41
arus dari Teluk Klabat bagian dalam yang merupakan tempat bermuaranya beberapa Sungai besar yang membawa banyak material sedimen mengandung
nutrien bagi pertumbuhan lamun dan serasah dari Mangrove yang hancur dan kandungan lumpur yang tebal juga mempengaruhi keberadaan siput gonggong di
wilayah tersebut, karena lumpur yang terlalu tebal dapat mempengaruhi gerak mobilitas siput gonggong dalam mencari makanan dan mendapatkan pasangan
sehingga pola penyebaran mengelompok siput gonggong di stasiun 8 kurang kuat tinggi. Stasiun 12 dan stasiun 10 memiliki nilai indeks Morisita tertinggi
dibandingkan dengan nilai Indeks pada stasiun lainnya. Tingginya indeks Morisita pada stasiun 12 dan stasiun 10 ini diperkirakan adanya pengaruh substrat pada
stasiun 12 yang cenderung berpasir karena terletak di mulut teluk dimana pengaruh laut Natuna sangat besar dalam bentuk arus dan jenis substrat yang
cenderung lebih banyak kandungan pasirnya. Kedua faktor tersebut akan dapat mengkondisikan siput gonggong untuk hidup secara berkelompok untuk dapat
mempertahankan keberadaannya pada area tersebut. Menurut Sugiarti dkk 2005, siput gonggong hidup sebagai deposit feeder, mempunyai probosis yang
besar untuk menyapu dan menyedot endapan di dasar perairan Patterson J K, Raghunathan C and Ayyakkannu K, 1995.
4.5. Morfometrik
Panjang cangkang merupakan komponen terbesar diantara semua komponen morfometri kerang. Untuk jenis gastropoda dengan bentuk tubuh
relatif konstan, pengukuran komponen ukuran tubuh tidak merupakan masalah dan lebih akurat dibandingkan dengan hewan akuatik lainnya yang tubuhnya
elastis dan berubah-ubah.
4.5.1. Sebaran Ukuran Siput Gonggong
Siput gonggong yang berhasil dikoleksi dalam penelitian ini, dari seluruh stasiun pengamatan 14 Stasiun sebanyak 1859 individu dari berbagai ukuran
cangkang dan berat total. Ukuran terkecil adalah: panjang 20,39 mm, ukuran terbesar untuk panjang adalah : 79,68 mm Gambar 12 . Berat cangkang yang
berhasil didapat dari penelitian ini adalah, terkecil 0,46 gr dan terbesar 55,93 gr W
Min
=0,46gr; W
Maks
=55,93gr . Secara keseluruhan sebaran ukuran panjang
42
siput gonggong di Teluk Klabat terbagi dalam empat 4 kelas ukuran yaitu: terkecil berkisar antara 20,39mm–38,53mm sebanyak 267 individu per 40m
2
, ukuran sedang 38,54mm–56,68mm berjumlah 655 individuper 40m
2
dan ukuran besar 56,69mm–74,83mm sebanyak 579 individuper 40m
2
, ukuran terbesar antara 74,84mm–92,98mmper 40m
2
sebanyak 358 mmper 40m
2
Gambar 13.
Gambar 13. Grafik sebaran ukuran siput gonggong strombus turturella di teluk Klabat.
Hasil pengelompokan berdasarkan ukuran panjang dan berat
menggambarkan pada saat penelitian ini didominasi oleh siput gonggong berukuran besar. Hal ini dikarenakan pada bulan penelitian dilakukan adalah saat
siput memijah Mei-Juni, dan terjadi pertemuan antara siput jantan dan betina. 4.5.2. Sebaran Populasi Siput Gonggong Berdasarkan Kelas Ukuran
panjang cangkang.
