Berbagai program vaksinasi perlu dievaluasi, karena wabah penyakit IBD

3 memiliki homologi nukleotida yang sangat besar dengan vvIBD strain Belanda, yaitu : D6948.Isolat lokal Indonesia juga telah diisolasi oleh Suwarno 2005 di beberapa daerah di Jawa timur, yaitu Lamongan dan Kediri. Berbagai temuan vvIBD dan berkembangnya berbagai jenis vaksin di pasaran menyebabkan evaluasi terhadap beberapa vaksin yang ada di Indonesia menjadi penting. Telah ditemukan beberapa virus tantangyang ada di Indonesia oleh Rudd etal. 2002. Deteksi atau diagnosa IBD yang tepat dirasakan semakin penting karena akan mejadi pedoman program pengendalian penyakit tiap-tiap peternakan. Metode histopatologi dengan pewarnaan HE merupakan metode rutin yang telah lama digunakan di Indonesia.Disamping itu peneguhan atau pelengkap diagnosa juga telah lama dilakukan dengan menguji tingkat kekebalan dengan mengukur titer antibodi ayam.Metode diagnosa IBD dengan menemukan langsung antigen virus dari jaringan antara lain dilakukan dengan teknik imunohistokimia, atau mendeteksi RNA virus dengan metode PCR Polymerase Chain Reaction. Metode diagnosa inilah yang penting untuk dievaluasi dan dikembangkan untuk identifikasi virus penyebab penyakit IBD. Perumusan masalah Dengan latar belakang tersebut maka berikut ini secara garis besar diambil perumusan masalah, yaitu: 1. Penyakit IBD telah tersebar di semua benua, walaupun ada beberapa tingkat patogenisitasnya. Hal ini berkaitan dengan berbagai strain virus yang menginfeksi wilayah tersebut. 2. Upaya pengendalian infeksi pada suatu peternakan telah banyak dilakukan, antara lain dengan berbagai program vaksinasi.

3. Berbagai program vaksinasi perlu dievaluasi, karena wabah penyakit IBD

masih sering terjadi walaupun telah dilakukan vaksinasi. 4 Tujuan Penelitian Untuk diagnosa rutin IBD biasanya dilakukan dengan histopatologi pewarnaan HE pada bursa Fabricius dan diagnosa serologi dengan ELISA.Pada penelitian kali ini dirumuskan beberapa tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Melakukan kajian dan evaluasi vaksinasi IBD pada broiler dengan metode ELISA untuk mempelajari antibodi hasil vaksinasi. 2. Melakukan kajian dan evaluasi vaksinasi IBD pada broiler dengan metode imunohistokimia untuk mengetahui keberadaan antigen pada jaringan. 3. Membandingkan respon vaksinasi dan infeksi IBD pada bursaFabricius. TINJAUAN PUSTAKA PenyakitInfectious Bursal Disease IBD Infectious Bursal Disease IBD merupakan penyakit yang menyerang ayam muda, baik broiler ataupun layer.Organ yang menjadi target adalah bursa Fabricius, yaitu organ sistem imun pada ayam muda. Sistem imun pada ayam muda jika terkena penyakit ini akan menyebabkan menurunnya sistem pertahanan tubuh, lebih peka terhadap patogen, respon buruk terhadap vaksinasi dan kadang menyebabkan mortalitas. Kejadian penyakit IBD telah tersebar di seluruh dunia dan menyerang pada industri peternakan ayam.Pada tahun 1962 penyakit ini muncul dan disebut sebagai penyakit Gumboro, sesuai dengan lokasi geografik penyebaran penyakit, yakni di area Gumboro, Amerika Serikat Muller et al. 2003. Pada tahun 1986 di Eropa telah terjadi serangan penyakit IBD yang sangat ganas. Para ahli menamakan penyakit ini sebagai IBD strain “very virulent” vvIBD, dimana menyebabkan kematian 70 pullet. Lesi penyakit ini sangat tipikal dengan IBD klasik.Setelah itu, penyakit IBD banyak diobservasi di Asia, Afrika dan di Amerika Selatan Muller et al. 2003. Di Indonesia, sejak tahun 1991 penyakit IBD telah mewabah di berbagai daerah, terutama daerah yang mempunyai populasi ayam tinggi serta skala usaha besar Tabbu, 2000. Kerugian besar pada industri yang disebabkan oleh penyakit IBD ini adalah adanya efek imunosupresif.Efek ini menyebabkan ayam lebih peka terhadap berbagai penyakit serta menurunnya kemampuan ayam dalam merespon vaksin Muller et al. 2003 dan Tabbu, 2000. Butcher dan Miles 2009 menambahkan bahwa adanya penyakit IBD pada sebuah peternakan bisa menjadi infeksi berulang minimal selama 4 bulan. Sekali saja sebuah kandang terkontaminasi virus IBD maka penyakit IBD akan cenderung menyebar dan menjadi resisten pada area flok tersebut. 