Pelaksanaan sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negri Sipil Berdasarkan Undang-undang No 43 Tahun 1999 (studi pada RSUP Haji Adam Malik Medan)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Dwiyanto, Agus, dkk, Teladan dan Tantangan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

dan Otonomi Daerah, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM

Yogyakarta, 2003 hal 165.

Marbun, BN dan Moh. Mahfud MD, Pokok-pokok Hukum dan Administrasi Negara, Yogyakarta Liberty, 2000.

Marsono, Sastra Djatmika, Hukum Kepegawaian di Indonesia Djambatan, 1990, Jakarta, hal, 47.

Rais, Amin, Demokrasi dan Proses Politik, Jakarta, LP3ES, tahun 1986.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta Raja Grafindo Persada, 1995.

Sunggono, Bambang, Metodelogi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja grafindo Persada, 1997.

Triadmodjo, Sudibyo, Hukum Kepegawaian Mengenai Kedudukan Hak dan Kewajiban

Pegawai Negri Sipil, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.

Wawasan Kerja Aparatur Negara, BP-7 Pusat, Jakarta 1993.

Perundang-undangan

Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil. Peraturan Menteri Kesehatan No 244/MENKES/PER/III /2008.


(2)

Website

www.Google.com diakses pada tanggal 19 April 2013.

http://www.dikti.go.id/files/atur/pns/UU43-1999.pdf diakses pada tanggal 20 April 2013.


(3)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG UNDANG-UNDANG No. 43 TAHUN 1999

A. Latar belakang keluarnya Undang-undang No. 43 Tahun 1999

Perubahan sistem Pemerintahan daerah sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian di sempurnakan dengan Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah dilakukan perubahan dengan Undang-Undang no. 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua Undang-Undang No 32 Tahun 2004.

Perubahan mendasar Undang-undang ini terletak pada paradigma yang digunakan, yaitu dengan memberikan kekuasaan otonomi melalui kewenangan-kewenangan untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga daerahnya, khususnya kepada daerah Kabupaten dan Daerah Kota, dengan Berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.15

Melalui dua undang-undang ini Bangsa Indonesia telah mengambil langkah untuk meninggalkan paradigma pembangunan sebagai pijakan Pemerintah untuk beralih kepada paradigma pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Perubahan paradigma ini tidak berarti bahwa pemerintah sudah tidak

15 Agus Dwiyanto, dkk, Teladan dan Tantangan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


(4)

lagi memiliki komitmen untuk membangun, tetapi lebih pada meletakan pembangunan pada landasan nilai pelayanan dan pemberdayaan.

Dengan berlakunya UU No 32 Tahun 2004 sebagaimana telah dilakukan perubahan kedua dengan Undang-undang No. 12 Tahun 2008 Tentang perubahan kedua Undang-undang 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah tersebut telah menggeser paradigma pelayanan, dari yang bersifat sentralistis ke desantralistis dan mendekatkan pelayanan secara langsung kepada masyarakat.

Dengan adanya perubahan sistem Pemerintahan Daerah berimplikasi pada perunahan UU No 8 Tahun 1974 menjadi UU No 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Perubahannya yang paling mendasar adalah tentang manajemen kepegawaian yang lebih berorientasi kepada profesionalisme SDM aparatur (PNS), yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, Pemerintah dan pembangunan, tidak partisan dan netral, keluar dari pegaruh semua golongan dan partai politik dan tidak diskrimatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.16 Untuk melaksakan tugas pelayanan masyarakat denga persyaratan yang demikian, sumber daya manusia aparatur di tuntut memiliki profesionalisme, memiliki wawasan global, dan mampu berperan sebagai unsur perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(5)

Lahirnya undang No 43 tahun 1999 sebagai pengganti Undang-undang No 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian tersebut membawa perubahan mendasar guna mewujudkan sumber dasar aparatur yang profesional

yaitu dengan pembinaan karir Pegawai Negri Sipil yang dilaksanakan atas dasar

perpaduan antara sistem prestasi dan karir yang di titikberatkan pada sistem prestasi kerja yang pada hakekatnya dalam rangka peningkatan pelayanan publik.

B. Pengertian tentang Disiplin PNS menurut Undang-Undang No 43 tahun 1999.

Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat, jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan.17

Didalam buku Wawasan Kerja Aparatur Negara disebutkan bahwa yang dimaksud dengan disiplin adalah :

“Sikap mental yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap


(6)

peraturan-peraturan yang di tetapkan Pemerintah atau etik, norma serta kaidah yang berlaku dalam masyarakat”.18

Dalam rangka memelihara kewibawaan pegawai Negri Sipil, maka tindakan Kepolisian sebagai penyidik terhadap Pegawai Negri Sipil hendaknya dilakukan dengan tertib dan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam kaitan ini apabila seorang Pegawai Negri Sipil diperiksa, ditangkap dan atau ditahan sementara oleh pejabat yang berwajib tersebut secepat mungkin memberitahukan kepada atasan Pegawai Negri Sipil yang bersankutan.19

Adapun menurut peraturan disiplin Pegawai Negri Sipil sebagaimana telah dimuat di dalam Bab II Pasal 2 (dua) Undang-undang No.43 Tahun 1999, ada beberapa keharusan yang harus dilakukan yaitu :

1. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku serta melaksanakan perintah-perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berhak.

2. Melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya serta memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat sesuai dengan bidang-bidangnya.

3. Menggunakan dan memelihara barang-barang dinas dengan sebaik-baiknya.

18

Wawasan Kerja Aparatur Negara, BP-7 Pusat, (Jakarta: 1993), hal. 24.

19 Sastra Djatmika Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia Djambatan, 1990,


(7)

4. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negri Sipil dan atasannya.

Dengan demikian, maka disiplin kerja merupakan praktek secara nyata dari para pegawai terhadap perangkat peraturan yang terdapat dalam suatu oerganisasi. Dalam hal ini disiplin tidak hanya dalam bentuk ketaatan saja melainkan juga tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi, berdasarkan pada hal tersebut diharapkan efektifitas pegawai akan meningkat dan bersikap serta bertingkah laku disiplin.

Kaitannya denga kedisiplinan, Astrid S. Susanto20 juga mengemukakan sesuai dengan keadaan di dalam setiap organisasi, maka disiplin dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :

1) Disiplin yang bersifat positif.

2) Disiplin yang bersifat negatif.

Tugas seorang peminpin untuk mengusahakan terwujudnya suatu disiplin yang mempunyai sifat posotif, denga demikian dapat menghindarkan adanya disiplin yang bersifat negatif.

Disiplin positif merupakan suatu hasil pendidikan, kebiasaan atau tradisi dimana seseorang dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan, adapun disiplin negatif sebagai unsur sikap patuh yang di sebabkan oleh adanya perasaan takut akan hukuman.

20 Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Bina Aksara, 1974),


(8)

Kedisiplinan pegawai dapat ditegakan apabila peraturan-peraturan yang telah ditetapkan itu dapat diatasi sebagian besar pegawainya dalam kenyataan, bahwa dalam suatu instansi apabila sebagian besar pegawainya mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan, maka disiplin pegawai sudah dapat ditegakan.

Adapun pengertian pelanggaran disiplin berdasarkan Pasal 1 huruf (a) UU No 43 Tahun 1999 adalah : setiap ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai Negri Sipil yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negri Sipil, baik yang dilakukan didalan maupun diluar kedinasan.

Kemudian menurut Pasal 1 huruf (c) dari undang-undang tersebut, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negri Sipil karena melanggar Peraturan Disiplin Pegawai Negri Sipil. Selanjutnya dalam Pasal 6 Undang-undang No 43 Tahun 1999 disebutkan pula mengenai tingkat dan jenis hukuman Pegawai Negri Sipil.

1. Tingkat dan jenis hukuman disiplin :

1) Hukuman Disiplin ringan

Dalam tingkat hukuman disiplin ringan terdapat 3 (tiga) jenis hukuman yang terdiri dari :

a. Teguran Lisan,


(9)

c. Penyataan tidak puas secara tertulis.

2) Hukuman Disiplin Sedang

Pada tingkat hukuman disiplin sedan ini juga terdapat 3 (tiga) jenis hukuman, yaitu :

a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun,

b. Penundaan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun

c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun.

3) Hukuman Disiplin Berat

Adapun pada tingkat disiplin berat terdapat 4 (empat) jenis hukuman :

a. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun,

b. Pembebasan dari jabatan

c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negri Sipil

d. Pemberhentian sebagai Pegawai Negri Sipil dengan tidak hormat.


(10)

Sebagaimana telah diliat diats, Pegawai Negri Sipil diangkat oleh pejabat yang berwenang baik mengankat maupun memberhentikan yang bersifat hukuman, menurut ketentuan pasal 7 ayat (1) huruf (a – e) Peraturan UU No 43 tahun 1999 adalah sebagai berikut :

a. Presiden

b. Menteri dan Jaksa Agung

c. Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi atau Tinggi dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen

d. Gubernur Kepala Daerah Tigkat 1

e. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negri.

Kemudian yang di sebut dengan jabatan Negri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan termasuk di dalamnya, kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Kepentingan Pengadilan.

3. Berlakunya Putusan Hukuman Disiplin

Menurut Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawain Nomor 21/SE/1980 tentang peraturan disiplin Pegawai Negri Sipil, pada angka Romawi VIII disebutkan bahwa hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada seorang pegawai negri sipil mula berlaku sejak :


(11)

1) Terhitung mulai tanggal disampaikannya kepada Pegawai Negri Sipil yang bersangkutan, bagi jenis hukuman disiplin ringan.

