Hubungan benthos dan karakteristik substrat dasar perairan

mengelompok sendiri baik dalam pengelompokan stasiun menurut kepadatan makrozoobenthos, meiobenthos, maupun karakteristik substrat. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa organisme benthos baik makrozoobenthos maupun meiobenthos yang dominan pada Stasiun 8 merupakan organisme yang lebih menyukai karakteristik substrat Stasiun 8 yang lebih didominasi lempung. Contoh lain terlihat pada Stasiun 1 dan 10 yang merupakan satu kelompok baik berdasarkan kepadatan makrozoobenthos maupun karakteristik subtrat. Hal tersebut mengindikasikan adanya organisme benthos yang lebih menyukai tipe substrat pada Stasiun 1 dan 10.

4.1.6. Hubungan benthos dan karakteristik substrat dasar perairan

Analisis komponen utama Principal Component AnalysisPCA digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik substrat dan benthos makrozoobenthos dan meiobenthos. Analisis komponen utama akan mereduksi banyaknya peubah yang digunakan dalam sejumlah data sehingga didapat suatu komponen utama yang menggambarkan keragaman total yang terkandung dalam sejumlah variabel. Dalam analisis ini benthos yang didapat dikelompokan berdasarkan kebiasaan makannya. Pengelompokan ini dilakukan melalui studi literatur dan dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Pengelompokan dilakukan karena diduga benthos akan mengelompok pada tipe substrat tertentu karena kebiasaan makannya. Gambar 12 menunjukan tipe-tipe kebiasaan makan pada benthos yang ditemukan pada seluruh stasiun yang diamati. Makrozoobenthos dari seluruh stasiun memiliki beberapa kebiasaan makan yang berbeda. Dari seluruh stasiun ditemukan 53 jenis makrozoobenthos deposit feeder, 28 jenis carnivore, 22 jenis omnivore, 20 jenis suspension feeder dan 3 jenis yang belum diketahui kebiasaan makannya. Seperti makrozoobenthos, meiobenthos yang ditemukan dari seluruh stasiun juga memiliki kebiasaan makan yang berbeda. Dari seluruh stasiun, ditemukan 18 jenis yang bersifat deposit feeder, 14 jenis yang bersifat carnivore, 12 jenis omnivore, dan 6 jenis yang belum diketahui kebiasaan makannya. Gambar 12. Kebiasaan makan benthos pada seluruh stasiun Variabel yang digunakan untuk Analisis Komponen Utama makrozoobenthos adalah kepadatan dari setiap kebiasaan makan makrozoobenthos, persentase kerikil, persentase pasir, persentase lempung, persentase debu, dan median diameter substrat. Sedangkan untuk Analisis Komponen Utama meiobenthos variabel yang digunakan adalah kepadatan dari setiap kebiasaan makan meiobenthos, persentase kerikil, persentase pasir, persentase lempung, persentase debu, dan median diameter substrat. Hasil Analisis Komponen Utama dapat dilihat pada Lampiran 9. Gambar 13 menunjukan hubungan benthos makrozoobenthos dan meiobenthos dengan karakteristik substrat dasar perairan. Semakin sempit sudut yang dibentuk antar dua variabel maka kedua variabel tersebut berkorelasi positif yang kuat, sebaliknya jika posisi kedua variabel berlawanan satu sama lain, makan kedua variabel tersebut berkorelasi negatif yang kuat. Berdasarkan Gambar 13 tampak bahwa hasil analisis komponen utama Principal Component Analysis makrozoobenthos menunjukan komponen utama pertama memiliki nilai eigenvalue sebesar 5,47 dan memberikan kontribusi sebesar 54,7. Komponen utama kedua memiliki nilai eigenvalue sebesar 2,43 dan memberikan kontribusi sebesar 24,3. Kedua komponen utama dapat menjelaskan sebesar 79,1 dari variasi data yang ada. Kepadatan makrozoobenthos yang bersifat deposit feeder memiliki korelasi positif yang kuat Carnivore; 14 Deposit feeder; 18 Omnivore; 12 Unknown; 6 Carnivore; 28 Deposit feeder; 53 Omnivore; 22 Suspension Feeder; 20 Unknown; 3 MAKROZOOBENTHOS MEIOBENTHOS dengan persentase lempung dan liat. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin besar komposisi lempung dan liat dalam substrat maka makrozoobenthos yang bersifat deposit feeder akan semakin banyak. Hal ini menunjukan makrozoobenthos yang bersifat deposit feeder akan ditemukan lebih banyak pada substrat halus. Gambar 13. Hubungan benthos dengan karakteristik substrat atas=makrozoobenthos, bawah=meiobenthos Makrozoobenthos yang bersifat suspension feeder, omnivore, dan carnivore memiliki korelasi positif yang kuat dengan persentase kerikil dan pasir. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin banyak komposisi kerikil dan pasir dalam substrat maka makrozoobenthos yang bersifat suspension feeder, omnivore, dan carnivore akan semakin banyak. Makrozoobenthos suspension feeder, omnivore, dan carnivore akan lebih banyak ditemukan pada substrat kasar. Berdasarkan Gambar 13 hasil analisis komponen utama Principal Component Analysis untuk meiobenthos menunjukan komponen utama pertama memiliki nilai eigenvalue sebesar 6,68 dan memberikan kontribusi sebesar 83,6 sedangkan komponen utama kedua memiliki nilai eigenvalue sebesar 0,74 dan memberikan kontribusi sebesar 9,3 sehingga kedua komponen utama dapat menjelaskan data yang ada sebesar 92,9 dari data yang ada. Terlihat bahwa meiobenthos dari berbagai tipe kebiasaan makan memiliki korelasi positif yang kuat dengan persentase pasir dalam substrat. Hal tersebut menunjukan bahwa meiobenthos akan semakin banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi pasir lebih banyak. Tabel 6. menunjukan jenis-jenis makrozoobenthos yang dominan pada stasiun yang memiliki karakteristik substrat tertentu. Terlihat bahwa jenis-jenis makrozoobenthos deposit feeder lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi substrat lempung maupun liat. Sedangkan jenis-jenis makrozoobenthos suspension feeder, omnivora, dan carnivore lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi substrat kerikil maupun pasir lebih banyak. Walaupun begitu, terdapat pula makrozoobenthos deposit feeder yang ditemukan lebih banyak pada substrat yang berkomposisi kerikil maupun pasir lebih banyak dan makrozoobenthos suspension feeder, carnivore dan omnivore yang lebih banyak ditemukan substrat yang berkomposisi lempung maupun liat lebih banyak. Tabel 6. Jenis makrozoobenthos dominan sesuai dengan kebiasaan makan dan tipe substrat Tipe Substrat Kebiasaan makan Genus Kerikil Carnivore Amphicteis sp., Phylodoce sp., Aphrodita sp., Parahesione sp., Eunice sp. Polychaeta, Deposit feeder Heterotanais sp., Maera sp. Malacostraca; Pherusa sp., Myriochele sp. Polychaeta, Suspension feeder Paramoera sp., Ampelisca sp., Malacostraca; Luidia sp., Cucumaria sp., Thyone sp. Echinodermata, Omnivore Atylus sp., Munida sp., Rhithropanopeus sp., Pasiphaea sp. Malacostraca Pasir Omnivore Atylus sp., Dardanus sp., Malacostraca Suspension feeder Cucumaria sp. Holothuroidea, Ophiopholis sp., Ophiarachnella sp. Ophiuroidea, Paramoera sp. Malacostraca, Potamilla sp. Polychaeta Carnivore Glycera sp. Polychaeta Lempung Deposit feeder Cossura sp., Scoloplos sp. Polychaeta Liat Deposit feeder Pectinaria sp., Maldane sp., Aricidea sp., Paraonis sp. Polychaeta, Yoldia sp. Bivalvia, Phascolion sp. Sipunculidea Carnivore Onuphis sp. Polychaeta, Sagitta sp. Chaetognata, Prochaetoderma sp. Aplachopora Unknown Thalassolaimus sp. Adenophorea Tabel 7 menunjukan jenis-jenis meiobenthos yang dominan pada stasiun yang memiliki tipe substrat tertentu. Walaupun secara keseluruhan meiobenthos akan lebih banyak ditemukan lebih banyak pada substrat yang memiliki komposisi pasir lebih banyak, terdapat pula meiobenthos yang