Evaluasi Pelaksanaan Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan Oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK ANAK JALANAN OLEH YAYASAN KELOMPOK KAJIAN SOSIAL

PERKOTAAN (KKSP) MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

070902043 ERLINA HARYATI

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Erlina Haryati

NIM : 070902043

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : Evaluasi Pelaksanaan Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan Oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan

Pembimbing Skripsi

Agus Suryadi, S.Sos, M.Si NIP :

Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Hairani Siregar, S.Sos. MSP NIP :19710927 199801 2 001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP : 19680525 199203 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Erlina Haryati, 070902043, Evaluasi Pelaksanaan Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan Oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan.

(Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 105 Halaman, 1 Bagan, 26 Tabel, 20 Kepustakaan, dan 7 Lampiran)

ABSTRAK

Sejak tahun 1991, Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) memulai ide program pendampingan anak jalanan. Dalam penanganan masalah anak jalanan, Yayasan KKSP mempunyai dua pendekatan. Pendekatan eliminasi dan pendekatan kultur melalui program penguatan kelompok. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pelaksanaan program penguatan kelompok yang dilakukan oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan. Untuk memberdayakan anak jalanan dengan melihat dari segi pendidikan, keterampilan, dan sikap dengan pendekatan Before and after comparisons.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan populasi sebanyak 20 orang. Dalam hal ini, seluruh populasi dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian yaitu melalui data primer (kuesioner, dan wawancara) dan data sekunder (studi kepustakaan). Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif kualitatif dimana data yang dikumpulkan, ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan kemudian dianalisa.

Dari hasil analisa yang dilakukan dapat diketahui bahwa program penguatan kelompok anak jalanan oleh Yayasan KKSP Medan sudah baik dalam memberdayakan anak jalanan. Hal ini terbukti karena adanya perubahan dan perkembangan positif yang dialami oleh anak – anak jalanan. Anak – anak jalanan menjadi memiliki wawasan dan keterampilan yang lebih dari sebelumnya dan anak jalanan dapat diterima baik oleh lingkungan sosial mereka yang selama ini dipandang sebelah mata, sampai dengan mereka mempunyai posisi tawar dengan melakukan pementasan diberbagai kegiatan.

Kata Kunci : Evaluasi Pelaksanaan Program Penguatan Kelompok Oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta tidak lupa shalawat dan salam kepada Rasullah Muhammad SAW yang mana telah memberikan sinar kehidupan melalui Al-Quran dan Sunnah-Nya sebagai pedoman hidup bagi penulis.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan program sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari petunjuk dan hidayah Allah SWT, serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Terutama penulis berterimakasih pada orang tua penulis, Ayahanda Darwin Siregar dan Ibunda Deriani yang selalu mendukung dan memberikan semangat besar kepada penulis selama ini. Segala dukungan moril, materil serta doa kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini, takkan dapat melukiskan rasa syukur dan bahagia ini untuk mereka. Dalam kesempatan ini penulis ingin juga menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. MSP, selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suryadi S.Sos, M.Si, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama pengerjaan skripsi ini.


(5)

Terimakasih sedalam-dalamnya atas waktu, nasehat dan pemikiran yang telah diberikan kepada penulis.

4. Seluruh staf edukatif dan administrative, khususnya Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu pengetahuan dan wawasan serta jasa – jasanya yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Kakak-kakak dan Abang – abang, seluruh staff Yayasan KKSP, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk belajar dan menambah ilmu selama praktikum sampai penulisan skripsi ini terselesaikan.

6. Saudara penulis, Kakak tersayang Nurdanila Handayani S.S.sos yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi bagi penulis. Serta adik tercinta Winda Chairunissa, terimakasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan.

7. Untuk teman berbagi cerita senang maupun sedih bagi penulis, (Imar). Terimakasih selalu memberikan semangat dan pelajaran dalam hidup selama kita tinggal bersama.

8. Untuk semua teman - teman penulis di stambuk 2007, terkhusus sahabat – sahabat “CNC” (wirda, miftah, malida, pipon, ayu, tika dan titik boutiq) kalian teman yang tak bisa dilupakan dan “CNC” akan selalu ada dihati penulis.

9. Untuk kawan – kawan seperjuangan di Kepengurusan HMI Komisariat FISIP USU periode 2010 – 2011. Rholand, Indra, Ika, Wanda, Tri, Rini, Fauzan, Akbar, Siti, Topik, Aconk, Rozi, Nenda, Dika, Amir, Kimoet, seluruh kawan – kawan “Batu Kristal”. Terimakasih untuk semangat yang telah diberikan.


(6)

10.Untuk kawan – kawan stambuk 2009 dan 2010, tetap semangat dan jangan berhenti untuk belajar mengenai pencarian makna perjuangan dalam komisariat. 11.Kepada seseorang yang selama ini menjadi penyemangat istimewa dan terindah

bagi penulis, terimakasih untuk semuanya dan semoga kita selalu diberikan jalan yang terbaik oleh-Nya.

12.Dan terakhir, kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu. Semoga ilmu yang kita miliki ini dapat kita pergunakan untuk kebaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Medan, 23 Maret 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PERSETUJUAN ……… i

ABSTRAK ……….... ii

ABSTRACT ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR BAGAN ………... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

I.2 Perumusan Masalah ……….. 6

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 6

I.3.1 Tujuan Penelitian ………... 6

I.3.2 Manfaat Penelitian ………. 7

I.4 Sistematika Penulisan ………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Evaluasi Program, Dimensi dan Tahapan Evaluasi Progran serta Tujuan Evaluasi Program ……… 9

II.1.1 Pengertian Evaluasi Program ……… 9

II.1.2 Pengertian Program ………. 12


(8)

II.1.4 Tujuan Evaluasi Program ……… 15

II.2 Pengertian Kelompok ………. 17

II.2.1 Klasifikasi Kelompok ……… 18

II.2.2 Fungsi Kelompok ……… 19

II.2.3 Kordinasi Dalam Kelompok ……… 22

II.3 Pengertian Anak ……… 23

II.4 Pengertian Anak Jalanan ……… 27

II.5 Faktor – factor Yang Menyebabkan Munculnya Anak Jalanan ……….... 30

II.6 Kerangka Pemikiran ………. 32

II.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ……… 35

II.7.1 Definisi Konsep ………... 35

II.7.2 Definisi Operasional ………. 36

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Tipe Penelitian ……… 39

III.2 Lokasi Penelitian ……… 39

III.3 Populasi dan Sampel ………. 39

III.3.1 Polulasi ……… 39

III.3.2 Sampel ……… 40

III.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 40

III.5 Tekni Analisa Data ……… 41

BAB IV DEKSRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1 Latar Belakang Berdirinya Yayasan KKSP Medan ……… 42


(9)

IV.3 Visi dan Misi Yayasan KKSP Medan ……… 43

IV.4 Program – program Yayasan KKSP Medan ……… 44

IV.5 Pendanaan Yayasan KKSP Medan ………. 58

IV.6 Struktur Organisasi Yayasan KKSP Medan ………... 60

BAB V ANALISA DATA V.1 Karakteristik Responden ……… 62

V.2 Pelaksanaan Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan Oleh Yayasan KKSP Medan ……… 66

V.3 Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan Berdasarkan Dimensi Pendidikan ………. 81

V.4 Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan Berdasarkan Dimensi Keterampilan ……… 86

V.5 Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan Berdasarkan Dimensi Sikap ……… 96

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan ………... 101

VI.2 Saran ………. 102

DAFTAR PUSTAKA ……….. 104 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1 Distribusi Responden Bedasarkan Jenis Kelamin ……… 62

Tabel 2 Distribusi Responden Bedasarkan Kelompok Umur ……… 63

Tabel 3 Distribusi Responden Bedasarkan Agama ……… 64

Tabel 4 Distribusi Responden Bedasarkan Suku Bangsa ……… 65

Tabel 5 Distribusi Responden Bedasarkan Pendidikan ………. 66

Tabel 6 Distribusi Responden Bedasarkan Lama Anak Jalanan Bergabung Dengan Yayan KKSP Medan ……… 67

Tabel 7 Distribusi Responden Bedasarkan Pemahaman Program Penguatan Kelompok ………. 69

Tabel 8 Distribusi Responden Bedasarkan Tujuan Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan ……… 70

Tabel 9 Distribusi Responden Bedasarkan Kebermanfaatan Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan ………. 71

Tabel 10 Distribusi Responden Bedasarkan Fasilitas Pendukung Program Pengutan Kelompok Anak Jalanan ……… 72

Tabel 11 Distribusi Responden Bedasarkan Hubungan Anak – anak Jalanan Dengan Staff Yayasan KKSP ……… 74

Tabel 12 Distribusi Responden Bedasarkan Hubungan Anak – Anak Jalanan Dengan Sesama Kawan – Kawan ……… 75

Tabel 13 Distribusi Responden Bedasarkan Masalah Yang Dihadapi Selama Di jalanan ………. 76 Tabel 14 Distribusi Responden Bedasarkan Perhatian Yayasan KKSP Dalam


(11)

Menghadapi Masalah Yang Dialami……… 78 Tabel 15 Distribusi Responden Bedasarkan Proses Pemberian Program

Penguatan Kelompok Anak Jalanan ……… 79 Tabel 16 Distribusi Responden Bedasarkan Penambahan Fasilitas……… 80 Tabel 17 Distribusi Responden Bedasarkan Pernah Atau Tidaknya

Mendapatkan Materi Pendidikan Hak dan Perlindungan Anak ………... 82 Tabel 18 Distribusi Responden Bedasarkan Pemahaman Materi Hak dan

Perlindungan Anak ……… 84 Tabel 19 Distribusi Responden Bedasarkan Manfaat Dari Materi Pendidikan

Hak Anak dan Perlindungan Anak ……… 85 Tabel 20 Distribusi Responden Bedasarkan Pernah Tidaknya Mendapatkan

Keterampilan ……… 88 Tabel 21 Distribusi Responden Bedasarkan Perasaan Anak Jalanan

Mendapatkan Keterampilan ……… 90 Tabel 22 Distribusi Responden Bedasarkan Manfaat Dari Keterampilan ……… 92 Tabel 23 Distribusi Responden Bedasarkan Mengikuti Pementasan Karya Seni .. 93 Tabel 24 Distribusi Responden Bedasarkan Hubungan Anak jalanan

Dengan Warga Sekitar ……… 97 Tabel 25 Distribusi Responden Bedasarkan Penggunaan Rokok ………. 98 Tabel 26 Distribusi Responden Bedasarkan Penggunan Obat – Obat terlarang … 99


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Erlina Haryati, 070902043, Evaluasi Pelaksanaan Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan Oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan.

(Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 105 Halaman, 1 Bagan, 26 Tabel, 20 Kepustakaan, dan 7 Lampiran)

ABSTRAK

Sejak tahun 1991, Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) memulai ide program pendampingan anak jalanan. Dalam penanganan masalah anak jalanan, Yayasan KKSP mempunyai dua pendekatan. Pendekatan eliminasi dan pendekatan kultur melalui program penguatan kelompok. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pelaksanaan program penguatan kelompok yang dilakukan oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan. Untuk memberdayakan anak jalanan dengan melihat dari segi pendidikan, keterampilan, dan sikap dengan pendekatan Before and after comparisons.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan populasi sebanyak 20 orang. Dalam hal ini, seluruh populasi dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian yaitu melalui data primer (kuesioner, dan wawancara) dan data sekunder (studi kepustakaan). Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif kualitatif dimana data yang dikumpulkan, ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan kemudian dianalisa.

Dari hasil analisa yang dilakukan dapat diketahui bahwa program penguatan kelompok anak jalanan oleh Yayasan KKSP Medan sudah baik dalam memberdayakan anak jalanan. Hal ini terbukti karena adanya perubahan dan perkembangan positif yang dialami oleh anak – anak jalanan. Anak – anak jalanan menjadi memiliki wawasan dan keterampilan yang lebih dari sebelumnya dan anak jalanan dapat diterima baik oleh lingkungan sosial mereka yang selama ini dipandang sebelah mata, sampai dengan mereka mempunyai posisi tawar dengan melakukan pementasan diberbagai kegiatan.

Kata Kunci : Evaluasi Pelaksanaan Program Penguatan Kelompok Oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan kerap kali menjadi persoalan yang tidak kunjung selesai, mulai dari kesadaran masyarakat sampai kemampuan pemerintah dalam menganalisis masalah dan merencanakan program yang menjanjikan, namun faktanya program itu hanya bersifat aturan yang tertulis diatas kertas, Sedangkan keluh kesah warga keras terdengar di telinga.

Contoh kecil, seperti anak jalanan yang hingga kini masih menuai masalah tanpa ada solusi yang tepat untuk mengatasinya. Fenomena anak hidup di jalan saat ini mudah kita temui di sudut-sudut kota besar terutama Kota Medan. Mata kita sudah tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu merah, mendatangi warung-warung pinggir jalan menawarkan jasa atau sekedar meminta sumbangan. Aktivitasnya mulai bermain musik, menjual koran, menyemir sepatu hingga meminta sumbangan dengan kotak amal.

Sebagian dari anak jalanan menganggap bahwa mereka lebih baik bekerja dan mencari uang untuk jajan daripada pergi ke sekolah, karena malas berfikir. Apalagi mereka biasa mendapatkan kurang lebih Rp.20.000 sampai Rp.100.000 per hari dari bekerja di jalanan. Sehingga, anak-anak jalanan menjadi malas jika diajak ke habitat “normal” seperti anak seusia mereka pada umumnya.

Jumlah anak jalanan semakin meningkat dari tahun ke tahun, banyak hal yang menjadi faktor pendorong ataupun penarik bagi seorang anak untuk terjun dan


(14)

bergabung menjadi anak jalanan, salah satunya adalah masalah kemiskinan yang tentu saja bukan hal baru di Indonesia.

Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak (KPAI), diperkirakan tahun 2006 terdapat 150 ribu anak jalanan di Indonesia. Konsentrasi terbesar di Jakarta. Sedangkan jumlah anak usia sekolah yang berada di jalanan kota Medan menjelang akhir tahun 2009 mencapai 500-an. Pasalnya, selain minimnya keuangan dari keluarga, anak juga dijadikan pekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari meskipun mereka masih dikatakan dibawah umur WIB).

Dengan usia yang sangat muda, pada umumnya anak-anak jalanan bekerja di sektor informal. Pilihan sektor informal adalah sebuah jawaban atas rendahnya pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh anak-anak jalanan. Seperti yang telah dipaparkan diatas, biasanya anak-anak jalanan memimih bekerja sebagai penjual makanan ringan, minuman ringan, penjual koran, penyemir sepatu, pengamen, pemulung sampai pengemis sekalipun mereka kerjakan. Lokasi yang menjadi sasaran untuk mereka di pusat perbelanjaan, terminal bus, stasiun kereta api, perempatan jalan dan taman kota.

Interaksi anak-anak di jalan membuat mereka rentan terhadap perlakuan kekerasan dan eksploitasi. Anak-anak jalanan yang dipaksa berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Keadaan ini membentuk jiwa anak-anak jalanan menajdi


(15)

keras dan terkadang timbul kesan jauh dari etika dan norma-norma kehidupan masyarakat.

Anak-anak yang hidup di jalan sangat berbeda dengan anak-anak yang hidup dalam asuhan orang tuanya. Anak-anak dijalan hidup secara bebas. Mereka bebas melakukan apa saja yang mungkin belum patut dilakukan anak-anak seumuran mereka. Umumnya terlihat berpakaian lusuh, kumal, dandanan jauh dari kesan rapi hingga tato menghiasi tubuh mereka. Rokok, minuman keras, dan mabuk-mabukan sepertinya sudah umum dilakukan anak-anak seusia mereka yang seharusnya mengenyam pendidikan di sekolah. Anak-anak di jalan sebagian besar putus sekolah karena ketiadaan biaya. Akibatnya mereka seakan tidak terdidik.

Keadaan-keadaan inilah yang menyebabkan sebagian besar kelompok masyarakat mengasingkan mereka. Masyarakat tidak menganggap mereka bagian dari warga masyarakat. Akibatnya terjadi penolakan di setiap kehadiran mereka.

Terbitnya Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Utara No.6 Tahun 2003 tentang Gelandangan dan Pengemis merupakan bentuk konkrit kepedulian pemerintah terhadap penanggulangan anak jalanan. Namun pada kenyataannya hal itu hanya legalisasi pelepasan tanggung jawab pemerintah, padahal anak-anak jalanan dan kaum miskin perkotaan adalah tanggung jawab negara. Pelayanan yang diberikan terhadap anak jalanan masih tidak terarah, tidak bermakna, bahkan dinas yang seharusnya bertanggungjawab tidak ada program yang bersentuhan langsung dalam penanggulangan anak jalanan.


(16)

wib)

Sejak tahun 1991, Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) yang merupakan pusat pendidikan dan informasi hak anak memulai ide program pendampingan dan advokasi anak jalanan melalui pendekatan basis jalanan dan center. Pendidikan alternatif yang diberikan pada anak jalanan adalah pendidikan luar sekolah. Pendidikan ini bertujuan untuk pengembangan karakter, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, namun tetap mempertimbangkan prinsip pluralisme, partisipasi dan semua orang adalah guru.

Melalui pendampingan, Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) mencoba membantu mengatasi persoalan yang dihadapi anak jalanan, membimbing mereka agar dapat menerapkan hak partisipasi dalam menentukan sesuatu, baik kegiatan yang berhubungan dengan kerja maupun kebutuhan lainnya. Menjelaskan batas-batas pekerjaan yang bisa mereka lakukan untuk membantu ekonomi keluarga atau dirinya sendiri.

Dalam penanganan masalah anak jalanan, Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) mempunyai dua pendekatan. Pendekatan pertama disebut eliminasi. Anak jalanan ditarik dari jalanan kemudian diberikan pendidikan, diberi bantuan usaha, disupervisi usaha dan eksistensinya. Namun pendekatan ini tidak memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Anak-anak itu kembali turun kejalan. Alasannya beragam, mulai dari pasar yang tidak menyerap karya mereka karena dianggap terlalu mengusung nilai idealisme yang belum menyatu dengan


(17)

nilai-nilai masyarakat lain hingga keterbatasan sumber daya. Satu sisi lagi pemerintah dianggap tidak melakukan apa-apa, dan malahan mempersempit ruang gerak anak jalanan tanpa memberikan solusi. Padahal pemerintah memiliki sumber daya untuk itu dan sudah diamanatkan undang-undang seperti tercantum dalam pasal 34 UUD 1945, “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara.”

Masalah lainnya adalah inkonsistensi. Anak jalanan kurang bisa mempertahankan apa yang sudah diusahakannya. Misalnya semula memutuskan membuka warung kopi, namun bisa segera berbalik arah jika menemui hambatan. Kembali turun ke jalan lagi menjadi pilihan mereka, karena itu perlu bimbingan dan pengawasan dari pihak yang peduli terhadap mereka.

