BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Jenis Kawista Limonia acidissima L.
Pohon kawista Limonia acidissima L. dari suku Rutaceae jeruk-jerukan,
tumbuh di daerah tropis dengan kondisi tanah  yang kering. Tumbuhan penghasil buah  ini  merupakan  tanaman  dataran  rendah  yang  mampu  tumbuh  hingga  pada
ketinggian 400 mdpl serta memiliki kebiasaan meluruhkan daun Gambar 1.
Gambar 1  Pohon  Kawista  L. acidissima
L. Sumber: Wikipedia 2010
Batang  utamanya  relatif  kecil  tetapi  dapat  mencapai  tinggi  hingga  12 meter  dengan  cabang  dan  ranting  yang  ramping.  Cabang  pohon  biasanya
ditumbuhi  duri.  Daunnya  majemuk  berukuran  hingga  12  cm,  dengan  anak  daun berhadapan, dua sampai tiga pasang. Bunga biasanya bergerombol berwarna putih
atau hijau dan kemerahan. Buah berbentuk bulat, berkulit keras dan bersisik, serta berwarna coklat putih. Daging buahnya berbau harum berwarna coklat kehitaman.
Buahnya dapat dimakan langsung atau diolah menjadi berbagai komoditas seperti  sirup  dan  dodol.  Buah  matang  juga  dipercaya  mampu  menjadi  obat
penurun  panas  dan  sakit  perut,  atau  sebagai  tonikum.  Kulit  batang  pohon dipercaya  dapat  menjadi  campuran  jamu  untuk  mengatasi  haid  yang  berlebihan,
4 gangguan hati, mual-mual, bahkan untuk mengobati luka akibat gigitan serangga
Anonim 2010. Di  Indonesia  pohon  kawista  belum  banyak  dibudidayakan.  Di  beberapa
negara seperti Sri Lanka, kawista telah dibudidayakan bahkan krim dari buahnya merupakan salah satu komoditas eksport yang handal.
B. Kayu Tarik
Kayu tarik  adalah kayu reaksi  pada kayu daun  lebar hardwood. Kayu ini terbentuk pada sisi atas atau sisi tarikan batang atau cabang yang miring. Kayu
reaksi  berfungsi  untuk  mengembalikan  posisi  batang  atau  cabang  ke  posisi semula. Sifat kayu tarik sangat berbeda dibandigkan sifat kayu normal Haygreen
dan Bowyer, 1989. Menurut  Haygreen  dan  Bowyer  1989,  penyusutan  arah  sejajar  serat
longitudinal  kayu  tarik  bisa  mencapai  lebih  dari  5.  Nilai  ini  lebih  besar  dari nilai penyusutan longitudinal kayu normal yang biasanya 1 atau kurang. Adanya
kayu  tarik  di  sepanjang  salah  satu  sisi  atau  pinggir  sebuah  sortimen,  akan mengakibatkan  terjadinya  pelengkungan  sepihak  atau  pemuntiran.  Saat
dikeringkan, sortimen kayu yang mengandung kayu tarik cenderung untuk collaps sehingga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk pada sortimen.
Kekuatan  tekan  kayu  tarik  umumnya  tidak  sebanding  dengan  kayu normal  dewasa.  Kebanyakan  hasil  pengukuran  membuktikan  bahwa  kekuatan
tekan kayu tarik lebih kecil dari pada kekuatan tekan kayu normal pada kerapatan yang  sama,  begitu  pula  dengan  kekuatan  tekan  sejajar  seratnya.  Pada  keadaan
kering  udara,  kayu  tarik  sedikit  lebih  tinggi  dalam  kekuatan  pukulnya  Panshin and de Zeeuw, 1964.
Dinding  serabut  kayu  tarik  sering  sangat  tebal  dengan  rongga  sel  yang sangat sempit. Ikatan antara dinding sekunder dan dinding primer pada umumnya
lemah.  Ikatan  yang  lemah  tersebut akan  mengurangi kekuatan kayu.  Ikatan  yang lemah tersebut juga  mengakibatkan tidak rata keriting nya permukaan sortimen
gergajian saat digergaji atau diserut. Permukaan sortimen yang mengandung kayu tarik biasanya berbulu fussy grain.
Dinding  serabut  yang  tebal  juga  mengakibatkan  rendahnya  kekuatan kertas  yang  dihasilkan.  Sel-sel  yang  kaku  ini  tidak  mudah  melengkung  dan
5 memipih  dan  karenanya  ikatan  antar  serat  menjadi  terhalang.  Dinding  sekunder
kayu  tarik  yang  tebal  dan  terikat  secara  lemah  hampir  seluruhnya  merupakan selulosa murni dengan porsi kritalin yang tinggi. Karena lapisan ini mengandung
sedikit lignin, maka lapisan ini relatif lunak seperti gelatin G. Disamping hampir seluruhnya  selulosa  murni,  lapisan  G  tersusun  atas  mikrofibril-mikrofibril  yang
tersusun  hampir  sejajar  sumbu  sel.  Variasinya  hanya  sekitar  5
o
Haygreen  dan Bowyer, 1989. Inilah yang mengakibatkan susut longitudinalnya tidak normal.
C. Ciri Anatomi Kayu