lebih dominan pada substrat yang memiliki komposisi lempung maupun liat lebih banyak. Tabel 7. Jenis meiobenthos dominan sesuai dengan kebiasaan makan dan tipe substrat Tipe Substrat Kebiasaan Makan Genus Pasir Carnivore Sigambra sp. Polychaeta, Encentrum sp., Brachionus sp., Eurotaria, Deposit feeder Capitellidae sp1, Nodellum sp. Polythalamea Lempung Unknown Cervinia sp., Harpacticus sp.,Oncaea sp. Maxillopoda, Echinoderes sp. Kynorhyncha Unknown Pselionema sp. Liat Deposit feeder Sarcomastigophora sp2, Sipuncula sp1 Sipunculidae, Philomedes sp., Cypridina sp. Ostracoda, Syllidae sp1, Cirratulidae sp1, Sabellidae sp1, Unknown Polychaeta sp1, Hubungan antara benthos dengan karakteristik substrat dasar perairan juga dapat terlihat pada Gambar 14. Gambar 14 menunjukan penyebaran makrozoobenthos maupun meiobenthos pada setiap stasiun. Berdasarkan Gambar 14 terlihat bahwa makroozoobenthos yang ditemukan pada setiap stasiun memiliki kebiasaan makan yang bervariasi. Komposisi benthos pada Grup 1 terlihat lebih bervariasi dibandingkan komposisi benthos pada Grup 2 dan 3. Hal ini disebabkan oleh karakteristik stasiun pada Grup 1 yang lebih bervariasi dibanding Grup 2 dan Grup 3. Pada gambar tersebut terlihat bahwa makrozoobenthos deposit feeder lebih banyak ditemukan pada stasiun yang memiliki komposisi substrat lempung maupun liat yang lebih banyak dibanding stasiun lainnya. Misalnya pada Stasiun 2 yang memiliki tipe substrat pasir sedang dan Stasiun 8 yang bertipe substrat dasar lempung. Sedangkan makroozoobenthos suspension feeder, carnivore maupun omnivore ditemukan lebih banyak pada stasiun yang memiliki komposisi substrat dasar kerikil maupun pasir yang lebih banyak dibanding stasiun lainnya. Misalnya pada Stasiun 3 dan 4 yang bertipe substrat dasar pasir kasar. Gambar 14. Penyebaran benthos pada seluruh stasiun atas=makrozoobenthos, bawah=meiobenthos Komposisi meiobenthos pada seluruh stasiun yang ditemukan tidak terlalu berbeda. Hal tersebut sesuai dengan hasil analisis komponen utama yang menunjukan bahwa hubungan meiobenthos dengan substrat lebih ditunjukan oleh jumlahnya yang akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi pasir lebih banyak. 4.2. Pembahasan Stasiun-stasiun penelitian dapat dikelompokan menjadi tiga grup, yaitu Grup 1 Stasiun 1, 2, 3, 4, dan 5, Grup 2 Stasiun 6, 7, dan 8 dan Grup 3 Stasiun 9 dan 10. Kepadatan dan jumlah jenis makrozoobenthos pada Grup 1 terlihat Legenda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 100 50,97 38,78 10,25 5,93 93,97 0,1 1,66 98,32 0,02 36,28 45,22 18,5 27,1 52,15 20,75 33,38 42,87 23,75 4,4 73,85 21,75 99,36 0,64 90 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 200 150 57 103 3 10 20 30 47 60 77 3 23 3 13 43 130 10 33 23 217 13 140 3 47 187 3 107 3 3 57 77 577 7 57 3 150 157 83 67 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 50,97 38,78 10,25 36,28 45,22 18,5 27,1 52,15 20,75 33,38 42,87 23,75 4,4 73,85 21,75 99,36 0,64 16744 7728 1288 0 2 5 6 7 8 9 2 3 6 7 8 9 236998 48945 18032 0 193205 39929 14168 5152 548702 72130 12880 2576 186765 43793 5152 3864 559006 131379 34777 14168 Pasir Sedang Kerikil Pasir Liat Lempung Suspension Feeder Omnivore Carnivore Deposit Feeder Unknown Batuan Pasir Sangat Halus Pasir Kasar Lempung lebih bervariasi dibanding Grup 2 maupun 3. Pada Grup 1 kondisi perairan maupun substrat dasarnya lebih bervariasi hal tersebut akan menyebabkan lebih bervariasi pula makrozoobenthos yang ditemukan pada Grup 1. Stasiun 1 memiliki kepadatan dan jumlah jenis makrozoobenthos yang tinggi, Stasiun 3 dan 5 sedang dan Stasiun 2 dan 4 rendah. Penyebaran makrozoobenthos berdasarkan kebiasaan makanannya pada Grup 1 juga menunjukan hasil yang lebih