Pendekatan kedua adalah pendekatan kultur dengan program penguatan kelompok. Anak jalanan tetap berada di jalanan. Mereka diajarkan agar respek dengan pasar mereka dan dibekali keterampilan agar karyanya bisa dihargai. Mereka dibekali wawasan dan bimbingan bagaimana berinteraksi dengan masyarakat. Ada etika yang harus ditaati agar bisa diterima sebagai bagian dari kehidupan sosial masyarakat.

Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) memiliki konsep, anak jalanan yang ingin menjadi mitra harus memiliki karakter, difasilitasi untuk mandiri agar bisa hidup secara baik. Kosep rumah singgah pun digagas untuk melepaskan anak-anak dari jalanan. Mereka yang bergabung diperlakukan sebagai mitra sederajat. Peraturan kelompok pun dibuat anak jalanan itu sendiri. Mereka yang melanggarnya akan mendapatkan konsekuensi dari mereka sendiri.


(18)

Berangkat dari kondisi yang telah dipaparkan dan latar belakang permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berkenaan dengan evaluasi pelaksanaan program penguatan kelompok yang diberikan oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan terhadap anak jalanan serta melihat sejauh mana keberhasilan pelaksanaan program tersebut dalam upaya pemberdayaan anak jalanan di kota Medan. Untuk itu, penulis mengangkat permasalahan yang dirangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul: Evaluasi pelaksanaan program penguatan kelompok anak jalanan oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan”.

I.2 Perumusan Masalah

Menurut Husaini Usman dan Purmono Setiady Akbar, (1995:26) perumusan masalah ialah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Perumusan masalah bertujuan agar keseluruhan proses penelitian bisa benar-benar terarah dan fokus pada satu topik penelitian yang jelas. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan yaitu sebagai berikut :

“Bagaimana pelaksanaan program penguatan kelompok anak jalanan yang diberikan oleh yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan?” I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


(19)

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengevaluasi pelaksanaan program penguatan kelompok yang dilakukan oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan untuk anak jalanan.

I.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap keilmuan yang dikembangkan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan dapat bermanfaat dalam pembuatan keputusan dan kebijakan dalam upaya menyikapi masalah sosial.

2. Secara teoritis, dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah, menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan berpikir penulis dalam menyikapi dan menganalisis masalah-masalah sosial.

3. Secara praktis, dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan dan sebagai bahan evaluasi khususnya bagi Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan dan bagi pemerintah, maupun pihak-pihak luar secara umum guna meningkatkan pelaksanaan program yang diberikan kepada anak jalanan.

I.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN


(20)

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tiooe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang uraian sejarah geografis dan gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang diteliti.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Evaluasi Program, Dimensi dan Tahapan Evaluasi Program serta Tujuan Evaluasi Program

II.1.1 Pengertian Evaluasi Program

Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Secara umum, istilah evaluasi sapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (ratting) dan penilaian (assessment) kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Ketika hasil kebijakan pada kenyataan mempunyai nilai, hal ini karena hasil tersebut member sumbangan pada tujuan atau sasaran, dalam hal ini dikatakan bahwa kebijakan atau program telah mencapai tingkat kinerja yang


(22)

bermakna, yang berarti bahwa masalah-masalah kebijakan dibuat jelas atau diatasi (Dunn, 1999).

Menurut Bryant dan White dalam Kuncoro (1997), evaluasi adalah upaya untuk mendokumentasikan dan melakukan penilaian tentang apa yang terjadi. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata evaluasi berarti penilaian hasil.

Anderson (dalam Arikunto, 2004 : 1) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Sedangkan Stufflebeam (dalam Arikunto, 2004 : 1), mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternative keputusan.

Patton dan Sawicki (1991) mengklasifikasikan metoda pendekatan yang dapat dilakukan dalam penelitian evaluasi menjadi 6 (enam) yaitu :

a. Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya suatu kebijakan atau program diimplementasikan.

b. With and without comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan menggunakan pembandingan kondisi antara yang tidak mendapat dan yang mendapat kebijakan atau program, yang telah di modifikasi dengan memasukan perbandingan kriteria-kriteria yang relevan di tempat kejadian peristiwa (TKP) dengan program terhadap suatu TKP tanpa program.


(23)

c. Actual versus planed performance comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada (actual) dengan ketetapan-ketetapan perencanaan yang ada (planned).

d. Experimental (controlled) models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan melakukan percobaan yang terkontrol/dikendalikan untuk mengetahui kondisi yang diteliti.

e. Quasi experimental models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan melakukan percobaan tanpa melakukan pengontrolan/pengendalian terhadap kondisi yang diteliti.

f. Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian yang hanya didasarkan pada penelitian biaya terhadap suatu rencana.

Fungsi utama evaluasi, pertama memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dicapai melalui tindakan public. Kedua, evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target, nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan taget dalam hubungan dengan masalah yang dituju yang dapat menganalisis alternative sumber nilai (misalnya kepentingan kelompok) maupun landasan mereka dalam berbagai bentuk rasionalitas (misalnya teknis, ekonomis, legal, social, substantif). Nugroho (2004 : 185) mengatakan bahwa evaluasi akan memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dicapai melalui tindakan public.


(24)

Suharsimi Arikunto dan Abdul Jabar (2004 ; 14) Evalusi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah di bakukan.

Ralp Tyler, 1950 (dalam Suharsimi, 2007) mendefinisikan bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi. Sedangkan Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu program pemerintah yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative atau pilihan yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Dengan melakukan evaluasi maka akan ditemukan fakta pelaksanaan kebijakan public dilapangan yang hasilnya bisa positif ataupun negative. Sebuah evaluasi yang dilakukan secara professional akan menghasilkan temuan yang obyektif yaitu temuan apa adanya; baik data, analisis dan kesimpulannya tidak dimanipulasi yang pada akhirnya akan memberikan manfaat kepada perumus kebikan, pembuat kebijakan dan masyarakat.


(25)

Program dapat diartikan menjadi dua istilah yaitu program dalam arti khusus dan program dalam arti umum. Pengertian secara umum dapat diartikan bahwa program adalah sebuah bentuk rencana yang akan dilakukan. Apabila “program” dikaitkan langsung dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Dengan demikian yang perlu ditekankan bahwa program terdapat tiga unsur penting yaitu :

a. Program adalah realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan.

b. Terjadi dalam kurun waktu yang lama dan bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan.

c. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Pelaksanaan program selalu terjadi dalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang.

II.1.3 Dimensi dan Tahapan Evaluasi Program

Setelah kita menentukan obyek evaluasi selanjutnya harus menentukan aspek-aspek dari obyek yang akan di evaluasi. Menurut Stake, 1967, Stuffebeam, 1959,


(26)

Alkin 1969 (dalam Suharsimi, 2007) telah mengemukakan bahwa evaluasi berfokus pada empat aspek yaitu :

a. Konteks b. Input

c. Proses implementasi d. Produk

Menurut Beni Setiawan (1999:20) Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Bapenas, tujuan evaluasi program adalah agar dapt diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan program dimasa yang akan datang.

Menurut Beni Setiawan, (1999:20) dimensi utama evaluasi diarahkan kepada hasil, manfaat, dan dampak dari program. Pada prinsipnya yang perlu dibuat perangkat evaluasi yang dapat diukur melalui empat dimensi yaitu :

a. Indikator masukan (input) b. Proses (process)

c. Keluaran (ouput)

d. Indikator dampak (outcame)

Evaluasi merupakan cara untuk membuktikan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan dari suatu program, oleh karena itu pengertian evaluasi sering digunakan untuk menunjukan tahapan siklus pengelolahan program yang mencakup :

a. Evaluasi pada tahap perencanaan (EX-ANTE). Pada tahap perencanaan, evaluasi sering digunakan untuk memilih dan menentukan prioritas dari


(27)

berbagai alternative dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

b. Evaluasi pada tahap pelaksanaan (ON-GOING). Pada tahap pelaksanaan, evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

c. Evaluasi pada tahap Pasca Pelaksanaan (EX-POST) pada tahap pasca pelaksanaan evaluasi ini diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dilakukan setelah program berakhir untuk menilai relevansi (dampak dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dibandingkan keluaran), kemanfaatan (dampak dibandingkan hasil), dan keberlanjutan (dampak dibandingkan dengan hasil dan keluaran) dari suatu program.

Hubungan ketiga tahapan tersebut sangat erat, selanjutnya terdapat perbedaan metodelogi antara evaluasi program yang berfokus kerangka anggaran dengan yang berfokus pada kerangka regulasi. Evaluasi program yang berfokus pada anggaran dilakukan dengan dua cara yaitu : penilaian indicator kinerja program berdasarkan keluaran dan hasil dan studi evaluasi program berdasarkan dampak yang timbul. Cara pertama dilakukan melalui perbandingan indicator kinerja sasaran yang direncanakan dengan realisasi, informasi yang relevan dan cukup harus tersedia dengan nudah sebelum suatu indicator kinerja program dianggap layak. Cara yang kedua dilaksanakan melalui pengumpulan data dan informasi yang bersifat mendalam terhadap hasil, manfaat dan dampak dari program yang telah selesai dilaksanakan.


(28)

Hal yang paling penting adalah mengenai informasi yang dihasilkan dan bagaimana memperoleh informasi, dianalisis dan dilaporkan. Informasi harus bersifat independen, obyektif, relevan dan dapat diandalkan.

