CRITICAL REVIEW JURNAL ANALISIS FAKTOR Y

1

Critical Review :

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN
TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KONVEKSI KOTA
MALANG
Atikah 3214205005
Bidang Keahlian Magister Manajemen Pembangunan Kota Jurusan Arsitektur,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 2014
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: atikah14@mhs.arch.its.ac.id

Abstrak—Semakin meningkatnya jumlah penduduk yang
tumbuh setiap tahun, maka akan semakin meningkat pula
jumlah tenaga kerja, akan tetapi kenaikan jumlah tenaga
kerja tersebut tidak di sertai dengan adanya peningkatan
jumlah lapangan kerja, sehingga timbullah pengangguran.
Salah satu cara untuk mendapatkan lapangan kerja
adalah dengan menciptakan sendiri lapangan kerja
tersebut, dengan memulai usaha sendiri yang memiliki

modal kecil seperti Industri Kecil Rumah Tangga. Industri
tersebut ternyata mampu mengurangi angka tingkat
pengagguran di Indonesia dan merupakan industri yang
di nilai stabil dalam guncangan ekonomi.
Salah satu industri yang mudah untuk di aplikasikan ialah
industri konveksi, dimana pakaian merupakan kebutuhan
primer, sehingga pasar yang ada untuk usaha ini juga
cukup besar.
Kata Kunci— Industri Kecil, Industri Konveksi, Tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN
eiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan
yang terus naik dari waktu ke waktu dimana penduduk
tersebut juga memiliki banyak kepentingan terutama untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka, terutama kebutuhan
primer seperti tempat tinggal, makanan, dan pakaian. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup tersebut penduduk tentunya
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, agar biaya tersebut
dapat di penuhi maka hal utama yang di lakukan adalah
mencari pekerjaan, mulai dari bekerja di perusahaan, industri

besar, industri menengah maupun industri kecil yang tersedia
pada kota tersebut.
seiring dengan semakin tingginya kebutuhan yang ingin di
penuhi tidak hanya kebutuhan primer saja, akan tetapi juga
kebutuhan sekunder dan tersier, maka dorongan akan untuk

S

mencari pekerjaan akan semakin tinggi pula, terutama
pekerjaan yang memiliki upah atau gaji yang besar. Upah yang
besar tersebut tentunya bergantung dengan wilayah tempat
bekerja, semakin ke arah pusat kota maka gaji yang di
tawarkan juga akan semakin banyak dari pada di kota
pinggiran, hal ini terjaid karena perusahaan-perusahaan dan
industri besar lebih memilih kota sebagai tempat yang
memiliki potensi besar bagi perusahaan tersebut untuk
berkembang, aksesbilitas yang mudah di perkotaan juga
menentukan tempat perusahaan tersebut berdiri.
Faktanya, setiap perusahaan / industri pasti membutuhkan
tenaga kerja untuk menjalankan usahanya tersebut, industri

dan perusahaan tersebut juga menawarkan berbagai fasilitas
dan upah yang sangat terjamin, sehingga para tenaga kerja pun
akhirnya mulai beralih menuju pusat kota,
Semakin besar suatu perusahaan atau industri tersebut
tumbuh, maka semakin banyak pula tenaga kerja yang
dibutuhkan. Hukum
keseimbangan pasar tenaga kerja
menjelaskan, jika permintaan jumlah produksi meningkat
maka penawaran terhadap tenaga kerja tersebut akan
meningkat, akan tetapi upah yang diterima akan menurun
untuk menekan angka pengeluaran produksi.
Dengan demikian dapat di pahami bahwa semakin semakin
banyak permintaan produksi di perusahaan dan industri maka
akan semakin banyak pula tenaga kerja yang di butuhkan,
akibatnya muncul istilah pasar tenaga kerja yang bermaksud
untuk hal tersebut akhirnya memancing para tenaga kerja di
pinggir kota untuk mencari pekerjaan di tengah kota yang
segala fasilitasnya dapat terpenuhi, sehingga muncullak istilah
pasar tenaga kerja perkotaan, dimana pasar tersebut
menyediakan seluruh kebutuhan tenaga kerja dan persediaan

tenaga kerja.
II STUDI KASUS
Kota merupakan salah satu kota yang terletak di
propinsi Jawa Timur, kota malang berada pada daerah dataran