2) Terhitung mulai tanggal disampaikannya kepada Pegawai Nehri Sipil yang bersangkutan, bagi hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Presiden, Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Gubernur kepala daerah tingkat 1, kecuali :

a. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negri Sipil.

b. Pemberhentian tidak denga hormat sebagai Pegawai Negri Sipil.

3) Terhitung mulai tanggal keputusan hukuman disiplin ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menghukum, bagi jenis hukuman disiplin pembebasan dari jabatan.

4) Hari ke 15 (lima belas) terhitung mulai tanggal penyampaian surat keputusan hukuman disiplin, kepada Pegawai Negri Sipil yang bersangkutan apabila tidak ada keberatan mengenai jenis hukuman disiplin

a. Penundaan kenaikan gaji

b. Penurunan gaji

c. Penundaan kenaikan pangkat


(12)

e. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai pegawai Begri Sipil

f. Pemberhentian tidak denga hormat sebagai Pegawai Negri Sipil.

5) Terhitung mulai tanggal keputusan atas keberatan hukuman disiplin itu ditetapkan oleh atasan pejabat yang berwenang menghukum atau oleh Badan Pertimbangan Kepegawaian, apabila ada keberatan atas hukuman disiplin yang dijatuhakn mengenai jenis hukuman disiplin :

a. Penundaan kenaikan gaji

b. Penurunan gaji

c. Penundaan kenaikan pangkat

d. Penurunan pangkat

e. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negri Sipil

f. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negri Sipil.

6) Hari ketiga puluh terhitung mulai tanggal yang ditentukan untuk menyampaikan keputusan hukuman disiplin tersebut, apabila Pegawai Negri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada waktu penyampaian keputusan hukuman disiplin.

Adapun yang menjadi dasar-dasar hukum pelaksanaan disiplin Pegawai Negri Sipil adalah sebagai berikut :


(13)

a) Undang-undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaga Negara Tahun 1974 No 8, Tambahan Lembaran Negara No. 3041).

b) Peraturan pemerintah Nomor 8 tahun 1974, tentang Pembatasan kegiatan Pegawai Negri Sipil dalam Usaha Swasta (Lembaran Negara Nomor 8 Tahun 1974, tambahan Lembaran Negara Nomor 3201).

c) Keputusan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 02 tahun 1999 tentang ketentuan Pelaksanaan Pegawai Negri Sipil yang menjadi anggota Partai Politik.

d) Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1980 tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian.

e) Surat Edaran Bdan Administrasi Kepegawaian Nomor 23/SE/1980, tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.

Dasar hukum pelaksanaan disiplin Pegawai Negri Sipil di atas, diharapkan memberikan dukungan atau dorongan supaya Pegawai Negri Sipil bisa melakukan tugas dengan sebaik-baiknya. Namun dasar hukum ini dirasa masih kurang tanpa didukung oleh sikap dan mental dari para pegawai itu sendiri, oleh karena itu di perlukan adanya pembinaan pada Pegawai Negri Sipil, sebagaimana telah dijelaskan didalam pasal 12 dari Undang-undang No. 43 Tahun 1999 yaitu bahwa, agar pegawai negri sipil dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu diatur pembinaan Pegawai Negri Sipil secara


(14)

menyeluruh, yaitu suatu peraturan pembinaan yang berlaku baik bagi Pegawai Negri Sipil Pusat maupun Pegawai Negri Sipil yang ada di daerah. Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat pusat akan berlaku di tingakat daerah, kecuali di tentukan lain. Selain itu perlu dilaksanakan usaha penerbitan dan pembinaan aparatur negara yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, fasilitas, dan sarana untuk menunjang Aparatur Negara yang bersih dan berwibawa.

C. Pengertian Sanksi Menurut Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999

Pegawai Negeri Sipil yang tidak melakukan kewajiban dan melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980, dianggap telah melakukan pelanggaran disiplin PNS dan tentu saja harus mendapatkan hukuman disiplin. Tujuan hukuman disiplin adalah untuk memperbaiki dan mendidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin. Karena itu setiap pejabat yang berwenang menghukum sebelum menjatuhkan hukuman disiplin harus memeriksa lebih dahulu Pegawai Negeri Sipil yang

melakukan pelanggaran disiplin.

Terhadap PNS yang disangka melakukan pelanggaran disiplin diadakan pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui apakah PNS yang bersangkutan benar telah melakukan pelanggaran disiplin. Pemeriksaan juga bertujuan untuk mengetahui latar belakang serta hal-hal yang mendorong pelanggaran disiplin tersebut. Pemeriksaan dilaksanakan sendiri oleh pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk.


(15)

Apabila pejabat pada waktu memeriksa PNS yang disangka melakukan pelanggaran disiplin berpendapat, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaannya hukuman disiplin yang wajar dijatuhkan adalah di luar wewenangnya, maka pejabat tersebut wajib melaporkan hal itu kepada pejabat yang berwenang menghukum yang lebih tinggi melalui saluran hirarkhi. Laporan tersebut disertai dengan hasil-hasil pemeriksaan dan bahan-bahan lain yang diperlukan. Pejabat yang berwenang menghukum yang lebih tinggi wajib memperhatikandan mengambil keputusan atas laporan itu. Pelanggaran disiplin itu sendiri adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin PNS, baik di dalam maupun di luar jam kerja. PNS dinyatakan melanggar Peraturan Disiplin apabila dengan ucapan, tulisan, dan atau perbuatannya tersebut secara sah terbukti melanggar ketentuan mengenai kewajiban dan atau larangan PP No. 30 Tahun 1980.

Yang dimaksud dengan ucapan adalah setiap kata-kata yang diucapkan dihadapan atau dapat didengar oleh orang lain seperti dalam rapat, ceramah, diskusi, melalui telepon, radio, televisi, rekaman, atau alat komunikasi lainnya.

Sedangkan tulisan merupakan pernyataan pikiran dan atau perasaan secara tertulis baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan dan lain-lain yang serupa dengan itu.

Adapun sanksi-sanksi hukuman disiplin yaitu :


(16)

1) Hukuman Disiplin ringan

Dalam tingkat hukuman disiplin ringan terdapat 3 (tiga) jenis hukuman yang terdiri dari :

a. Teguran Lisan,

b. Teguran Tertulis

c. Penyataan tidak puas secara tertulis

2) Hukuman Disiplin Sedang

Pada tingkat hukuman disiplin sedan ini juga terdapat 3 (tiga) jenis hukuman, yaitu :

a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun,

b. Penundaan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun

c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun.

3) Hukuman Disiplin Berat

Adapun pada tingkat disiplin berat terdapat 4 (empat) jenis hukuman :

a. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun,


(17)

c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negri Sipil

d. Pemberhentian sebagai Pegawai Negri Sipil dengan tidak hormat.

2. Pejabat yang mempunyai Wewenang Menghukum

Sebagaimana telah diliat diats, Pegawai Negri Sipil diangkat oleh pejabat yang berwenang baik mengankat maupun memberhentikan yang bersifat hukuman, menurut ketentuan pasal 7 ayat (1) huruf (a – e) Peraturan UU No 43 tahun 1999 adalah sebagai berikut :

a. Presiden,

b. Menteri dan Jaksa Agung,

c. Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi atau Tinggi dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen,

d. Gubernur Kepala Daerah Tigkat 1,

e. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negri.

Kemudian yang di sebut dengan jabatan Negri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan termasuk di dalamnya, kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Kepentingan Pengadilan.


(18)

Menurut Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawain Nomor 21/SE/1980 tentang peraturan disiplin Pegawai Negri Sipil, pada angka Romawi VIII disebutkan bahwa hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada seorang pegawai negri sipil mula berlaku sejak :

1. Terhitung mulai tanggal disampaikannya kepada Pegawai Negri Sipil yang bersangkutan, bagi jenis hukuman disiplin ringan.

2. Terhitung mulai tanggal disampaikannya kepada Pegawai Nehri Sipil yang bersangkutan, bagi hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh Presiden, Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Gubernur kepala daerah tingkat 1, kecuali :

a. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negri Sipil.

b. Pemberhentian tidak denga hormat sebagai Pegawai Negri Sipil.

3. Terhitung mulai tanggal keputusan hukuman disiplin ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menghukum, bagi jenis hukuman disiplin pembebasan dari jabatan.

4. Hari ke 15 (lima belas) terhitung mulai tanggal penyampaian surat keputusan hukuman disiplin, kepada Pegawai Negri Sipil yang bersangkutan apabila tidak ada keberatan mengenai jenis hukuman disiplin :


(19)

b. Penurunan gaji,

c. Penundaan kenaikan pangkat,

d. Penurunan pangkat,

e. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai pegawai Begri Sipil,

f. Pemberhentian tidak denga hormat sebagai Pegawai Negri Sipil.

5. Terhitung mulai tanggal keputusan atas keberatan hukuman disiplin itu ditetapkan oleh atasan pejabat yang berwenang menghukum atau oleh Badan Pertimbangan Kepegawaian, apabila ada keberatan atas hukuman disiplin yang dijatuhakn mengenai jenis hukuman disiplin :

a. Penundaan kenaikan gaji,

b. Penurunan gaji,

c. Penundaan kenaikan pangkat,

d. Penurunan pangkat,

e. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negri Sipil,

f. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negri Sipil.

6. Mengatur hukuman disiplin, bagi PNS yang tidak masuk kerja dan tidak menaati ketentuan jam kerja tanpa alas an yang sah.