6 Virus Infectious Bursal Disease IBD Virus IBD yang termasuk pada genus Avibirnavirus dan family Birnaviridae .Virus ini mempunyai 2 segmen genom, yaitu A dan B. Virus IBD mempunyai ukuran antara 55 – 65 nm.Virus berbentuk icosahedral dan tidak mempunyai envelope.Genom virus terdiri dari 2 segmen double stranded RNA. Virus tersusun atas 4 protein struktur, dimana VP2 dan VP3 merupakan protein sruktur dan komponen antigen dari kapsid virus Mintaet al. 2005. Sementara itu Minta et al.2005 dan Saif 2003 menuliskan adanya 5 protein virus, yaitu VP1, VP2, VP3, VP4 dan VP5, dengan berat molekul masing-masing 90 KD, 41 KD, 32 KD, 28 KD dan 21 KD. Asam amino VP2 yang berada pada posisi 206 sampai 353 sangat penting sebagai neutralizing antigenic site.Bagian ini dinamakan sebagai VP2-variable domain atau vVP2, dimana sebagian besar asam amino akanberbeda diantara virus IBD yang berbeda antigenesitasnya Minta et al. 2005.Beberapa peneliti melaporkan bahwa antigen utama yang mempunyai efek perlindungan adalah VP2Tabbu, 2000. Sebagaimana umumnya sifat virus tanpa envelope, virus IBD sangat stabil dalam kondisi fisik dan kimiawi, antara lain resisten terhadap eter dan kloroform, dapat diinaktivasi pada pH 12, masih tetap aktif pada suhu 56 C selama 5 jam dan akan mati pada suhu 70 selama 30 menit. Virus IBD juga peka terhadap pelarut organik dan juga peka terhadap formalin dan kelompok iodofor.Sehubungan dengan ketahanan virus IBD terhadap pengaruh lingkungan dan bahan kimiawi maka virus ini dapat bertahan dalam kandang ayam dan lingkungan dalam periode yang lama walaupun telah dilakukan sanitasi desinfeksi Tabbu, 2000. Virus IBD diklasifikasikan menjadi 2 serotipe, yaitu serotipe 1 dan serotipe 2.Kedua serotipe ini bisa dibedakan dengan virus-neutralization test VN, tetapi tidak bisa dibedakan dengan Enzim Linked Immunosorbent Assay ELISA.Isolat serotipe 2 bisa didapatkan pada ayam dan kalkun Saif, 2003.Serotipe 1 bisa diperoleh dari ayam, bebek dan kalkun Tabbu, 2000. 7 Gambar 1 Gambar skematis virus IBD yang berbentuk icosahedral Segal, 2009 Virus IBD juga dikelompokkan berdasarkan virulensinya.Serotipe 1 menurut virulensinya dibagi menjadi 3, yaitu klasik, varian dan sangat virulen very virulent IBDvvIBD.Virus IBD klasik pertama kali diisolasi sebagai “infectious Bursal agent” oleh Winterfield dan Hitchnerdan diidentifikasi sebagai penyebab penyakit IBD. Virus IBD strain varian telah dilaporkan oleh Allan pada tahun 1972, dimana infeksi virus IBD pada umur muda menyebabkan imunosupresi. Strain varian ini tetap meletup pada ayam yang memiliki antibodi maternalpada level proteksi untuk strain IBD yang standar.Strain Eropa yang termasuk strain klasik yaitu Faragher 5270 F5270 , sedangkan di Amerika Serikat yang termasuk strain klasik yaitu IBD strain STC Rudd et al. 2002 Virus IBD yang sangat virulen atau biasa disebut vvIBD mulai diisolasi pada akhir 1980an di Netherland. Strain ini menyebar sangat cepat di seluruh Afrika, Asia dan Amerika latin Saif, 2003. Minta et al. 2005 menyebutkan bahwa virus Polandia yang termasuk dalam strain vvIBD antara lain adalah 91272 dan 92111. Virus Isolat asli Indonesia yang telah dikarakterisasi dan diberi nama Tasik 94 juga termasuk dalam klasifikasi vvIBD Ruddet al. 2002. Identifikasi dan Karakterisasi Molekular Virus IBD Sareyyupoglu2005 melaporkan bahwa penentuan strain virus IBD sangat memerlukankarakterisasi antigenik dan virulensi virus berdasarkan geografisnya.Metode konvensional yang sering digunakan adalah VN virus- 8 netralization dan AC-ELISA Antigen CaptureELISA dengan menggunakan monoklonal antibodi. Metode dengan dasar asam nukleat sangat berguna dan aman karena tidak memerlukan isolasi dan propagasi pada kultur jaringan atau telur ayam berembrio. Beberapa peneliti melaporkankegunaan metode-metode tersebutuntuk identifikasi dan genotyping strain virus lapangan. Metode tersebut antara lain :Restriction Enzyme Analysis REA, Restriction Fragment