2
tinggi di selatan Surabaya, kota malangi ini merupakan kota
terbesar kedua di Jawa Timur setelah kota Surabaya. Salah
satu hal yang terkenal di kota malang ialah jumlah fasilitas
pendidikan yang cukup dominan sehingga kota ini di kenal
sebagai kota pendidikan. Persentase tingkat pertumbuhan
penduduk di kota Malang sebesar 3,9%, sesuai dengan tingkat
pertumbuhan yang terus meningkat maka lapangan kerjapun
semakin banyak, sektor lapangan kerja yang paling banyak di
kota Malang ialah industri, seperti industri manufaktur,
industri kecil dan mikro, hinggaadanya kompleks industri.
Industri yang pertumbuhannya sangat maju ialah industri kecil
dan mikro, sedangkan industri manufaktur besar yang ada
sebagian kecil saja.
Berdasarkan data tenaga kerja dan transmigrasi kota

malang pada tahun 2014, jumlah pengangguran berdasarkan
lapangan usaha cukup tinggi, sebesar 44.459 orang, hal ini
terjadi karena jumlah pencari kerja dan lowongan kerja tidak
sebanding, lowongan kerja hanya dapat menampung 2.326
orang, sedangkan pencari kerja yang terdaftar sebesar 51.168
orang.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13


Uraian
Lowongan kerja
Pencari kerja terdaftar
Penempatan tenaga kerja
Tenaga Kerja Pemuda Mandiri
Profesional
Kesempatan
Kerja
berdasarkan
lapangan Usaha
Pengangguran berdasarkan Lapangan
Usaha
Penempatan TKS
Pemutusan Hubungan Kerja
Pengiriman TKI
Pemulangan TKI Ilegal
Tenaga Kerja Asing
Jml KK Terdaftar Calon Transmigrasi
Jml KK Diberangkatkan Transmigrasi


Satuan
Orang
Orang
Orang
Orang

s/d Juni 2014
2.326
51.168
1.926
-

Orang

1.926

Orang

44.459


Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

0
16
1.921
7
10
0

Tabel 1. Perkembangan Bursa Tenaga Kerja 2014
Sumber : http://disnaker.malangkab.go.id
Dari data tersebut dimana lowongan kerja tidak dapat
menampung keseluruhan dari tenaga kerja maka ada beberapa

alternatif yang dapat di lakukan oleh tenaga kerja (1) mereka
akan bekerja pada industri konveksi kecil yang jumlahnya
begitu banyak di kota Malang, akan tetapi upah yang di dapat
tidak sebanding dengan bekerja pada perusahaan industri
besar (2) tenaga kerja akan membuat usaha sendiri (3) tenaga
kerja akan mencari kerja di luar dari kotanya yang memiliki
upah dan fasilitas sebanding dengan kota asal. Berbagai
alternatif tersebut di lakukan para tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.

III. REVIEW LITERATUR
A.

Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang
siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah
bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. (MT
Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2)
Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1987) tenaga

kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja,
termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan
sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat
tidak ada kesempatan kerja.
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, pengertian tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat.
Secara umum tenaga kerja di kalsaifikasian menjadi 4
golongan yaitu (1) tenaga kerja terdidik (2) tenaga kerja
terlatih (3) tenaga kerja terdidik dan terlatih (4) tenaga kerja
tidak terdidik dantidak terlatih.
B. Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja adalah tarik-menarik antara
permintaan tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang di
tawarkan. Prinsip antara tenaga kerja dan pemberi kerja akan
berlaku hukum ekonomi, yaitu dimana pekerja harus berusaha
mendapatkan hasil upah yang sebesar-besarnya untuk
memenuhi segala kebutuhan sehari-hari. Demikian juga