bervariasi dibanding grup lainnya. Stasiun-stasiun di Grup 1 memiliki komposisi kebiasaan makanan makrozoobenthos yang sangat berbeda satu sama lain. Hal yang berbeda terlihat pada stasiun-stasiun pada Grup 2, pada grup ini komposisi kebiasaan makanan makrozoobenthos secara umum cenderung sama yaitu makrozoobenthos deposit feeder ditemukan lebih dominan pada setiap stasiun. Hal yang serupa juga terlihat pada kepadatan dan jumlah jenis pada mieobenthos. Selama penelitian, makrozoobenthos ditemukan paling banyak pada Stasiun 9. Makrozoobenthos yang paling melimpah pada seluruh stasiun berasal dari filum Annelida kelas Polychaeta. Fauchald Jumars 1979 menyatakan bahwa Polychaeta merupakan salah satu hewan laut yang paling sering dan paling banyak ditemukan pada lingkungan dasar perairan. Kelas Polychaeta memiliki berbagai macam cara hidup tergantung tempat hidupnya masing-masing. Meiobenthos ditemukan paling melimpah pada Stasiun 9. Meiobenthos yang paling melimpah pada seluruh stasiun ditemukan berasal dari kelas Adenophorea Nematoda. Genus yang paling banyak ditemukan adalah Thalassolaimus sp. Giere 1993 menyatakan bahwa pada umumnya filum Nematoda merupakan meiobenthos yang mendominasi baik dari segi kepadatan maupun biomassa. Mereka memiliki struktur tubuh yang sangat sesuai untuk substrat lumpur maupun pasir. Lebih bervariasinya makrozoobenthos maupun meiobenthos pada Grup 1 juga didukung oleh lebih bervariasinya karakteristik fisika-kimia perairan dekat dasar maupun karakteristik substrat dasar pada Grup 1 yang disebabkan oleh perbedaan kontur kedalaman yang lebih bervariasi dibanding pada Grup 2 dan 3 yang memiliki kedalaman lebih homogen. Suhu pada perairan dekat dasar berkisar antara 2 °C hingga 29 °C. Stasiun yang memiliki kedalaman yang tinggi memiliki nilai suhu yang rendah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tidak adanya penyinaran dari matahari. Kekeruhan pada air dekat dasar pada seluruh stasiun berkisar antara 0,37-0,70 NTU sedangkan padatan tersuspensi TSS dari seluruh stasiun berkisar antara 5-12 mgL. Kekeruhan yang tinggi dapat mengganggu kehidupan makrozoobenthos karena mengganggu daya lihat dan sistem pernafasan. Tingginya kekeruhan di suatu perairan disebabkan oleh tingginya bahan organik yang terakumulasi dan mengendap di daerah ini. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai padatan tersuspensi TSS. Kandungan oksigen terlarut pada dasar perairan berkisar antara 1,19 mgL hingga 2,89 mgL. Kandungan oksigen pada perairan dekat dasar ini tergolong rendah karena tidak adanya sumber oksigen misalnya aktivitas fotosintesis dari organisme autotrof maupun difusi oksigen dari udara. Walaupun kandungan oksigen ini dapat meningkat apabila terjadi aliran air dari tempat lain yang memiliki kandungan oksigen yang tinggi Kropp 2004. Nilai kebutuhan oksigen biologis BOD di stasiun pengamatan berkisar antara 0,77-6,62 mgL. Nilai BOD ini menunjukan oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik secara biologis. Bahan organik ini merupakan salah satu sumber makanan bagi benthos. Secara umum, karakteristik fisika-kimia perairan pada air dekat dasar di seluruh stasiun masih dapat ditolerir oleh benthos. Substrat dasar merupakan tempat hidup bagi organisme makrozoobenthos maupun meiobenthos. Karakteristik substrat dasar akan mempengaruhi kehidupan makrozoobenthos maupun meiobenthos yang hidup pada substrat tersebut. Dari seluruh stasiun ditemukan lima tipe substrat dasar perairan. Berdasarkan skala Wentworth, ditemukan empat tipe substrat dasar perairan pada stasiun penelitian, yaitu lempung Stasiun 5, 6, 7, dan 8, pasir sangat halus Stasiun 2, pasir sedang Stasiun 9, dan pasir kasar Stasiun 3 dan 4. Berdasarkan