Length Polymorphism RFLP, Multiplex PCR, Real-Time RT- PCR, Nucleotide dandeduced amino acid sequence analysis dan Reverse Genetics. Peighambari et al.2008telah melakukan karakterisasi isolat virus IBDyang dikumpulkan dari Iran pada tahun 2005 – 2006 dan mengelompokkannya menjadi vvIBD dan IBD klasik. RT-PCR Reverse Transcriptase PCR digunakan untuk mengamplifikasi fragmen gen VP2 743 bp isolat yang diperiksa.Digesti dengan 2 macam enzim yaitu BspMI dan SacI.Dari 49 sampel bursa asal broiler dan layer yang diperiksa, 75,5 sampel positif dengan RT-PCR.Kemudiandigestiondilakukan dengan 2 macam restriction enzyme BspMI dan SacIdan menunjukkan kecocokan 91,9 dengan vvIBD, 8,1 dengan IBD klasik. Analisis dengan restriction enzyme telah dibandingkan dengan isolat lain yang tersedia sequen nukleotidanya dan direferensikan oleh Genbank . Identifikasi dan karakterisasi molekuler virus dari sebuah flok yang terserang wabahIBD di Brazil baratdaya juga dilaporkanoleh Paula et al .2004.Sampel bursa diperiksa dengan teknikRT-PCR untuk mengamplifikasi gen hypervariabel-region VP2.Amplikon kemudian didigesti dengan restriction enzyme Taq I, StyI dan SspI, tetapi tidak dengan SacI.Selanjutnya analisis sekuennukleotidamengidentifikasi adanyaalanine, leucine danisoleucinepada posisi asam amino ke 222, 256 dan 294yang umum ditemukan pada strain vvIBD. Keberadaan genotip vvIBD pada layer yang telah divaksinasi dilaporkan terjadi di Turki oleh Ceribaci et al.2007.Sekuensing daerah hypervariabelgen VP2menunjukkan bahwa isolat virus lapang vvIBD di Turki memiliki hubungan 9 kedekatan dengan vvIBD strain Eropa dan Asia dibanding dengan strain klasik danbukan disebabkanoleh vvIBD strain baru. Virus IBD di Indonesia Virus lapangan di Indonesia telah diteliti oleh Rudd et al. pada tahun 2002. Mereka telah mendapatkan hasil berupa sekuen nukleotida yang lengkap dari virus IBD lapangan Indonesia dan juga sekuen asam amino dari segmen genom A dan B. Isolat yang diteliti disebut sebagai isolat Tasik 94, yang mirip dengan strain vvIBD yang beredardi Eropa, terutamamemiliki homologi nukleotida yang sangat besar 99,7 dengan vvIBD strain Belanda, yaitu : D6948 seperti ditunjukkan pada Gambar2 berikut ini. Gambar 2Skema karakteristik vvIBD Indonesia.Hubungan phylogenetic dari 15 strain virus IBD Serotipe I berdasarkan sequen nukleotida pada poliprotein VP2-VP4-VP3.Garis cabang merupakan proporsi perkiraan jarak genetiknya, sedangkan garis-garis batang unit merupakan substitusi nukleotida per cabang. Rudd et al. 2002 Isolat lokal Indonesia juga telah diisolasi oleh Suwarno dan Rahardjo 2005 di beberapa daerah di Jawa Timur, yaitu Lamongan dan Kediri. Isolat ini selanjutnya diteliti karakterisasinya, meliputi imunogenitas dan antigenesitas protein VP2, sebagai dasar pengembangan vaksin sub unit.Hasilnya menunjukkan 10 bahwa berat molekul VP2 isolat ini adalah 44 kDa, dan protein ini bersifat imunogenik yang bisa menginduksi produksi antibodi spesifik. Diagnosa Penyakit IBD 1. Lesi Patologi dan Berat Relatif Bursa Index Bursa Diagnosa penyakit IBD telah banyak dilakukan dengan berbagai metode.Islam et al. 2008 menuliskan bahwa ada hubungan antara skor lesi pada bursa dengan tingkat kematian pada infeksi IBD. Kemudian Islam et al. 2008 juga melihat histopatologi dari bursa Fabricius dan membuat diagnosa, yaitu fokal nekrosis, atropi folikuler dan udema interfolikuler dengan penebalan tunika serosa, lepasnya epitel serta pembentukan sistik.Indek bursa didapatkan dari berat bursa gram dikalikan 1000 dibagi berat badan ayam gram. Seekor ayam dengan index bursa yang lebih rendah dari 0,7 dikatakan bahwa ayam tersebut mengalami atropi bursa El-Kady et al., 2007. Index bursa juga menjadi kriteria utama untuk mengetahui adanya efek imunosupresi, disamping index limpa Juranova et al., 2001. Juranovaet al. 2001 menggunakan index bursa untuk melihat efek vaksinasi dari 7 macam strain vaksin IBD di Republik Czech. Selain indek bursa, Juranovaet al. 2001 juga mengukur titer antibodi dengan ELISA.

2. Titer antibodi dengan ELISA