2.5. Parameter Kimia 2.5.1. Salinitas
Salinitas merupakan total konsentrasi dari seluruh ion terlarut dalam air. Salitinas dinyatakan dalam satuan per mil ‰ maupun PSU Practical Salinity
Unit. Nilai salinitas perairan laut berkisar antara 30- 40 ‰ Effendi 2003.
Salinitas mempunyai peran penting dalam distribusi organisme dan berperan penting dalam lingkungan laut Nybakken 1988. Pada perairan yang dalam,
salinitas akan bernilai homogen Kropp 2004.
2.5.2. Oksigen terlarut Dissolve Oxygen
Oksigen terlarut Dissolve oxygen adalah konsentrasi oksigen yang terlarut dalam air. Keberadaan oksigen di perairan sangat esensial bagi ikan dan
organisme akuatik lainnya untuk pernafasan dan metabolisme APHA 1995. Kandungan oksigen terlarut sangat penting bagi makrozoobenthos, terutama
dalam proses respirasi dan dekomposisi bahan organik Odum 1971. Kelarutan oksigen berkurang seiring dengan peningkatan suhu dan salinitas Nybakken
1988. Kandungan oksigen terlarut pada laut dalam dapat mencapai nilai di bawah
3 mgL. Kandungan oksigen tersebut dapat bertambah saat arus laut dalam dari kutub utara membawa air yang memiliki kandungan oksigen Kropp 2004.
2.5.3. Kebutuhan oksigen biologis
Kebutuhan oksigen biologis Biological Oxygen DemandBOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses
dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi bahan organik di perairan tidak terjadi secara sekaligus, tapi tergantung pada bahan organik yang akan diuraikan
APHA 1995.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dibagi dalam dua tahap, yaitu pengambilan contoh dan analisis contoh. Pengambilan contoh dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di perairan
Selat Bali, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali. Pengambilan contoh penelitian dilakukan sebanyak satu kali, pada 10 stasiun di Bagian Selatan Selat
Bali. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive dengan membagi tempat penelitian menjadi tiga, yaitu perairan dekat Pulau Jawa Grup 1 dengan 5 stasiun
Stasiun 1, 2, 3, 4, dan 5, perairan tengah laut Grup 2 dengan 3 stasiun Stasiun 6, 7, dan 8, dan perairan dekat Pulau Bali Grup 3 dengan 3 stasiun Stasiun 9
dan 10. Penentuan 10 stasiun tersebut didasarkan pada lokasi dan perbedaan kedalaman, diharapkan dengan perbedaan lokasi dan kedalaman stasiun-stasiun
tersebut akan memiliki karakteristik substrat yang berbeda. Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan Research Vessel Baruna Jaya VIII milik Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Analisis contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Mikro I dan Laboratorium
Fisika-Kimia Perairan, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah saringan dengan bukaan 1 mm
2
untuk menyaring makrozoobenthos, saringan dengan bukaan 0,1 mm
2
untuk menyaring meiobenthos, CTD Conductivity Temperature Depth yang memiliki
10 tabung yang digunakan untuk pengukuran pH, suhu, dan oksigen terlarut serta pengambilan contoh kualitas air, Box Core 50x60 cm
2
untuk pengambilan contoh makrozoobenthos, parallon
2,5” v=0,000259 m
3
untuk pengambilan contoh meiobenthos, gravity core untuk pengambilan contoh substrat serta buku
identifikasi untuk mengidentifikasi benthos. Bahan yang digunakan selama penelitian adalah formalin 10 untuk pengawetan benthos dan Rose Bengal untuk
pewarnaan benthos. Foto alat yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1.