Persilangan : ayam divaksin dan ditantang

54 Lampiran 4: Perhitungan Statistik Index Bursa. ANOVA Index Bursa Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 4,900 7 ,700 1,823 ,109 Within Groups 15,359 40 ,384 Total 20,259 47 Karena F Sig pada alpha 0.05 maka ada perlakuan dalam model yang berpengaruh nyata terhadap respon. Selanjutnya dilakukan Uji Duncan sebagai berikut : Index Bursa Duncan a,b Kelompok N Subset for alpha = 0.05 1 2 V3NI 5 ,900 V2I 4 1,300 1,300 V1NI 10 1,620 1,620 V2NI 5 1,640 1,640 I 5 1,760 V3I 5 1,840 V1I 10 1,900 NI 4 2,075 Sig. ,081 ,083 Duncan grup a :V 3 NI Duncan grup b : I, V 3 I, V 1 I, NI Duncan grup ab :V 2 I, V 1 NI, V 2 NI Lampiran 5 : Baseline Titer Vaksinasi IBD pada Broiler Biochek Tipe Vaksin Contoh Vaksin Titer Rerata 35-40 hari Titer suspect infeksi Intermediate, sampai 2x aplikasi Bursine-2 2500 - 6500 9000 D78, Cevac Gumbo L, Avipro precise, Bursine + 2500 - 8000 10000 Gallivc IBD 3000 - 9000 11000 Intermediate, 3x aplikasi Bursine-2 4000 - 7500 10000 Intermediate plus, 1x aplikasi 228E, Bursa plus 6000 - 10000 14000 Cevac IBD L, Vladimir Inst. BG 6000 - 12000 14000 Abic MB 6000 - 14000 16000 Intermediate plus, 2x aplikasi 228E 8000 - 14000 16000 Immune Complex Transmune IBD 5000 - 14000 Vektor rekombinan Vaxxitek HVT 500 - 2000 4000 Keterangan : Baseline Titer ini merupakan titer vaksinasi pada broiler dengan antibodimaternal. ABSTRACT WURY KADARSIH. The Study of Broiler Infectious Bursal Disease IBD Vaccination Using Serologic and Imunohistochemistry Test Under Direction : EKOWATI HANDHARYANI, SURACHMI SETIYANINGSIH In Indonesia,Infectious Bursal Disease IBDhas been an important poultry disease because of its immunosuppressive and mortality impacts.To prevent the disease, avariety ofvaccines containing different IBD virus strainsare currently available in the market. This study was aimed to compare IBD vaccination strategies using 3 different vaccines in broiler chicken followed by challenge using Indonesian field virus Kediri strain from East Java, Indonesia. There were 8 broiler groups, group I as infection control did not vaccine, but infected, and group NI as vaccine negative control did not infected, and did not vaccine. Vaccine used in this study are vaccine strain W2512 intermediate plus vaccine which applied at hatchery, vaccine strain D78 intermediate vaccine which applied at 13 days and vaccine strain 228E intermediate plus vaccine which applied at 13 days. Evaluation antibody titer by using Enzyme Linked Immunosorbent AssayELISA method at 21 and 29 days, demonstrated that there were no significantly difference among all groups. Applied of vaccination made decreased in bursal index while infection of IBD will increasing in bursal index. Immunohistochemistry works showed that there were positive immunoreactivities results by using field virus primary antibody in both vaccinated groups and infected groups. Keywords : IBD virus, IBD vaccination, IBD diagnostics. PENDAHULUAN Latar Belakang Wabah penyakit Gumboro IBDInfectious Bursal Disease yang sangat ganas telah terjadi di Eropa pada tahun 1986 dengan tingkat kematian mencapai 70 pada peternakan ayam layer pullet Muller,2003 . Virus penyebab wabah ini dikenal sebagai vvIBDV very virulent IBD Virus .Strain virus ini menyebabkan lesi IBD yang tipikal dan memiliki antigenisitas yang mirip dengan IBD virus klasik. Selain itu vvIBD tetap mengakibatkan infeksi walaupun level antibodi maternal yang sebelumnya bisa memproteksi strain IBD klasik. Hingga kini infeksi vvIBD masih menjadi masalah di Afrika, Asia dan juga di Amerika Selatan. Babiker et al.2008atelah melaporkan hasil evaluasinya terhadap beberapa kelompok ayam di Sudan yang divaksin dengan vaksin 228E, D78, Bio-Gumboro dan Gumboro3.Evaluasi yang dilakukan meliputi titer antibodi yang dites dengan metode ELISA. Ternyata hanya 228E yang bisa memproteksi ayam berdasarkan gejala klinis, post mortem gross lesion dan mortality . Kemudian Babikeret al.2008b juga menginvestigasi di Khartoum State yang meliputi kejadian di 9 kelompok ayam yang suspect IBD pada Januari-Desember 2005. Semua flock tersebut menggunakan beberapa vaksin komersial yang ada di pasaran. Hasil dari investigasi tersebut adalah bahwa 6 dari 9 flock terdapat IBD outbreak. Sementara itu,Colettiet al. 2001 melakukan penelitian mengenai efikasi dan keamanan vaksinasi intermediate yang diaplikasikan in ovo .Hasilnya adalah bahwa vaksinasi dapat memproteksi infeksi virus pada ayam SPF dan memberikan proteksi sebagian pada ayam komersial.Selanjutnya Colettiet al. 2001 juga melakukan penelitian tentang imunosupresi efeknya. Pada komersial ayam, adanya respon imun terhadap vaksinasi ND tidak terpengaruh oleh dilakukannya vaksinasi in ovo IBD strain intermediate. 