PERILAKU SEKS BEBAS DI KALANGAN ANAK JALANAN (Studi pada Tempat-tempat Persinggahan Anak Jalanan di Bandar Lampung)

(1)

ABSTRACT

FREE SEX BEHAVIOR IN CIRCLES OF CHILD WHO WORK THE STREET

(Sudy at the places which the child usually rest in Bandar Lampung) This research is purpose to describe ang explain about behavior of free sex that happen in circles of child who work on the street in Bandar Lampung

Tipe of this research is descriptive, and the location of this research is places in Bandar Lampung city which the child usually stop in. The population of this research is the child with total sample 52 people that spread in five places. The sample is certained with Simple Random Sampling technique in a propotional manner for each places. Technique to take data use questionnaire, observation, and documentation, but for analysis the data use singular tabulation with analyze the data use description manner. The result show that behavior of free sex in the child circles is apprehensive, because level free sex in they circles is up to 46,2% already. They get the information of free sex is from they friends, up to 51,9%. Factors that influence they are do that free sex is family’s economy, unhermonic family up to 34,6%, level educated of their parent and themselves, and the latest is the child society.


(2)

i ABSTRAK

PERILAKU SEKS BEBAS DI KALANGAN ANAK JALANAN

(Studi pada Tempat-tempat Persinggahan Anak Jalanan di Bandar Lampung) Oleh

Ria Handayani

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang perilaku seks bebas yang terjadi di kalangan anak jalanan yang berada di Kota Bandar Lampung.

Tipe dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan lokasi penelitian yang berada pada tempat-tempat persinggahan anak jalanan di Kota Bandar Lampung. Populasinya adalah anak-anak jalanan dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang yang tersebar di lima tempat. Sampel ditentukan dengan teknik Simple Random Sampling secara proposonal pada masing-masing tempat di lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi, dan dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis datanya dilakukan menggunakan tabulasi tunggal dengan cara menguraikan data tersebut secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku seks bebas di kalangan anak jalanan cukup memprihatinkan, karena di kalangan mereka perilaku berhubungan badan atau behubungan kelamin yang sudah mereka alami mencapai angka tertinggi yaitu 46,2%. Anak jalanan mendapatkan informasi tentang perilaku seks bebas terbesar melalui teman yaitu sebesar 51,9%. Faktor-faktor yang mendorong mereka melakukan perilaku seks bebas tersebut adalah faktor ekonomi keluarga atau penghasilan orangtua, keutuhan keluarga anjal yang rata-rata sudah tidak utuh sekitar 34,6%, tingkat pendidikan orangtua maupun anak jalanan sendiri, dan yang terakhir adalah pergaulan anak jalanan.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dasawarsa terakhir ini isu kesejahteraan anak terus mendapat perhatian masyarakat dunia, mulai dari permasalahan buruh anak, peradilan anak, pelecehan seksual pada anak, dan anak jalanan. Hal tersebut juga dicerminkan dari banyaknya dokumen internasional yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak anak. Sedikitnya terdapat 16 dokumen internasional yang terkait dengan permasalahan anak, beberapa diantaranya: United Nations Standard Minimum Rules For The AdministrationOf Juvenile Justice (Peraturan Administrasi Standar Minimum Persatuan Bangsa-bangsa Untuk Keadilan Anak), Resolusi MU PBB 1985: The Use of Children in The Illicit Traffi in Narcotic Drugs (Peran Anak-anak Dalam Perdagangan Obat-Obatan Narkotika), Resolusi MU-PBB 1988: Convention on The Right of The Child (Konvensi Hak Anak), Resolusi MU-PBB 1989: The Effects of Armed Conflicts on Children Lives (Efek Dari Penanganan Konflik Anak), Resolusi Komisi HAM PBB 1991: The Special Rapporteur on The Sale of Children, Child Prostitution and Child Pornography (Pelopor Perdagangan Anak, Prostusi Anak dan Pornograpi Anak), dan Resolusi Komisi HAM PBB 1994.

Salah satu isu kesejahteraan anak yang terus berkembang dan menjadi perhatian dunia adalah masalah anak jalanan. Banyak laporan tentang “Situasi Anak”


(4)

menyebutkan bahwa terdapat 30 juta anak tinggal dan menjaga diri mereka sendiri di jalan. Di Asia, saat ini paling tidak terdapat sekitar 20 juta anak jalanan. Jumlah tersebut diramalkan akan meningkat dua kali lipat pada 30 tahun mendatang (Childhope,1991:40).

Demikian halnya di Indonesia, laporan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (2005) memberitakan bahwa fenomena anak jalanan semakin meningkat dari segi kualitas maupun kuantitas. Penelitian tersebut menemukan kenyataan bahwa sebagian besar anak jalanan berasal dari keluarga tidak mampu. Dari 226 juta keluarga tidak mampu, sekitar 35,29% tak tamat SD, sekitar 34,22% tamat SD, dan sekitar 13,57% tamat SMP (www.scribd.com/anakjalanan).

Tetapi, hubungan kemiskinan dengan perginya anak ke jalan bukanlah hubungan yang sederhana. Diantaranya terdapat faktor-faktor intermediate (tingkat menengah) seperti harmoni keluarga, kemampuan pengasuhan anak, dan langkanya dukungan keluarga (familysupport) pada saat krisis keluarga di rumah manjadi penyebab anak pergi ke jalanan.

Hingga saat ini penanganan masalah anak jalanan masih terbatas. Tinjauan terhadap berbagai kebijakan pemerintah menunjukkan bahwa secara konseptual penanganan anak jalanan dijamin oleh kebijakan yang ada, namun hasil survei Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia terhadap 100 anak menunjukkan, hanya 10% anak jalanan yang terjangkau oleh program penanganan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh lembaga swadaya masyarakat (YKAI,1994).


(5)

3

Dalam kaitannya dengan pembangunan sumberdaya manusia, terutama di perkotaan, penanganan yang serius terhadap masalah anak jalanan merupakan suatu isu kebijakan yang mendesak. Penanganan tuntas tentunya tidak hanya mencakup upaya-upaya yang bersifat rehabilitatif saja, tetapi juga mencakup usaha yang bersifat pencegahan dan pengembangan. Selain itu, kebijakan yang kurang tepat dan menyederhanaan permasalahan yang sesungguhnya hanya akan membuat usaha penanggulangan anak jalanan menjadi usaha tambal sulam karena kesalahan dalam melihat masalah yang sesungguhnya.

Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasadepan jelas. Keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, yaitu keluarga, masyarakat, dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif, padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembangnya menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab, dan bermasa depan cerah akan lebih terjamin

Menurut UUD 1945, “anak terlantar itu dipelihara oleh negara”, artinya pemerintah mempunyai tanggungjawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, yang juga telah dinyatakan dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia serta Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan


(6)

Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang Hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi, budaya (education, leisure, and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection) (www.depsos.go.id).

Mengamen di jalanan, itulah yang kita tahu tentang mereka. Padahal ada dunia tersendiri yang mereka geluti, yaitu menjalani kehidupan seks bebas pada usia sangat muda, baik yang dilakukan secara paksa maupun suka sama suka (semata agar bisa diterima sebagai anggota, dan juga perlindungan dari sesama teman jalanan karena kerasnya kehidupan dan persaingan di jalanan, dengan syarat melakukan hubungan seks sebagai imbalannya), dan berikut sedikit uraiannya. Sejak dahulu tema seksualitas merupakan tema yang selalu menarik dan menjadi kontroversi dalam masyarakat karena seksualitas merupakan sesuatu yang ditabukan, sehingga masyarakat (baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan) ingin mengetahui dan tertarik dengan tema dan permasalahan seksualitas. Dalam khasanah ilmu-ilmu sosial, seksualitas merupakan salah satu bidang kajian yang menempati posisi dasar dalam mengungkap konsepsi-konsepsi sosial budaya dan jaringan hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan dalam suatu masyarakat. Pada dasarnya pemikiran ini dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa seksualitas bukan semata-mata entitas biologis, melainkan suatu


(7)

5

entitas yang keberadaannya berkaitan erat dengan tatanan nilai, norma, dan sistem pengetahuan suatu masyarakat

Seksualitas selalu hadir dalam setiap sisi kehidupan manusia dan kehadirannyapun tidak luput dari makin banyaknya dan mudahnya mendapatkan pengetahuan tentang seks. Disamping itu, maraknya pornografi telah menjadi bagian keseharian remaja sehingga remaja menjadi iluisif (banyak berhayal), hidupnya diliputi bayang-bayang kosong, lebih suka melamun, meremehkan nilai-nilai sosial, bahkan pada taraf yang lebih buruk lagi, remaja menyalahgunakan seks. Kasus-kasus seks bebas, seperti casting iklan sabun mandi, adegan seks remaja di handphone, serta peredaran VCD porno oleh sepasang remaja atau mahasiswa, mengindikasikan bahwa perilaku seksual yang tidak sesuai dengan budaya dan norma-norma di masyarakat, telah menempati level mengkhawatirkan dan menjadi pemicu rusaknya moralitas generasi muda. Kondisi ini juga mengindikasikan kurangnya kontrol dan aturan hukum terhadap pengguna akses informasi yang akhirnya menyebabkan kecenderungan penyimpangan perilaku seksual remaja menjadi kuat. Hal ini sejalan dengan membanjirnya informasi mengenai perilaku seksual, mulai dari media cetak sampai elektronik, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kecenderungan terjadinya penyimpangan perilaku seksual pada remaja (id.wikipedia.org/wiki/anakjalanan).