Selain menganalisis parameter fisika kimia dan sedimen sebagai variabel utama, pada Analisis Komponmen Utama yang disajikan pada Gambar 10, juga
menganalisis variabel berdasarkan kelas ukuran siput gonggong, yang nantinya bermanfaat dalam menganalisis karakteristik habitat gonggong yang diketahui
adanya keterkaitan dengan kondisi tempat hidupnya. Keterkaitan hubungan tersebut dijelaskan oleh korelasi antar parameter
lingkungan yang bertumpu di sumbu 1 dari hasil analisis komponen utama. Ini menunjukkan bahwa keberadaan siput gonggong sangat di tentukan oleh
parameter tersebut. Pencirian dari parameter lingkungan perairan dalam hal ini ditunjukkan dengan kondisi lingkungan, habitat keberadaan siput gonggong pada
saat pengamatan dilaksanakan Gambar 14.
43
Gambar 14. Pengelompokan stasiun berdasarkan sebaran kelas ukuran individu siput gonggong Strombus turturella.
Dari hasil analisis CA, terbentuk tiga kelompok individu berdasarkan sebaran kelas ukuran gonggong Gambar 19 . Kelompok pertama A ukuran
20,39-38,53 yang terdiri dari stasiun 2, stasiun 3 dan stasiun 5 ditandai dengan parameter pH, temperatur dan kandungan DO, serta kedalaman; kelompok B
ukuran 38,54-56,68 dan kelompok C ukuran 56,69- 74,83 yang terdiri dari stasiun 2, stasiun 7 dan stasiun 9, stasiun 10 serta stasiun 13 dan stasiun 14 yang
di tandai dengan parameter pH, temperatur, DO dan salinitas, TOM, lumpur, liat, serta pasir, sedangkan kelompok C ukuran 74,84-92,98 terdapat pada stasiun 1,
stasiun 4, stasiun 6 dan stasiun 8 serta stasiun 11, yang ditandai dengan faktor kedalaman, pH, temperatur dan DO serta salinitas dan liat. Sebaran populasi siput
gonggong Strombus turturella kelompok A 20,39-38,53 di stasiun 2, stasiun 3 dan stasiun 5 yang ditandai dengan pH, temperatur dan DO yang tinggi
menunjukan bahwa kelompok ukuran ini dipengaruhi oleh perubahan faktor fisik- kimia perairan pH, temperatur dan DO . Menurut Scott 1979, kondisi
lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan somatik dan sistem reproduksi siput. Faktor lingkungan yang dominan mempengaruhi perkembangan gonad
adalah pakan dan suhu .
44
4.5.3. Hubungan Panjang - Berat
Hubungan panjang berat dari hewan-hewan akuatik dimaksudkan untuk menduga pola pertumbuhan dari hewan-hewan tersebut. Hubungan antara kedua
komponen morfometrik tersebut dapat diestimasi melalui kecendrungan penyebaran data panjang dan berat yang diperoleh dari pengukuran komponen
morfometrik. Pendugaan parameter b, koefisien hubungan panjang berat, dianalisis melalui pendekatan hubungan kuasa power regresion.
Hubungan panjang dan berat total siput gonggong digambarkan berdasarkan persamaan model hubungan W = 0,002 L
2,032
L=Panjang dan W=Berat , dengan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0,820, pola pertumbuhan siput secara keseluruhan menunjukkan pola pertumbuhan allometrik
negatif b 3 , yaitu b = 2,032 Gambar 15 .
Gambar 15. Kurva hubungan morfometrik panjang-berat siput gonggong Strombus turturella di Tl. Klabat.
Uji t t student terhadap koefisien b menunjukkan bahwa b lebih kecil dari 3 allometrik negatif, dengan nilai t = 275,23. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa antara laju pertumbuhan berat dan panjang total siput di Teluk Klabat , tidak seimbang Gambar 15. Nilai b ini menunjukkan proporsi bentuk tubuh
yang menggambarkan pertumbuhan panjang dan pertambahan bobot tubuh Yulianda, 2003. Menurut Effendie 1992, pada ikan, bila nilai koefisien regresi
b dari suatu hubungan panjang total dengan bobot tubuh terletak pada kisaran 2,5 sampai dengan 3,5, bentuk tubuh dikatakan berada dalam batas normal.