2 Secara diagnosa, gambaran klinis IBD ditambah dengan perubahan patologi yang ditampilkan oleh bursa biasanya mengindikasikan infeksi IBD.Metode lebih lanjut dilakukan untuk peneguhan diagnosa.Diagnosa untukmendeteksi keberadaan antigen virusdilakukan dengan teknik imunohistokimia. Keberadaan antigen IBDV juga bisa didemonstrasikan dengan AGPT atau antigen capture ELISAEnzyme Linked Immunosorbent Assay . Sedangkan genom virus bisa dideteksi dengan metode PCR.Pemeriksaan serologi dilakukan dengan virus-neutralization VN atau dengan ELISA untuk spesifik vvIBD antibodi. Penelitian mengenai diagnosa IBD dengan menggunakan imunohistokimia telah dilakukan oleh Inoueet al. pada tahun 1994 di Jepang. Mereka meneliti lesi pada timus, dengan cara membuat 2 grup infeksi, pertama grup HPS-2 strain dan kedua GBF-1 strain. Kemudian mereka menggunakan lesi-lesi pada timus dan membuat imunohistokimia untuk diagnosa IBD.Imunohistokimia dilakukan dengan menggunakan kromogen AEC3-amino-9-ethylcarbazole. Di Indonesia, penyakit IBD telah menjadi penyakit yang akrab bagi banyak peternak seperti halnya penyakit lain, contohnya ND Newcastle Disease dan AIAvian Influenza. Mengingat banyaknya kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi virus ini, yaitu efek imunosupresi dan mortalitas, maka peternak telah mengaplikasikan berbagai program vaksinasi. Berbagai jenis vaksin yang mengandung strain virus dengan virulensi berbeda telah digunakan di Indonesia.Aplikasi pada ayam dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan injeksi pada ayam umur 10-13 hari ataupun dengan injeksi pada DOC Day Old Chick. Ada juga vaksinasi yang dilakukan pada hatchery sebelum ayam menetas. Sementara itu, virus tantangdi Indonesia telah diteliti oleh Rudd et al . pada tahun 2002. Mereka telah mendapatkan hasil berupa nukleotida yang lengkap dari virus IBD lapangan Indonesia dan juga sekuen asam amino dari segmen genom A dan B. Isolat yang diteliti disebut sebagai isolat Tasik 94, yang mirip dengan strain vvIBD terutama yang ada di Eropa. Tasik 94 juga 3 memiliki homologi nukleotida yang sangat besar dengan vvIBD strain Belanda, yaitu : D6948.Isolat lokal Indonesia juga telah diisolasi oleh Suwarno 2005 di beberapa daerah di Jawa timur, yaitu Lamongan dan Kediri. Berbagai temuan vvIBD dan berkembangnya berbagai jenis vaksin di pasaran menyebabkan evaluasi terhadap beberapa vaksin yang ada di Indonesia menjadi penting. Telah ditemukan beberapa virus tantangyang ada di Indonesia oleh Rudd etal. 2002. Deteksi atau diagnosa IBD yang tepat dirasakan semakin penting karena akan mejadi pedoman program pengendalian penyakit tiap-tiap peternakan. Metode histopatologi dengan pewarnaan HE merupakan metode rutin yang telah lama digunakan di Indonesia.Disamping itu peneguhan atau pelengkap diagnosa juga telah lama dilakukan dengan menguji tingkat kekebalan dengan mengukur titer antibodi ayam.Metode diagnosa IBD dengan menemukan langsung antigen virus dari jaringan antara lain dilakukan dengan teknik imunohistokimia, atau mendeteksi RNA virus dengan metode PCR Polymerase Chain Reaction. Metode diagnosa inilah yang penting untuk dievaluasi dan dikembangkan untuk identifikasi virus penyebab penyakit IBD. Perumusan masalah Dengan latar belakang tersebut maka berikut ini secara garis besar diambil perumusan masalah, yaitu: 1. Penyakit IBD telah tersebar di semua benua, walaupun ada beberapa tingkat patogenisitasnya. Hal ini berkaitan dengan berbagai strain virus yang menginfeksi wilayah tersebut. 2. Upaya pengendalian infeksi pada suatu peternakan telah banyak dilakukan, antara lain dengan berbagai program vaksinasi.

