayus H.P. Tambunan terkuak, satu-persatu kasus penggelapan pajak mulai
terungkap. Direktorat Jenderal Ditjen Pajak paling tidak menemukan tiga kasus baru yang diduga merugikan negara hingga ratusan miliaran rupiah. Saat
ini Ditjen Pajak tengah menyelidiki tiga kasus yang merugikan negara hingga Rp 607 miliar tersebut. Kasus pertama, sebuah kasus restitusi pajak yang
dilakukan perusahaan berinisial PHS di Sumatera Utara senilai Rp 300 miliar. Kasus kedua, penerbitan faktur pajak fiktif yang melibatkan konsultan pajak
tidak resmi berinisial SOL. Kerugian negara yang diakibatkan dari tindakan SOL diperkirakan sebesar Rp 247 miliar, dan Ketiga, kasus penggelapan pajak
senilai Rp 60 miliar dengan modus penerbitan faktur pajak tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya oleh biro jasa di bawah pimpinan berinisial TKB.
Total kerugian negara dari tiga kasus tersebut mencapai lebih dari Rp 600 miliar Liputan6.com, 3 Mei 2010.
Jelas bahwa pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan juga digunakan untuk membiayai pembangunan. Oleh
karena itulah, upaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang dihimpun berasal dari masyarakat
private saving atau berasal dari pemerintah public saving. Dengan demikian, terlihat bahwa dari pajak sasaran yang disetujui adalah memberikan
commit to user kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata dengan melakukan
pembangunan di berbagai sektor. Oleh karena itu pemberantasan terhadap kasus penggelapan pajak, harap segera dituntaskan sehingga tidak merubah
persepsi wajib pajak terhadap kegunaan pajak. Berdasarkan hasil penelitian Utami 2008 terhadap Persepsi Mahasiswa
Akuntansi dan Mahasiswa Hukum terhadap Etika Penggelapan Pajak. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang
signifikan antara mahasiswa akuntansi dan mahasiswa hukum terhadap etika penggelapan pajak. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis adalah pada obyek penelitian, penelitian ini dilakukan pada wajib pajak di wilayah Surakarta yang berdasarkan pada tingkat
pekerjaan.
B. Perumusan Masalah