Bentuk tubuh normal akan dicapai apabila terjadi keseimbangan pola
45
pertumbuhan somatik antara pertambahan panjang dan pertambahan bobot tubuh yang dikenal dengan pertumbuhan isometrik. Keseimbangan pola pertumbuhan
ini dapat dilihat dari nilai b dari hubungan panjang dengan bobot tubuh. Nilai b sangat ditentukan oleh bentuk tubuh. Bentuk tubuh kubus mempunyai
pertumbuhan isometrik maka nilai b sama dengan tiga 3. Bentuk tubuh siput gonggong tidak seperti kubus, melainkan seperti krucut. Nilai b pada
pertumbuhan isometrik siput gonggong tidak sama dengan 3 b = 2,032 , hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan siput gonggong adalah allometrik negatif.
Hasil analisa data panjang dan berat siput gonggong dapat dipisahkan menurut jenis kelamin, diperoleh hubungan panjang berat siput jantan
diekspresikan sebagai W = 0,003L
2,124
dengan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0,957 dan nilai b = 2,124. Dari hasil uji lanjut dengan uji t t student terhadap koefisien b menunjukkan bahwa nilai b kurang dari 3 allometrik
negatif dimana t = 233,15, yang berarti bahwa antara laju pertumbuhan berat dan panjang siput jantan, tidak seimbang Gambar 16.
Gambar 16. Kurva hubungan panjang berat siput Strombus turturella jantan
di Tl.Klabat.
Kondisi pola pertumbuhan yang berlaku pada siput jantan, berlaku pula pada siput betina. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola pertumbuhan siput gonggong
betina bersifat allometrik negatif, seperti yang ditunjukkan pada persamaan model W = 0,005L
2,034
dengan nilai koefisien determinasi R
2
= 0,940. Hasil uji t t student, terhadap koefisien b, menunjukan bahwa nilai b lebih kecil dari 3
allometrik negatif dimana t = 133,35. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa antara laju pertumbuhan berat dengan panjang siput, tidak seimbang Gambar 17.
46
Gambar 17. Kurva hubungan panjang berat siput gonggong strombus turturella betina di Tel.Klabat
Hubungan antara komponen panjang cangkang dengan berat cangkang mengindikasikan terjadinya pertumbuhan allometrik yaitu laju pertambahan
panjang cangkang tidak seiring dengan pertambahan beratnya. Hal ini terjadi selama penelitian yang berlangsung selama tiga 3 bulan pengamatan Mei-Juni-
Juli. Hasil tersebut berarti bahwa pertambahan ukuran cangkang lebih cepat bertambah dibandingkan pertambahan berat cangkang ditambah dengan berat
daging atau viscera weight. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan tempat hidup siput
gonggong strombus turturella kurang mendukung mengalami degradasi lingkungan, karena pola pertumbuhan bergantung kepada ketersediaan makanan,
dimana jika makanan berlimpah maka laju penambahan berat semakin cepat dan menghasilkan pertumbuhan yang allometrik positif. Hal ini, jika dibandingkan
dengan penelitian Strombidae lainnya, ada pertumbuhan yang bersifat allometrik positif nilai b3, seperti penelitian yang dilakukan oleh Che Cob dkk 2008,
terhadap Strombus canarium di Johar, Malaysia, yang mendapatkan pola pertumbuhan allometrik positif nilai b=3,05.
Hal yang berbeda terjadi pada siput tingkatan anakan veliger, pola pertumbuhannya allometrik negatif b = 2,975 dengan nilai determinasi R
2
= 0,973. Nilai koefisien regresi b pada tingkat anakan siput gonggong cenderung
lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien regresi b pada siput gonggong dewasa, hal ini diperkirakan proses pertumbuhan yang hampir seimbang, terjadi
pada tingkat anakan veliger Gambar 18.
47
Gambar 18. Kurva hubungan panjang berat siput gonggong strombus turturella anakan neuster di Tel.Klabat
4.6. Potensi Reproduksi 4.6.1. Nisbah Kelamin