Remaja dan seks bebas merupakan dua hal yang sejak dahulu sering diwacanakan dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan, remaja merupakan masa dimana seseorang sedang mengalami fase perkembangan dari anak-anak menuju dewasa dan di saat inilah remaja mengalami fase perkembangan seksual sehubungan


(8)

dengan perubahan-perubahan fisik dan peran-sosial yang sedang terjadi padanya. Gejolak seksualitas yang terjadi pada akhirnya memicu keinginan remaja untuk melakukan hubungan seks, selain juga ditunjang minimnya pengalaman seksual. Maraknya remaja yang melakukan seks bebas saat ini dapat dilihat dari dua faktor penyebab, yaitu faktor internal dan faktor ekstrnal. Faktor internal berasal dari dalam diri remaja itu sendiri, dimana seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa remaja adalah seseorang yang sedang mengalami peningkatan hasrat seksual dikarenakan perubahan fisik dan biologis yang sedang terjadi padanya. Faktor ini bertendensi membuat remaja ingin melakukan hubungan seks. Sementara faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri remaja, diantaranya adalah peer group (teman sepermainan) yang biasanya memiliki influence yang cukup besar dalam kehidupan remaja. Dimulai dari obrolan atau cerita mengenai pengalaman seksual diantara teman dan akhirnya mempengaruhi remaja untuk mencontoh perilaku seksual tersebut.

Selain itu media saat ini juga semakin marak menampilkan tayangan-tayangan yang bermuatan seksualitas sehingga dapat memicu remaja untuk melakukan perilaku seks bebas. Pergaulan remaja saat ini yang semakin bebas juga semakin membuka celah untuk melakukan perilaku seks bebas. Dan ini juga terjadi karena remaja masa kini sudah banyak menjadi konsumerisme budaya barat tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu sehingga perilaku tersebut sangat tidak sesuai dengan norma dan aturan yang ada di negara kita (www.pendidikan.net/seksbebas). Dan di kalangan anak jalanann sendiri, akan lebih mudah untuk melakukan seks bebas karena lingkungan yang begitu bebas dan sangat minimnya pengawasan


(9)

7

dari keluarga atau orangtua, dan juga banyak faktor lain yang mendukung. Pada anak jalanan faktor eksternal lebih banyak mempengaruhi mereka dalam melakukan seks bebas tersebut. Sehingga membentuk perilaku-perilaku seks yang kurang baik pada mereka.

Anak jalanan memperoleh “pengetahuan” seksnya dari teman sebaya atau anak jalanan yang lebih tua, baik yang bersumber dari buku porno, film atau VCD porno, atau mengintip orang yang sedang melakukan hubungan seksual. Mudahnya memperoleh pengetahuan mengenai seks mempengaruhi sikap anak jalanan terhadap hubungan seksual. Terlebih, anak-anak jalanan terkadang memiliki anggapan, bahwa hubungan seksual di luar nikah sebagai hal yang wajar karena itu merupakan urusan dari anak jalanan itu sendiri dan tidak mengganggu kepentingan orang lain.

Kondisi ini tidak lepas dari kehidupan mereka yang bebas di jalanan serta norma yang serba longgar. Selain itu, yang mendorong anak jalanan makin permisif terhadap perilaku seks bebas karena kemampuan mereka mencari nafkah secara mandiri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Thailand yang menemukan bahwa remaja yang sudah bisa mencari nafkah sendiri, lebih permisif dalam urusan seksualitas daripada remaja yang masih sekolah (Sarwono, 1997).

B. Rumusan Masalah

Fokus utama permasalahan yang hendak diteliti adalah, “Bagaimana perilaku seks bebas di kalangan anak jalanan dan apa saja faktor penyebabnya?”


(10)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang perilaku anak jalanan dalam melakukan hubungan seks bebas di kalangan mereka dan faktor penyebabnya. 2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan dan pengetahuan seputar perilaku seks bebas di kalangan anak jalanan dan juga diharapkan dapat berguna bagi upaya pengembangan khasanah ilmu Sosiologi, khususnya Sosiologi Perilaku Menyimpang.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan pembaca (masyarakat) dan peneliti lain dalam mencari jalan pemecahan atas permasalahan anak jalanan, khususnya tentang faktor penyebab seks bebas di kalangan mereka, dan juga untuk mengembangkan pemecahan dalam permasalahan ini.


(11)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Hadari Nawawi, penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, masyarakat, lembaga, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (1991:63). Sedangkan menurut Singarimbun dan Sofian Effendi (1998:4), tujuan dari penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu

b. Untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial.

B. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

Definisi konseptual dan operasional variabel dalam penelitian ini bermanfaat untuk membatasi pengertian dalam pembahasan selanjutnya, konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut:


(12)

1. Perilaku Seks Bebas Anak Jalanan

Perilaku seks bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku seks di kalangan anak jalanan mulai dari berciuman, meraba-raba (payudara, alat kelamin), sodomi, sampai dengan hubungan kelamin atau hubungan badan yang disalahgunakan dan dilakukan tanpa adanya ikatan yang sah di dalamnya atau di luar institusi perkawinan.

2. Faktor Penyebab Perilaku Seks Bebas

Faktor-faktor penyebab yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang menyebabkan anak-anak jalanan sampai terjerumus ke dalam perilaku seks bebas di kalangan mereka. Dalam penelitian ini, ada beberapa aspek yang akan diamati, antara lain sebagai berikut:

1. Motivasi dalam melakukan hubungan seks 2. Kondisi ekonomi keluarga

3. Keutuhan keluarga

4. Pola pengasuhan di dalam keluarga 5. Pendidikan orangtua

6. Pergaulan di kalangan anak jalanan C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Bandar Lampung, yaitu anak-anak jalanan yang berada di Lapangan Enggal, Stasiun Kereta Api, di bawah Mall Ramayana, lampu merah Rumah Sakit Abdul Muluk, dan Pasar Tengah, dimana tempat-tempat tersebut merupakan tempat mereka bermukim, walaupun tidak untuk menetap


(13)

33

dalam waktu yang lama. Peneliti memilih lokasi Bandar Lampung karena menurut peneliti lokasi ini merupakan tempat yang tepat untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan judul, dan selain itu dapat lebih meminimalisasikan baik waktu maupun materi dari peneliti.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1995:52), populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirinya akan diduga. Berdasarkan tema penelitian, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan yang berada di Kota Bandar Lampung, tepatnya anak-anak jalanan yang berada di Lapangan Engggal, Stasiun Kereta Api, di bawah Mall Ramayana, lampu merah Rumah Sakit Abdul Muluk, dan Pasar Tengah.

Peneliti turun langsung ke lapangan dalam mengumpulkan data, karena anak jalanan selalu berpindah-pindah, sehingga data yang didapatkan dari LSM terkadang kurang tepat. Jadi dari berbagai tempat yang dikunjungi oleh peneliti didapat 106 orang anak jalanan. Dan 106 orang anak jalanan tersebut merupakan akumulasi dari tempat-tempat sebagai berikut:

1. Lapangan Enggal, terdapat 18 orang anak jalanan 2. Stasiun Kereta Api, terdapat 30 orang anak jalanan 3. Mall Ramayana, 21 orang anak jalanan

4. Lampu merah RS Abdul Muluk, 23 orang anak jalanan, dan 5. Pasar tengah, 14 orang anak jalanan.


(14)

2. Sampel

Sampel adalah perwakilan dari seluruh populasi yang akan dijadikan objek penelitian. Dalam menentukan banyaknya sampel penelitian terhadap populasi, digunakan rumus Yamane (dalam Jalaludin Rahmat, 1984:82) dengan rumus sebagai berikut: n= 1 2  Nd N Keterangan :

n = banyaknya sampel N = banyaknya populasi

d2= taraf nyata, (ditentukan sebesar 0,1) 1 = bilangan konstanta

Jumlah dari keseluruhan anak jalanan tersebut 106 orang, maka akan dicari sampelnya berdasarkan rumus. Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

n = 1 ) 1 , 0 ( 106 106 2  n = 06 , 2 106

n = 51,456 (52)

Karena bilangan 51,456 adalah pecahan, maka dibulatkan menjadi 52 sampel (n=52 orang). Jadi sampelnya berjumlah 52 orang anak jalanan.

Karena ada di lima tempat yang berbeda, maka penulis harus mengalokasikannya secara proporsional sehingga sampel tersebut dapat mewakili keseluruhan


(15)

35

populasi yang ada. Untuk itu penulis menggunakan rumus area proporsional sebagai berikut:

n

i =

N Pi

x S Keterangan:

n

i = banyaknya sampel ke satu, dua, ...

S = banyaknya sampel keseluruhan Pi = banyaknya populasi kesatu, kedua, ...

N = banyaknya populasi keseluruhan (Henny Farida, 1999:30)

Jadi sampel yang diperoleh dari tiap-tiap tempat adalah sebagai berikut:

n

1 =

106 18

x 52 = 8,8 (9)

n

2 =

106 30

x 52 = 14,72 (15)

n

3 =

106 21

X 52

= 10,3 (10)

n

4 =

106 23 x52 = 11,3 (11)

n

5 = 106

15 x 52 = 7,4 (7)

Berdasarkan sebaran populasi dan sampel penelitian, maka dapat dilihat jumlah sampel yang akan diambil dari masing-masing tempat seperti pada Tabel 2.


(16)

Tabel 2. Sebaran Populasi dan Sampel Anak Jalanan Di Tempat-tempat Persinggahan Anak Jalanan Di Kota Bandar Lampung

Lokasi Populasi

(Orang)

Sampel (Orang)

Lapangan Enggal 18 9

Stasiun Kereta Api 30 15

Mall Ramayana 21 10

Lampu Merah R.S Abdul M 23 11

Pasar Tengah 14 7

Jumlah 106 52

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Penentuan responden yang dijadikan sampel penelitian pada masing-masing tempat dilakukan dengan cara simple random sampling melalui undian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data yang diperlukan adalah:

a. Kuesioner

Adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan yang ditujukan untuk memperoleh data atau informasi yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu tentang perilaku seks bebas di kalangan anak jalanan, dan apa saja faktor penyebabnya.

Kuesioner yang dipergunakan adalah kombinasi angket tertutup dan terbuka, angket yang bersifat tertutup yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan disertai pilihan jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dianggap paling tepat, sedangkan yang bersifat terbuka adalah pertanyaan-pertanyaan yang disertakan untuk melengkapi informasi atau keterangan dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tertutup.