(20)

7. Pemanggilan dan pemeriksaan :

a. PNS yang diduga melanggar disiplin, dipanggil untuk diperiksa oleh atasan langsung,

b. Pejabat Pembina Kepegawaian dapat membentuk Tim Pemeriksa apabila ancaman hukuman disiplin tingkat sedang atau berat,

c. Pemeriksaan secara tertutup,

d. Dapat meminta keterangan dari orang lain,

e. Apabila pada saat diperiksa, PNS tersebut ternyata melakukan beberapa pelanggaran disiplin, hanya dijatuhi satu jenis hukuman disiplin yang terberat,

f. PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang sifat nya sama, dijatuhi hukuman disiplin yang lebih berat,

g. PNS tidak boleh dijatuhi hukuman disiplin 2 (dua) kali atau lebih untuk satu pelanggaran disiplin,

h. Mengatur durasi waktu untuk pemanggilan, penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin, Pengajuan Upaya Administratif, tanggapan dan keputusan atau keberatan,

i. Mengatur jenis hukuman disiplin yang dapat diajukan upaya administrative : keberatan kepada atasan Pejabat yang berwenang


(21)

menghukum dan banding Administratif kepada BAPEK (Badan Pertimbangan Kepegawaian),

j. Mulai berlakunya hukuman disiplin yang dijatuhkanoleh pejabat yang berwenang menghukum/Atasan Pejabat yang berwenang menghukum.

Dari berlakunya sanksi-sanksi yang ditetapkan dalam UU nomor 43 tahun1999 ini, tentunya ada harapan yang ingin di capai, seperti :

a) Kepatuhan dan kesadaran PNS terhadap peraturan disiplin menjadi meningkat,

b) Setiap PNS diharapkan mengetahui nama yang patut dan yang tidak patut untuk dilakukan,

c) Setiap pejabat Struktural harus dapat menjadi teladan yang baik bagi bawahannya,

d) Ketaatan bukan karena ada ancaman sanksi,

e) Reformasi birokrasi dan pelaksanaan kepemerintahan yang baik (Good Govermance) akan terwujud.


(22)

BAB IV

PELAKSANAAN SANKSI PELANGGARAN DISIPLIN PEGAWAI NEGRI SIPIL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 43 TAHUN 1999 (Studi

Pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan)

A. Wewenang Pimpinan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dalam Pelaksanaan Disiplin Pegawai Negri Sipil.

Dalam wewenangnya pimpinan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik memiliki tugas dalam pelaksanaa Disiplin Pegawai di lingkungan RSUP H Adam Malik. Adapun hal yang dilakukan oleh pimpinan RSUP H Adam Malik ialah membentuk komite etik dan hukum yang merupakan wadah non struktural. Anggotanya langsung dipilih dan diangkat oleh pimpinan atau Direktur Utama RSUP H Adam Malik dengan masa kerja 3 tahun, dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama, mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal menyusunan dan merumuskan medicoetikolegal dan etika pelayanan rumah sakit, penyelesaian masalah etik kedokteran, etik rumah sakit, serta penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik pelayanan rumah sakit, pemeliharaan etika penyelenggaraan fungsi rumah sakit, kebijakan yang terkait dengan “ Hospital Bylaws “ serta “ Medical Staff Bylaws “, gugus tugas bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di rumah sakit.


(23)

Pimpinan atau Direktur Utama RSUP H Adam Malik juga melakukan tindakan pengawasan terhadap kinerja Pegawai di lingkungan RSUP H Adam Malik Medan.

Dewan Pengawas RSUP H.Adam Malik Medan adalah unit pelaksana teknis Kementerian Kesehatan yang diangkat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 351/Menkes/SK/II/2011 dengan masa kerja 5 (lima) tahun dengan tugas :

1. Melakukan pengawasan terhadap pengurusan Badan Layanan Umum (BLU) yang meliputi pelaksanaan rencana bisnis dan anggaran, rencana strategis bisnis jangka panjang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Memberikan pendapat dan saran kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan mengenai rencana bisnis dan anggaran yang diusulkan oleh pejabat pengelola BLU.

3. Mengikuti perkembangan kegiatan BLU dan memberikan pendapat dan saran setiap masalah yang dianggap penting bagi pengurusan BLU.

4. Memberikan laporan kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan apabila terjadi gejala menurunnya kinerja BLU.

5. Memberikan nasehat kepada pejabat pengelola BLU dalam melaksanakan pengurusan BLU.

Dewan Pengawas secara berkala, paling sedikit satu kali dalam satu semester dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan.


(24)

Dalam kaitannya dengan wewenang pelaksanaan disiplin pegawai, pimpinan atau Direktur Utama RSUP H Adam Malik bertanggung jawab penuh atas kinerja setiap Pegawai Negri Sipil. Pimpinan juga berhak memberikan sanksi disiplin kepada setiap pegawai RSUP H Adam Malik jika melakukan kesalahan-kesalahan, lalai, dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaanya agar tercapai nya pelayanan publik yang baik di RSUP H Adam Malik Medan.

Kemudian berdasarkan penelitian, bahwa adapun upaya-upaya dari pimpinan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dalam menekan pelaksanaan sanksi demi tercapainya pelayanan publik yang baik dengan cara :

1. Melakukan pengawasan melekat sebagai upaya pengawasan preventif, untuk mencegak hal-hal yang melanggar disiplin, yaitu dengan cara pengawasan secara langsung dari pimpinan.

2. Pengawasan yang dilakukan dengan cara melakukan inspeksi umum yaitu melaksanakan pemeriksaan semua bidang kerja yang telah disusun dalam tahun kerja.

3. Inspeksi pimpinan yaitu inspeksi yang dilakukan oleh direktur utama RSUP H Adam Malik Medan.

4. Inspeksi khusus yaitu melakukan pemeriksaan andai terjadi penyimpangan atau perbuatan-perbuatan tercela dari pegawai Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.


(25)

Pada umum nya Pengawasan Atasan Langsung yang dilaksanakan dengan menjalankan pengawasan melekat merupakan fungsi manajemen seorang pimpinan yang harus dilakukan di samping perencanaan dan pelaksanaan.

Pengawasan melekat dimaksudkan agar tujuan dan sasaran kegiatan administrasi pemerintahan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna serta dilaksanakan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

Dalam melakukan Pengawasan Melekat, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan telah melakukan sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu berdasarkan Instruksi Presiden No.15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan, sedangkan petunjuk pelaksanaannya telah di keluarkan Instruksi Presiden No 1 tahun 1989.

Adapun sasaran pengawasan melekat berdasarkan pada Instruksi Presiden tersebut adalah :

1. Meningkatkan kedisiplinan pegawai serta prestasi kerja serta pencapaian pelaksanaa tugas

2. Menekan sekecil mungkin penyalah gunaan wewenang

3. Mengurangi kebocoran serta pemborosan keuangan negara dan segala bentuk penyimpangan lainnya.

4. Mempercepat penyelesaian permasalahan dan meningkatkan pelayanan masyarakat

5. Mempercepat pengurusan kepegawaian sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(26)

Selain daripada itu, pemeriksaan adalah salah satu cara atau bentuk pengawasan dengan jalan mengamati, mencatat, menyelidiki, dan menelaah secara cermat serta mengkaji segala informasi yang berkaitan dengan kedisiplinan pegawai negri di lingkungan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

B. Pelaksanaan sanksi disiplin pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Dalam Undang-undang No 43 Tahun 1999 dinyatakan bahwa seharusnya kedudukan dan peranan Pegawai Negri Sipil adalah sangat penting dan menentukan, karena dia adalah salah satu pelaksanaan pemerintah untuk menyelenggarakan tugas-tugas pemerintah dan melancarkan tugas-tugas pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional.21

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok Kepegawaian Pasal 2 ayat (1), (2), dan (3) menyatakan :

1. Pegawai Negri terdiri dari : a. Pegawai Negri Sipil

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

2. Pegawai Negri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri dari :

a. Pegawai Negri Sipil Pusat, dan

b. Pegawai Negri Sipil Daerah


(27)

3. Disamping Pegawai Negri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pejabat yang berwenang dapat mengankat pegawai tidak tetap.

Dalam menjatuhkan hukuman sanksi disiplin, maka pejabat yang berwenang menghukum sebelumnya wajib memeriksa terhadap tersangka yang telah melanggar ketentuan, tujuannya ialah untukmengetahui apakah yang bersangkutan benar telah melakukan pelanggaran serta mengetahui faktor-faktor yang mendorong dilakukannya pelanggaran tersebut.

Hukuman yang dapat dijatuhkan sebagai sanksi terhadap pelanggaran disiplin PNS ialah teguran lisan, teguran tertulis, pernyataan tidak puas, penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan kenaikan pangkat, penurunan pangkat, pemindahan sebagai hukuman, pembebasan tugas, dan pemberhentian.

Selain daripada keharusan, larangan, sanksidalam peraturan disiplin PNS juga diatur tentang pejabat yang berwenang menajtuhkan hukuman disiplin dan tata cara mengajukan kebaratan/pembelaan, apabila seorang PNS tidak menerima disiplinyang dijatuhkan kepadanya. Selanjutanya Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 menyatakan bahwa:

1.Tingkat dan jenis hukuman disiplin

Tingkat hukuman terdiri dari

1) Hukuman disiplin ringan 2) Hukuman disiplin sedang 3) Hukuman disiplin berat


(28)

1) Teguran lisan. 2) Teguran tertulis.

3) Pernyataan tidak puas secara tertulis. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :

1) Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun. 2) Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling

lama 1 (satu) tahun.

3) Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :

1) Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun

2) Pembebasan dari jabatan

3) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS.

4) Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai PNS. 2.Pelanggaran Disiplin

Secara ucapan, tulisan atau perbuatan pegawai negri sipil yang melanggar ketentuan peraturan disiplin (kewajiban dan larangan) adalah pelanggaran disiplin.

a. Ucapan adalah setiap kata-kata yang diucapkan dihadapan atau dapat didengar oleh orang lain, seperti dalam rapat, ceramah, diskusi, melalui telepon, radio, televisi, rekaman atau alat komunikasi lainnya.


(29)

b. Tulisan adalah pernyataan pikiran dan atau perasaan secara tertulis baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan dari lain-lainnya yang serupa dengan itu.

c. Perubahan adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukam disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum.

3.Pemberhentian Pegawai Negri Sipil (PNS)

Pegawai Negri Sipil diberhentikan dengan hormat karena meninggal dunia. Pegawai Negri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat karena : a. Atas permintaan sendiri

b. Mencapai batas usia pensiun

c. Perampingan organisasi pemerintah atau

d. Tidak cakap jasmani dan rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai pegawai negri sipil.

Maka, seorang pegawai negri sipil bukan saja harus memenuhi tugas dan kewajibannya akan tetapi bilamana hal tersebut dilanggar, pegawai negri sipil tersebut dapat deberhentikan dengan hormat atau diberhentikan karena :

a. Melanggar sumpah/janji pegawai negri sipil dan sumpah/janji jabatan selain pelanggaran sumpah/janji pegawai negri sipil dan sumpah/janji


(30)

jabatan karena tidak setia pada pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah atau :

b. Di hukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman hukumannya kurang dari 4 (empat) tahun.

Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat karena :

a. Di hukum penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang telah melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman hukumannya 4 (empat) tahun atau lebih atau:

b. Melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negri Sipil tingkat berat.

Pegawai Negri Sipil diberhentikan dengan tidak hormat karena :

a. Melanggar sumpah/janji pegawai negri sipil dan sumpah/janji jabatan karena tidak setia kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.

b. Melakukan penyelewengan terhadap ideologi Negara, Pncasila, Undang-undang Dasar 1945 atau terlibat dalam kegiatan yang menentang Negara dan pemerintah.

c. Di hukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak


(31)

pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan.

Pegawai Negri Sipil yang dikenakan penaruhan pleh pejabat yang berwenang karena disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan sampai mendapat putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dikenakan pemberhentian sementara.

Pemberhentian karena meninggalkan tugas :

a. Pegawai Negri Sipil meninggalkan tugas nya secara tidak syah dalam waktu 2 (dua) bulan terus menerus, diberhentikan pembayaran gajinya mulai bulan ketiga.

b. Pegawai Negri Sipil meninggalkan tugasnya secara tidak syah dalam waktu 6 (enam) bukan terus menerus, diberhentikan tidak denga hormat.

c. Pegawai Negri Sipil yang tidak melaporkan dirinya kembali ke instansi induknya setelah menjalani cuti diluar tanggungan Negara, diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negri sipil.

Pemerintah sebagai organisasi adalah suatu alat yang saling berhubungan dengan satuan-satuan kerja yang ada serta memberikan suatu jabatan maupun amanat kepada orang-orang yang ditempatkan dalam struktur organisasi tersebut untuk melaksanakan dan menjalankan fungsi kewenangan masing-masing menurut tugas dan pekerjaan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Jadi dengan demikian, pekerjaan dapat dikoordinasikan oleh pemerintah atasan kepada


(32)

para bawahan yang menjangkau diri puncak sampai dasar dari seluruh badan usaha. Menurut Ibnu Kencana Syafie (1999:53) organisasi merupakan22:

a. Wadah atau tempat terselenggarannya administrasi.

b. Terjadi berbagai hubungan antara individu maupun kelompok, baik dalam organisasi itu sendiri maupun keluar.

c. Terjadinya kerjasama dan pembagian tugas.

d. Berlangsungnya proses aktifitas berdasarkan kinerja masing-masing.

Menurut ketentuan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, bahwa pemerintah terdiri dari kepala daerah beserta perangkat daerah lainnya. Berdasarkan ketentuan pasal 120 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah bahwa perangkat daerah provinsi terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga teknis lainnya.

Oleh karena itu, dalam membentuk suatu susunan oerganisasi perangkat daerah tidak terlepas dari apa yang telah ditentukan melalui Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Lembaga Teknis dalam provinsi mempunyai tugas membantu Gubernur dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam lingkup tugasnya. Dalam menyelenggarakan tugas, Lembaga Teknis Daerah Provinsi mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.


(33)

b. Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah.

Oleh karena itu, Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk kabupaten/kota antara lain meliputi a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan, yakni pelaksanaan

program pembangunan kabupaten/kota yang telah direncanakan.

b. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, yakni penerapan peraturan ketertiban dengan tujuan untuk menciptakan masyarakat kabupaten/kota yang tentram, aman, dan bersahaja.

c. Penyediaan sarana dan prasarana umum, yakni pengadaan sarana dan prasarana umum kabupaten/kota.

d. Penanganan bidang kesehatan, yakni penanggulangan dan peningkatan mutu kesehatan kabupaten/kota.

e. Penyelenggaraan pendidikan, yakni peningkatan mutu pendidikan masyarakat kabupaten/kota.

f. Penanggulangan masalah sosial, yakni penanganan masalah sosial masyarakat seperti gembel dan pengemis di kabupaten/kota.

g. Pelayanan administrasi umum pemerintah, yakni peningkatan mutu kinerja pemerintah kabupaten/kota.


(34)

h. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

C. Hambatan-hambatan dalam penetapan sanksi disiplin terhadap Pegawai Negri Sipil di Rumah Sakit UmumPusat Haji Adam Malik Medan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Staff Bagian ESDM Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, maka hambatan-hambatan yang ada dalam penetapan sanksi disiplin PNS di RSUP H Adam Malik Medan adalah hal-hal yang bersifat teknis diantaranya adalah :

1. Kurangnya sarana dan prasarana. Dengan suatu peralatan yang kurang

memadai dapat menghambat lancarnya kegiatan atau pegawai dalam melakukan pekerjaanya

2. Masih rendah nya kesadaran pegawai negri sipil untuk berbuat atau

bersikap disiplin dalam pelaksanaan tugas misalnya keterlambatan kerja.

3. Kurang nya perangkat peraturan disiplin, misalnya kurang tegasnya

pimpinan dalam menjatuhkan sanksi pada setiap pelanggaran kedisiplinan.

4. Kurangnya sistem pengawasan, perangkat pengawasan dan upaya tindak

lanjut yang kurang akan dapat membuka peluang pegawai untuk melakukan berbagai pelanggaran.

5. Setiap pelanggaran disiplin pegawai selalu berkilah untuk dibina secara

administratif.

6. Rendahnya pemahaman pegawai tentang disiplin Pegawai Negri Sipil

mengenai Undang-Undang No 43 tahun 1999 dan masih banyak nya pegawai di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang tidak memahami mengenai substansi dari Undang-Undang No 43 tahun 1999 tentang disiplin pegawai.


(35)

Hambatan-hambatan tersebut yang ada dalam pelaksanaan sanksi Disiplin PNS di lingkungan RSUP H Adam Malik Medan. Dengan memahami arti pentingnya kedisiplinan pegawai negri sipil dalam pembangunan pelayanan yang baik, terutama dalam lingkungan RSUP H Adam Malik, kiranya menjadi kewajiban PNS dalam melaksanakan kedisiplinan yaitu melaksanakan tugas dan kewajiban dengan penuh tanggung jawab, supaya penetapan sanksi disiplin dapat di minimalisir sehingga kedisiplinan akan dapat tercapai.

Adapun usaha-usaha dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam penatapan sanksi disiplin Pegawai Negri Sipil pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan telah dilakukan beberapa pendekatan antara lain : pembinaan pegawai pada segi operasional, pengawasan secara langsung maupun secara fungsional dan hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh para Pegawai Negri Sipil.

Adapun cara-cara tindak lanjut suatu pengawasan dilakukan dengan cara bimbingan atau pembinaan secara struktur organisatoris. Dengan demikian, adanya pengawasan diharapkan dapat mengurangi penyimpangan ataupun keteledoran dalam bekerja yang mungkin terkesan kaku dalam pelayanan masyarakat, banyak birokrasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu diperlukan sifat dan sikap disiplin dalam jiwa pegawai.

Mengadakan sosialisasi mengenai Undang-Undang 43 Tahun 1999 juga sangat perlu di lakukan bagi Pegawai Negri Sipil di lingkungan Rumah Sakit Umum Pusat Haji dam Malik Medan yang bertujuan agar seluruh pegawai dapat mengerti dan memahami aturan-aturan yang berlaku di dalam Undang-undang No 43 Tahun 1999 tersebut dan kedepannya para pegawai dapat bekerja sesuai aturan


(36)

dan memberikan pelayanan yang baik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 dan kaitannya dengan penetapan sanksi disiplin Pegawai Negri Sipil di lingkungan RSUP H Adam Malik Medan telah meminimalisir penjatuhan sanksi yang kaitannya dengan pelanggaran disiplin di lingkungan RSUP H Adam Malik Medan yang sebelumnya di RSUP H Adam Malik Medan memang terjadi berbagai bentuk pelanggaran disiplin namun masih dalam kategori pelanggaran ringan.

2. Hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan sanksi disiplin Pegawai Negri Sipil di lingkungan RSUP H Adam Malik Medan antara lain kurangnya fasilitas serta sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas, kurang nya sistem pengawasan dalam bekerja, sehingga dapat membuka peluang adanya penyimpangan atau pelanggaran disiplin kerja. Selain itu juga belum adanya perangkat hukum yang jelas dan tegas dalam pelanggaran kedisiplinan pegawai.