3. Berbagai program vaksinasi perlu dievaluasi, karena wabah penyakit IBD

masih sering terjadi walaupun telah dilakukan vaksinasi. 4 Tujuan Penelitian Untuk diagnosa rutin IBD biasanya dilakukan dengan histopatologi pewarnaan HE pada bursa Fabricius dan diagnosa serologi dengan ELISA.Pada penelitian kali ini dirumuskan beberapa tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Melakukan kajian dan evaluasi vaksinasi IBD pada broiler dengan metode ELISA untuk mempelajari antibodi hasil vaksinasi. 2. Melakukan kajian dan evaluasi vaksinasi IBD pada broiler dengan metode imunohistokimia untuk mengetahui keberadaan antigen pada jaringan. 3. Membandingkan respon vaksinasi dan infeksi IBD pada bursaFabricius. TINJAUAN PUSTAKA PenyakitInfectious Bursal Disease IBD Infectious Bursal Disease IBD merupakan penyakit yang menyerang ayam muda, baik broiler ataupun layer.Organ yang menjadi target adalah bursa Fabricius, yaitu organ sistem imun pada ayam muda. Sistem imun pada ayam muda jika terkena penyakit ini akan menyebabkan menurunnya sistem pertahanan tubuh, lebih peka terhadap patogen, respon buruk terhadap vaksinasi dan kadang menyebabkan mortalitas. Kejadian penyakit IBD telah tersebar di seluruh dunia dan menyerang pada industri peternakan ayam.Pada tahun 1962 penyakit ini muncul dan disebut sebagai penyakit Gumboro, sesuai dengan lokasi geografik penyebaran penyakit, yakni di area Gumboro, Amerika Serikat Muller et al. 2003. Pada tahun 1986 di Eropa telah terjadi serangan penyakit IBD yang sangat ganas. Para ahli menamakan penyakit ini sebagai IBD strain “very virulent” vvIBD, dimana menyebabkan kematian 70 pullet. Lesi penyakit ini sangat tipikal dengan IBD klasik.Setelah itu, penyakit IBD banyak diobservasi di Asia, Afrika dan di Amerika Selatan Muller et al. 2003. Di Indonesia, sejak tahun 1991 penyakit IBD telah mewabah di berbagai daerah, terutama daerah yang mempunyai populasi ayam tinggi serta skala usaha besar Tabbu, 2000. Kerugian besar pada industri yang disebabkan oleh penyakit IBD ini adalah adanya efek imunosupresif.Efek ini menyebabkan ayam lebih peka terhadap berbagai penyakit serta menurunnya kemampuan ayam dalam merespon vaksin Muller et al. 2003 dan Tabbu, 2000. Butcher dan Miles 2009 menambahkan bahwa adanya penyakit IBD pada sebuah peternakan bisa menjadi infeksi berulang minimal selama 4 bulan. Sekali saja sebuah kandang terkontaminasi virus IBD maka penyakit IBD akan cenderung menyebar dan menjadi resisten pada area flok tersebut. 6 Virus Infectious Bursal Disease IBD Virus IBD yang termasuk pada genus Avibirnavirus dan family Birnaviridae .Virus ini mempunyai 2 segmen genom, yaitu A dan B. Virus IBD mempunyai ukuran antara 55 – 65 nm.Virus berbentuk icosahedral dan tidak mempunyai envelope.Genom virus terdiri dari 2 segmen double stranded RNA. Virus tersusun atas 4 protein struktur, dimana VP2 dan VP3 merupakan protein sruktur dan komponen antigen dari kapsid virus Mintaet al. 2005. Sementara itu Minta et al.2005 dan Saif 2003 menuliskan adanya 5 protein virus, yaitu VP1, VP2, VP3, VP4 dan VP5, dengan berat molekul masing-masing 90 KD, 41 KD, 32 KD, 28 KD dan 21 KD. Asam amino VP2 yang berada pada posisi 206 sampai 353 sangat penting sebagai neutralizing antigenic site.Bagian ini dinamakan sebagai VP2-variable domain atau vVP2, dimana sebagian besar asam amino akanberbeda diantara virus IBD yang berbeda antigenesitasnya Minta et al. 2005.Beberapa peneliti melaporkan bahwa antigen utama yang mempunyai efek perlindungan adalah VP2Tabbu, 2000. Sebagaimana umumnya sifat virus tanpa envelope, virus IBD sangat stabil dalam kondisi fisik dan kimiawi, antara lain resisten terhadap eter dan kloroform, dapat diinaktivasi pada pH 12, masih tetap aktif pada suhu 56 C selama 5 jam dan akan mati pada suhu 70 selama 30 menit. Virus IBD juga peka terhadap pelarut organik dan juga peka terhadap formalin dan kelompok iodofor.Sehubungan dengan ketahanan virus IBD terhadap pengaruh lingkungan dan bahan kimiawi maka virus ini dapat bertahan dalam kandang ayam dan lingkungan dalam periode yang lama walaupun telah dilakukan sanitasi desinfeksi Tabbu, 2000. Virus IBD diklasifikasikan menjadi 2 serotipe, yaitu serotipe 1 dan serotipe 2.Kedua serotipe ini bisa dibedakan dengan virus-neutralization test VN, tetapi tidak bisa dibedakan dengan Enzim Linked Immunosorbent Assay ELISA.Isolat serotipe 2 bisa didapatkan pada ayam dan kalkun Saif, 2003.Serotipe 1 bisa diperoleh dari ayam, bebek dan kalkun Tabbu, 2000.