(17)

37

b. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tambahan dengan cara tanya-jawab sambil bertatapmuka secara langsung antara pewawancara dengan responden. c. Dokumentasi

Suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mencari atau mengumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian, dimaksudkan untuk melengkapi data primer yakni dengan cara mempelajari sumber-sumber sekunder, dan mencatat dokumen/arsip-arsip yang ada di lokasi penelitian.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh, maka data penelitian diolah dengan melalui tahapan:

a. Editing

Dalam tahap ini, data yang diperoleh dari lapangan diperiksa kembali, dalam arti dilakukan pengecekan kembali terhadap kemungkinan kesalahan pengisian daftar pertanyaan dan ketidakserasian informasi.

b. Koding

Yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden menurut macammnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan kode tertentu.


(18)

Tabulating yaitu memasukkan data ke dalam kolom-kolom tabel atau mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa dengan teliti dan teratur. Kegiatan ini dilaksanakan sampai dengan terwujudnya tabel-tabel, yang selanjutnya digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Singarimbun dan Effendi (1987:263), analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan sesuai dengan tipe penelitian yang digunakan.

Analisis ini didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, wawancara, dan dokumentasi yang didapat dari penelitian. Setelah semua data diolah, data kemudian disusun sedemikianrupa sehingga memudahkan analisisnya. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, dibantu dengan tabel distribusi tunggal. Teknik analisis data dilakukan dengan cara memasukkan data yang diperoleh dari lapangan ke dalam tabel distribusi tunggal. Kemudian diinterprestasikan dengan menggunakan susunan kata (diperkuat melalui hasil observasi di lokasi penelitian) dan kalimat bermakna secara sistematis sebagai jawaban atas permasalahan yang ada.


(19)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdarkan hasil dari penelitian pada sejumlah responden mengenai perilaku yang menyebabkan anak jalanan melakukan seks bebas di Kota Bandar Lampung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Perilaku seks bebas di kalangan anak jalanan di Kota Bandar Lampung memprihatinkan karena hampir setengah dari sampel sudah melakukan hubungan badan. Cara mereka mendapatkan pasangan dalam melakukan seks bebas yaitu suka sama suka, karena faktor saling menguntungkan (minta perlindungan), atau dengan cara memaksa. Anak jalanan tidak begitu memperhatikan keamanan dalam melakukan seks bebas sehingga sebagian besar tidak menggunakan pengaman atau alat kontrasepsi pada saat berhubungan badan. Anak jalanan pada penelitian ini tidak pandang tempat dalam melakukan seks bebas, kebanyakan dari mereka melakukan di rumah kosong (46,2%). Beberapa faktor penyebab mereka melakukan seks bebas, yaitu termotivasi dari pertemanan, memperoleh perlindungan, sekedar kesenangan, dan rasa ingin tahu. Faktor lainnya yaitu dari kondisi ekonomi keluarga, keutuhan keluarga, tingkat pendidikan dari anak jalanan itu sendiri, dan pendidikan orangtua mereka.


(20)

B. Saran

Sebaiknya anak jalanan tidak melakukan seks bebas dengan hanya berbekal pengetahuan seks yang hanya sekedarnya. Sebaiknya mereka mendapatkan pendidikan tentang kesehatan reproduksi yang baik, karena kebanyakan dari mereka tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi. Jika saja anak jalanan atau orang-orang yang melakukan seks bebas mengetahui bagaimana reproduksi yang baik, kemungkinan mereka tidak akan melakukan seks bebas secara sembarangan. Dengan begitu, kemungkinan anak jalanan untuk melakukan perilaku seks bebas dalam bentuk hubungan badan akan bisa ditahan, kalaupun mereka terpaksa harus melakukan seks bebas, sebaiknya mereka lebih memperhatikan keamanan dalam melakukan perbuatan tersebut seperti menggunakan alat pengaman atau alat kontrasepsi. Kemudian sebaiknya anak jalanan membekali diri mereka dengan keterampilan-keterampilan yang mungkin suatu saat bisa mereka gunakan untuk mencari uang selain dari mengamen, menyemir sepatu, dan lain-lain.


(21)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab V ini akan dibahas hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi tunggal. Dari penyajian tabel distribusi tunggal ini, diharapkan dapat menggambarkan kondisi yang nyata tentang keadaan responden yang meliputi identitas atau karakteristiknya, latar belakang dan motivasi menjadi anak jalanan, serta motivasi melakukan seks bebas.

A. Identitas Responden

Identitas responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan anak jalanan yang berada di Kota Bandar Lampung.

1. Umur

Umur atau usia seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitasnya. Seseorang yang berada pada umur muda atau produktif memungkinkan bagi dirinya untuk bekerja lebih banyak dibandingkan dengan yang berumur tua atau tidak produktif, karena seseorang yang telah memasuki usia tua maka tingkat produktivitasnya akan menurun seiring dengan menurunnya kekuatan fisik. Demikian halnya anak jalanan dalam melakukan pekerjaannya, juga memerlukan


(22)

kekuatan fisik mengingat pekerjaan dan aktifitas mereka yang kebanyakan di jalanan. Selain itu, dalam umur yang relatif masih muda tersebut, mereka juga mencari jati diri dengan selalu ingin mencoba hal-hal baru, seperti misalnya mencoba obat-obatan terlarang dan zat-zat adiktif lainnya, juga seks bebas yang menjadi tema dalam penelitian ini. Dari mencoba-coba inilah kemudian kegiatan tersebut menjadi suatu kebutuhan bagi mereka.

Berdasarkan data yang terkumpul, diketahui umur responden yang terendah adalah 13 tahun dan yang tertinggi 17 tahun. Jumlah anak jalanan menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

13 1 1,9

14 4 7,7

15 10 19,3

16 19 36,5

17 18 34,6

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan tergolong dalam usia produktif, yang terbanyak adalah kelompok usia 16 tahun, yaitu sebesar 36,5%. Pada usia masih sangat muda tersebut mereka seharusnya berada di sekolah atau merasakan indahnya masa kecil, tetapi pada kenyataannya mereka berada di jalanan untuk bekerja.


(23)

51

2. Agama yang Dianut

Responden dalam penelitian ini beragama Islam dan Katolik, tetapi agama Islam lebih mendominasi karena penduduk di Kota Bandar Lampung mayoritas beragama Islam, dengan jumlah 43 orang (82,7%) dan Katolik berjumlah 9 orang (17,3%).

Distribusi responden berdasarkan agama bisa dilihat dalam Tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan Agama

Agama Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

Islam 43 82,7

Katolik 9 17,3

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Meskipun demikian, anak-anak jalanan yang mengaku memeluk agama, baik Islam maupun Katolik, jarang sekali atau tidak pernah samasekali menjalankan ibadah atau perintah agamanya masing-masing. Hal ini boleh jadi karena kondisi atau keadaan mereka yang tidak memungkinkan untuk melakukan ibadah. Dengan jarangnya mereka melakukan ibadah, secara tidak langsung sudah menjauhkan mereka dari Tuhan merekamasing-masing, sehingga rasa takut untuk melakukan hal-hal yang burukpun tidak ada lagi. Salah satunya melakukan seks bebas tersebut.


(24)

3. Jenis Kelamin

Penelitian ini menggunakan teknik sampling random, yang penarikan sampelnya dilakukan secara acak sederhana (simple random) tanpa memperhitungkan jenis kelamin. Hal ini mengakibatkan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin menjadi tidak berimbang. Dengan berinteraksi secara bebas tanpa adanya batasan antara laki-laki maupun perempuan di kalangan anak jalanan bisa menjadi salah satu pemicu responden melakukan seks bebas. Misalnya dengan tidur bersama, melakukan kontak fisik seperti berpelukan, berpegangan tangan, dan lain-lain. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Laki-laki 37 71,2

Perempuan 15 28,8

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Pada Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak 71,2%, dibandingkan dengan jumlah responden perempuan sebesar 28,8%. Perbedaan ini juga disebabkan karena memang di kalangan anak jalanan, anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan.

Dari penelusuran lebih lanjut, juga diketahui sebesar 71,2% sudah menjadi anak jalanan lebih dari satu tahun, dan 28,8% menjadi anak jalanan kurang dari satu tahun.


(25)

53

B. Penyebab Menjadi Anak Jalanan

Banyak hal yang menyebabkan mengapa responden memilih turun ke jalan. Data yang disajikan pada Tabel 8 di bawah ini akan menjelaskan alasan-alasan mereka menjadi anak jalanan.

Tabel 8. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Sebab Menjadi Anak Jalanan

Sebab Menjadi Anjal Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Kabur dari rumah 14 26,9

Diajak teman 19 36,5

Ingin mandiri 14 26,9

Tidak punya keluarga 5 9,6

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari data pada Tabel 8 di atas dapat kita ketahui bahwa alasan responden turun ke jalan paling banyak karena pengaruh teman sebesar 36,5%, kemudian karena kabur dari rumah 26,9%, biasanya mereka kabur dari rumah dikarenakan kekerasan fisik yang mereka dapatkan dari orangtua mereka. Terkadang tanpa alsan mereka tiba-tiba menjadi pelampiasan kemarahan dari orangtua mereka, seperti misalnya ada satu ayah dari responden yang memiliki istri lebih dari satu dan sedang memiliki masalah dengan salah satu istrinya, jadi si ayah melampiaskan kemarahannya kepada responden tersebut. Kemudian ingin mandiri sebesar 26,9%, mereka ingin mandiri dengan alsan tidak ingin menyusahkan orangtua mereka dengan mencari uang sendiri, yaitu dengan turun ke jalanan. Dan yang terakhir 9,6% karena tidak punya keluarga, banyak anak jalanan yang terlantar karena tidak memiliki keluarga, dan salah satu responden mengatakan


(26)

mereka berada di jalanan dikarenakan responden diusir dari panti asuhan tempat responden dan kakak responden tinggal.