3. Untuk meminimalisir penetapan sanksi dilingkungan RSUP H Adam Malik Medan telah dilakukan beberapa pendekatan antara lain : pembinaan pegawai pada segi operasional, pengawasan secara langsung maupun secara fungsional


(38)

dan hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya berbagai penyimpangan dilakukan oleh para pegawai.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. RSUP H Adam Malik Medan merupakan suatu lembaga kesehatan yang dimana harus memberi contoh kepada lembaga-lembaga kesehatan lainnya terutama dalam bidang pelayanan masyarakat, sehingga harus meningkatkan produktifitas pegawai di lingkungan RSUP H Adam Malik Medan.

2. Diperlukan peraturan pelaksana secara tegas yang dapat meminimalisir penjatuhan sanksi disiplin dan hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan disiplin Pegawai Negri Sipil di lingkungan RSUP H Adam Malik Medan.

3. Upaya yang telah dilakukan dan mengalami keberhasilan dalam rangka meningkatkan mutu Pegawai Negri Sipil seyogyanya dapat terus dijaga agar berbagai bentuk pelanggaran Pegawai Negri Sipil di RSUP H Adam Malik Medan dapat di cegah dan diatasi.


(39)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan 1. Sejarah Singkat

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Pusat yang secara teknis berada di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan, merupakan pusat rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera Bagian Utara dan Bagian Tengah yang meliputi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Riau, dan Propinsi Sumatera Barat. Pada tanggal 6 september 1991 sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 maka Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan. Dan dengan perkembangan pendidikan melalui Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik tanggal 11 Januari 1993 secara resmi menjadi Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dan sebagai tanda dimulainya Soft Opening, dan di resmikan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 21 juli 1993. Dan dengan pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan terhadap pasien, maka pada tanggal 31 Oktober 2006 RSUP H. Adam Malik telah terakreditasi untuk pelayanan berdasarkan surat SK Menkes RI No. HK.00.06.3.5.5317.


(40)

Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 2007 dikeluarkan surat Keputusan Menteri Keuangan No. 280/KMK.05/2007 dan surat Keputusan Menteri Kesehatan dengan No.756/Menkes/SK/VI/2007 tepatnya pada juni 2007 RSUP H Adam Malik telah berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU) bertahap dengan tetap mengikuti pengarahan-pengarahan yang diberikan oleh Ditjen Yanmed dan Departemen Keuangan untuk perunahan status menjadi BLU (Badan Layanan Umum) penuh. Dan sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 244/Menkes/Per/III/2008 tentang Organisasi dan tata kerja RSUP H Adam Malik Medan tanggal 11 Maret 2008, serta resmi dikatakan pada tanggal 10 juni 2009, status RSUP H Adam Malik sebagai BLU ( Badan Layanan Umum) sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.214/KMK.05/2009. Dengan memberikan layanan umum yang penuh demi kesehatan masyarakat dan baik maka RSUP H Adam Malik kembali terakreditasi untuk 16 pelayanan periode juli 2010 s/d Juli 2013 sesuai SK Kemenkes RI No. YM.01.10/III/3696/10 tanggal 20 Juli 2010.

Melalui Profil tahun 2011 ini dapat diketahui gambaran kinerja pelayanan yang telah dilaksanakan, sehingga dapat diketahui dengan lengkap bagaimana perkembangan kegiatan pelayanan selama kurun waktu tertentu baik pemanfaatan dan efisiensi sumberdaya yang ada, terutama mengenai perkembangan dan peningkatan mutu pelayanan yang dilaksanakan di masing-masing unit kerja/instalasi, dengan harapan Profil RSUP H. Adam Malik “ 2011 “ ini dapat dipakai untuk menentukan suatu kebijakan tertentu terutama kebijakan mengenai peningkatan mutu pelayanan dimasa yang akan datang.


(41)

Pada tahun 2011, RSUP. H. Adam Malik telah melaksanakan banyak kegiatan, walaupun belum sepenuhnya terlaksana sesuai harapan, adapun pelayanan yang dilaksanakan di Instalasi Rawat Jalan : Poliklinik Penyakit Dalam, Bedah, Kesehatan Anak, Obstetri & Ginekologi, Bedah Syaraf, Saraf, Jiwa, THT, Mata, Kulit Kelamin, Gigi & mulut, Kardiologi, Bedah Orthopedi, Paru-paru, Breast klinik, Cath Lab, Radio terapi, Hemodialisa, Pusyansus dan Kecantikan, dari kegiatan– kegiatan yang telah dilaksanakan tahun 2011 dari 245.987 pengunjung maka pencapaian kinerjanya yang tertinggi adalah Poliklinik Penyakit Dalam sebanyak 36.869 pengunjung (14,99%) dengan rata-rata pengunjung 124 orang per hari, disusul Rumatan Metadone 36.300 pengunjung ( 14,76%) dengan rata-rata pengunjung 122 orang per hari, Bedah 23.851 pengunjung (9,70%) dengan rata-rata pengunjung 80 orang per hari, Rehabilitasi Medik 20.648 pengunjung (8,32%) dengan rata-rata pengunjung 69 orang per hari, Kardiologi 19.312 pengunjung (7,85%) dengan rata-rata pengunjung 65 orang per hari dan seterusnya. Demikian juga dengan Instalasi Gawat Darurat dimana dari jumlah pengunjung sebanyak 25.639 pengunjung yang terbanyak juga penyakit dalam 9.767 pengunjung (38,09%), sedangkan Instalasi Bedah Pusat dari 4.259 tindakan dalam pelayanan operasi yang paling tinggi tindakannya adalah Bedah Urologi sebanyak 943 tindakan (22,14%) dan Bedah Syaraf 601 tindakan (14,11%).

Instalasi Radiologi dari 59.891 pemeriksaan, ternyata pemeriksaan Kecil memiliki peringkat tertinggi sebanyak 42.694 (71,28%), Intalasi Diagnosa Terpadu (IDT) dari 8.705 pemeriksaan maka pemeriksaan dengan teknologi


(42)

sedang memiliki peringkat tertinggi sebanyak 4.480(51,46%) dan Intalasi Patologi Klinik dari 765.782 pemeriksaan tahun 2011 ternyata pemeriksaan Sedang sebanyak 443.150(57,87%), sedangkan di Instalasi Patologi Anatomi dari 8.245 pemeriksaan ternyata pemeriksaan dengan teknologi canggih sebanyak 3.836(46,53%).

Adapun Indikator keberhasilan dari pelayanan RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 dapat dilihat dari indikator rawat inap dari nilai BOR (Bed Occupancy Rate) 73,4 % dengan 717 TT, gambaran ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya Pemakaian Tempat Tidur sudah masuk ke kategori Ideal, sedangkan Rata-rata lama dirawat seorang pasien (ALOS) yaitu 5 hari juga masuk kategori ideal, Frekuensi Pemakaian Tempat Tidur (BTO) tahun 2011 juga ideal dengan rara-rata satu tahun tercapai 57 kali, dan Rata-rata hari dimana tempat tidur ditempati dari telah diisi kesaat berisi berikutnya (TOI) 2 hari termasuk juga

kategori ideal, sedangkan Nilai NDR 17,7 ‰ nilai ini sudah memenuhi nilai

standar yang dapat ditolerir yaitu 25 ‰ sedangkan nilai GDR 69,1‰ masih cukup

tinggi seyogyanya tidak lebih dari 45 ‰ penderita keluar. Keadaan ini belum

memenuhi harapan kita sehingga mutu pelayanan diRSUP. H. Adam Malik harus terus ditingkatkan.

Tujuan Profil RSUP H. Adam Malik tahun 2011 ini untuk diketahuinya peningkatan, pengembangan dan mantapnya pemanfaatan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang telah dilaksanakan sehingga mampu memberikan data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan, serta berguna untuk proses pengambilan keputusan di berbagai tingkat administrasi, terutama sebagai evaluasi atas


(43)

mutu pelayanan yang diberikan oleh RSUP H. Adam Malik ,sehingga dapat dipakai untuk menentukan suatu kebijakan tertentu terutama kebijakan mengenai peningkatan mutu pelayanan di masa yang akan datang.

B. Fungsi dan Tugas Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan 1. VISI DAN MISI

Visi RSUP H Adam Malik Medan adalah “ Menjadi Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan Pendidikan dan Penelitian yang Mandiri dan Unggul di Sumatera tahun 2015 ”.

Visi tersebut diwujudkan melalui Misi RSUP H Adam Malik Medan yaitu :

1. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan yang Paripurna , Bermutu dan Terjangkau.

2. Melaksanakan Pendidikan, Pelatihan serta Penelitian Kesehatan yang Profesional.

3. Melaksanakan Kegiatan Pelayanan dengan Prinsip Efektif, Efisien, Akuntabel dan Mandiri.

2. MOTTO

Mengutamakan Keselamatan Pasien dengan Pelayanan PATEN :

P --- ELAYANAN CEPAT

A --- KURAT


(44)

E --- FISIEN

N --- YAMAN

3. KEDUDUKAN

1. RSUP H. Adam Malik Medan adalah unit Pelaksana Teknis dilingkungan Kementerian Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

2. RSUP H Adam Malik Medan dipimpin oleh seorang Kepala yang disebut Direktur Utama.

4. TUGAS POKOK

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 244/MENKES/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan mempunyai tugas menyelenggarakan Upaya Penyembuhan dan Pemulihan secara Paripurna, Pendidikan dan Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan secara Serasi, Terpadu dan Berkesinambungan dengan Upaya Peningkatan Kesehatan lainnya serta Melaksanakan Upaya Rujukan.