dengan pemberi kerja akan berusaha mengeluarkan upah yang
serendah-rendahnya dengan maksud untuk meminimkan biaya
yang dikeluarkan untuk tenaga kerja.
Salah satu faktor utama naik turunnya permintaan dan
penawaran tenaga kerja adalah upah / gaji yang di dapat,
menurut teori klasik, permintaan tenaga kerja akan seimbang
dengan penawaran tenaga kerja maka tidak ada kemungkinan
timbulnya pengangguran. Artinya ketika tenaga kerja bersedia
di bayar dengan upah yang telah di tetapkan maka mereka
akan memperoleh pekerjaan, sedangkan pengangguran terjadi
ketika tenaga kerja tidak bersedia bekerja pada tingkat upah
yang berlaku
C. Industri
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri.
Secara etimologi industri berasal dari bahasa inggris
“industry” yang berasal dari bahasa Prancis kuno “industrie”
yang memiliki arti “aktivitas” yang kemudian berasal dari
bahasa Latin “industria” yang artinya “kerajinan, aktivitas”

3
Jika di lihat dari jumlah tenaga kerja yang digunakan
industri dapat dibedakan menjadi (1) industri rumah tangga (2)
industri kecil (3) industri sedang (4) industri besar.
Sedangkan klasifikasi industri berdasarkan cara
pengorganisasian yaitu (1) industri kecil (2) industri menengah
(3) industri besar
D. Industri Kecil
Industri kecil ini muncul pada tahun 1998 dimana
pada saat itu pemerintah melihat bahwa industri kecil memiliki
kestabilan terhadap goncangan ekonomi. 99,97% total usaha di
Indonesia berada pada industri kecil hal ini di sebabkan karena
ternyata industri kecil dapat menyerap tenaga kerja sebesar
99,5%.
Industri kecil ini merupakan industri berbasis
masyarakat, produksi dan pengelolaannya di lakukan oleh
masyarakat sendiri, hasilnya juga akan kembali ke masyarakat.
Dengan pengembangan industri kecil yang baik maka
perekonomian masyarakat akan meningkat, sehingga
pendapatan daerah juga akan mengalami peningkatan, industri
kecil ini nantinya akan dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi di suatu negara.
Industri kecil merupakan industri yang tenaga
kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, ciri-ciri industri
ini ialah memiliki modal yang relatif kecil, anggota keluarga,
dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah
tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.
IV. CRITICAL REVIEW
Salah satu masalah yang terjadi pada tenaga kerja
adalah pengangguran, dimana di Indonesia pengangguran
merupakan masalah pokok, pengangguran yang tinggi
memiliki dampak secara langsung maupun tidak langsung,
seperti kemiskinan, kriminalitas dan masalah sosial politik
pengangguran ini terjadi akibat tingkat pendidikan
atau kompetensi tenaga kerja yang minim sehingga sulit untuk
mengusai ilmu dan teknologi, penyebab lainnya adalah belum
memadainya lapangan pekerjaan yang ada dengan jumlah
tenaga kerja yang semakin meningkat.
Dengan adanya pengangguran maka dapat
mengakibatkan perekonomian negara menurun, terutama jika
di lihat dari segi produktivitas dan pendapatan masyarakat
yang dapat mengakibatkan kemiskinan serta masalah sosial.
Tingkat pengangguran yang tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik dan keamanan sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota. Akibat jangka
panjangnya ialah menurunnya GNP dan perndapatan perkapita
di suatu negara.
Salah satu cara mengatasi pengangguran ialah dengan
meningkatkan dan
mendorong kewiraswastaan seperti
industri, khususnya industri kecil seperti industri rumah
tangga, dimana jenis industri ini tergolong mudah untuk di
aplikasikan kepada masyarakat, dengan menggunakan tenaga
kerja yang memiliki hubungan kekeluargaan dan modal yang
di butuhkan juga lebih sedikit. Adanya industri kecil terbukti
telah menyumbangkan sebagian besat total usaha di Indonesia.

Data BPS menunjukan jumlah industri kecil rumah
tangga di Indonesia sebesar 34.316 juta orang, 15.635 juta
pengusaha kecil mandiri, 18.227 juta pengusaha kecil dengan
bantuan tenaga kerja anggota keluarga dan 54 ribu pengusaha
kecil dengan tenaga kerja tetap. Industri kecil rumah tangga
juga telah menyerap banyak tenaga kerja dengan pertumbuhan
industri kecil rumah tangga yang baik maka jumlah tenaga
kerja akan meningkat, jumlah kemiskinan akan semakin
berkurang, terjadinya pemerataan distribusi pendapatan dan
pembangunan ekonomi di desa.
Salah satu industri kecil yang populer di kota Malang
ialah industri konveksi, hal ini di sebabkan karena pakaian
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga
pasar untuk industri ini selalu ada. Selain itu modal awal untuk
industri konveksi juga tidak terlalu besar seperti dengan
bermodalkan dua atau tiga mesin jahit, dimana mesin jahit
sendiri merupakan salah satu mesin produksi termurah.
Terdapat beberapa hal yang mendukung adanya
bisnis konveksi terus berkembang yaitu (1) semakin
bertambahnya jumlah penduduk (2) banyaknya event atau
organisasi yang memanfaatkan kaos sebagai alat bantu
pemasaran (3) adanya perusahaan dan acara kampanye yang
membuat permintaan produksi konveksi semakin meningkat.
Selain kemudahan di dalam mendirikan industri
konveksi, ternyata terdapat kendala yang di hadapi oleh
industri konveksi seperti mutu produk yang dihasilkan masih
kurang memuaskan untu menembus pasar bebas, adanya
ketergantungan pada komponen impor terutama untuk
memproduksi produk kualitas ekspor, industri konveksi masih
berpesan sebagai “tukang jahit” bagi pialang internasional,
ketergantungan industri konveksi terhadap “konglomerat”
yang mengusai sebagian besar pasar, inovasi terhadap produk
masih dinilai kurang serta pemasaran yang juga masih minim.
V. ISU YANG DIBAHAS
Jumlah tingkat pengangguran yang semakin
bertambah di kota Malang akibat dari tidak sebandingnya
lapangan kerja yang ada terhadap jumlah tenaga kerja yang
semakin meningkat setiap tahun. Salah satu solusi terhadap
permasalah pengagguran adalah dengan menciptakan lapangan
kerja baru seperti industri kecil dimana untuk memulai usaha
tersebut modal yang di butuhkan sedikit, sehingga dapat modal
awalnya dapat menggunaka uang sendiri, berdasarkan hasil
penelitian modal terkecil yang dapat dipakai ialah Rp
3.000.000.
Sebenarnya lembaga keuangan sendiri tidak mau
memberikan pinjaman terhadap industri kecil akibat beberapa
hal (1) pemberian pinajam kepada industri kecil di nilai tidak
menguntungkan (2) lembaga keuangkan kesulitan memperoleh
informasi yang memadai terhadap industri kecil, akibat tidak
adanya laporan keuangan dalam pengajuan kredit.
Pada penelitian yang dihasilkan ternyata usaha
konveksi di Malang cukup merata dan beragam serta jumlah
pengusaha industri yang juga hampir sama antara pria (54%)
dan wanita (46%), akan tetapi wanita terbukti lebih banyak
memulai menjadi pengusaha konveksi. Usia para pengusaha

4
pun kebanyakan berada pada usia matang sekitar 41 – 45
tahun. Akan tetapi tingkat pendidikan terbanyak para tenaga
kerja industri tersebut ialah SMA ke bawah dengan upah ratarata Rp 730.000 perbulan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
penyerapan tenaga kerja yaitu, upah, modal dan volume
penjualan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]

[2]

[3]

[4]

Fuad. 2013. Analisi Faktor yang Memperngaruhi Penyerapan Tenaga
Kerja Pada Industri Konveksi Kota Malang,Jurnal FEB : Universitas
Brawijaya Malang
Kirana; Dewanti; Amalia, 2011. Strategi Kebijakan Pengembangan dan
Pembinaan IKM Konveksi Sebagai Salah Satu Industri Kecil
Menengah di Indonesia. J@TI Undip : Biro Penerbit Teknik dan
Manajemen Industri ITB Bandung
Ratna. 2013. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Melalui
Pendekatan Klaster. Jurnal Undip : Biro Universitas Diponegoro
Semarang
Septian. 2013. Makalah Penganggura. STTT Bandung