pengamatan visual Stasiun 1 dan 10 bertipe substrat batuan. Terlihat bahwa pada stasiun yang berada di tengah laut dimana kondisinya sangat dalam, jenis substrat lebih lunaklembut dibanding stasiun yang berada di dekat daerah pesisir. Hal tersebut dikarenakan arus pada daerah pesisir biasanya lebih deras dibandingkan daerah tengah laut, sehingga menyebabkan partikel-partikel kecil tidak mengalami sedimentasi. Odum 1971 menyatakan bahwa partikel halus akan mengendap dan menjadi substrat apabila arusnya lemah. Bervariasinya karakteristik stasiun menunjukan perbedaan yang ada antar stasiun. Pengelompokan stasiun dengan indeks similaritas dilakukan untuk mengetahui kemiripan antar stasiun, sehingga akan diketahui stasiun-stasiun tertentu yang memiliki karakteristik yang sama. Pengelompokan dilakukan berdasarkan kepadatan makrozoobenthos, kepadatan meiobenthos dan karakteristik substrat. Berdasarkan kepadatan makrozoobenthos terdapat enam kelompok stasiun. Kelompok pertama terdiri dari Stasiun 1 dan 10. Kelompok kedua terdiri dari Stasiun 2, 5, 6, 7. Kelompok 3, 4, dan 5 merupakan Stasiun 3, 4, 8, dan 9 yang masing-masing membentuk kelompok tersendiri. Pengelompokan stasiun tersebut dapat terjadi karena kemiripan jenis makrozoobenthos maupun kepadatan makrozoobenthos pada masing-masing stasiun yang mengelompok. Pengelompokan ini juga diduga karena tipe substrat pada stasiun tersebut yang mirip sehingga makrozoobenthos yang ditemukan pada stasiun tersebut hampir sama. Seperti pada Stasiun 1 dan 10 dimana terdapat genus Dulichia sp., Alpheus sp., dan Pasiphaea sp. yang lebih melimpah dibanding stasiun lainnya. Berdasarkan kepadatan meiobenthos terdapat dua kelompok stasiun. Kelompok pertama terdiri dari Stasiun 2, 5, 6, 7 dan 9 sedangkan kelompok kedua terdiri dari Stasiun 8 yang membentuk kelompok tersendiri. Pengelompokan stasiun tersebut dapat terjadi karena kemiripan jenis meiobenthos maupun kepadatan meiobenthos pada masing-masing stasiun yang mengelompok. Pengelompokan ini juga diduga karena tipe substrat pada stasiun tersebut yang mirip sehingga meiobenthos yang ditemukan pada stasiun tersebut hampir sama. Seperti pada Stasiun 2, 5, 6, 7 dimana terdapat jenis Paraonidae sp1 yang melimpah pada stasiun tersebut namun tidak ditemukan pada Stasiun 8. Berdasarkan karakteristik substrat terdapat empat kelompok stasiun. Kelompok pertama terdiri dari Stasiun 1 dan 10. Kelompok kedua terdiri dari Stasiun 1, 5, 6, dan 7. Kelompok ketiga terdiri dari Stasiun 8. Kelompok keempat terdiri dari Stasiun 3, 4, dan 9. Pengelompokan stasiun ini disebabkan karena kemiripan komposisi penyusun substrat kerikil, pasir, lempung, dan liat pada stasiun tersebut. Misalnya pada stasiun 1 dan 10 yang sama-sama memiliki komposisi kerikil lebih banyak dibandingkan dengan stasiun lain. Pengelompokan yang dibentuk dengan menggunakan Indeks Similaritas mengindikasikan adanya makrozoobenthos tertentu ataupun meiobenthos tertentu yang menyukai karakteristik substrat dasar tertentu. Misalnya pada Stasiun 8 yang selalu mengelompok sendiri baik dalam pengelompokan stasiun menurut kepadatan makrozoobenthos, meiobenthos, dan karakteristik substrat. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa organisme benthos baik makrozoobenthos maupun meiobenthos yang dominan pada Stasiun 8 merupakan organisme yang lebih menyukai karakteristik substrat Stasiun 8 yang lebih didominasi lempung. Contoh lain terlihat dari dekatnya pengelompokan Stasiun 2, 5, 6, dan 7 baik berdasarkan makrozoobenthos, meiobenthos, maupun substrat. Hal tersebut mengindikasikan adanya organisme benthos yang lebih menyukai tipe substrat pada Stasiun 2, 5, 6, dan 7. Korelasi antara makrozoobenthos maupun meiobenthos dengan karakteristik substrat tertentu dianalisis dengan menggunakan Analisis Komponen Utama Principle Component AnalysisPCA. Berdasarkan PCA diketahui bahwa makrozoobenthos yang bersifat suspension feeder akan ditemukan lebih banyak pada substrat yang memiliki komposisi kerikil dan pasir yang lebih banyak substrat kasar. Seperti hasil penelitian Craig Jones 1966 yang menunjukan bahwa benthos suspension feeder akan lebih banyak ditemukan pada substrat dasar yang kasar. Melimpahnya makrozoobenthos suspension feeder pada substrat kasar disebabkan karena makrozoobenthos suspension feeder mendapat makan dengan cara menyaring makanan dari perairan. Organisme ini memerlukan arus yang akan membawa makanan ke arahnya. Pada stasiun yang memiliki komposisi kerikil maupun pasir yang lebih banyak substrat kasar diduga memiliki arus dasar yang lebih deras. Arus yang deras akan menghambat proses sedimentasi dan membawa bahan makanan kepada organisme suspension feeder. Makrozoobenthos suspension feeder seperti Potamilla sp. Polychaeta, Dulichia sp., Thyone sp. Malacostraca, dan Cucumaria sp. Holothuroidea lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi kerikil dan pasir yang lebih banyak substrat kasar. Namun demikian dalam penelitian ini ditemukan pula makrozoobenthos suspension feeder yang ditemukan pada substrat halus, misalnya Anadara sp. dan Gafrarium sp. Bivalvia. Ditemukannya makrozoobenthos suspension feeder pada substrat halus ini diduga karena organisme tersebut selain bersifat suspension feeder ia juga secara fakultatif bersifat deposit feeder. Makrozoobenthos yang bersifat carnivore terlihat memiliki korelasi kuat dengan persentase substrat kerikil dan pasir. Hal ini menunjukan bahwa makrozoobenthos carnivore akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi pasir maupun kerikil yang lebih banyak substrat kasar. Menurut Craig Jones 1966 penyebaran organisme carnivore lebih dipengaruhi keberadaan mangsanya dibandingkan karakteristik substrat dasar perairan. Dari seluruh stasiun penelitian, terlihat bahwa stasiun yang bertipe substrat kasar Stasiun 1, 3, 4, 9, dan 10 memiliki kepadatan makrozoobenthos yang lebih tinggi, sehingga mangsa bagi makrozoobenthos carnivore tersebut akan lebih banyak pada stasiun tersebut. Beberapa makrozoobenthos carnivore seperti Lepidonotus sp. dan Amblyosyllis sp. lebih banyak ditemukan pada stasiun yang memiliki substrat kasar. Makrozoobenthos yang bersifat omnivore secara umum memiliki korelasi kuat dengan persentase kerikil dan pasir dalam substrat, yang berarti mereka akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi kerikil dan pasir lebih banyak substrat kasar. Keberadaan benthos pada substrat kasar juga dipengaruhi oleh kemampuan geraknya, misalnya Amphicteis sp. yang bersifat carnivore juga suspension feeder fakultatif merupakan organisme sessile sehingga memerlukan substrat yang kokoh sebagai tempat hidup Fauchald Jumars 1979. Makrozoobenthos yang bersifat deposit feeder memiliki korelasi yang kuat dengan persentase lempung dan liat dalam substrat. Hal ini berarti makrozoobenthos deposit feeder akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi substrat lempung dan liat lebih banyak substrat halus. Menurut Craig Jones 1966 benthos deposit feeder akan ditemukan lebih banyak pada substrat halus. Selain itu Stewart et al. 1985 menyatakan bivalvia yang bersifat deposit feeder akan lebih banyak ditemukan pada substrat halus. Benthos deposit feeder ini merupakan organisme pemakan partikel organik yang telah tersedimentasi pada dasar perairan. Pada stasiun yang bertipe substrat halus sumber makanan bagi organisme ini lebih melimpah. Contoh makrozoobenthos deposit feeder