Pengelolaan limbah cair yang berasal dari kamar mandi dan WC dibuatkan penampungan berupa septic tank, dan apabila penuh akan disedot oleh mobil jasa
kuras WC.
2.8. Pola Usaha : Penanaman Modal Asing
2.9. Penyerapan Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini sekitar 10 orang,
baik yang bekerja di kantor, sopir maupun operator selam. Tenaga kerja yang terserap dalam pekerjaan ini lebih mengutamakan tenaga kerja lokal, dan sekitar Kabupaten
Badung dengan kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan.
2.10. Modal
Modal yang diinvestasikan untuk kegiatan usaha ini adalah merupakan modal dasar perseroan yaitu sebesar Rp. 906.500,000,- sembilan ratus enam juta lima ratus ribu
rupiah
2.11. Rencana Pembangunan
Tahapan pembangunan dan Operasional Usaha Wisata tirta selam PT. Hiro Chan di Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung
dibagi dalam 3 tahap kegiatan yaitu :
a.
Tahap Prakonstruksi
b.
Tahap Konstruksi
c.
Tahap Operasional. Adapun jenis kegiatan yang akan dilakukan pada masing-masing tahapan kegiatan adalah
sebagai berikut.
A. Tahap Prakonstruksi
1. Pengurusan ijin. Aturan perijinan untuk pembangunan ini berupa Ijin Usaha Wisata tirta selam
Selam
B. Tahap Konstruksi
Untuk kegiatan PT. Hiro Chan pada tahap konstruksi tidak ada kegiatan berhubung bangunan fisik yang digunakan untuk pusat opersional kegiatan wisata tirta khusus selam
ini telah ada bangunan. Bangunan ini didapatlkan melalui sewa akte sewa menyewa terlampir
C. Tahap Operasional
Setelah selesai pengurusan perijinan maka kegiatan yang dilakukan pemrakarsa adalah :
1. Penerimaan karyawan
2. Persiapan Penyelaman
3. Kegiatan Kantor
4. Pemberdayaan Masyarakat sekitar lokasi penyelaman
5. Persaingan Usaha Wisata Tirta Selam
6. Kegiatan dan Perilaku Penyelaman
7. Kegiatan Pasca Penyelaman
8. Upaya Konservasi dari Pengusaha Wisata tirta selam
BAB III KOMPONEN LINGKUNGAN
Dalam hubungannya dengan usaha pelestarian lingkungan dan upaya meminimalkan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak posistif dari kegiatan Wisata Tirta PT. Hiro
Chan, makia dipandang perlu mengemukakkan kondisi awal atau rona lingkungan sekitar tapak proyek dan kondisi
dive site yang ada . Berikut ini adalah uraian rona lingkungan yang ada disekitar Taman Jimbaran, Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran dan kondisi
terumbu karang yang ada pada dive site-dive site yang sering didatangi.
3.1 Kondisi Lingkungan Alam Sekitar Lokasi 1.
Tipe iklim. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson daerah ini termasuk beriklim
antara D dengan bulan basah 7 bulan, bulan kering 5 bulan. 2.
Suhu dan kelembaban udara Suhu udara pada lokasi dan sekitarnya rata-rata 26
C, suhu maksimum 31,8 C,
Suhu udara minimum 24,0 C. Dengan kelembaban udara 77 -80 Stasiun
Klimatologi Ngurah Rai, Tuban, 2001. 3.
Curah hujan Curah hujan pada wilayah ini rata-rata 1936 mm, dengan hari hujan sekitar 130
hari. Bulan terbasah adalah Januari 414 mm dengan bulan basah 5 bulan Nopember-Maret. Sedangkan bulan terkering jatuh pada Agustus dengan bulah
kering 7 bulan April-Oktober Stasiun Klimatologi Ngurah Rai, Tuban, 2001. 4.