5. FUNGSI

Dalam melaksanakan tugas Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan menyelenggarakan fungsi :


(45)

2. Pelayanan dan Asuhan Keperawatan; 3. Penunjang Medis dan Non Medis; 4. Pengelolaan Sumber Daya Manusia;

5. Pendidikan dan Penelitian secara terpadu dalam bidang profesi Kedokteran dan pendidikan kedokteran berkelanjutan;

6. Pendidikan dan Pelatihan di bidang Kesehatan Lainnya; 7. Penelitian dan Pengembangan;

8. Pelayanan Rujukan;

9. Administrasi Umum dan Keuangan;

C. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan STRUKTUR ORGANISASI

Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 244/MENKES/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008 sebagai berikut :

Susunan organisasi RSUP H. Adam Malik Medan terdiri dari :

1. Direktorat Medik dan Keperawatan;

2. Direktorat Sumber Daya manusia dan Pendidikan; 3. Direktorat Keuangan;

4. Direktorat Umum dan Operasional; 5. Unit – unit Non Struktural.


(46)

Setiap Direktorat dipimpin oleh seorang Direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama dengan membawahi ;

1.DIREKTORATMEDIKDANKEPERAWATANTERDIRIDARI:

a. Bidang Pelayanan Medik;

1) Seksi Pelayanan Medik Rawat Jalan; 2) Seksi Pelayanan Medik Rawat Inap; 3) Seksi Pelayanan Medik Rawat Khusus.

b. Bidang Pelayanan Keperawatan;

1) Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan; 2) Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap; 3) Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Khusus

c.Bidang Pelayanan Penunjang;

1) Seksi Pelayanan Penunjang Medik; 2) Seksi Pelayanan Penunjang Non Medik ,

d. Kelompok Jabatan Fungsional.

e. Instalasi terdiri dari: 1) Instalasi Rawat Jalan

2) Instalasi Rawat Gawat Darurat 3) Instalasi Rawat Inap Terpadu A 4) Instalasi Rawat Inap Terpadu B 5) Instalasi Perawatan Intensif (IPI)


(47)

6) Instalasi Kardiovaskuler 7) Instalasi Bedah Pusat 8) Instalasi Hemodialisis 9) Instalasi Patologi Klinik 10) Instalasi Patologi Anatomi 11) Instalasi Mikrobiologi Klinik 12) Instalasi Radiologi Diagnostik

a. Unit Radio Terapi b. Unit Kedokteran Nuklir

13) Instalasi Diagnostik Terpadu 14) Instalasi Rehabilitasi Medik

2. DIREKTORAT SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENDIDIKAN

TERDIRIDARI:

a. Bagian Sumber Daya Manusia;

1). Sub bagian Administrasi Kepegawaian;

2). Sub bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia. b. Bagian Pendidikan dan Penelitian;

1). Sub bagian Pendidikan dan Penelitian Tenaga Medis;

2). Sub bagian Pendidikan dan Penelitian Tenaga Keperawatan dan Non Medis


(48)

d. Instalasi terdiri dari ;

1). Instalasi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit 2). Instalasi Pendidikan dan Pelatihan

3). Instalasi Penelitian dan Pengembangan

3. DIREKTORATKEUANGANTERDIRIDARI: a. Bagian Program dan Anggaran;

1). Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran. 2). Subbagian Evaluasi Program dan Anggaran. b. Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana;

1). Subbagian Perbendaharaan; 2). Subbagian Mobilisasi Dana. c. Bagian Akuntansi dan Verifikasi;

1). Subbagian Akuntansi; 2). Subbagian Verifikasi. d. Kelompok Jabatan Fungsional. e. Instalasi terdiri dari;

1). Instalasi Verifikasi Asuransi Kesehatan

4. DIREKTORATUMUMDANOPERASIONALTERDIRIDARI:

a. Bagian Data dan Informasi


(49)

2) Subbagian Pengolahan Data dan Pelaporan.

b. Bagian Hukum,Organisasi dan Hubungan Masyarakat;

1) Subbagian Hukum dan Organisasi;

2) Subbagian Hubungan Masyarakat.

c. Bagian Umum;

1) Subbagian Tata Usaha;

2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan

d. Kelompok Jabatan Fungsional ;

e. Instalasi terdiri dari;

1)Instalasi Farmasi

2)Instalasi Gizi

3)Instalasi Rekam Medik

4)Instalasi Laundry

5)Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)

6)Instalasi Sterilisasi Pusat

7)Instalasi Kesehatan Lingkungan

8)Instalasi Bank Darah

9)Instalasi Gas Medik

10) Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

11) Instalasi Kedokteran Forensik dan Pemulasaran Jenazah


(50)

5. KOMITEMEDIK:

Komite medik mempunyai otoritas tertinggi di dalam pengorganisasian Staf Medis Fungsional (SMF) dalam melaksanakan Pengawasan dan REVIEW terhadap Pelayanan Pasien, Mutu Pelayanan Medis, Rekomendasi Penetapan Staf Medis, Audit Medis dan Pengawasan Etika dan Disiplin Profesi medis dan juga merupakan wadah non struktural kelompok Profesi medis yang keanggotaannya terdiri dari ketua-ketua Staf Medis Fungsional atau yang mewakili SMF secara tetap, dan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

Bagan Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 244/MENKES/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008 dapat dilihat pada tabel 1.1


(51)

Tabel 1.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 244/Menkes/PER/III/2008

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR MEDIK DAN KEPERAWATAN

DIREKTUR SDM & PENDIDIKAN

DIREKTUR KEUANGAN DIREKTUR UMUM DAN OPERASIONAL BIDANG PELAYANAN MEDIK BIDANG PELAYANAN KEPERAWATAN BIDANG PELAYANAN PENUNJANG BAGIAN S D M

BAGIAN PENDIDIKAN & PENELITIAN BAGIAN PROGRAM DAN ANGGARAN BAGIAN PERBENDAHARAAN & MOBILISASI DANA

BAGIAN AKUTANSI DAN VERIFIKASI

BAGIAN DATA & INFORMASI SEKSI PELAYANAN MEDIK RAWAT JALAN SEKSI PELAYANAN MEDIK RAWAT INAP SEKSI PELAYANAN MEDIK RAWAT KHUSUS SEKSI PELAYANAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN SEKSI PELAYANAN KEPERAWATAN RAWAT INAP SEKSI PELAYANAN KEPERAWATAN RAWAT KHUSUS SEKSI PELAYANAN PENUNJANG MEDIK SEKSI PELAYANAN PENUNJANG NON MEDIK SUB BAGIAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN PENGEMBANGAN SDM SUB BAGIAN PENDIDIKAN DAN

PENELITIAN

SUB BAGIAN PENDIDIKAN DAN

PENELITIAN TENAGA KEPERAWATAN DAN NON MEDIK SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM DAN

ANGGARAN SUB BAGIAN EVALUASI PROGRAM DAN ANGGARAN SUB BAGIAN PERBENDAHARAAN SUB BAGIAN MOBILISASI DANA BAGIAN HUKUM, ORGANISASI DAN HUMAS SUB BAGIAN AKUTANSI SUB BAGIAN VERIFIKASI

BAGIAN UMUM

SUB BAGIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SUB BAGIAN PENGOLAHAN DATA DAN PELAPORAN SUB BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI SUB BAGIAN HUBUNGAN MASYARAKAT SUB BAGIAN TATA USAHA SUB BAGIAN R T DAN PERLENGKAPAN DEWAN PENGAWAS S.P.I KOMITE MEDIK KOMITE ETIK & HUKUM STAF MEDIK FUNGSIONAL Ka.Instalasi Rawat Jalan Ka.Instalasi Bedah Pusat Ka.Instalasi Mikrobiologi Ka.Instalasi Gawat Darurat Ka.Instalasi Haemodialisa Ka.Instalasi Radiologi Ka.Instalasi Rawat Inap Terpadu A Ka.Instalasi Anasthesi & Reanimasi Ka.Instalasi Diagnostik Terpadu Ka.Instalasi Rawat Inap Terpadu B Ka.Instalasi Patologi Klinik Ka.Instalasi Rehabilitasi Medik Ka.Instalasi Kardiovasc uler Ka.Instalasi Patologi Anatomi Ka.Instalasi PKMRS Ka.Instalasi Pendidikan & Pelatihan Ka.Instalasi Penelitian & Pengembangan Ka.Instalasi Administrasi Pasien Ka.Instalasi Verifikasi Asuransi Kesehatan Ka.Instalasi Farmasi Ka.Instalasi Gizi Ka.Instalasi Rekam Medis Ka.Instalasi Sterilisasi Pusat Ka.Instalasi Gas Medik Ka.Instalasi Laundry Ka.Instalasi Kesehatan Lingkungan Ka.Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit Ka.Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Ka.Instalasi Bank Darah Ka.Instalasi Kedokteran Forensik & Pemulasaran Jenazah

Sumber Data : bagian SDM RSUP H Adam Malik

Dari tabel 1.1 tersebut bahwa Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam malik Medan, Direktur Utama membawahi Direktur-direktur yaitu :


(52)

Direktur Medik dan Keperawatan, Direktur SDM & Pendidikan, Direktur Keuangan, dan Direktur Umum dan Operasional. Disetiap Direktur tersebut memiliki tanggung jawab masing-masing dan membawahi beberapa bagian seperti yang tertera di dalam tabel 1.1 diatas sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 244/MENKES/PER/III/2008.

Sumber daya manusia yang ada dilingkungan RSUP H.Adam Malik pada tahun 2011 sebanyak 1.849 Orang terdiri dari tenaga PNS 1.499 orang (81,07%) dan Tenaga Honorer 350 Orang (18,93%).

