38
antara lain temperatur yang stabil, DO yang tinggi, lumpur tempat berkamuflase menghindar dari predator. Lingkungan juga merupakan tempat tumbuh dan
berkembang baik individu maupun populasinya. Pada stasiun 7,9 dan 10 serta stasiun 12 yang karakteristik lingkungannya mencirikan salinitas, TOM, lumpur
dan liat serta kedalaman dan tingkat kekeruhan yang tinggi banyak ditemukan siput gonggong yang memasuki tingkat kematangan gonad empat TKG IV.
Lokasi ini diperkirakan sebagai lokasi untuk mendapatkan makanan dan sekaligus lokasi pertemuan gonggong dewasa untuk melakukan pemijahan.
Pengelompokan stasiun penelitian berdasarkan karakteristik habitat, stasiun penelitian tersebar di sepanjang pantai Timur dan Barat Teluk Klabat
dengan masing-masing terdiri atas 6 stasiun berada di Timur dicirikan oleh nilai temperatur, pasir, salinitas dan pH hal ini sesuai dengan pengamatan dilapangan,
tekstur sedimen memang menjadi faktor pembatas utama bagi penyebaran siput gonggong pada habitatnya. Siput gonggong jarang ditemukan pada substrat yang
didominasi oleh pasir. Di pantai bagian Barat terdapat 8 stasiun, merupakan stasiun-stasiun yang berada di rataan pantai yang sangat lebar yang dicirikan
dengan tingginya lumpur, TOM dan nilai kekeruhan. Tingginya nilai-nilai variabel ini diduga dipengaruhi oleh aliran dari sungai
dan laut yang membawa material bahan organik serta adanya proses pengadukan dari kedua massa air tersebut serta terjadinya pengendapan dirataan sangat luas
yang merupakan ciri topografi di daerah tersebut.
4.4. Kepadatan dan Pola Penyebaran Populasi Siput Gonggong 4.4.1. Kepadatan Populasi
Jumlah dan kepadatan siput gonggong yang ditemukan selama penelitian diseluruh stasiun, seluruhnya ada 1859 individu lampiran 3, yang tertinggi pada
stasiun 7, stasiun 8 dan stasiun 11 masing-masing 5 indvm
2
, sedangkan yang terendah ditemukan pada stasiun 2, stasiun 3 dan stasiun 13 serta stasiun 14
masing-masing 2 indvm
2
Gambar 12 . Tingginya jumlah siput gonggong pada stasiun 7 dan 8 diperkirakan masih banyaknya makanan akibat terbawa arus dari
Teluk bagian dalam yang banyak menerima endapan lumpur dari sungai-sungai yang bermuara dan bentuk pantai yang landai serta kondisi substratnya yang
39
terdiri dari pasir berlumpur merupakan tempat hidup yang disenangi oleh siput gonggong Amini,1986; Cappenberg,1996. Jumlah siput gonggong yang
ditemukan pada stasiun 2, 3 dan stasiun 13 serta stasiun 14 adalah jumlah yang terkecil 2 indvm
2
, diperkirakan lokasi stasiun – stasiun ini terletak di mulut teluk yang kondisi substratnya pasir miskin bahan organik yang berasal dari hasil
penguraian bangkai dan sisa-sisa organisme oleh bakteri pengurai Odum, 1993. Akibat erosi dibagian hulun sungai Antan dan sungai Layar dan kecepatan arus
yang berasal dari laut Natuna masih sangat berpengaruh.
Gambar 12. Kepadatan Siput Gonggong Strombus turturella di Teluk Klabat
. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudara dkk 1992 yang menyatakan
bahwa moluska dari kelas gastropoda banyak ditemukan di daerah padang lamun yang kurang rapat. Sedangkan Hadijah 2000, mendapatkan banyak gastropoda
yang berukuran kecil di pengaruhi oleh kerapatan dan jenis lamun.