yang lebih banyak ditemukan pada substrat halus adalah Maldane sp., Paraonis sp., dan Scoloplos sp. Polychaeta; Maera sp., dan Westwoodila sp. Malacostraca; Yoldia sp. dan Tellina sp. Bivalvia. Beberapa makrozoobenthos ini juga hidup di dalam substrat infauna, mencari makan dengan menggali dan memakan sedimen yang terdeposit pada substrat Fauchald Jumars 1979 seperti Cossura sp. Secara umum, meiobenthos berkorelasi dengan persentase pasir dalam substrat, yang berarti meiobenthos akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi pasir lebih banyak. Hal tersebut diduga karena substrat pasir akan memberikan ruang untuk tempat hidup meiobenthos yang merupakan hewan interstitial. Misalnya meiobenthos dari genus Cervinia sp. dan Harpacticus sp. Malacostraca yang lebih banyak ditemukan pada stasiun yang bertipe substrat lebih kasar. Namun demikian, dalam penelitian ini ditemukan pula beberapa meiobenthos yang ditemukan lebih melimpah pada stasiun yang memiliki komposisi lempung dan liat lebih banyak, misalnya Pselionema sp. Kelas Adenophorea. Kelas Adenophorea yang memiliki korelasi erat dengan substrat halus merupakan meiobenthos yang merupakan deposit feeder Giere 1993. Substrat sebagai tempat hidup benthos akan mempengaruhi penyebaran benthos di dasar perairan. Pada Selat Bali bagian selatan ditemukan berbagai tipe substrat dasar perairan mulai dari tipe substrat kasar hingga halus, dimana substrat kasar cenderung berada pada stasiun yang dekat pesisir dan substrat yang halus terdapat pada perairan laut dalam. Perairan Selat Bali bagian selatan termasuk ke dalam laut dalam dengan kedalaman yang dapat mencapai lebih dari 200 m. Di Selat Bali bagian selatan, ditemukan berbagai macam jenis benthos, beberapa di antaranya merupakan biota yang cenderung ditemukan pada laut dalam seperti Cirriformia sp., Pholoe sp., Pherusa sp., Aricidea sp. Polychaeta, Elphidium sp. Polythalamea, Cuspidaria sp., Nuculana sp. Bivalvia, dan Amphioplus sp. Ophiuroidea. Keberadaan beranekaragam benthos pada laut dalam membuktikan bahwa laut dalam merupakan salah satu habitat dengan keanekaragaman yang cukup tinggi. Komunitas benthos pada perairan laut dalam ini mendapat ancaman dari berbagai kegiatan manusia pada perairan lepas pantai. Misalnya kegiatan penggelaran kabel telekomunikasi antar pulau yang akan memberikan gangguan pada komunitas benthos pada dasar laut, namun dengan seiring waktu komunitas benthos tersebut akan terbentuk lagi pada lokasi penggelaran kabel tersebut, namun kegiatan lain seperti kegiatan penambangan mineral dari dasar laut, penambangan minyak lepas pantai maupun praktek pembuangan limbah pada laut dalam akan memberikan ancaman yang lebih besar bagi komunitas benthos laut dalam. Dengan masih sedikitnya pemahaman kita tentang komunitas benthos laut dalam masih sangat terbatas dan berbagai ancaman di atas, komunitas benthos laut dalam perlu dijaga kelestariannya serta pengkajian lebih lanjut.

5. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Makrozoobenthos yang ditemukan di perairan bagian selatan Selat Bali terdiri dari 22 kelas 126 genus. Organisme yang mendominasi berasal dari kelas Polychaeta. Makrozoobenthos yang bersifat deposit feeder akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi lempung dan liat lebih besar sedangkan makrozoobenthos yang bersifat suspension feeder, carnivore, omnivore akan lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi kerikil dan pasir lebih besar. Meiobenthos yang ditemukan berasal 14 kelas yang terdiri dari 50 genus. Kelompok meiobenthos yang mendominasi berasal dari kelas Adenophorea. Secara umum meiobenthos lebih banyak ditemukan pada substrat yang memiliki komposisi pasir lebih besar.