C. Pekerjaan

Yang dimaksud dengan pekerjaan disini ialah pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh responden. Kegiatan sehari-hari yang paling utama dilakukan oleh anak jalanan adalah bekerja. Jenis pekerjaan apapun mereka lakukan demi mendapatkan uang. Dari menjadi pengamen, menjual koran, sampai tukang semir sepatupun mereka lakukan. Untuk lebih jelasnya, lihat Tabel 9 berikut ini:

Tabel 9. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Pengamen 47 90,4

Semir sepatu 2 3,8

Jual koran 1 1,9

Penjaga barang 1 1,9

Serabutan 1 1,9

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah pekerjaan yang berhubungan atau berlokasi tidak jauh dari jalanan. Pekerjaan terbanyak ialah pengamen sebesar 90,4%, kemudian penyemir sepatu 3,8%, penjual koran 1,9%), penjaga barang 1,9%, dan terakhir bekerja serabutan atau tidak tetap juga hanya 1,9%. Dari pekerjaan itulah mereka menggantungkan hidup dan dengan pekerjaan tersebut mereka banyak menghabiskan waktunya di jalanan.


(27)

55

Tetapi mereka mengatakan pekerjaan mereka tersebut sewaktu-waktu bisa saja berubah.

1. Penghasilan Perhari

Dengan pekerjaan yang berpenghasilan tidak tetap, responden menggunakan sebagian besar uangnya untuk makan dan hampir tidak bisa ditabung. Data yang disajikan pada Tabel 10 berikut akan menjelaskan penghasilan dari responden perharinya.

Tabel 10. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Penghasilan Perhari

Besar penghasilan (Rupiah)

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

5.000 4 7,7

10.000 14 26,9

12.000 6 11,5

15.000 15 28,8

20.000 11 21,2

25.000 1 1,9

30.000 1 1,9

Jumlah 52 100,0 Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari data pada Tabel 10 dapat kita ketahui bahwa penghasilan responden berkisar antara Rp. 5.000 sampai Rp. 30.000 per harinya. Beragam penghasilan yang responden dapatkan perharinya, yaitu sebesar 7,7% orang yang pendapatannya Rp. 5.000 perhari, 26,9% yang pendapatannya Rp. 12.000 perhari, lalu 15 orang (28,8%) yang pendapatannya Rp. 15.000 perhari, 21,2% orang yang pendapatannya Rp. 20.000 perhari, 1,9% yang pendapatannya Rp. 25.000 perhari, dan 1,9% orang yang pendapatannya Rp. 30.000 perhari. Penghasilan mereka tersebut bisa dibilang cukup besar untuk ukuran anak-anak, sehingga mereka


(28)

merasa tidak ingin meninggalkan jalanan karena disana mereka bisa menghasilkan banyak uang. Pendapatan tersebut sewaktu-waktu bisa saja berubah pada tiap responden, tergantung berapa lama mereka bekerja.

2. Penggunaan Uang Pendapatan

Sebagian besar uang penghasilan responden digunakan untuk makan, dan bila berlebih akan ditabung. Tetapi sedikit sekali responden yang menyisakan uangnya untuk ditabung, kebanyakan dibelikan rokok, mabuk, dan main. Meski demikian, masih ada juga responden yang diteliti yang tidak menggunakan obat-obatan atau zat terlarang lainnya, mereka ini termasuk yang penghasilannya diarahkan ke hal-hal lain selain obat-obatan atau zat terlarang. Data yang disajikan pada Tabel 11 berikut ini akan menjelaskan kemana responden menggunakan sisa uang pendapatannya.

Tabel 11. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Penggunaan Sisa Uang Pendapatannya

Penggunaan Sisa Uang Pendapatan

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Membeli lem aibon 11 21,2

Membeli minuman alkohol 4 7,7

Membeli ganja 5 9,6

Tidak menjawab 32 61,5

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari data pada Tabel 11 di atas terlihat masih banyak anak jalanan yang tidak menggunakan obat-obatan atau zat terlarang lainnya, yaitu sebanyak 32 orang atau 61,5%, sementara yang menggunakan untuk membeli lem aibon ada 21,2%, membeli alkohol sebesar 7,7%, dan ysng terakhir 9,6,% menggunakan untuk membeli ganja. Obat dianggap sebagai alat untuk membuat mereka dalam


(29)

57

keadaan nyaman, dan biasanya anak jalanan melakukan hubungan seks di bawah pengaruh obat-obatan. Dan sebagian anak jalanan juga terkadang lebih memilih tidak makan asalkan mereka bisa menggunakan obat-obatan terlarang atau lem aibon dalam satu hari.

D. Perilaku Seks Bebas Di Kalangan Anak Jalanan

Seks bebas yang menjamur pada saat ini sudah tidak asing lagi di kalangan anak jalanan. Dari 52 responden yang diteliti, semuanya sudah mengenal seks bebas, bahkan mereka juga menjalani seks bebas tersebut. Berikut ini akan dijelaskan tentang pengetahuan mereka tentang seks bebas.

1. Sumber Informasi tentang Seks Bebas

Dari responden yang diteliti, semuanya sudah cukup tahu tentang seks bebas, dan rata-rata dari mereka menyetujui seks bebas. Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui sebab dari seks bebas itu sendiri, begitu pula dengan efek dari seks bebas tersebut. Tetapi mereka tetap saja melakukannya. Responden mendapatkan pengetahuan seksnya dari berbagai macam sumber, berikut penjelasannya:

Tabel 12 Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Sumber Informasi tentang Seks Bebas

Sumber informasi Jumlah (Orang)

Persenrase (%)

Teman 27 51,9

Menonton VCD porno 19 36,5

Dari pacar 2 3,8

Tahu sendiri 4 7,6

Jumlah 52 100,0


(30)

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa anak jalanan mendapat pengetahuan seksnya paling banyak dari teman-teman mereka sendiri, yaitu sebesar 51,9%, dari menonton VCD porno 36,5%, dari pacar sebesar 3,8%, dan tahu sendiri sebanyak 7,6%. Namun informasi yang mereka peroleh melalui saluran ini terbatas dan mungkin banyak salahnya, akan tetapi anak jalanan sepertinya tidak menghiraukan kekeliruan itu. Dari cerita teman-teman mereka tersebut anak jalanan memiliki keinginan untuk mulai mencoba-coba perilaku seks bebas. Berawal dari mencoba mencium, meraba, dan akhirnya pada tahap melakukan hubungan kelamin atau hubungan badan.

2. Pengetahuan tentang Efek Seks Bebas

Tidak banyak yang mereka ketahui tentang efek dari seks bebas itu sendiri, yang mereka tahu adalah, jika melakukan seks bebas maka akan hamil, terkena HIV AIDS, terkena penyakit kelamin, dan kemudian meninggal. Mereka juga tahu resiko apa yang akan mereka dapatkan jika melakukan seks bebas, walaupun hanya sebagian saja yang mereka ketahui. Di samping itu, mereka juga tahu kalau seks bebas itu dilarang di Indonesia, tetapi sepertinya peringatan seperti itu tidak mereka gubris samasekali. Mereka tetap saja melakukan kegiatan tersebut, tanpa menghiraukan resikonya dan pada tabel berikut akan kita lihat seberapa banyak anak yang tahu atau tidak tentang efek seks bebas.


(31)

59

Tabel 13. Distribusi Anak Jalanan Tahu atau Tidak Efek dari Seks Bebas di Kota Bandar Lampung

Tahu Tidaknya Efek Seks Bebas

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Tahu 19 36,5

Tidak tahu 33 63,5

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

3. Jenis atau Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Pertamakali Dilakukan

Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II, ruang lingkup seks pada penelitian ini bukan hanya sebatas pada kontak kelamin atau berhubungan badan antar lawan jenis atau sesama jenis, tetapi disini berciuman atau meraba-rabapun sudah termasuk dari seks. Dan pada saat responden tersebut ditanyai tentang arti dari seks bebas itu sendiri, mereka berasumsi kalau seks adalah melakukan hubungan badan atau kontak kelamin seperti layaknya yang dilakukan pasangan suami istri. Dari beberapa pilihan tentang perilaku seks bebas yang peneliti tanyakan, berciumanlah yang paling banyak mereka lakukan pertamakali, yaitu sebanyak 92,3%, sisanya meraba-raba sebanyak 7,7%. Berikut keterangannya pada Tabel 14 berikut ini:

Tabel 14. Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Pertama Dilakukan Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung

Bentuk Seks Bebas Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Berciuman 48 92,3

Meraba-raba 4 7,7

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Mereka umumnya melakukan bersama teman, pacar, atau saudara. Dari sini mereka akan lebih jauh lagi melakukan hal-hal yang berhubungan dengan seks.


(32)

Ini disebabkan karena anak-anak merupakan masa dimana rasa ingin tahunya sangat besar. Dari pengakuan tentang perasaan mereka saat pertamakali melakukan perilaku seks bebas, ada yang merasa takut, senang, bingung, sedih, dan ada juga yang mengaku biasa saja.

Lepas dari hanya sekedar berciuman atau meraba-raba, banyak juga responden yang melakukan perilaku seks bebas lebih dari itu, yaitu melakukan hubungan badan dengan lawan jenisnya.

Tabel 15. Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Dijalani Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung Saat Ini

Bentuk Seks Bebas Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Sebatas Berciuman 17 32,7

Sebatas Meraba-raba 11 21,2

Berhubungan Badan 24 46,2

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Kesimpulannya, pada anak jalanan yang diteliti, lebih banyak yang sudah melakukan perilaku seks bebas pada tahap hubungan badan daripada sekedar berciuman dan meraba-raba. Yang berperilaku sampai berhubungan badan sudah mencapai 46,2%, berciuman 32,7%, dan meraba-raba 21,2%. Mereka yang melakukan perilaku seks bebas pada tahap hubungan badan kebanyakan tidak bisa meninggalkan lagi perilaku seks bebas tersebut dikarenakan sudah ketagihan atau suatu kebiasaan yang menjadi rutinitas mereka.


(33)

61

Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan seberapa sering responden berganti pasangan dalam melakukan hubungan seks bebas.

Tabel 16. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Sering Tidaknya Berganti Pasangan dalam Melakukan Seks Bebas

Sering Tidaknya Berganti Pasangan

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Ya 24 46,2

Tidak 28 53,8

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Tampak dari Tabel 16 di atas, dalam melakukan seks, mereka seringkali berganti pasangan, walaupun ada juga yang tidak. Telihat dari jumlah yang sering berganti pasangan sebesar 46,2% dan yang tidak berganti pasangan sebesar 53,8%. Dalam kehidupan anak jalanan, memang biasanya pasangan itu bukan merupakan suatu hal yang begitu penting, sehingga mereka bisa dengan mudahnya berganti-ganti pasangan. Biasanya satu orang perempuan dipacari atau dalam istilah mereka “digilir” dalam satu kelompoknya. Dalam berhubungan seks, tidak jarang responden justru yang dimintai bayaran oleh pasangannya, atau sebaliknya responden meminta bayaran pada pasangan mereka pada saat melakukan hubungan seks.

