Hutan merupakan salah satu habitat dari bermacam-macam jenis burung. Secara alamiah hutan dengan berbagai jenis tumbuhan akan menyediakan sumber
makanan berupa biji-bijian dan buah bagi burung yang menjadi penghuninya, akan memberikan rasa aman bagi satwa tersebut untuk bersarang dan berkembang
biak. Keanekaragaman struktur habitat berpengaruh pada keanekaragaman jenis burung. Struktur hutan memberikan pengaruh nyata terhadap burung yang tinggal
didalam habitat tersebut. Kawasan Wallacea memiliki beberapa tipe habitat burung diantaranya
hutan rawa, pantai, mangrove, perkebunan kelapa, samudera, perairan dipedalaman, padang savana, hutan pamah monsoon, hutan sekunder dan
pinggiran hutan, persawahan, hutan pegunungan, hutan tanaman Coates dan Bishop, 1997. Di dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu terdapat beberapa
tipe habitat burung, yaitu hutan dataran rendah, hutan sub-pegunungan, hutan pegunungan, dan hutan tanaman. Salah satu habitat burung air di Taman Nasional
Lore Lindu adalah danau lindu, burung yang dapat ditemukan antara lain bangau sandang-lawe Ciconia episcopus dan cangak merah Ardea purpurea. Untuk
hutan primer, dapat ditemukan jenis-jenis burung cingcoang sulawesi, walik kuping merah dan anis geomalia. Hutan sekunder ditemukan jenis-jenis burung
seperti mandar padi zebra, ceret gunung, dan burung madu hitam. Sedangkan tepi hutan dihuni burung-burung pergam putih, kapasan Sulawesi, dan gagak hutan
Coates dan Bishop, 1997.
2.5 Indeks Diversity keanekaragaman
Distribusi atau sebaran spesies menyangkut 3 hal yaitu diversity keragaman, abundance kelimpahan dan spesies richness kekayaan jenis.
Ketiga komponen tersebut merupakan langkah awal dalam inventarisasi dan monitoring. Pengukuran spesies diversity atau sebaran spesies umumnya
menggunakan indeks yaitu suatu nilai tunggal yang menggambarkan suatu keadaan secara sederhana. Indeks – indeks tersebut antara lain indeks margalef,
indeks Shannon, dan indeks simpson. Indeks kekayaan spesies yaitu jumlah total spesies dalam satu komunitas, dapat menggunakan indeks margalef, dengan
rumus D=S-1ln N, dimana D adalah diversity; S adalah jumlah spesies; N
adalah jumlah total individu seluruh spesies dalam sampel. Kekayaan species dan kesamaannya dalam suatu nilai tunggal digambarkan dengan Indeks
Diversitaskeanekaragaman. Indeks diversity merupakan hasil dari kombinasi kekayaan dan kesamaan spesies, dapat menggunakan indeks Shannon atau indeks
simpson. Rumus indeks Shannon adalah H’ = - Σpi ln p, dimana H’ adalah nilai
indeks Shannon dan p adalah proporsi dari tiap spesies i. Jadi, H’ adalah jumlah dari seluruh pi ln p untuk semua spesies dalam komunitas. Rumus indeks
Simpson adalah D = Σnini-1 NN-1. Indeks kesamaan, menggambarkan jika
semua spesies dalam suatu sampel kelimpahannya sama, menunjukkan bahwa indeks kesamaan maksimum dan akan menurun munuju nol sebagai kelimpahan
relatif suatu spesies yang tidak sama Winarni, 2005.
2.6 Ekologi Lanskap
Ekologi lanskap dapat diartikan sebagai bentang lahan yang heterogen, yang dibentuk dari elemenunit pembentuk lanskap yang disebut patch yang saling
berinteraksi. Patch yaitu areal homogen yang dapat dibedakan dari daerah sekelilingnya. Matriks yaitu areal homogen yang mendominasi Lanskap. Koridor
yaitu patch yang berbentuk memanjang. Edge yaitu daerah peralihan antara patchantara patch dan matriks. Elemen lanskap memiliki bentuk dan ukuran yang
beragam. Bentuk elemen lanskap dibagi menjadi dua yaitu membulat isodiametric dan memanjang elongated Sayogo et al, 2008.
Matriks kawasan TNLL berupa hutan pegunungan Upper montane forest dan lower montane forest yang menutupi sebagian besar kawasan 90, sisanya
berupa patch-patch yang terpisah dengan habitat lainnya. Patch-patch tersebut antara lain cloud forest merupakan patch hutan yang terdapat dipuncak tinggi,
patch savana, lower montane riverine forest berupa patch hutan yang berada di sepanjang sungai pegunungan bawah, patch ekosistem marsh dan swamp forest,
dan patch berupa lake atau danau Irawan et al, 2007.
2.7 Efek Tepi