4.4.2. Pola Penyebaran Populasi Siput Gonggong
Setiap populasi memiliki struktur sebaran individu yang disebut dengan pola sebaran populasi. Pola sebaran populasi ini terbagi menjadi 3 pola
yaitu merata, acak, dan mengelompok. Untuk mengetahui pola apa yang dimiliki siput gonggong Strombus turturella maka dilakukan perhitungan dengan
menggunakan indeks morisita. Hasil analisis pola penyebaran siput gonggong Strombus turturella
dengan menggunakan indeks morisita, berdasarkan sebaran ukuran cangkang Tabel 13.
40
Tabel 13. Pola Penyebaran Spasial Siput Gonggong Strombus turturella. Kelompok Sebaran Ukuran
mm Nilai Indeks Morisita
Id A 20,39 – 38,53
1,2 B 38,54 – 56,68
1,0 C 56,69 – 74,83
1,2 D 74,84 – 92,98
1,3
Kelompok ukuran yang dianalisis hanya kelompok B yang mempunyai sebaran merata Id=1 , sedangkan kelompok A, kelompok C dan kelompok D
pola penyebarannya mengelompok Id 1. Pada kelompok B merupakan kelompok yang berukuran kecil sampai sedang, kelompok yang memerlukan
energi tinggi untuk pertumbuhan sel-sel somatis, sehingga sangat aktif mencari makanan yang menyebabkan pola penyebarannya merata, jika dihubungkan
dengan lingkungannya yang memiliki kadar oksigen, substrat berpasir serta memberikan gambaran kondisi lingkungan yang miskin unsur hara, sehingga siput
gonggong tersebar merata dalam mencari makanannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Wood 1987, yang menyatakan bahwa, sedimen berpasir memiliki
kandungan oksigen relatif lebih besar dibandingkan sedimen yang halus, karena pada sedimen berpasir terdapat pori udara yang memungkinkan terjadinya
pencampuran yang lebih intensif dengan air di atasnya, tetapi kendalanya pada sedimen berpasir tidak terlalu banyak terdapat bahan organik.
Ada beberapa faktor yang menentukan penyebaran siput gonggong di alam terutama faktor lingkungan dan keberadaan makanan Nybakken, 1988 . Pola
penyebaran berkelompok berkaitan dengan kemampuan larva hewan bentik memilih daerah yang akan ditempatinya. Jika substrat dan faktor fisika-kimia
perairan tidak mendukung maka larva tidak akan menetap. Hal ini terlihat dari tabel 3 di atas yang menunjukkan bahwa stasiun 8 adalah stasiun yang memiliki
indeks Morisita terendah, diperkirakan sebagai akibat dari terpengaruh banyaknya makanan yang terkandung dalam substrat yang mengandung lumpur yang terbawa
41
arus dari Teluk Klabat bagian dalam yang merupakan tempat bermuaranya beberapa Sungai besar yang membawa banyak material sedimen mengandung
nutrien bagi pertumbuhan lamun dan serasah dari Mangrove yang hancur dan kandungan lumpur yang tebal juga mempengaruhi keberadaan siput gonggong di
wilayah tersebut, karena lumpur yang terlalu tebal dapat mempengaruhi gerak mobilitas siput gonggong dalam mencari makanan dan mendapatkan pasangan
sehingga pola penyebaran mengelompok siput gonggong di stasiun 8 kurang kuat tinggi. Stasiun 12 dan stasiun 10 memiliki nilai indeks Morisita tertinggi
dibandingkan dengan nilai Indeks pada stasiun lainnya. Tingginya indeks Morisita pada stasiun 12 dan stasiun 10 ini diperkirakan adanya pengaruh substrat pada
stasiun 12 yang cenderung berpasir karena terletak di mulut teluk dimana pengaruh laut Natuna sangat besar dalam bentuk arus dan jenis substrat yang
cenderung lebih banyak kandungan pasirnya. Kedua faktor tersebut akan dapat mengkondisikan siput gonggong untuk hidup secara berkelompok untuk dapat
mempertahankan keberadaannya pada area tersebut. Menurut Sugiarti dkk 2005, siput gonggong hidup sebagai deposit feeder, mempunyai probosis yang
besar untuk menyapu dan menyedot endapan di dasar perairan Patterson J K, Raghunathan C and Ayyakkannu K, 1995.
4.5. Morfometrik