Tenaga PNS :

1) Tenaga Medis 198 orang (10,70%) terdiri dari Laki-laki 104 (5,62%) dan Perempuan 94 (5,08%);

2) Tenaga Keperawatan 667 Orang (36,07%) Laki-laki 71 (3,83%) dan Perempuan 596 (32,23%);

3) Non Keperawatan 341 orang (18,44%) Laki-laki 80 (4,32%) dan Perempuan 261 (14,11%);

4) Non Medis 293 orang (15,84%) Laki-laki 141 (,62%) dan Perempuan 152 (8,22%).

Tenaga Non PNS :

1) Tenaga Medis 1 orang (0,05%) Perempuan 1 (0,05%);

2) Tenaga Keperawatan 86 Orang (4,65%) Laki-laki 8 (0,43%) dan Perempuan 22 (1,18%);


(53)

3) Non Keperawatan 31 orang (1,67%) Laki-laki 9 (0,48%) dan Perempuan 22 (1,18%);

4) Non Medis 232 orang (12,54%) Laki-laki 124 (6,70%) dan Perempuan 108 (5,84%).

D. Wilayah Tugas Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan RSUP H. Adam Malik merupakan pusat rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera Bagian Utara dan Bagian Tengah yang meliputi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Riau, dan Propinsi Sumatera Barat.

Rekapitulasi Pasien Masuk diperinci berdasarkan Provinsi.

Tabel 1.2 Rekapitulasi Pasien Rawat Jalan, Rawat Inap dan IGD RSUP H.Adam Malik diperinci berdasarkan Provinsi Tahun 2011


(54)

Sumber Data : bagian SDM RSUP H Adam Malik

Analisa :

Berdasarkan grafik 3.20.12. diketahui bahwa Statistik Registrasi Masuk Pengunjung Rawat Jalan ke RSUP H. Adam Malik Tahun 2011 sebanyak 170.025 pengunjung ternyata dari Provinsi NAD sebanyak 11.084 (6.52%), Sumatera Utara 158.168 (93.3%), Riau 534 (0.31%), Jambi 38 (0.02%), Bengkulu 41 (0.2%), Kepulauan Riau 74 (0.24%) dan Sumatera Barat 86 (0.05%).

Jumlah Pasien Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Tahun 2011 sebanyak 25.487 pasien dari Provinsi NAD sebanyak 2.784 (10.92%), Sumatera Utara 22.509 (88.32%), Riau 98 (0.38%), Jambi 12 (0.05%), Bengkulu 12 (0.05%, Kepulauan Riau 25 (0.10%) dan Sumatera Barat 47 pasien (0.18%).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) pengunjung RSUP H. Adam Malik Tahun 2011 sebanyak 25.724 dari NAD 2.358 (9.17%), Sumatera Utara 23.144 (89.97), Riau 96 (0.37%), Jambi 9 (0.03%), Bengkulu 12 (0.04%), Kepulauan Riau 17 (0.06%) dan Sumatera Barat 87 (0.33%)

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 Provinsi NAD Provinsi Sum. Utara Provinsi Riau Provinsi Jambi Provinsi Bengkul u Provinsi Kepri Provinsi Sumbar

IGD 2358 23144 96 9 12 17 87

Rawat Inap 2784 22509 98 12 12 25 47


(55)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebagaimana telah diamanatkan di dalam Propernas tentang Aparatur Negara bahwa, dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan system karir berdasarkan prestasi kerja denga perinsip memberikan penghargaan dan saksi, maka aparatus negara hendaknya dapat bersikap disiplin dalam mewujudkan pemeritahan yang bersih dan berwibawa.

Kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka pendayagunaan aparatur negara terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan profesional dan kesejahteraan aparat sangat diperhatikan dalam menunjang pelaksanaan tugas.

Undang-Undang pokok kepegawaiam yaitu Undang-Undang No.8 Tahun 1974 telah di rubah melalui UU No. 43 tahun 1999 tentang Pegawai Negri Sipil, adalah suatu landasan hukum untuk menjamin pegawai negri yang dapat dijadikan dasar untuk mengatur penyusunan aparatur negara yang baik dan benar. Penyusunan aparatur negara menuju kepada administrasi yang sempurna sangat bergantung kepada kualitas pegawai negri dan mutu kerapian oerganisasi aparatur itu sendiri.


(56)

Dapat diketahui bahwa kedudukan pegawai negri sipil adalah sangat penting dan menentukan. Berhasil tidaknya misi dari pemerintah tergantung dari aparatur negara karena pegawai negeri merupakan aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional.

Tujuan pembangunan nasional sebagaimana telah termaktub didalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 ialah melindungi segenap bangsa Imdonesia dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan pembangunan tersebut dapat di capai dengan melalui pembangunan nasional yang direncanakan dengan terarah dan realitas serta dilaksanakan secara bertahap, bersungguh-sungguh.

Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata dan berkesinambungan antara materil dan spirituil yang berdasarkan pada Pancasila di dalam wadah negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional terutama tergantung pada kesempurnaan pegawau negri. Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional tersebut di atas diperlukan adanya pegawai negri yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya


(57)

guna dan berhasil guna, berkualitas tinggi, mempunyai kesadaran tinggi akan tanggung jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat. Untuk mewujudkan pegawai negri sebagaimana tersebut diatas maka perlu adanya pembinaan dengan sebaik-baiknya atas dasar sistem karier dan system prestasi kerja.

Sister karier adalah suatu sistem kepegawaian dimana suatu pengangkatan pertama di dasarkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedangkan di dalam pengembangannya selanjutnya yang dapat menjadi pertimbangan adalah masa kerja, kesetiaan, pengabdian serta syarat-syarat objektif lainnya.

Adapun sistem prestasi kerja adalah sistem kepagawaian, dimana pengangkatan seseorang untuk menduduki suatu jabatan atau untuk kenaikan pangkat di dasarkan atas kecakapan dan prestasi kerja yang dicapai oleh pegawai. Kecakapan tersebut harus dibuktikan dengan lulus dalam ujian dinas dan prestasidi buktikan secara nyata dan sistem prestasi ini tidak memberikan penghargaan terhadap masa kerja.

Pegawai negri bukan saja unsur Aparat Negara tetapi juga merupakan Abdi negara dan Abdi masyarakat yaitu selalu hidup di tengah masyarakat dan bekerja untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu dalam pelaksanaan pembinaan pegawai negri bukan saja di lihat dan diperlakukan sebagai aparatur negara, tetapi juga di lihat dan di perlakukan sebagai warga negara. Hal ini mengandung pengertian, bahwa dalam melaksanakan pembinaan hendaknya sejauh mungkin di usahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dan


(58)

kepentingan pegawai negri sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan antara kepentingan dinas dan kepentingan pegwai negri sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang harus diutamakan.

Pengertian negara yang bersih, kuat dan berwibawa yaitu aparatur yang seluruh tindakannya dapat di pertanggung jawabkan, baik di lihat dari segi moral dan nilai-nilai luhur bangsa maupun dari segi peraturan perundang-undangan serta tidak mengutamakan orientasi kekuasaan yang ada dalam dirinya untuk melayani kepentingan umum dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional.

Pada kenyataannya, berdasarkan pada observasi mengenai pembangunan menunjukan bahwa hambatan pelaksanaan pembangunan terkadang justru muncul dari kalangan Aparatur Negara sendiri.

Dalam praktek, pegawai negri Indonesia pada umumnya masih banyak kekurangan yaitu kurang mematuhi peraturan kedisiplinan pegawai, sehingga dapat menghambat kelancaran pemerintahan dan pembangunan nasional, antara lain adalah masih adanya jiwa kepegawaian dengan berfikir mengikuti kebiasaan bagian, bukan terletak pada kesatuan yang harmonis melainkan kesatuan pada bagian-bagian tersendiri, mempunyai bentuk dan corak yang berada serta kurang menghargai ketepatan waktu.

Jiwa kepegawaian yang mempunyai sifat seperti tersebut diatas akan berakibat negatif terhadap prestasi kerja pegawai negri yang bersangkutan karena


(59)

tidak adanya pengembangan pola pikir kerja sama dan pemakaian kelengkapan peralatan dalam mendukung kelancaran tugas.

Berdasarkan pada hal tersebut, Pegawai Negri Indonesia dipandang masih banyak kekurangan yaitu kurang adanya menghargai waktu, mengefisiensikan tenaga dan kedisiplinan kerja.

Kaitannya dengan pembinaan pegawai sebagaimana telah di tegaskan didalam Garis Garis Besar Haluan Negara 1998 didalam bab VI mengenai Pembangunan Lima Tahun KeTujuh terutama dalam bidang aparatur negara yaitu pada angka (9) huruf c, di sebutkan antara lain pembangunan aparatur pemerintahan diarahkan pada peningkatan kualitas, efisien, dan efektif dalam seluruh jajaran administrasi pemerintahan.

Sedangkan pembinaan Pegawai Negri Sipil diatur dalam pasal 12 ayat (2) UU No. 43 tahun 1999 sebagai berikut :1

“Agar Pegawai Negri Sipil dapat melaksanakan tudasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu diatur pembinaan Pegawai Negri Sipil secara menyeluruh yaitu suatu pengaturan pembinaan yang berlaku baik Pegawai Negri Sipil pusat maupun Pegawai Negri Sipil yang ada ditingkat daerah. Dengan demkian peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi pegawai Negri yang ada di tingkat daerah, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang. Selain dari pada itu perlu dilaksanakan usaha penertiban dan pembinaan Aparatu Negara yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, kepegawaian maupun sarana dan fasilitas kerja, sehingga keseluruhan Aparatus Negara baik ditingkatkan pusat maupun di tingkat daerah benar benar merupakan Aparatur yang ampuh, berwibawa, kuat,


(60)

berdayaguna, penuh kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila dan Undang-Undang 1945, Negara dan Pemer1intah”

Terkait dengan pembinaan Pegawai Negri Sipil sebagaimana telah

diamanatkan dalam Undang-undang No 43 Tahun 1999 tersebut, maka slah satu faktor yang dipandang sangat penting dan prinsipil dalam mewujudkan Aparatur Negara yang bersih dan berwibawa adalah masalah kedisiplinan para pegawai Negri Sipil dalam melaksanakan tugas pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.