Anak jalanan tidak memperhatikan keamanan dalam melakukan hungan seks bebas, khususnya dalam berhungan badan atau berhubungan kelamin, dengan tidak menggunakan alat pengaman atau alat kontrasepsi. Alasan-alasan yang mereka kemukakan dapat dilihat pada Tabel 17.


(34)

Tabel 17. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Penggunaan Alat Pengaman dalam Berhubungan Seks

Menggunakan atau Tidak Alat Pengaman

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Ya 19 36,5

Tidak 33 63,5

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dengan hanya berbekal pengetahuan seadanya, anak jalanan sering melakukan hubungan seks bebas dengan cara tidak aman, misalnya dengan tidak menggunakan alat pengaman. Dari Tabel 17 di atas dapat diketahui jumlah responden yang menggunakan alat pengaman (alat kontrasepsi) pada saat berhubungan, hanya 36,5%, dan yang tidak menggunakan alat pengaman sebesar 63,5%. Dengan alasan yang berbeda-beda mereka mengemukakan mengapa mereka tidak menggunakan alat pengaman, seperti misalnya lupa, malas, tidak punya uang untuk membelinya, repot, dan banyak lagi alasan lainnya. Padahal jika mereka tau bahaya dari perilaku seks bebas yang tidak aman seperti yang mereka lakukan tersebut, sangat banyak kerugian yang akan mereka dapat nantinya.

Karena seringkali dalam melakukan hubungan seks bebas tidak menggunakan alat pengaman dan sering berganti pasangan, maka ada beberapa responden yang terkena penyakit kelamin. Dan bagaimana cara mereka mengetahui bahwa terkena penyakit atau tidak didapat dari orang-orang dewasa di sekitar mereka yang lebih dulu pernah terkena penyakit tersebut, atau yang mereka anggap sudah berpengalaman.


(35)

63

Tabel berikut akan menjelaskan berapa orang responden yang pernah atau tidak pernah terkena penyakit kelamin.

Tabel 18. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Pernah/Tidak Terkena Penyakit Kelamin

Pernah/Tidak Terkena Penyakit Kelamin

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Pernah 6 11,5

Tidak 46 88,5

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 18 diketahui, jumlah responden yang tidak pernah terkena penyakit kelamin cukup banyak, yaitu sebesar 88,5%, sementara 11,5% orang lainnya pernah terkena penyakit kelamin. Menurut pengalaman ke 6 orang yang pernah terkena penyakit kelamin tersebut, semuanya adalah penyakit kelamin sifilis, dan kesemuanya itu adalah anak laki-laki. Penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling sering didapatkan oleh orang yang melakukan hubungan intim dengan pasangan yang tidak tetap, apalagi jika pada saat melakukan hubungan intim tidak menggunakan alat pengaman atau alat kontrasepsi.

4. Pengalaman Melakukan Seks Bebas dengan Pekerja Seks Komersial (PSK)

Responden terkadang juga melakukan seks bebas dengan Pekerja Seks Komersial (PSK). Tetapi mereka jarang mendatangi PSK, karena selain harus membayarnya, PSK juga terkadang tidak mau melayani anak-anak. Data pada Tabel 18 di bawah ini menjelaskan banyaknya responden yang pernah melakukan hubungan seks dengan PSK.


(36)

Tabel 19. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Pernah/Tidak Melakukan Hubungan Seks dengan

Pekerja Seks Komersial (PSK) Pernah/Tidak Melakukan

Hubungan Seks Bebas Dengan PSK

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Pernah 7 13,5

Tidak 45 86,5

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Tabel 19 menjelaskan bahwa 13,5% pernah melakukan hubungan seks dengan pekerja seks komersial (PSK), dan mereka berkisaran umur 16 tahun sampai 17 tahun, sedangkan 86,5% tidak pernah melakukan hubungan seks dengan pekerja seks komersial (PSK).

Dari informasi yang peneliti dapat, responden ternyata lebih banyak memilih melakukan seks dengan pasangan mereka dibandingkan melakukannya dengan pekerja seks komersial (PSK).

5. Tanggapan Orangtua terhadap Perilaku Seks Bebas Anak Jalanan

Karena tempat tinggal yang berjauhan, menyebabkan kebanyakan orangtua responden tidak tahu kalau mereka sudah pernah melakukan seks bebas. Ketika ditanya apa tanggapan orangtua mereka jika saja mereka tahu kalau dirinya sudah pernah melakukan seks bebas, responden mengatakan, mungkin orangtua mereka akan bersikap biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa sikap ketidakpedulian orangtua terhadap anak sangat besar. Ketidakpedulian ini merupakan salah satu faktor mengapa akhirnya mereka turun ke jalanan dan akhirnya terjerumus ke dalam seks bebas.


(37)

65

6. Cara dalam Mendapatkan Pasangan Seks Bebas

Hasrat seks yang tidak terpendam biasanya bisa membuat seseorang melakukan hal-hal yang tidak baik, seperti melakukan pemaksaan pada pasangan untuk melakukan seks, dan lain-lain. Responden dalam penelitian ini tampaknya juga mengalami hal seperti itu, yaitu terkadang dipaksa pasangan dan terkadang memaksa pasangan untuk melakukan hubungan seks bebas, sebagaimana tampak pada Tabel 20 dan 21 berikut.

Tabel 20. Jumlah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung yang Sering Dipaksa Pasangan dalam Melakukan Hubungan Seks Bebas

Sering/Tidak Pernah Dipaksa Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sering dipaksa 6 11,5

Tidak pernah dipaksa 46 88,5

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Informasi tersebut menunujukkan bahwa hanya sedikit responden yang sering dipaksa pasangannya dalam melakukan hubungan seks bebas, yaitu sebanyak 11,5%, sedangkan 88,5% lainnya tidak pernah. Rata-rata dari responden yang dipaksa adalah perempuan.

Tabel 21. Jumlah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung yang Sering Memaksa Pasangan dalam Melakukan Hubungan Seks Bebas

Pernah/Tidak Pernah Memaksa Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sering memaksa 19 36,5

Tidak pernah memaksa 33 63,5

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Pada Tabel 21 dapat dilihat pula bahwa responden yang sering memaksa pasangan sebanyak 36,5%, sedangkan yang tidak pernah memaksa sebanyak 63,5%.


(38)

Rata-rata dari responden yang memaksa adalah laki-laki dan hanya satu orang perempuan saja yang memaksa. Jadi lebih banyak laki-laki yang memaksa pasangannya untuk melakukan seks bebas dibandingkan perempuan.

Dari pengakuan responden yang pernah melakukan seks bebas, terungkap bahwa mereka tidak pernah mendapatkan kekerasan seksual dari pasangan masing-masing. Padahal tidak jarang anjal yang berusia belia seringkali menjadi korban sodomi dari para preman yang menjadi 'pelindung' mereka, bahkan menjadi pelampiasan atau budak seks. Ketika ditanyai pernah atau tidak mereka didatangi oleh kaum pedophilia, ternyata beberapa responden mengatakan pernah ada yang didatangi.

Tabel 22. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Pernah/Tidak Didatangi Pedophilia

Pernah/Tidak Didatangi Penderita Pedophilia

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Pernah 7 13,5

Tidak 45 86,5

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Pedophilia adalah hasrat seks yang ditujukan kepada anak-anak. Dalam kenyataan ada sebagian orang yang tertarik secara seksual hanya kepada anak-anak. Hasrat seksualnya baru akan muncul bila melihat anak-anak, sebaliknya kehadiran orang dewasa secantik atau semenarik apapun tidak mampu menimbulkan gairah seksualnya. Baginya, orang dewasa tidak memiliki daya tarik apapun, sebaliknya anak-anak yang masih lugu dan tidak paham mengenai seksualitas malah memiliki daya tarik yang sangat tinggi. Eksploitasi penyimpangan seks ini ternyata tidak hanya masuk ke negara-negara yang memiliki budaya seks bebas,


(39)

67

tapi juga ke Indonesia. Dapat kita lihat pada Tabel 22 sebelumnya bahwa responden yang pernah didatangi oleh kaum pedophilia sebanyak 7 orang atau 13,5%, sedangkan yang tidak pernah didatangi sebanyak 45 orang atau 86,5%. Jadi di Kota Bandar Lampung ini kaum pedophilia masih terhitung sedikit dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya. Dan perilaku seks yang dilakukan oleh kaum pedophilia pada responden dalam penelitian ini hanya sebatas menciumi dan meraba-raba saja.

7. Tempat Melakukan Seks Bebas

Responden biasa melakukan hubungan seks pada tempat-tempat yang biasanya mereka anggap aman, misalnya di sebuah rumah kosong, di gang sepi, gerbong kereta, dan toko-toko kosong. Dan pada Tabel 23 berikut akan kita lihat uraiannya:

Tabel 23. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung menurut Tempat Biasanya Melakukan Seks Bebas

Tempat Melakukan Hubungan Seks

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Rumah kosong 24 46,2

Gang sepi 22 42,3

Gerbong kereta 2 3,8

Toko kosong 4 7,7

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari data pada Tabel 23 diketahui, 46,2% orang mengaku melakukan seks bebas di rumah-rumah kosong, 42,3% di gang sepi, 3,8% di gerbong kereta, dan 7,7% melakukan di toko-toko kosong. Dengan kondisi tempat yang mereka anggap tepat, biasanya mereka terdorong untuk melakukannya. Tidak ada tempat yang


(40)

cukup layak setelah diteliti, karena bagi mereka asalkan bisa menyalurkan hasrat seksnya, di manapun tidak masalah, yang penting mereka merasa nyaman.

E. Faktor-faktor Penyebab Melakukan Seks Bebas

Banyak faktor yang menyebabkan anak jalanan akhirnya melakukan seks bebas. Secara umum, jalanan merupakan tempat eksplorasi bagi diri mereka. Selain merupakan tempat yang berbahaya, kehidupan jalanan juga menjanjikan kesenangan pada mereka sehingga ketika ditawarkan untuk meninggalkan jalanan, sebagian besar tidak setuju karena mereka sudah menganggap jalanan adalah rumah kedua setelah rumah orangtua. Kehidupan yang tidak ada kontrol dari keluarga atau bisa juga dibilang bebas menyebabkan mereka bisa melakukan apa saja tanpa adanya larangan dari siapapun. Mulai dari pergaulan, pertemanan, pekerjaan, lingkungan bebas, yang akhirnya mengantarkan mereka mengenal atau melakukan seks bebas. Berikut akan dijelaskan mengapa anak jalanan akhirnya melakukan seks bebas.

1. Motivasi Melakukan Seks Bebas

Sangat beragam motivasi yang bisa menyebabkan responden melakukan seks bebas. Disini peneliti memberikan pertanyaan tentang motivasi apa saja yang mendorong mereka melakukan seks bebas, berikut jawabannya dirangkum pada Tabel 24.


(41)

69

Tabel 24. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Motivasi Melakukan Seks Bebas

Motivasi Melakukan Seks Bebas

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Pertemanan 26 50,0

Perlindungan 3 5,8

Kesenangan/refresing 22 42,3

Ingin tahu 1 1,9

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Pada Tabel 24 dapat dilihat hanya 1,9% orang yang termotivasi melakukan seks bebas karena rasa ingin tahu. Ternyata pengaruh pertemanan begitu besar dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu sebesar 50,0% orang termotivasi melakukan seks bebas karena faktor ini. Di kalangan anak jalanan, teman merupakan orang yang paling sering bersama mereka saat di jalanan, dan dari teman-teman mereka yang sudah lebih dulu pernah melakukan seks bebas atau dari teman yang sudah berpengalaman inilah biasanya mereka mendapatkan pengetahuan tentang seks bebas, walaupun informasi yang mereka dapatkan sangat terbatas.

Kemudian faktor ingin mendapatkan kesenangan/refreshing juga cukup banyak memotivasi anak jalanan untuk melakukan seks bebas, yaitu sebanyak 42,3%. Tampaknya setelah lelah berkutat dengan kegiatannya selama di jalanan, mereka juga ingin mencari hiburan dengan cara melakukan seks bebas. Selain itu, mereka ingin meniru gaya anak jaman sekarang yang menganggap seks bebas bukan lagi merupakan sesuatu hal yang tabu. Apalagi mereka bisa dengan mudah mendapatkan pasangan untuk melakukan hubungan seks bebas tersebut.


(42)

Sementara itu yang melakukan seks bebas karena faktor perlindungan sebanyak 3 orang (5,8%). Pengakuan responden menunjukkan bahwa, karena mereka hidup di jalanan menyebabkan mereka juga harus membiasakan diri dengan berbagai macam bentuk kekerasan yang ada di sana, baik dari anak jalanan yang lain, orang dewasa yang mengeksploitasi dan memanfaatkan mereka, maupun dari aparat keamanan. Bentuk kekerasan yang biasa mereka terima adalah dimintai uang dengan paksa, dipukuli, diperkosa, atau bentuk pelecehan seksual lainnya. Karena di sini yang paling rentan mendapatkan kekerasan tersebut adalah perempuan, jadi mau tidak mau mereka harus mencari perlindungan dari anak laki-laki yang dianggapnya bisa melindungi dirinya dari kekerasa-kekerasan tersebut, yakni dengan cara menjalin hubungan yang saling menguntungkan. Anak laki-laki sebagai manusia normal yang memiliki kebutuhan biologis membutuhkan wanita sebagai “teman kencan”, sementara anak jalanan perempuan membutuhkan pria untuk melindungi dirinya. Anak perempuan disini ialah yang baru saja tiba dari suatu kota, atau baru saja masuk dalam satu kelompok yang masih baru baginya. Dan dari sanalah terjadi hubungan seks bebas.

2. Kondisi Ekonomi Keluarga Responden

Kondisi ekonomi keluarga dari responden sebagian besar sangat memprihatinkan, 61,5% kondisi ekonominya tidak baik, 28,8% kondisi ekonominya cukup baik, dan hanya 9,6% yang kondisi ekonominya baik.


(43)

71

Tabel 25. Distribusi Pekerjaan Ayah Anak Jalanan Di Kota Bandar Lampung

Pekerjaan Ayah Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Kuli 28 53,8

Pengamen 6 11,5

Berdagang 5 9,6

Petani 2 3,8

Ojek 3 5,8

Tidak bekerja 8 15,4

Total 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari data pada Tabel 25 di atas dapat kita ketahui pekerjaan dari ayah responden yaitu 53,8% bekerja sebagai kuli, 11,5% bekerja sebagai pengamen, 9,6% berdagang, 3,8% petani, 5,8% tukang ojek, dan 15,4%)tidak bekerja.

Tabel 26. Distribusi Pekerjaan Ibu Anak Jalanan Di Kota Bandar Lampung

Pekerjaan Ibu Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Ibu rumahtangga 27 51,9

Tukang cuci 19 36,5

Jual sayur 2 3,8

Petani 3 5,8

PNS 1 1,9

Total 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Data pada Tabel 26 di atas menunjukkan jenis pekerjaan dari ibu responden, yaitu 51,9% adalah ibu rumahtangga, 36,5% bekerja sebagai tukang cuci, 3,8% berjualan sayuran, 5,8% petani, dan ada 1,9% yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Disini faktor pendidikan juga yang berpengaruh terhadap pekerjaan orangtua mereka.

Karena perekonomian keluarga yang memprihatinkan, maka anak jalanan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berbagai cara, salah


(44)

satunya dengan cara turun ke jalan. Pada saat mereka di jalanan tersebut anak jalanan diperkenalkan dengan kerasnya kehidupan, termasuk juga dengan perilaku seks bebas. Dari penelitian ini didapatkan 1 orang (1,9%) dari 52 responden yang menjadikan seks bebas sebagai pekerjaan, ini juga termasuk cara mereka untuk menghasilkan uang. Sementara bagi 51 orang (98,1%) lainnya, seks bebas bukanlah satu hal yang bisa mereka jadikan pekerjaan, mereka lebih memilih untuk melakukan hal lain untuk dijadikan pekerjaan.

3. Keutuhan Keluarga

Ketika ditanyai mengenai keluarga, 34 orang (65,4%) dari 52 responden mengaku masih mempunyai keluarga utuh, walaupun keluarganya tidak berada dekat dengan tempat tinggal mereka. Kebanyakan keluarga mereka berada di luar daerah atau kota di mana mereka berasal, selebihnya 18 orang (34,6%) sudah tidak memiliki keluarga yang utuh lagi. Meskipun demikian, ada juga anak jalanan yang mempunyai pikiran untuk maju, untuk mengubah jalan kehidupannya supaya menjadi lebih baik, menjadi lebih terarah, dan mempunyai masa depan yang lebih cerah seperti anak-anak pada umumnya. Tapi keinginan seperti itu biasanya hanya sebatas keinginan saja, cuma sebatas di pikiran, dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mewujudkan keinginannya tersebut karena banyaknya faktor yang tidak mendukung. Salah satunya dukungan dari orangtua mereka.

Dengan kondisi keluarga yang tidak utuh membuat mereka kekurangan kasihsayang dan perhatian sehingga mereka tidak mendapatkan motivasi yang baik dari keluarga untuk menjadi lebih baik lagi. Karena kurangnya kasihsayang


(45)

73

dan perhatian dari keluarga, mereka bisa saja melakukan tindakan-tindakan yang di luar batasan, seperti menggunakan obat-obatan terlarang, dan yang lebih memprihatinkan lagi mereka melakukan seks bebas. Mereka terjerumus ke dalam seks bebas karena tidak adanya bimbingan dari orangtua dan pengaruh yang kuat dari lingkungan pergaulan yang mengantar mereka untuk melakukan perilaku seks bebas.

4. Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan bagi anak-anak jalanan merupakan sesuatu yang mahal, aspek pendidikan bagi mereka merupakan faktor umum yang secara tidak langsung turut mendorong mereka turun ke jalan. Secara umum dapat dikatakan bahwa, untuk meningkatkan individu dalam mengolah usaha maupun produksi, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, pendidikan yang belum mencukupi sangat mempengaruhi kesejahteraan penduduk.

Pendidikan responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan yang pernah ditempuh melalui jenjang pendidikan formal. Rincian pendidikan dari responden penelitian ini disajikan pada Tabel 27 berikut ini: Tabel 27. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Tidak pernah sekolah 12 23,1

SD tidak tamat 10 19,2

SD tamat 15 28,8

SMP tidak tamat 4 7,7

SMP tamat 9 17,3

SMA tidak tamat 2 3,8

Jumlah 52 100,0


(46)

Dari Tabel 27 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden tertinggi hanya sebatas SMA tidak tamat 3,8%, kemudian yang menyelesaikan pendidikan SMP 17,3%, dan yang pendidikannya SMP tidak tamat 7,7%, sementara itu yang menyelesaikan pendidikan hanya sampai tamat SD sebesar 28,8%, SD tidak tamat sebanyak 19,2%, dan terbanyak dari mereka ialah tidak pernah sekolah yaitu sebensar 23,1%. Faktor ekomoni keluarga juga merupakan salah satu alasan yang tidak memungkinkan mereka untuk mengenyam pendidikan dengan layak. Kurangnya pendidikan juga salah satu yang mempengaruhi anak jalanan dalam melakukan perilaku seks bebas. Jika mereka mendapatkan pendidikan yang cukup, mungkin anak jalanan bisa menghindar dari seks bebas, karena paling tidak mereka akan mendapatkan pendidikan tentang seks dan bahayanya seks bebas di sekolahnya.

5. Tingkat Pendidikan Orangtua

Pada umumnya kehidupan anak jalanan sangatlah simpel. Berdasarkan pengakuan responden, kehidupannya sebagai anak jalanan hanya mempunyai rasa senang, tidak peduli dengan peraturan-peraturan, adat istiadat, dan norma masyarakat yang berlaku. Semua itu tidak dihiraukan oleh anak jalanan, kalau bisa justru mereka akan membuat sensasi sendiri supaya mereka mempunyai ciri khas yang khusus daripada orang lain. Semakin tidak teratur penampilan, sikap, dan perilakunya, justru mereka akan semakin bangga dengan keadaan yang seperti itu. Penampilan yang serba tidak teratur dengan rambutnya yang dicat dan dengan model yang tidak teratur pula, banyak tindik dipasang di telinga, hidung, alis, bibir, bahkan di lidah, dan dengan dandanannya yang serba “sangar” itu akan membuat mereka


(47)

75

semakin terkenal di kalangan anak jalanan yang lain. Namun tidak semua anak jalanan mempunyai pikiran seperti itu karena ada juga anak jalanan yang masih tergolong anak yang sopan karena dia merasa masih mempunyai orangtua dan sebenarnaya dia masih mempunyai rasa takut kepada orangtuanya. Setelah dijelaskan pendidikan dari responden sendiri, berikut ini akan dijelaskan pula pendidikan dari orangtua responden. Pendidikan dari orangtua responden tidak jauh berbeda dari pendidikan anak jalanan itu sendiri, berikut dapat dilihat informasinya pada Tabel 28 di bawah ini.

Tabel 28. Distribusi Tingkat Pendidikan Ayah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung

Tingkat Pendidikan

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Tidak sekolah 15 28,8

SD tidak tamat 10 19,2

SD tamat 15 28,8

SMP tidak tamat 3 5,8

SMP tamat 5 9,6

SMA tidak tamat 2 3,8

SMA tamat 2 3,8

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Data tingkat pendidikan dari ayah responden, yang tidak sekolah sebesar 28,8%, SD tidak tamat 19,2%, tamat SD 28,8%, SMP tidak tamat 5,8%, tamat SMP 9,6%, kemudian SMA tidak tamat 3,8%, dan terakhir tamat SMA 3,8%. Dari data tersebut dapat kita lihat cukup banyak ayah dari responden yang tidak mengenyam pendidikan, dan hal tersebut cukup berpengaruh terhadap cara pikir ayah responden yang tidak begitu mementingkan pendidikan anaknya.


(48)

Tabel 29. Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung

Tingkat Pendidikan

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Tidak sekolah 9 17,3

SD tidak tamat 9 17,3

SD tamat 23 44,2

SMP tidak tamat 2 3,8

SMP tamat 5 9,6

SMA tidak tamat 1 1,9

SMA tamat 3 5,8

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Data tingkat pendidikan ibu responden, yang tidak sekolah sebesar 17,3%, kemudian SD tidak tamat 17,3%, tamat SD 44,2%, SMP tidak tamat 3,8%, tamat SMP 9,6%, SMA tidak tamat 1,9%, dan tamat SMA 5,8%. Selain ayah, ibu dari respondenpun cukup banyak yang tidak mengenyam pendidikan, sebagian besar dari mereka hanya sebatas tamat SD saja.

Dari data di atas terlihat jelas mutu pendidikan yang kurang pada orangtua responden, dan ini berpengaruh terhadap pendidikan anak-anak mereka juga. Karena pendidikan yang kurang, mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang layak. Dari pekerjaan yang berpenghasilan sangat minim, mereka akhirnya tidak mampu untuk memberikan pendidikan yang layak pula untuk anak-anaknya. Alasan lain yang menyebabkan mengapa anak-anak mereka tidak dapat mengenyam pendidikan yang optimal (sebagaimana biasanya terjadi pada keluarga miskin), mereka juga beranggapan bahwa anak-anak adalah aset untuk membantu meningkatkan penghasilan keluarga, sehingga sedari kecil anak-anak sudah diajarkan untuk bekerja dan tidak lagi mementingkan pendidikan.


(49)

77

Pendidikan orangtua yang kurang ini pula cukup berpengaruh terhadap perilaku seks bebas pada responden, karena jika orangtua mereka memiliki pendidikan yang cukup, maka orangtua dapat memberi pengarahan dan memberi contoh yang baik terhadap anak-anak mereka. Tetapi di sini orangtua lebih bersikap “masabodo terhadap anak-anak mereka, karena merekapun tidak dapat memberikan penjelasan yang baik terhadap anak tentang bagaimana cara menyikapi seks bebas. Mereka hanya berfikir bagaimana cara agar anak-anak mereka dapat menghasilkan uang. Jadi seperti yang telah diuraikan sebelumnya, anak menjadi kurang kasihsayang dan perhatian, sehingga mereka akhirnya terjerumus ke dalam seks bebas.

6. Pergaulan Di Kalangan Anak Jalanan

Dalam kesehariannya, responden biasanya memiliki kelompok, dan biasanya responden yang tidak memiliki kelompok umumnya karena mereka baru saja tiba dari kota atau daerah lain, atau biasa disebut dengan anak baru. Hubungan diantara sesama mereka juga tergolong baik, dan kalaupun ada yang tidak baik, itu hanya beberapa dari mereka. Meski begitu perkelahian atau kekerasan fisik sering didapat oleh responden dari teman-teman mereka sendiri. Biasanya mereka berkelahi atau mendapat kekerasan fisik karena berebut tempat, karena uang, anak baru, dan masalah makan. Dari pergaulan inilah anak jalanan biasanya mendapatkan dorongan yang kuat untuk melakukan seks bebas. Teman yang lebih dulu sudah melakukan seks bebas akan berbagi cerita tentang bagaimana mereka melakukannya. Dari sana responden mendapat informasi dan rasa keingintahuanpun muncul karena terpengaruh dari teman-teman mereka tersebut.


(50)

Interaksi responden juga begitu bebas dengan orang-orang asing, dan mereka biasanya bergaul tidak hanya dengan sesama anak jalanan, tetapi dengan orang-orang dewasa yang berada di lingkungan mereka tinggal, yang bisa dengan mudah mempengaruhi mereka untuk melakukan seks bebas. Dan dari situ, perilaku-perilaku awal seks bebas muncul sampai akhirnya pada tahap perilaku-perilaku seks dalam bentuk hubungan kelamin atau hubungan badan.


(51)

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL

ABSTRAK ... ... i

JUDUL DALAM ... ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... ... iv

RIWAYAT HIDUP ... ... v

MOTTO ... ... vi

PERSEMBAHAN ... ... vii

KATA PENGANTAR ... ... viii

DAFTAR ISI ... ... xiii

DAFTAR TABEL ... ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Kegunaan Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anak Jalanan Dan Permasalahannya ... 9

1. Kehidupan Di Jalanan ... 16

2. Faktor-faktor Penyebab Timbul Dan Tumbuhnya Gejala Anak Jalanan ... 18

B. Pengertian Perilaku Seks Bebas ... 20

1. Pengertian Perilaku ... 20


(52)

E. Kerangka Pikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 31

B. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 31

1. Perilaku Seks Bebas Anak Jalanan ... 32

2. Faktor Penyebab Perilaku Seks Bebas ... 32

C. Lokasi Penelitian ... 32

D. Populasi Dan Sampel ... 33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Pengolahan Data ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 39

1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ... 39

2. Keadaan Geografis Dan Luas Wilayah ... 40

3. Kondisi Topografi Dan Demografi ... 42

4. Kondisi Perekonomian ... 45

B. Pendidikan di Kota Bandar Lampung ... 46

C. Mobilitas Sosial Di Kota Bandar Lampung ... 48

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 49

1. Umur ... 49

2. Agama Yang Dianut ... 51

3. Jenis Kelamin ... 52

B. Penyebab Menjadi Anak Jalanan ... 53

C. Pekerjaan ... 54


(53)

2. Penggunaan Uang Pendapatan ... 56

D. Perilaku Seks Bebas Di Kalangan Anak Jalanan ... 57

1. Sumber Informasi Tentang Seks Bebas ... 57

2. Pengetahuan Tentang Efek Seks Bebas ... 58

3. Jenis Atau Bentuk Seks Bebas Yang Pertamakali Dilakukan ... 59

4. Pengalaman Melakukan Seks Bebas Dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) ... 63

5. Tanggapan Orangtua Terhadap Perilaku Seks Bebas Anak Jalanan ... 64

6. Cara Mendapatkan Pasangan Seks Bebas ... 64

7. Tempat Melakukan Seks Bebas ... 67

E. Faktor-faktor Penyebab Melakukan Seks Bebas... 68

1. Motivasi Melakukan Seks Bebas ... 68

2. Kondisi Ekonomi Keluarga Responden ... 70

3. Keutuhan Keluarga... 71

4. Tingkat Pendidikan Responden... 72

5. Tingkat Pendidikan Orangtua ... 74

6. Pergaulan di Kalangan Anak Jalanan ... 77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... xv


(54)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Perbedaan Karaktersitik Anak Jalanan... 26 2. Sebaran Populasi dan Sampel Anak Jalanan di Tempat-tempat

Persinggahan Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung ... 36 3. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung menurut

Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2005 ... 42 4. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung menurut Kelompok

Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2005 (Jiwa) ... 43 5. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Kelompok Umur ... 50 6. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Agama ... 51 7. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Jenis Kelamin ... 52 8. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Sebab Menjadi Anak Jalanan ... 53 9. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Pekerjaan ... 54 10.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Penghasilan Perhari ... 55 11.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Penggunaan Sisa Uang Pendapatannya ... 56 12.Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Sumber Informasi tentang Seks Bebas ... 57 13.Distribusi Anak Jalanan Tahu atau Tidak Efek dari Seks Bebas di Kota Bandar Lampung ... 58


(55)

14.Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Pertama Dilakukan Anak

Jalanan di Kota Bandar Lampung ... 59 15.Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Dijalani Anak Jalanan

di Kota Bandar Lampung Saat Ini ... 60 16.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Sering Tidaknya Berganti Pasangan dalam Melakukan Seks Bebas ... 61 17.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Penggunaan Alat Pengaman dalam Berhubungan Seks ... 62 18.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Pernah/Tidak Terkena Penyakit Kelamin ... 63 19.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Pernah/Tidak Melakukan Hubungan Seks dengan

Pekerja Seks Komersial (PSK) ... 64 20.Jumlah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung yang Sering

Dipaksa Pasangan dalam Melakukan Hubungan Seks Bebas ... 65 21.Jumlah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung yang Sering

Memaksa Pasangan dalam Melakukan Hubungan

Seks Bebas ... 65 22.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Pernah/Tidak Didatangi Pedophilia ... 66 23.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung menurut

Tempat Biasanya Melakukan Seks Bebas ... 67 24.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Motivasi Melakukan Seks Bebas ... 69 25.Distribusi Pekerjaan Ayah Anak Jalanan Di Kota

Bandar Lampung ... 71 26.Distribusi Pekerjaan Ibu Anak Jalanan Di Kota

Bandar Lampung ... 71 27.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 73 28.Distribusi Tingkat Pendidikan Ayah Anak Jalanan di Kota

Bandar Lampung ... 75 29.Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu Anak Jalanan di Kota


(56)

DAFTAR PUSTAKA

A. G, Singgih. 1990. Psikologi Pendidikan Remaja. Rosdu Karya. Bandung. Ali, Mohammad; Asrori, Mohammad, 2004, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, Cetakan Pertama, PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Andimapiare. 1982. Psikologi Remaja. Usaha Nasional. Jakarta.

