Mekanisme Diskriminasi Warna Perikanan Bagan

region. Inisiasi perubahan kimia pada sel melibatkan proses amplifikasi Razak et al. 2005.

2.6 Mekanisme Diskriminasi Warna

Menurut Cromer 1994, suatu objek yang dilihat oleh hewan tergantung dari sifat-sifat fisik khusus dari cahaya yang sensitif untuk matanya. Pada serangga hanya dapat mendeteksi warna dan polarisasi. Pada ikan yang matanya sangat mirip dengan mata manusia dan mempunyai kemampuan untuk membedakan warna. Ketika spektrum cahaya masuk ke mata diterima lensa dan diteruskan ke retina maka spektrum cahaya merah tersebut merangsang sel kerucut merah untuk aktif dan memberikan signal merah karena adanya eksitasi dari sel-sel ganglion merah hijau red green ganglion cell. Ketika spektrum cahaya hijau sampai di retina maka cahaya hijau merangsang sel kerucut hijau dengan menghambat sel-sel ganglion merah hijau red green ganglion cell. Ketika spektrum cahaya warna kuning sampai ke retina, maka cahaya kuning merangsang sel-sel kerucut merah dan hijau secara bersamaan yang menyebabkan eksitasi ganglion merah hijau red green ganglion cell tanpa mempengaruhi sel kerucut biru. Demikian pula untuk spektrum cahaya warna biru masuk ke retina, sel kerucut merah dan hijau dirangsang yang menyebabkan eksitasi sel ganglion kuning biru yellow-blue ganglion memberikan signal biru Carlson, 1994. Selanjutnya dari penelitian Mc Farland dan Munz 1975 dalam Sale ed 1991, menunjukkan bahwa pigmen visual pada sel batang dari beberapa jenis ikan karang Pasifik memiliki kemampuan menyerap gelombang warna berkisar 480-502 nm. Kisaran tersebut berbeda dan lebih sempit kisarannya dibandingkan dengan laporan sebelumnya yang menyebutkan bahwa kisaran spektrum gelombang untuk pigmen sel batang untuk ikan air tawar dan ikan air laut berkisar 467-551 nm. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Lythgoe 1966 yang mendapatkan nilai yang hampir sama sekitar 490-503 nm pada tujuh sampel ikan dari Laut Mediterania. Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa adaptasi absorbsi gelombang maksimal dari pigmen visual ikan karang adalah berkisar 493 nm.

2.7 Perikanan Bagan

Bagan telah digunakan nelayan tanah air untuk menangkap ikan pelagis kecil. Alat tangkap ini dalam perkembangannya telah banyak mengalami perubahan baik bentuk maupun ukuran yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan daerah penangkapan. Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan dikelompokkan ke dalam jaring angkat lift net, namun karena menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing. Di Indonesia bagan tersebut digolongkan ke dalam dua tipe dilihat dari posisinya di daerah penangkapan, bagan apung dan bagan tancap. Dua tipe bagan di Indonesia yang pertama adalah bagan tancap yaitu bagan yang ditancapkan secara tetap di perairan dengan kedalaman 5-10 m. Jenis yang kedua adalah bagan apung yaitu bagan yang dapat berpindah dari satu daerah penangkapan ke daerah penangkapan lainnya Baskoro et. al 1998. Selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi bagan dengan satu perahu, bagan dengan dua perahu, bagan rakit dan bagan dengan menggunakan mesin. Bagan termasuk ke dalam light fishing yang menggunakan lampu sebagai alat bantu untuk merangsang atau menarik perhatian ikan untuk berkumpul di bawah cahaya lampu, kemudian dilakukan penangkapan dengan jaring yang telah tersedia Ayodhyoa 2001. Selanjutnya dikatakan bahwa ikan tersebut memberikan respon melalui rangsangan cahaya dan dimanfaatkan dalam penangkapan atau pemanfaatan salah satu tingkah laku ikan untuk menangkap ikan tersebut. Terdapat beberapa ikan yang tertarik dengan adanya cahaya dan berkumpul serta terdapat juga yang menjauhi cahaya dan menyebar. Perkembangan terakhir mengenai teknologi penangkapan ikan menggunakan bagan di Indonesia adalah menggunakan bagan besar yang umumnya disebut dengan nama bagan rambo Tupamahu 2003. 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat dan Laboratrium Kesehatan Ikan Institut Pertanian Bogor pada bulan November 2005 sampai Januari 2006. Pengambilan ikan sampel penelitian dilakukan melalui penangkapan menggunakan bagan yang beroperasi di Teluk Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Pengamatan tingkah laku ikan dilakukan di akuarium percobaan milik CV Mutiara Dua, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat dan analisis histologi adaptasi retina mata ikan dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan Institut Pertanian Bogor.

3.2 Bahan dan Alat