II.1.4 Tujuan Evaluasi Program

Seperti disebutkan oleh Sudjana (2006:48), tujuan khusus evaluasi program terdapat 6 (enam) hal, yaitu untuk :

a. Memberikan masukan bagi perencanaan program;

b. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau penghentian program;

c. Memberikan masukan bagi pengambil keputusan tentang modifikasi atau perbaikan program;

d. Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat program;

e. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan, supervise dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola, dan pelaksana program;

f. Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi program pendidikan luar sekolah.

Selanjutnya Sudjana berpendapat bahwa tujuan evaluasi adalah untuk melayani pembuat kebijakan dengan menyajikan data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan secara bijaksana. Oleh karenanya evaluasi program dapat menyajikan 5 (lima) jenis informasi dasar sebagai berikut :


(29)

a. Berbagai data yang dibutuhkan untuk menentukan apakah pelaksanaan suatu program harus dilanjutkan.

b. Indicator-indikator tentang program-program yang paling berhasil berdasarkan jumlah biaya yang digunakan.

c. Informasi tentang unsur-unsur setiap program dan gabungan antar unsur program yang paling efektif berdasarkan pembiayaan yang diberikan sehingga efisiensi pelaksanaan program dapat tercapai.

d. Informasi untuk berbagai karakteristik sasaran program-program pendidikan sehingga para pembuat keputusan dapat menentukan tentang individu, kelompok, lembaga atau komunitas mana yang paling menerima pengaruh dari pelayanan setiap program.

e. Informasi tentang metode-metode baru untuk memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan evaluasi pengaruh program.

II.2 Pengertian Kelompok

Sebuah kelompok merupakan sekumpulan orang-orang yang saling berinteraksi satu sama lain secara teratur selama jangka waktu tertentu, dan mereka beranggapan bahwa mereka saling bergantungan satu sama lain, sehubungan dengan upaya mencapai sebuah tujuan umum.

Jhonson dan Johnson menyebutkan kelompok adalah dua individu atau lebih berinteraksi tatap muka (face to face interaction) yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok dan saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.


(30)

Sedangkan menurut Bion, kelompok bukanlah sekedar kumpulan individu, melainkan merupakan suatu satuan dengan ciri dinamika dan emosi tersendiri. Ciri-ciri group ini berfungsi pada taraf tidak sadar dan didasarkan pada kecemasan-kecemasan dan motivasi-motivasi dasar yang ada pada manusia.

Dengan definisi tersebut menekankan ciri penting suatu kelompok, yaitu bahwa dengan berbagai cara anggotanya saling mempengaruhi satu sama lain. Besar atau ruang lingkup kegiatan yang ditunjukan oleh satu kelompok merupakan dimensi lain yang penting. Ada kelompok yang terpusat pada satu masalah. Di sini, kelompok dibentuk untuk suatu tujuan khusus.

Salah satu cara membedakan kelompok dengan kelompok lainnya adalah melalui beberapa karakter:

1. Entiativity/entiativitas : merupakan derajat dimana satu kelompok dipersepsikan sebagai satuan koheren.

2. Komposisi Kelompok • The Size (ukuran)

• The Gender (jenis kelamin)

• Ethnicidentity of The Member (Etnik anggota kelompok) 3. Homogenitas Kelompok

4. Tujuan Kelompok

Terdapat tiga kriteria objektif bagi suatu kelompok. Pertama, kelompok ditandai oleh sering terjadinya interaksi. Kedua, pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota. Ketiga, pihak yang berinteraksi


(31)

didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok (Merton, 1965 : 285-286). Lebih tegas Merton membedakan konsep kelompok dengan konsep kolektiva yang didefinisikan bahwa kriteria yang ditonjolkan dalam kelompok ialah adanya sejumlah orang yang mempunyai solidaritas atas dasar nilai bersama yang dimiliki serta adanya rasa kewajiban moral untuk menjalankan peran yang diharapkan.

II.2.1 Klasifikasi Kelompok a. Kelompok Formal

Ditandai dengan peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan pembagian tugas yang jelas. (Contoh : Partai Politik, Koperasi)

b. Kelompok Informal

Tidak didukung oleh peraturan/anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang ada. Sifatnya berdasarkan kekeluargaan dengan perasaan simpatik. (Contoh : Kelompok Arisan)

c. Kelompok Terbuka

Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara tetap mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan


(32)

Adalah suatu kelompok yang kecil kemungkinannya untuk menerima perubahan dan pembaharuan atau memiliki kecenderungan untuk tetap menjaga kestabilan yang telah ada.

e. Kelompok Primer

Kelompok Primer Merupakan kelompok sosial dimana interaksi sosial terjadi yg anggotanya saling mengenal dekat dan memiiki hubungan yg erat dalam kehidupan (Contoh : keluarga, rukun tetangga, kelompok diskusi, kelompok agama dan lain-lain)

f. Kelompok Sekunder

Terjadi apabila interaksi sosial dilakukan secara tidak langsung, berjauhan dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan sifatnya lebih objektif. (Contoh: Partai politik, Himpunan serikat pekerja, dll)

II.2.2 Fungsi Kelompok

Kelompok sering kali memiliki dampak yang kuat terhadap anggota-anggotanya. Empat aspek dari kelompok yang memainkan peran kunci, yakni peran, status, norma, dan kohesivitas.

a. PERAN: Diferensiasi fungsi di dalam kelompok

Peran merupakan suatu set prilaku yang diharapkan dilakukan oleh individu yang memiliki posisi spesifik dalam suatu kelompok (Robert A Baron & Donn Byrne, 2005 : 177). Peran dapat membantu memperjelas tanggung jawab dan kewajiban anggota-anggotanya, maka peran sangat berguna. Orang-orang yang berbeda melakukan tugas-tugas yang berbeda


(33)

dan diharapkan dapat mencapai hal-hal yang berbeda demi kelompok. Dan setiap anggota dalam kelompok akan memainkan peran yang berbeda.

b. STATUS: Hierarki dalam kelompok

Status adalah posisi atau tingkatan di dalam suatu kelompok. Peran atau posisi yang berbeda dalam kelompok sering dihubungkan dengan tingkat status yang berbeda. Orang-orang sering kali sensitif pada status, karena status terkait dengan begitu banyak hasil akhir yang diharapkan. Untuk alasan ini, kelompok sering menggunakan status sebagai alat dalam mempengaruhi perilaku anggotanya. Hanya anggota yang “baik”, yang mengikuti peraturan kelompok yang menerima status tinggi.

c. NORMA: Peraturan Permainan

Faktor ketiga yang menyebabkan kelompok memiliki dampak yang kuat terhadap anggota-anggotanya adalah norma. Norma merupakan peraturan yang diciptakan oleh kelompok untuk memberi tahu anggotanya bagaimana mereka seharusnya bertingkah laku. Norma sering kali memiliki dampak yang kuat terhadap perilaku. Kepatuhan pada norma sering kali merupakan kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan status dan penghargaan lain yang dikontrol oleh kelompok (Robert A Baron & Donn Byrne, 2005 : 179).

d. KOHESIVITAS: Kekuatan yang mengikat

Kohesivitas merupakan segala kekuatan (faktor-faktor) yang menyebabkan anggota bertahan dalam kelompok. Sepeti kesukaan pada anggota lain dalam kelompok dan keinginan untuk menjaga atau meningkatkan status dengan menjadi anggota dari kelompok yang tepat


(34)

(Festinger dkk, 1950). Kohesivitas meliputi depersonalized attraction yang berarti kesukaan pada anggota lain dalam kelompok yang muncul dari fakta bahwa mereka adalah anggota dari kelompok tersebut dan mereka menunjukan atau merepresentasikan karakteristik-karakteristik kunci kelompok yang cukup berbeda dari trait mereka sebagai individu (Hogg & Haines, 1966).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kohesivitas, antara lain;

o Status di dalam kelompok. Kohesivitas sering kali lebih tinggi pada diri anggota dengan status yang tinggi daripada yang rendah.

o Usaha yang dibutuhkan untuk masuk kedalam kelompok. Makin besar usaha yang dilakukan, makin tinggi kohesivitas. o Keberadaan ancaman eksternal atau kompetisi yang kuat.

Ancaman seperti itu meningkatkan ketertarikan dan komitmen anggota pada kelompok.

o Ukuran. Kelompok kecil cenderung untuk lebih kohesif daripada yang besar.

II.2.3 KOORDINASI DALAM KELOMPOK

Pertolongan bersifat timbal balik dan saling menguntungkan kedua belah pihak, pola seperti ini dikenal dengan kerja sama (coorperation). Dalam kerjasama melibatkan situasi dimana kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mendapatkan tujuan yang sama. Kerja sama dapat menjadi sangat menguntungkan,


(35)

bahkan, melalui proses ini, kelompok dapat memperoleh hasil yang tidak pernah mereka harap dapat dicapai sendirian (Robert A Baron & Donn Byrne, 2005 : 188).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja sama adalah, timbal balik, orientasi pribadi dan komunikasi. Timbal balik (reciprocity) adalah faktor yang paling pasti diantara ketiganya. Karena ketika seseorang bekerja sama dengan orang lain dan mengesampingkan kepentingan pribadinya, biasanya seseorang tersebut akan melakukan hal yang sama sebagai balasannya. Sebaliknya, jika mereka tidak bersikap baik dan memaksakan kepentingan sendiri, seseorang akan melakukan hal yang sama (Kerr & Kaufman-Gilliland, 1944).

Faktor kedua yang memiliki efek kuat terhadap kerjasama adalah orientasi pribadi pada prilaku seperti itu. Secara spesifik, temuan penelitian memperlihatkan bahwa individu dapat memiliki satu dari tiga orientasi yang berbeda terhadap situasi yang meliputi dilemma sosial, yaitu :

1. Orientasi kooperatif, di mana mereka memilih untuk memaksimalkan hasil akhirbersama yang diterima oleh semua orang yang terlibat.

2. Orientasi individualistic, di mana fokus utamanya adalah untuk memaksimalkan hasil mereka sendiri.

3. Orientasi kompetitif, di mana fokus utamanya adalah untuk mengalahkan orang lain (DeDreu & McCusker, 1997; Van Lange & Kuhlman, 1994). Orientasi ini memiliki dampak besar pada bagaimana orang bertindak di banyak situasi, jadi hal tersebut merupakan factor penting sehubungan dengan tercipta atau tidak terciptanya kerjasama.


(36)

Faktor ketiga yang mempengaruhi kerja sama adalah komunikasi. Penalaran umum menunjukan bahwa jika individu dapat mendiskusikan situasi dengan orang lain, mereka mungkin akan segera menyimpulkan bahwa pilihan yang terbaik untuk setiap orang adalah bekerja sama, karena hal ini akan bermanfaat bagi semua yang terlibat.

Secara spesifik, dampak yang menguntungkan dapat dan memang terjadi jika anggota kelompok membuat komitmen pribadi untuk bekerja sama satu sama lain dan jika komitmen ini didukung oleh norma pribadi yang kuat untuk menghargainya (Robert A Baron & Donn Byrne, 2005 : 192).

II.3 Pengertian Anak

Menurut The Minimum Age Convention Nomor 138 tahun 1973, pengertian tentang anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on The Right of The Child Tahun 1989 yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 39 Tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun kebawah. Sementara itu, UNICEF mendefisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga menyebutkan bahwa anak adalah Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.


(37)

Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Menurut Undang-undang no.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, masyarakat, pemerintah dan Negara. Hak dan kewajiban anak tercantum dalam pasal Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa :

1. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.

3. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbinga orang tua.

4. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.

5. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.


(38)

6. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat

dan bakatnya

Medan, diakses 01 February 2011 Pukul 10.00 WIB)

Disamping uraian hak-hak anak yang tertuang dalam Undang – undang nomer 23 Tahun 2002 di atas, pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi Konvensi Hak Anak PBB melalui Keppres Nomor 39 tahun 1990. Menurut KHA yang diadopsi dari Majelis Umum PBB tahun 1989, setiap anak tanpa memandang ras, jenis kelamin, asal-usul keturunan, agama maupun bahasa, mempunyai hak-hak yang mencakup empat bidang:

1. Hak atas kelangsungan hidup, menyangkut hak atas tingkat hidup yang layak dan pelayanan kesehatan.

2. Hak untuk berkembang, mencakup hak atas pendidikan, informasi, waktu luang, kegiatan seni dan budaya, kebebasan berfikir, berkeyakinan dan beragama, serta hak anak cacat (berkebutuhan khusus) atas pelayanan, perlakuan dan perlindungan khusus.

3. Hak perlindungan, mencakup perlindungan atas segala bentuk eksploitasi, perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana.

4. Hak partisipasi, meliputi kebebasan untuk menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat, serta hak untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya.


(39)

Selain hak anak yang harus dipenuhii oleh orang tua, keluarga dan negara, anak juga memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang menuntut untuk dipenuhi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar. Menurut Katz, kebutuhan dasar yang penting bagi anak adalah adanya hubungan orang tua dan anak yang sehat dimana kebutuhan anak seperti, perhatian dan kasih sayang yang continue, perlindungan, dorongan dan pemeliharaan harus dipenuhi oleh orang tua (Huraerah, 2006 : 27).

Sedangkan Huttman menyebutkan kebutuhan anak antara lain : 1. Kasih sayang orang tua

2. Stabilitas emosional 3. Pengertian dan perhatian 4. Pertumbuhan kepribadian 5. Dorongan kreatif

6. Pembinaan kemampuan intelektual dan keterampilan dasar 7. Pemeliharaan kesehatan

8. Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan memadai

9. Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan positif

10.Pemeliharaan, perawatan dan perlindungan (Huraerah, 2006 : 28).

Kegagalan dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut akan berdampak negative pada pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual, mental, dan social anak. Anak bukan saja mengalami kerentanan fisik akibat gizi dan kualitas kesehatan yang buruk, melainkan pula mengalami hambatan mental, lemah daya – nalar dan


(40)

bahkan prilaku-prilaku maladaptive, seperti : autism, ‘nakal’, sukar diatur, yang kelak mendorong mereka menjadi manusia ‘tidak normal’ dan prilaku criminal (Huraerah, 2006 : 27).

II.4 Pengertian Anak Jalanan

Anak jalanan adalah anak-anak yang mencari nafkah di jalanan. Umumnya sebagai pengamen, pedagang asongan, gelandangan, pengemis, penjual koran, tukang semir sepatu, pemulung, tukang parker hingga pekerja seks anak (Hambali Batubara, 2010 : v).

Menurut Departemen social, seseorang akan dikatakan anak jalanan bila berumur dibawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari, 6 hari seminggu. UNICEF memberikan definisi tentang anak jalanan, yaitu street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah, lingkungan dan masyarakat teredekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya).

Sementara, definisi yang dirumuskan dalam Lokakarya Kemiskinan dan Anak Jalanan, yang diselanggarakan Departemen Sosial pada tanggal 25 dan 26 Oktober 1995, anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya. Definisi tersebut, kemudian dikembangkan oleh Ferry Johanes pada seminar tentang Pemberdayaan Anak Jalanan yang dilaksanakan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial


(41)

Bandung pada bulan Oktober 1996, yang menyebutkan bahwa, anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan orang tua / keluarga (Huraerah, 2006 : 80).

Ciri khas sebagian besar anak jalanan yang berada di kota-kota besar umumnya merupakan perantau. Mereka belajar bagaimana berthan hidup hingga memiliki karakter dan lebih eksis. Resistensinya terhadap permasalahan dijalanan cukup tinggi.

Anak jalanan memiliki beberapa tipe, yakni antara lain:

1. Anak jalanan yang masih memiliki dan tinggal dengan orang tua.

2. Anak jalanan yang masih memiliki orang tua tapi tidak tinggal dengan orang tua

3. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua tapi tinggal dengan keluarga.

4. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua dan tidak tinggal dengan keluarga.

Berdasarkan hasil kajian dilapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan ke dalam tiga kelompok :

1. Children On the Street (Anak jalanan yang bekerja di jalanan), yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi – sebagai pekerja anak-anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu penyangga


(42)

ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orangtuanya.

2. Children of the street (Anak jalanan yang hidup dijalanan), yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalanan, baik secara social maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orangtuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara social-emosional, fisik maupun seksual.

3. Children from families of the street atau children in the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup dijalanan. Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesi, kategori ini dengan mudah ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjangrel kereta api, dan sebagainya walau secara kuantitatif jumlahnya belum diketahui secara pasti (Bagong, 1999 : 41-42).

Studi yang dilakukan UNICEF pada anak-anak yang dikategorikan children of the street, menunjukan bahwa motivasi mereka hidup dijalanan bukanlah sekedar karena desakan kebutuhan ekonomi rimah tangga, melainkan juga karena terjadinya kekerasan dan keretakan kehidupan rumah tangga orangtuanya. Bagi anak-anak ini, kendati kehidupan dijalanan sebenarnya tak kalah keras, namun bagaimanapun dinilai lebih memberikan alternative dibandingkan dengan hidup dalam keluarganya yang


(43)

penuh dengan kekerasan yang tidak dapat mereka hindari. Meski tidak selalu terjadi, tetapi acap ditemui bahwa latar belakang anak-anak memilih hidup dijalanan adalah karena kasus-kasus child abuse (tindakan yang salah pada anak) (Bagong, 1999 : 46).

II.5 Faktor – faktor yang Menyebabkan Munculnya Anak Jalanan

Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan dijalanan, seperti kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga orangtua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orangtua. Kombinasi dari faktor-faktor ini sering kali memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri dijalanan. Pada batas-batas tertentu, memang tekanan kemiskinan merupakan kondisi yang mendorong anak-anak hidup dijalanan. Namun, bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa hidup dijalanan. Kebanyakan anak bekerja dijalanan bukanlah atas kemauan sendiri, melainkan sekitar 60% diantaranya karena dipaksa oleh orangtuanya (Bagong, 1999 : 48).

Menurut Surjana menyebutkan bahwa faktor yang mendorong anak untuk turun ke jalan terbagi dalam tiga tingkatan, yakni sebagai berikut :

1. Tingkat Mikro (immedieate causes), yaitu factor yang berhubungan dengan anak dan keluarga. Sebab-sebab yang biasa didentifikasikan dari anak adalah lari dari rumah (sebagai contoh anak yang selalu hidup dengan orantua yang terbiasa dengan menggunakan kekerasan (sering menampar, memukul, menganiaya karena kesalahan kecil) jika sudah melampaui batas toleransi


(44)

anak, maka anak cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup dijalanan, disuruh bekerja dengan kondisi masih sekolah atau disrih putus sekolah, dalam rangka bertualang, bermain-main atau diajak teman. Sebab-sebab yang berasal dari keluarga terlantar, ketidakmampuan orangtua menyediakan kebutuhan dasar, kondisi psikologis seperti ditolak orangtua, salah perawatan dari orangtua sehingga mengalami kekerasan dirumah (child abuse) kesulitan berhubungan dengan keluarga karena terpisah dari orangtua. Permasalahan atau sebab-sebab yang timbul baik dari anak maupun keluarga ini saling terkait satu sama lain.

2. Tingkat Meso (underlying cause), yaitu faktor agar berhubungan dengan struktur masyarakat (struktur disini dianggap sebagai kelas masyarakat, dimana masyarakat itu ada yang miskin dan kaya. Bagi kelompok keluarga miskin anak akan dikutsertakan dalam menambah penghasilan keluarga). Sebab-sebab yang dapat diidentifikasikan adalah pada komunitas masyarakat miskin, anak-anak adalah asset untuk membantu meningkatkan ekonomi keluarga, oleh karena itu anak – anak diajarkan untuk bekerja pada masyarakat lain pergi ke kota untuk bekerja adalah sudah menjadi kebiasaan masyarakat dewasa dan anak-anak (berurbanisasi).

3. Tingkat makro (basic cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur masyarakat (struktur ini dianggap memiliki status sebab akibat yang sangat menentukan, dalam hal ini sebab banyak waktu dijalanan, akibatnya akan banyak uang). Sebab yang dapat diidentifikasikan secara ekonomi adalah membutuhkan modal dan keahlian besar. Untuk memperoleh uang yang lebih


(45)

banyak mereka harus lama bekerja dijalanan dan meninggalkan bangku sekolah (Siregar, 2004 : 39).

II.6 Kerangka Pemikiran

Anak jalanan sering dianggap sebagai akar masalah tanpa ada solusi yang tepat mengatasinya. Anak-anak jalanan ditangkap dan diasingkan, tapi tidak diberikan jalan keluar dari sumber masalah. Mereka ada dijalan umumnya karena himpitan ekonomi. Persoalan yang berasal dari orang tua yang tidak mampu, sehingga memaksa mereka memenuhi kebutuhannya. Atau bahkan lari dari keluarga karena tidak kuat dengan kekerasan yang terjadi di dalam keluarga.

Interaksi anak-anak di jalan membuat mereka rentan terhadap perlakuan kekerasan dan eksploitasi. Anak-anak jalanan yang dipaksa berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Keadaan ini membentuk jiwa anak-anak jalanan yang menjadi keras dan terkadang timbul kesan jauh dari etika dan norma-norma kehidupan masyarakat.

Anak-anak yang hidup di jalan sangat berbeda dengan anak-anak yang hidup dalam asuhan orangtuanya. Anak-anak dijalan hidup secara bebas. Mereka bebas melakukan apa saja yang mungkin belum patut dilakukan anak seumuran mereka. Penampilan jauh dari kesan apik. Umumnya terlihat berpakaian lusuh,kumal dan dandanan jauh dari kesan rapi hingga tato menghiasi tubuh. Rokok, minuman keras dan mabuk-mabukan sepertinta sudah umum dilakukan anak-anak seusia mereka yang seharusnya mengenyam pendidikan di sekolah. Anak-anak di jalan sebagian


(46)

besar putus sekolah karena ketiadaan biaya. Akibatnya mereka seakan tidak terdidik. (Hambali Batubara, 2010 : vi)

Keadaan-keadan inilah yang menyebabkan sebagian besar kelompok masyarakat mengasingkan mereka. Masyarakat tidak menganggap mereka sebagai bagian dari masyarakat . Akibatnya terjadi penolakan disetiap kehadiran mereka.

Program yang diberikan oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan terhadap anak jalanan melalui penguatan kelompok mencoba mengikis pandangan-pandangan negatif terhadap keberadaan anak jalanan. Dimulai dengan tingkah laku yang hingga penunjukan jati diri mereka dengan karya-karya yang dihasilkan.

Untuk menjelaskan bagaimana alur dari penelitian ini dapat dilihat melalui bagan berikut ini :


(47)

Bagan I

Kerangka Pemikiran Secara Sistematis

Yayasan KKSP – Pusat Pendidikan dan Informasi Hak anak Medan

Program Penguatan Kelompok

• Memberikan Pendidikan alternative lewat pengembangan wawasan, karakter, dan skill terhadap anak jalanan

Tujuan Pelaksanaan program : 1. Meningkatnya kemampuan

dan keterampilan anak jalanan

2. Mengetahui dan menjalankan nilai – nilai moral

3. Kemandirian anak jalanan

Keberhasilan Pelaksanaan Program :

1. Pengembangan karakter anak jalanan

2. Dapat diterima oleh masyarakat.

3. Memiliki posisi tawar.


(48)

II.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional II.7.1 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1993 : 33). Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Untuk lebih mengetahui pengertian yang jelas mengenai konsep-konsep yang akan diteliti, maka peneliti memberikan batasan konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Evaluasi merupakan sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang telah direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.

2. Program Penguatan Kelompok Anak Jalanan merupakan program pemberdayaan anak jalananan yang mengorganisir dan memfasilitasi anak jalanan melalui pendidikan alternatif, dimana anak-anak jalanan dapat mengakses berbagai media pendidikan yang tersedia.

3. Anak Jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya, berumur dibawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari, 6 hari seminggu.


(49)

4. Yayasan KKSP – Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak Medan merupakan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang konsen pada perlindungan anak, dan membantu mewujudkan mimpi-mimpi anak jalanan serta mencoba menggambarkan mengenai proses-proses hubungan social, dan persoalan yang dihadapi kelompok anak jalanan ini, dan juga bagaimana pandangan terhadap keberadaan mereka.

II.7.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Oleh karena itu diperlukan operasionalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Nawawi, 1998 ; 120).

Pengukuran evaluasi program penguatan kelompok yang diberikan Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) terhadap anak jalanan adalah dengan cara melakukan pengamatan langsung untuk melihat sejauh mana keefektivan program penguatann kelompok terhadap anak jalanan. Indikator dalam penelitian ini dapat diukur dari kegiatan program, dan dapat di lihat pada tabel berikut:

Variabel Penelitian Dimensi Indikator Ukuran Penguatan

Kelompok

1. Pendidikan 1. Anak jalanan mendapatkan

Efektif / Tidak efektif


(50)

pengetahuan tentang HAM

2. Mengetahui Konvensi Hak Anak (KHA), 3. Mendapatkan pendidikan kesehatan (NAPZA, Kespro, HIV/Aids), child trafficking dan keorganisasian. 4. Menyediakan pelayanan beasiswa untuk sekolah terhadap anak jalanan.

2. Skill / Keterampilan

1. Anak Jalanan

mendapatkan pendidikan karakter lewat media seni, jurnalistik, rekreasi dan keagamaan.

2. Melakukan

pementasan seni musik, teater, parodi dan pameran karya – karya yang dihasilkan. 3. Anak jalanan

mendapatkan pendidikan keterampilan kerja 4. Melakukan kerja sama

Efektif / Tidak efektif


(51)

dengan lembaga pendidikan khusus dan menyalurkan anak jalanan untuk bekerja.

3. Sikap 1. Dapat diterima dalam kehidupan sosial

masyarakat, mempunyai etika dan sopan – santun. 2. Pengunaan Lem

kambing dan obat – obat terlarang

Efektif / Tidak efektif


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian evaluasi yakni mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya. Evaluasi disini bersifat formatif yaitu melihat dan meneliti pelaksanaan program.

III.2 Lokasi Penelitian

Peneltian ini dilakukan di Yayasan KKSP – Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak yang beralamat di Jalan Stella III No.88 Medan. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena Yayasan KKSP merupakan lembaga yang masih konsen terhadap perlindungan anak pada umumnya, dan anak jalanan pada khususnya.

III.3 Populasi dan Sampel III.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penulisan yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai atau peristiwa sebagai sumber daya yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1994 : 78). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak jalanan yang mendapat program penguatan kelompok dari Yayasan KKSP Medan yang berjumlah 20 anak jalanan.


(53)

III.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil datanya dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 2004 : 144). Jika jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampelnya sejumlah 10-15% atau 20-25% dari populasi. Dari keterangan tersebut, karena populasi tidak lebih dari 100 maka sampel dalam penelitian ini adalah merupakan seluruh populasi yang ada, yaitu berjumlah 20 anak jalanan.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data sekunder

Dengan cara studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar, blog ataupun tulisan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Teknik pengumpulan data primer

Dengan cara studi lapangan yaitu merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu:

• Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.


(54)

• Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebarkan angket kepada sampel.

• Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

III.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai kondisi lapangan yang bersifat tanggapan dan pandangan terhadap pelaksanaan program dengan pendekatan Before and after comparisons, yakni membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya program penguatan kelompok anak jalanan diimplementasikan.


(55)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Latar Belakang Berdirinya Lembaga (Sejarah Berdirinya Lembaga)

Yang melatarbelakangi berdirinya Yayasan KKSP (Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak), yakni ingin memberikan beberapa hal kepada masyarakat pada umumnya dan anak pada khususnya. Dan yang menjadi tujuan paling penting berdirinya Yayasan KKSP ini adalah, antara lain :

1. Memberikan hak-hak dasar anak-anak yaitu hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi.

2. Memberikan perlindungan bagi anak-anak dari exploitasi, pelanggaran hak lainnya dan kekerasan.

3. Memberdayakan kelompok (masyarakat, pemerintah dan swasta) yang berkaitan secara alami dan startegis dengan anak-anak untuk mengembangkan kemandirian, pandangan, pendapat dan partisipasi masyarakat yang lebih luas untuk menegakkan hak anak.

4. Mengembangkan pusat kajian dan jaringan informasi untuk perlindungan anak pada tingkal lokal, nasional, regional dan internasional.


(56)

Yayasan KKSP dalam mengimplementasikan tujuannya memiliki kelompok sasaran, dalam hal ini masyarakat dan anak-anak, khususnya anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus:

1. Anak-anak yang tereksploitasi secara ekonomi maupun seksual seperti anak jalanan, buruh anak jermal, buruh anak nelayan, buruh anak pertanian dan anak pembantu rumah tangga.

2. Anak-anak yang tereksploitasi secara Seksual seperti pelacur anak, anak yang diperdagangkan untuk maksud dilacurkan.

3. Anak-anak yang berada dalam kondisi yang darurat seperti anak pengungsi.

B. Letak dan Kedudukan Lembaga Letak Yayasan KKSP

Medan : KKSP terletak di Jl. Stella III No. 88, Kel Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan. E-ma

Kedudukan Yayasan KKSP

KKSP merupakan sebuah Organisasi Non-Pemerintah yang didirikan tahun 1987. Yayasan KKSP peduli dengan anak-anak yang berada dalam situasi yang sulit. KKSP memiliki status hukum No. 9591/YAY/1988, jo, 10/YAY/NOT-RAP/1995 dan jo No. 10/443/YAY/PROB/2001 dari Ditsospol Sumatra Utara, Dinas Sosial dan Pengadilan Tinggi Sumatera Utara untuk melakukan kegiatannya menurut instruksi Mendagri No 8/88.


(57)

Visi Yayasan KKSP

Mampu mengambil bagian dalam mewujudkan anak-anak yang sehat, terampil, kreatif dan mandiri dalam mempersiapkan diri menuju kedewasaannya serta memacu peningkatan partisipasi masyarakat dalam memberikan perlindungan, pendidikan dan pelayanan kesehatan pada anak-anak.

Misi Yayasan KKSP

1. Mempersiapkan keadilan dengan mengembangkan model pendidikan, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial serta memberikan perlindungan bagi anak-anak

2. Mengembangkan jaringan kerja dan informasi tentang anak dalam meningkatkan hak-hak anak

3. Mempertahankan jalur-jalur struktural yang telah ditempuh dalam memperjuangkan demokrasi dan keadilan.

D. Program - Program Lembaga (Temasuk Sasaran Program Lembaga Tersebut.

I. Divisi Pendidikan

Divisi Pendidikan mengembangkan suatu model pendidikan yang disebut pendidikan alternatif. Model pendidikan ini dikembangkan untuk menjawabi model pendidikan yang ada sekarang, tetapi ini dianggap jauh dari kebutuhan anak sesungguhnya.


(58)

Pendidikan alternatif dikembangkan oleh Yayasan KKSP sejak tahun 1988, diawali dengan mengembangkan pendidikan non-formal untuk Taman kanak-kanak. Saat ini, pendidikan alternatif dianggap sebagai model pendidikan terpadu untuk:

1. Meningkatkan pengetahuan anak 2. Membentuk karakter anak

3. Meningkatkan ketrampilan anak.

Pendidikan alternatif ini dilaksanakan dengan 2 pendekatan yang tak terpisahkan:

a. Pendidikan Alternatif di Taman Kebajikan

Pendidikan Alternatif di Taman Kebajikan adalah model pendidikan sekolah untuk anak-anak miskin (anak-anak dari kawasan kumuh, anak putus sekolah, buruh anak dan anak jalanan). Model pendidikan ini mempunyai tujuan untuk membentuk karakter, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anak serta memperkenalkan pandangan anak pada lingkungan sosial.

Menindak lanjuti model pendidikan alternative yang dikembangkan dari Taman Kebajikan, saat ini KKSP sedang melakukan pemberdayaan kelompok (masyarakat, pemerintah dan swasta) yang berkaitan secara alami dan strategis dengan anak-anak untuk mengembangkan kemandirian, pandangan, pendapat dan partisipasi masyarakat yang lebih luas dengan


(59)

membentuk Sanggar Taman Baca dan bermain di beberapa wilayah tempat alumni Taman Kebajikan berada. Taman Baca dan Bermain akan dikembangkan menjadi Taman Remaja dan Taman Dewasa yang akan memfasilitasi masyarakat dalam hak-hak petani, buruh atau masalah-masalah social-politik.

Tujuan utama dari Taman Baca dan Bermain :

1. Menyediakan sanggar bermain dan belajar anak pada komunitas.

2. Menumbuhkan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan dilingkungannya

Kegiatannya :

1. Melakukan sosialisasi kegiatan kepada masyarakat dalam pembentukan pengurus dan penyelenggara perpustakaan Taman Baca dan Bermain

2. Mempersiapkan sarana dan prasarana Taman baca dan Bermain

3. Memberikan training mengelola kegiatan Taman Baca dan Bermain kepada relawan

4. Menjalankan kegiatan perpustakaan

5. Membentuk kelompok bermain anak ditiap lokasi dampingan 6. Melakukan kegiatan perlombaan

7. Melakukan kegiatan Pementasan dan Pameran 8. Melakukan kegiatan Jambore Anak


(60)

9. Meningkatkan pemahaman dan ketrampilan relawan Taman Baca dan bermain tentang perspektif Hak Anak

10.Melakukan training dan diskusi-diskusi

11.Sharing pengalaman antar relawan dan pendamping

12.Terselenggaranya kegiatan-kegiatan anak-anak yang diprakarsai oleh pengurus Taman Baca dan Bermain.

13.Memberikan training management organisasi kepada pengurus organisasi

2. Pendidikan Alternatif untuk Anak jalanan

Dimulai tahun 1990, KKSP melakukan Pendidikan alternatif untuk anak jalanan dengan menggunakan pendekatan basis jalanan dan center. Program ini mengorganisir dan memfasilitasi sekitar 220 anak jalanan di 7 lokasi yaitu Terminal bus terpadu Amplas, Petisah, Aksara Plaza, Sukaramai, Simpang Ramayana, Simpang Halat dan Rumah Musik. Kebanyakan anak-anak datang dari luar kota Medan. Mereka berkerja dan tinggal di jalan tanpa perhatian keluarga. Disamping itu juga tanpa pendidikan, perhatian dan kasih sayang, mereka menghadapi begitu banyak kekerasan baik secara fisik dan non-fisik.

Pendidikan alternatif yang diberikan pada anak jalanan adalah pendidikan luar sekolah (pendidikan alternatif di Taman Kebajikan), dimana anak-anak dapat mengakses berbagai media pendidikan yang tersedia di Taman Kebajikan. Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan formal yang memakai system


(61)

classroom, Taman Kebajikan mencoba untuk memperkenalkan prinsip belajar yang tidak mengenal batas ruang dalam pendekatannya. Penyediaan fasilitas belajar di Rumah belajar, Rumah musik, Sanggar dan basis jalanan dilakukan untuk mencapai tujuan Pendidikan alternatif yang sebenarnya. Tujuan pendidikan luar sekolah adalah untuk pengembangan karakter, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, namun tetap mempertimbangkan prinsip pluralisme, partisipasi dan semua orang adalah guru.

Pendekatan pendekatan pendidikan luar sekolah diimplementasikan dalam kegiatan pendidikan seperti:

1. Tulis baca

2. Nilai Sosial dan Moral 3. HAM

4. Hak Anak

5. Prinsip Partisipasi Anak dan Demokrasi 6. HakBuruh

7. Kepemimpinan 8. Organisasi

9. Kerajinan Tangan

Disamping itu, seni dan olahraga ditempatkan sebagai media pendidikan untuk anak-anak baik sebagai media pembebasan dan organisir antara komunitas anak. Sekarang, KKSP sedang mengorganisir anak jalanan di Sumatra Utara dan membentuk Organisasi anak-anak se Sumatra Utara yang terdiri dari anak jalanan,


(62)

anak-anak desa, buruh anak dan anak-anak sektor yang lain. Media Kreatif yang akan dikembangkan adalah:

1. Klub Seni • Klub Musik

:

• Klub Theater • Melukis • Puisi 2.

Pendidikan pada anak jalanan juga termasuk pendidikan jurnalistik untuk anak-anak melalui media Tualang. Tualang adalah majalah anak-anak, yang dikelola oleh anak-anak mulai dari pengumpulan berita, pencetakan sampai pada pendistribusian.

Olahraga

3. Pendidikan Pencegahan Perdagangan Anak

Pendidikan pencegahan terhadap perdagangan anak dimulai sejak tahun 2002, ini dilakukan karena semakin meningkatnya jumlah korban anak yang diperdagangkan setiap tahunnya. Banyak anak yang menjadi korban adalah yang berasal dari keluarga yang memiliki tingkat ekonomi dan jenjang pendidikan yang rendah. Selain itu juga salah satu penyebab meningkatnya korban perdagangan karena minimnya informasi yang diterima.

Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat umum khususnya anak, adalah pendidikan awal, dimana mereka diberikan pengetahuan tentang apa yang


(63)

dimaksud dengan perdagangan anak dan bahaya apa saja bagi yang menjadi korban. Selain melakukan pendidikan terhadap komunitas anak dan orang dewasa, juga melakukan kerjasama dengan pemerintah kota untuk membuat standar pelayanan dan penanganan bagi korban. Ruang lingkup kegiatan pendidikan ini antara lain :

1. Melakukan pendidikan pencegahan perdagangan anak di masyarakat yang diindikasi sebagai daerah sending, transit dan receiving area.