Asfriyati. 2002. Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan Serta Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. USU Repository.

Medan.

Barker, Chris. 2005. Cultural Studies, Teori dan Praktek. PT Bintang Pustaka. Yogyakarta.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga. Balai Pustaka. Jakarta

Hawton, Keith. 1990. Sex Theraphy. Oxford University Press. New York

Iskandar. 2008. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Gaung Persada Pers. Jakarta.

Nawawi, Hadari. 1994. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada Pers. Jakarta.

Perkumpulan Keluarga Besar Indonesia. 2005. Rencana Strategis 2005-2009. PKBI. Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin. 1984. Metodelogi Penelitian Komunikasi. CV Remaja Karya. Bandung.

Ramali, Pamoencak. 1987. Kamus Kedokteran. Penerbit Djambatan. Jakarta. Sarlito. 1991. Psikologi Remaja. Rajawali Pers. Jakarta.


(1)

ix 5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosioal dan Ilmu Politik Universitas Lampung dalam membantu dan mendidik penulis selama kuliah dan yang sudah memberikan bekal pengetahuan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

7. Kepada orangtua yang selalu memberi dorongan semangat kepada penulis dalam segala proses hidup yang penulis lalui juga kasih sayang yang tak terhitung dan tak bisa diuraikan satu persatu disini. Dan terimakasih juga buat dorongan semangat yang tiap bulan dikirim (transferan “piti”, hehehe…), walaupun kadang-kadang telat.

8. Untuk yuk Ita, terimakasih untuk dukungan, masukan dan saran-sarannya dalam proses penulisan skripsi ini, dan untuk masukannya dalam dunia perkuliahan, pertemanan, asmara (walaupun sebenernya lebih berpengalaman aku, hehe..), dan banyak hal. Si bontot, adikku Inop (tukang ngambek), sekolah yang bener, jangan pacaran terus yang dipikirin.. dan semoga dengan porsi tidur yang lumayan “ehemm” program dietnya berhasil, Cha You!!!. Sepupuku yuk Desti, makasih banyak ya buat dukungannya juga dan bantuan-bantuannya. Paling seneng kalo dibantu dalam hal makanan, kadang datang disaat yang tepat, hehehe…

9. Terimakasih untuk keluarga besar Hi. Abdul Kohar dan Hi. Agus Syawal yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10.Untuk sahabat-sahabat sejatiku “CPS”: Apriyanti (Miss 1000 kata, cerewet minta ampun..), Fitri Penyok (si Polos + cengeng), Nunk (si Kurus yang paling keibuan, tempat curhatnya anak-anak), Iin (Bibik bonding yang paling “perkasa”), Icha (si Centil abis-abisan), Echi (she always addiction with gossip :p), Evi (Mrs. Phisics yang baru insaf), dan Nida (tau dah nyang ini, gk bisa ditebak?!). I Love You all, You’re the Best Friends that I’ve ever had..


(2)

x 11.Untuk sahabat-sahabat Sosiologiku “V.E.R.D.Y”: Visi (Segera bu nyusul gw, gk sesulit yang kita bayangkan kok klo udah di jalanin, Res..), Ermay (ibu yang kosakatanya paling banyak, alias doyan cerita + doyan ngemil, gw doain cita-cita lo sukses ya bu. Cita-cita dalam asmara, kerjaan, dan program Die.T lo, he..), Dina (Huaaa…ibu guru, kecil-kecil cabe rawit. Selain pak Gede, dese juga pembimbing gua lho. Salut gw ma dina, anak yang mandiri + pekerja keras), dan yang terakhir,,,Eng Ing Eng,,Ibu JuesNha (wanita yang labil, baik perasaan maupun berat badan, selalu naik turun, hehe… Tmn yg paling jrang marah, tp klo dah marah seyeem. Hmmh…wanita yang baik). Makasih ya buat kalian semua yang udah buat gw dapat banyak cerita selama 5 tahun ini, & mudah2n mpe sterusnya. Pokoknya yang udah gw lewatin dan rasain dg kalian itu kayak Nano-Nano.

12.Buat anak-anak Sosiologi ’05; Elya, Erna, Asri, Riris, Dewi (Mrs. Korea, hehe… Maksh bwt semua bntuan2nya, dan informasi2 terUpdate tntg artis2 Korea nya ya… Ngmg2 akibat Mr. Big ni kita jadi deket ya bu), Melly (weits,,blkangan ini lo lmyan bnyak bntu2 gw ni bu, mksih bnyak ya,,trs klo bisa angong m plin-plan dikurangin dkit, he..), Yaya tyg, Mia (kpn ke Papua nya? Bosen gw liat lo disini), Junday (minum susu yg bnyak biar klo naek motor gk melayang,,piss (^_^)v), Ay Aye’ (ttep ligat ya klo gw lg urgent pulsa), Linda, Desi, Risky, Ocha, Putri. Nah,,giliran anak cowok ni; Dony (tmn sperjuangan + kakak sperguruan), Acep (teruskan perjuanganmu dlm mncari cnta sjati, Hahay,,), Fredy, Kautsar, To’ing, Andika, Guntur, Dimas, Dwarte, si Nyo, Wisnu Santoso Putro (Request tu minta ditulis nama lengkap, Hmmh.. Mksih bngt ya pak buat bantuan2nya,,sorry klo mnta tlongnya suka dadakan, he..), Yuri, Dayat, Komeng (pada kemana si tu anak2?). Makasih ya semuanya, terutama teman2 yg udh bantuin dalam seminar 1 & 2 gw. Dan smw yg nmanya gk ketulis disini, teuteup kompak ya…

13.Untuk adik2 seperguruan Septin, Hesti, Yanti dan anak Sosiologi semua angkatan, makasih ya…


(3)

xi 14.And for My “Yung”, thanks for everything that you give to me, Ur understanding, Ur patient (Ttep sbar ya ngadepin aku), Ur support, especially for the joy and sadness that we’ve pass together.. Keep Love Me Yung..

15.Dan ucapan terimakasih yang amat besar penulis sampaikan untuk anak-anak jalanan yang menjadi bahan penelitian penulis dalam skripsi ini; Dolah, Ambara, Haris, Iwan, Mamed, Wawan, Tika, Agus, Dino, Suma, Ardy, dan semua anak jalanan yg tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimaksih untuk bantuan dan kerjasamanya.

Sekali lagi penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan Bapak/ibu, saudara/i, semoga Allah SWT akan memberikan balasan yang setimpal atas bantuannya. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, 25 Mei 2010 Penulis


(4)

MOTTO

“Sugu Yaru, Kanarazu Yaru, Owari Made (Segera Kerjakan,

Harus dikerjakan, Kerjakan Sampai Selesai)”

(Kaisar Hirohito)

“Sesunggunya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Allah

pasti punya Hadiah Istimewa dibalik semua kesulitan kita”


(5)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada kekasih sejati Allah SWT, dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang

menyayangi dan ku sayangi:

Orangtua ku yang tercinta Mamak dan Bapak.

Mamak, wanita hebat yang sudah melahirkan, membesarkan dan selalu menyebut nama ku disetiap doa-doanya. Bapak, jagoan hebat yang selalu mendukung dan memberikan kepercayaan kepada ku, juga tetasan keringatmu yang sangat berarti bagi kami semua. Terimakasih atas segalanya yang telah kalian berikan, semua jasa dan pengorbanan tanpa pamrih kalian yang mungkin tidak akan pernah terbalas oleh ku.

Saudari-saudari ku Ayuk dan Adik ku

Yuk Pita dan Novia, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian yang tak pernah putus kepada ku. Terimakasih untuk kehangatan yang kalian berikan dalam hari-hari ku. Semoga persaudaraan ini selalu diberkahi oleh-Nya. Kakek ku tersayang

Kakek, maaf atas keterlambatan dan semua kesalahan yang telah ku perbuat kepada mu yang tak sempat ku perbaiki. Dengan setulus hati karya sederhana ini ku persembahkan untukmu.

Almamater tercinta

Budi dan bakti dalam setiap langkah perjuanganku, tempatku belajar tentang kehidupan dan kebersamaan, dan dalam pencapaian cita-cita dan impianku yang setinggi-tingginya.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukit Kemuning pada tanggal 15 Juli 1987, anak ke dua dari tiga bersaudara ini merupakan buah hati dari pasangan Bapak Shodikin Agus dan Ibu Siti Nursidah, S,Pd. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis untuk pertamakali diawali pada Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi di Bukit Kemuning pada tahun 1991, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negerti (SDN) 1 Bukit Kemuning pada tahun 1993 dan diselesaikan pada tahun 1999. Penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 Bukit Kemuning dan selesai pada tahun 2002. Kemudian dilanjutkan lagi ke Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Bukit Kemuning yang diselesaikan pada tahun 2005.

Kemudian pada tahun 2005 penulis diterima menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada Jurusan Sosiologi melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).