Arah dan Kecepatan angin. Kecepatan angin berkisar antara 3
– 6 knots. Pada musin hujan, arah angin datang dari Barat Laut atau Selatan, musim kemarau arah angin datang dari Tenggara atau
Selatan. Stasiun Klimatologi Ngurah Rai, Tuban, 2001 5.
Topografi Topografi daerah kegiatan ini yang termasuk wilayah Jimbaran berupa topografi daratan
alluvial, sehingga mempunyai kemiringan antara 0-3 dan sebagian kecil dengan kemiringan sampai 8 , kemiringan lereng makro didominasi ke arah barat dan selatan.
Elevasi atau ketinggian permukaan lahan berkisar antara 8 – 12 m dpl.
6. Hidrologi
Kondis air tanah dapat diketahui melalui pembahasan yang berkaitan dengan jenis dan penyebaran aqifer, aliran air tanah, imbuhan air recharge, intrusi air laut dan
pengambilan air tanah. Secara geologi dapat diketahui bahwa daerah Jimbaran dan sekitarnya dibentuk oleh beberapa kelompok batuan formasi yang masing-masing
kelompok merupakan bagian sistem dan aqifer yang membentuk daerah ini. Formasi yang dominan adalah formasi Palasari dengan ciri aqifer yang relatif tebal. Formasi ini
dibentuk oleh batu pasir, konglomerat dan setempat batu gamping. Hasil pemboran di Denpasar dansekitarnya banyak dijumpai formasi tersebut dan banyak dikembangkan
untuk keperluan penyediaan air bersih P2AT Bali, 1993.
7. Flora dan Fauna
Hasil pengamatan lapangan tipe vegetasi di sekitar rencana lokasi kegiatan merupakan dataran rendah. Jenis tumbuhan atau tanaman yang ada di sekitar lokasi kegiatan
sangat jarang karena sudah padat dengan bangunan, yang ada hanya berupa tanaman hias maupun perindang jalan seperti palem, angsana, cemara kipas, bambu pagar,
mangga, waru, jepun, kembang kertas, gamal dan lainnya serta tidak ditemukan adanya tanaman langka atau yang dilindungi undang-undang. Untuk Fauna yang ada adalah
berbagai jenis burung, reptil, dan sebagainya.
Kondisi terumbu karang di Bali scara umum menurut Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali 2003 adalah sebagai berikut :
o
Kota Denpasar, luas terumbu karangnya adalah 205 ha, dengan 9 titik
pengamatan 6 titik ada di Pulau Serangan didapatkan bahwa kondisi karangnya buruk sampai baik dengan luas penutupan berkisar antara 27,9
sampai 65,8 .
o
Kabupaten Badung, luas terumbu karangnya adalah 1,066 ha, dengan 7 titik
pengamatan didapatkan bahwa kondisi karangnya sebagian besar 5 lokasi tergolong baik 55,7-65,1 dan hanya 2 lokasi yang kondisinya buruk 40,6-
49,9
o
Kabupaten Klungkung, terumbu karang yang ada seluruhnya terdapat di
Kepulauan Nusa Penida dengan luas 1.263 ha. Kondisi terumbu karang di Kecamatan Nusa Penida umumnya dalam status sedang sampai baik dengan
luas penutupan karang berkisar antara 27,9
– 64,4 .
o
Kabupaten Karangasem, sebaran terumbu karang di Kabupaten Karangasem
dapat ditemukan pada kawasan pantai Tianyar, Tulamben, Jemeluk, Gili Selang, Gili Biaha, Gili Batutiga, Gili Tepekong, Candi dasa dan Padangbai
dengan luas 538 ha. Adapun kondisi karangnya pada tahun 2000 tergolong buruk dengan luas penutupan 6,9
– 14,4 .
o
Kabupaten Buleleng, terumbu karang di Kabupaten Buleleng menyebar
hamper di sepanjang pantai mulai dari Kecamatan Tejakula sampai dengan Kecamatan Gerokgak dengan luas 3.664 ha. Adapun kondisi terumbu
karangnya adalah umumnya berada dalam status buruk sampai sedang. Penutupan karang hidup rata-rata adalah 10,5
– 48,1 dan penutupan karang
terbaik terdapat di sekitar Pulau Menjangan yaitu 31,4-64,8
8. Ekonomi, Sosial dan Budaya
Penduduk Kelurahan Jimbaran secara umum memeluk Agama Hindu. Dalam pelaksanaan keagamaan bagi masyarakat di desa ini ditunjang dengan sarana
peribadatan.
Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang ada di Kelurahan Jimbaran merupakan motor penggerak perekonomian. Pada pusat-pusat ini telah tersebur dan beroperasi
beberapa kelembagaan perekonomian seperti bank, koperasi simpan pinjam, toko, warung, pasar umum, restauran dan sebagainya dan secara terperinci adalah : pasar
umum 1 buah, kelompok pertokoan 15 buah, koperasi simpan pinjam 14 buah, bank pemerintah 1 buah, bank swasta 2 buah.
Warisan sosial budaya yang dapat kita saksikan sampai sekarang ini adalah berupa pura tempat ibadah bagi umat Hindu, warisan lain berupa seni arsitektur Bali yang
sampai kini menjadi cerminan budaya masyarakat Bali yang tertuang dalam setiap pembangunan hotel maupun bangunan lainnya harus bernuansa seni arsitektur Bali.
Selain itu, kegiatan upacara adat dan agama yang khas dengan segala keunikannya yang mencerminkan konsep upacara panca yadnya. Khusus untuk Kelurahan
Jimbaran telah berkembang seni tradisional berupa sekehe perkumpulan angklung, sekehe gender, sekehe wayang, sekehe legong, dan sebagainya.
BAB IV DAMPAK-DAMPAK YANG AKAN TERJADI
Bab ini merupakan penjelasan mengenai identifikasi dan prakiraan dampak yang
akan terjadi akibat adanya rencana kegiatan usaha Wisata tirta selam PT. Hiro Chan di
Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Kajian identifikasi dan prakiraan dampak dilakukan dengan menelaah hubungan sebab
akibat atau interaksi antara komponen kegiatan yang potensial menimbulkan dampak dengan komponen lingkungan yang berpeluang terkena dampak.
Mengingat usaha ini hanya mengurus perijinan dan pengoperasian usaha wisata tirta, maka yang akan dibahas dalam hal ini adalah hanya tahap Prakonstruksi dan ahap
Operasional. Berikut ini adalah uraian secara rinci dari prakiraan dampak yang akan terjadi untuk masing-masing tahap kegiatan Usaha Wisata tirta selam PT. Hiro Chan.
4.1. Tahap Prakonstruksi 4.1.1. Pengurusan ijin.
a. Sumber Dampak
Pengurusan perijinan merupakan salah satu syarat legalitas yang harus dipenuhi dalam rencana Usaha Wisata tirta selamPT. Hiro Chan ini
b. Jenis Dampak
Terjadinya keresahan pihak pemerintah dan masyarakat setempat sehingga menimbulkan protes dan keberatan dalam bentuk penghentian kegiatan fisik maupun
pembatalan perijinan c.
Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif dan penting oleh karena itu harus ada kesepakatan
antara pihak pemerintah baik dinas maupun adat setempat dengan pihak pemrakarsa dalam mengurus perijinan yang diperlukan. Perijinan harus sudah
disetujui sebelum operasional kegiatan ini dimulai. Tolok ukur dampak berupa protes dan gugatan maupun keresahan pihak pemerintah.
4.2. Tahap Operasional 4.2.1. Persiapan Penyelaman
a. Sumber Dampak
Adanya ketidak mengertian calon penyelam terhadap prosedur penyelaman, dan belum mengetahui kondisi wilayah tempat penyelaman
b. Jenis Dampak