2. Membentuk kelompok anak di daerah dampingan, kelompok ini akan menjadi leader di masing-masing daerah untuk melakukan pendidikan terhadap teman sebaya dan juga melakukan kampanye anti perdagangan anak.

3. Melakukan training of trainer untuk pendidikan komunitas anti child trafiking level satu, pendidikan ini dilakukan secara general dan ini dilakukan pada anak dan orang dewasa untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan tentang perdagangan anak.

4. Memberikan perlindungan dan penanganan kasus kepada anak korban perdagangan .

II. Divisi Informasi dan Advokasi

Divisi informasi dan advokasi mengembangkan satu program informasi dan advokasi untuk mendistribusikan informasi tentang kondisi anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus di Indonesia khususnya di Sumatra Utara dan


(64)

melakukan tekanan untuk mendorong munculnya kebijakan dan implementasi perumusan hak-hak anak khususnya. Lebih jauh lagi, program informasi dan advokasi juga mencoba untuk mengembangkan pendidikan pada masyarakat tentang masalah hak anak melalui e-mail, press release, portal porum anak dll.

Saat ini Yayasan KKSP lebih concern pada pengembangan advokasi non-litigasi. yang diimplementasikan melalui:

1. Monitoring pelanggaran dan kekerasan pada anak jalanan . 2. Investigasi dan monitoring kondisi pelacur anak

3. Kampanye tentang masalah anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus melalui media elektronik seperti radio, inter-net dan televisi dan media cetak seperti newsletter, Koran dan majalah secara nasional atau internasional.

4. Seminar/Workshop

5. Memperkuat basis komunitas

6. Melakukan tekanan pada DPRD untuk perubahan kebijakan yang berpihak pada anak.

7. Mendampingi anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus. 8. Melakukan penyadaran kepada publik tentang hak anak

Namun demikian, KKSP juga melakukan usaha advokasi legislasi tentang masalah yang berhubungan dengan hak anak. Upaya litigasi yang sedang dilakukan adalah :

1. Membuat analisa Kebijakan tentang Kesehatan 2. Membuat analisa kebijakan tentang pendidikan


(65)

3. Menjadi team perumus dalam pembuatan SOP penanganan korban perdagangan anak

4. Mengajukan Draft SOP Penanganan pengemis dan gelandangan 5. Mengajukan Draft Qanun Perlindungan Anak Kabupaten Aceh Barat IV. Divisi Kesehatan

Divisi ini bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat dan anak-anak khususnya anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus. Program dan kegiatan divisi ini antara lain:

1. Pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dan anak-anak melalui Klinik Taman Sehat Yayasan KKSP

2. Pemeriksaan kesehatan berkala dan pemberian makana bergizi pada anak jalanan .

3. Mempromosikan kesehatan mandiri melalui diskusi berkala dengan anak-anak.

V. Program Children Center

Program ini di bentuk untuk membuat satu pusat kegiatan yang ada di KKSP yang ruang lingkup penjangkauannya adalah masyarakat luas. Dalam Children center ini akan mengembangkan tentang pendidikan rekreatif pada anak lewat media seni musik, teater, lukis dan tari.

Kegiatan di Children Center :


(1)

Berdasarkan dari data pada tabel 5.26 yang telah disajikan di atas jelas terdapat perbedaan anak jalanan dalam menggunakan narkotika. Setelah mereka mendapatkan program penguatan kelompok anak – anak jalanan menjadi kurang menyukai narkotika, dan banyak menjadi tidak menyukai dan bersentuhan dengan barang haram tersebut. Jenis narkotika yang sering mereka gunakan seperti dixtro, mancay, lem kambing.

Melalui observasi, yang membuat mereka menjadi tidak menggunakan jenis – jenis narkotika itu dikarenakan adanya larangan bagi anak – anak jalanan yang tinggal di Rumah Musik dalam penggunaan narkotika. Sama dengan merokok, kegiatan menggunakan narkotika merupakan pelarian terhadap adanya gangguan karakter pada diri anak, seperti marah, suntuk, kesal, dan lain –lain. Dan ada sebagian anak jalanan menggunakan narkotika sebagai syarat untuk diterima dalam pergaulan ataupun komunitas tertentu.

Anak – anak jalanan mulai menyadari penggunaan narkotika dapat menyebabkan ketagihan dan membahayakan. Sebab itu mereka melarang teman – temannya terlibat dalam penggunaan jenis narkotika dan memberikan sanksi keras terhadap mereka yang kedapatan menggunakan narkotika. Hukuman keras biasanya diberikan kepada penghuni yang keahuan ngelem atau menggunakan jenis narkotika lainnya. Ada hukuman push up hingga 70 kali.Dari semua itu membuat mereka meninggalkan semua jenis barang – barang yang bisa merusakan tubuh mereka sendiri.


(2)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analis yang telah diuraikan pada Bab V dan terselesainya penelitian yang dilaksanakan dan didasarkan kepada rumusan masalah dan kerangka penelitian yang dilakukan kepada anak – anak jalanan yang mendapatkan program penguatan kelompok oleh Yayasan Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP) Medan dapat dinyatakan sudah berjalan dengan baik. Untuk lebih jelasnya lagi, hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa proses pemberian program penguatan kelompok anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan KKSP Medan terhadap anak – anak jalanan dampingan dinilai sudah baik. Dimana anak – anak jalanan dampingan Yayasan KKSP yang mengikuti program penguatan kelompok, merasa senang dan memiliki banyak manfaat dalam mengikuti semua kegiatan yang telah diberikan oleh Yayasan KKSP Medan terhadap anak jalanan. Selain itu, didukung juga dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga proses pemberian program penguatan kelompok dapat berlangsung dengan baik.

2. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa program penguatan kelompok anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan KKSP Medan ditinjau darii segi efektifitas sudah efektif. Karena apa yang menjadi tujuan dari kegiatan program penguatan kelompok dapat dicapai dengan baik sesuai dengan yang


(3)

telah direncanakan sebelumnya. Hal ini terbukti karena adanya perubahan dan perkembangan positif yang dialami oleh anak – anak jalanan dampingan Yayasan KKSP setelah mereka masuk dalam program penguatan kelompok. Mereka mendapatkan berbagai pengetahuan, keterampilan yang dapat dijadikan bekal ketika mereka tidak lagi dijalanan. Selain itu mereka juga telah dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan sosial mereka. Dimana pandangan masyarakat yang menilai mereka negative kini tidak lagi mereka temukan. Tingkat kemandirian mereka juga semakin meningkat, tidak lagi mengharapkan sesuatu datang pada mereka dengan tidak melakukan apa – apa. Pendidikan dan keterampilan yang diberikan sudah berhasil menciptakan anak – anak dampingan memiliki karakter dari sebelumnya, menjalankan nilai – nilai moral sampai pada anak – anak jalanan memiliki posisi tawar dengan mereka sering mengikuti pementasan di beberapa tempat.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diperoleh sebagai hasil penelitian sebagaimana yang telah dituliskan di atas, maka adapun saran – saran yang perlu dipertimbangkan untuk lebih mengoptimalkan hasil dari pemberdayaan anak jalanan di Yayasan KKSP Medan ini adalah sebagai berikut :

1. Yayasan KKSP Medan diharapkan dapat meningkatkan lagi kualitas maupun kuantitas sarana dan prasarana yang tersedia terhadap anak – anak dampingan guna menunjang program pemberdayaan anak jalanan agar lebih efektif dan efesien. Seperti alat – alat musik yang selalu mereka gunakan, buku – buku


(4)

dan tempat tinggal. Selain itu, Yayasan KKSP Medan juga diharapkan dapat memberikan seseorang guru atau pelatih guna meningkatkan kemampuan anak – anak jalanan di berbagai bidang.

2. Diharapkan kepada Pihak Yayasan KKSP untuk dapat lebih memperhatikan keadaan anak jalanan dan meningkatkan kegiatan untuk anak – anak jalanan menjadi lebih kreatif yang dapat menyadarkan anak jalanan untuk tidak menjadikan jalanan sebagai lahan penghidupan mereka. Dengan demikian kota Medan bisa bebas dari masalah Anak Jalanan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Barnard, I, Chester. 1992. Organisasi dan manajemen, Struktur, Perilaku dan proses. Jakarta: Gramedia

Baron, Robert A, Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Batubara, Hambali. 2010. The Bamboes Suara Merdeka dari jalanan. Medan :

Yayasan KKSP.

Dunn. William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Gibson, et.al.1994.Organisasi dan manajemen perilaku struktur dan proses.Jakarta : Penerbit Erlangga

Hanafi, Abdilah, Mulyadi Guntur Waseso. 1984. Penelitian Untuk Mengevaluasi Efektivitas Program-program kemasyarakatan. Surabaya : Usaha Nasional. Handayani, Kartika. 2009. Skripsi : Identifikasi Anak Jalanan di Kota Medan. Medan Idrus. Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta : Erlangga Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada

University Pers.

Nurdin, Fadhil. 1989. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Angkasa, Bandung. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1983. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : Rajawali Pers.

Sears, David O, dkk. 1991. Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Singarimbun Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta : FE UI.


(6)

Sumber Lain

14.54 wib

November 2010 pukul 21.42 WIB)

diakses 01 February 2011 Pukul 10.00 WIB)

Siregar, Hairani. 2004. Tesis : Faktor Dominan Anak Menjadi Anak Jalanan di Kota Medan. http://digilib.usu.co.id/download/fe/tesis-hairanisiregar. Medan (Diakses pada hari jumat, 05 November 2010 Pukul)

Waspada Online 30 November 2009,