Dalam meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negri Sipil tersebut, sebenarnya pemerintah telah memberikan suatu kebijakan dengan di keluarkannya Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1999 yaitu tentang Disiplin Pegawai Negri Sipil.

Pegawai Negri Sipil sebagai Aparat pemerintah dan abdi masyarakat di harapkan selalu siap sedia menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawab dengan baik, akan tetapi sering terjadi di dalam suatu instansi pemerintah pegawainya melakukan pelanggaran disiplin seperti datang terlambat, pulang sebelum waktunya, bekerja sambil ngobrol dan penyimpangan-penyimpangan lainnya yang menimbulkan kurang efektifnya pegawai yang bersangkutan.

1

Pasal 12 ayat (2) UU No. 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Poko-pokok Kepegawaian.


(61)

Dengan adanya pelanggaran disiplin sebagaimana tersebut diatas, yang kesemuanya menunjukan adanya pelanggaran terhadap disiplin kerja pegawai yang menimbulkan suatu pertanyaan yaitu apakah pelanggaran pelanggaran tersebut sudah sedemikian membudaya sehingga sulit untuk di adakan pembinaan atau pnertiban sebagaimana telah diatur dalam UU No.43 tahun 1999.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah pelaksanaan Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 dan kaitannya dengan pelaksanaan sanksi disiplin Pegawai Negri Sipil di lingkungan RSUP Haji Adam Malik Medan

2. Bagaimanakah hambatan-hambatan yang ada dalam melaksanakan sanksi pelanggaran disiplin pegawai negri sipil di lingkungan RSUP Haji Adam Malik Medan

3. Bagaimanakah usaha-usaha dalam mengatasi hambatan yang ada dalam melaksanakan sanksi pelanggaran disiplin pegawai negri sipil di lingkungan RSUP Haji Adam Malik Medan

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang dapat dijadikan tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 dan kaitannya dengan pelaksanaan sanksi disiplin di RSUP Haji Adam Malik Medan


(62)

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ada dalam melaksanakan sanksi disiplin pegawai negri sipil di lingkungan RSUP Haji Adam Malik Medan. 3. Untuk mengetahui usaha-usaha dalam mengatasi hambatan yang ada dalam

pelaksanaan sanksi disiplin pegawai negri sipil di lingkungan RSUP Haji Adam Malik Medan.

Manfaat penulisan yang diharapkan diperoleh dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

Dalam penelitian ini di harapkan agar hasil penelitian nantinya dapat memberikan ataupun menambah pengetahuan terutama dalam hukum Administrasi Negara mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan UU No 43 Tahun 1999.

b. Secara Praktis

Bagi Pegawai Negri Sipil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan atau menambah pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan sanksi disiplin Pegawai Negri Sipil sebagaimana diatur dalam UU No 43 Tahun 1999.

D. Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi berjudul “Pelaksanaan sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negri Sipil Berdasarkan Undang-undang No 43 Tahun 1999 (studi pada RSUP Haji


(63)

Adam Malik Medan)” terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 11 January 2013 menyatakan bahwa “Pelaksanaan sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negri Sipil Berdasarkan Undang-undang No 43 Tahun 1999 (studi pada RSUP Haji Adam Malik Medan)” yang diangkat menjadi judul skripsi ini adalah merupakan karya ilmiah yang belum pernah diangkat menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Sekalipun ada, hal itu adalah diluar sepengetahuan dan tentu saja substansinya berbeda dengan substansi dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran Penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Menurut J.H.A. Logemanm bahwa Pegawai Negri Sipil (PNS) Adalah tiap pejabat yang mempunyai hubungan dinas publik (open bare dienst betrokking) dalam negara. Mengenai hubungan dinas publik ini terjadi jika seseorang


(64)

mengikat dirinya untuk tunduk pada pemerintah dan pemerintah untuk melakukan suatu atau beberapa macam jabatan tertentu dengan mendapatkan pengahargaan berupa gaji dan beberapa keuntungan lain.2

Menurut undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok Kepegawaian Pasal 1 ayat (1) menyatakan :

1. Pegawai Negri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan

diserahi tugas negara lainnya, dan digaji didasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan dan memberhentikan pegawai negri sipil berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang karena jabatan atau tugasnya berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan.

4. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi negara sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang.


(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN SANKSI PELANGGARAN DISIPLIN PEGAWAI NEGRI SIPIL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 43 TAHUN 1999 (Studi

Pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan) Raymond Nata Sitepu

Suria Ningsih Amsali Sembiring

Undang-undang pokok Kepegawaian yaitu Undang-undang No 8 tahun 1974 telah di rubah melalui undang-undang No 43 Tahun 1999 tentang Pegawai Negri Sipil, ada suatu landasan hukum untuk menjamin pegawai negri dan dapat di jadikan dasar untuk mengatur penyusunan aparatur negara yang baik dan benar. Penyusunan aparatur negara menuju kepada administrasi yang sempurna sangat bergantung kepada kualitas pegawai negri dan mutu kerapian organisasi aparatur itu sendiri.

Permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimanakah pelaksanaan peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1999 dan kaitannya dengan kedisiplinan Pegawai Negri Sipil di Lingkungan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, bagaimanakah hambatan-hambatan yang ada dalam melaksakan kedisiplinan pegawai negri sipil di lingkungan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, dan bagaimanakah usaha-usaha dalam mengatasi hambatan yang ada dalam melaksakan kedisiplinan pegawai negri sipil di lingkungan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan pendekatan normatif empiris, yakni dengan melakukan penelitian ke lapangan. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal

research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis

didalam buku (law as it is written in the book). Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini di dasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisi normatif-kualitatif.

Untuk meningkatkan pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negri Sipil di lingkungan RSUP Haji Adam Malik Medan telah dilakukan beberapa pendekatan antara lain: pembinaan pegawai pada segi operasional, pengawasan secara langsung maupun secara fungsional dan hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai.

* Mahasiswa Fakultas Hukum USU

** Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU/Ketua Departemen HAN *** Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Yesus Kristus, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmatNya yang memberikan kesempatan untuk menjalani masa perkuliahan hingga tahapan penyelesaian skripsi seperti sekarang ini di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini diberikan judul “Pelaksanaan sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negri Sipil Berdasarkan Undang-undang No 43 Tahun 1999 (studi pada RSUP Haji Adam Malik Medan)” sebagai salah satu unsur penting dalam pemenuhan nilai-nilai tugas dalam mencapai gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih atas jasa-jasa dari nama-nama yang disebut dibawah ini. Beliau-beliau tersebut merupakan panutan dan juga motivator penulis dari awal masa perkuliahan hingga sekarang. Penulis menghanturkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak M. Husni, S.H, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(3)

5. Kedua Orang Tua yang sangat penulis cintai dan hormati, Ir Trahman Sitepu, M.T, dan Bima Sari Perangin-angin, S.Kep, Ners, serta adinda tercinta Ananta Daniel Sitepu dan Aprillisa Agita Sitepu.

6. Ibu Suria Ningsih, SH. M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran menghadapi penulis juga menuntun penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Amsali Sembiring, SH.,M.Hum. sebagai pembimbing II yang turut memberikan petujnjuk serta bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua Bapak dan Ibu Dosen, selaku staf pengajar dan seluruh administrasi Fakultas Hukum, Program Ilmu Hukum dan Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara Medan.

9. Sahabat penulis, yakni , Sepstian Tarigan, Juna Karo-Karo, Flaming Siahaan, Marhara Tambunan, Hendro Chandra, Jose Simeon Sinulingga, Paulus Herdianto Manurung yang telah memberikan doa dan semangat kepada Penulis sehingga penulisan skripsi ini selesai.

10. Semua teman-teman stambuk 2008, Wanseptember, Robles, Brury Prisma, Imanuel Hokop, Andy Prima, Hot Doyo, dan lain-lain.

11. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan


(4)

segala kritikan dan saran yang bersifat membangun, agar bisa lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.

Medan, Juli 2013 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

F. Metode Penelitian ... 13

G. Sistimatika Penulisan ... 17

BABII TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 19

B. Fungsi dan Tugas Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 23

C. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 25

D. Wilayah Tugas Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan...33


(6)

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG UNDANG-UNDANG NO 43 TAHUN 1999

A. Latar Belakang Keluarnya Undang-undang No 43 tahun 1999 .... 35 B. Pengertian tentang disiplin Pegawai Negri Sipil menurut

Undang-undang No 43 tahun 1999 ... 37 C. Pengertian sanksi Menurut Undang-undang No 43 tahun 1999 .... 45

BAB IV PELAKSANAAN SANKSI PELANGGARAN DISIPLIN

PEGAWAI NEGRI SIPIL BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NO 43 TAHUN 1999 (Studi Pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan)

A. Wewenang Pimpinan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dalam pelaksanaan Disiplin Pegawai Negri Sipil ... 54 B. Pelaksanaan sanksi disiplin pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 58 C. Hambatan-hambatan dalam penetapan sanksi disiplin terhadap Pegawai Negeri Sipil di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 66 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA