ANALISIS KEBERHASILAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) MINA JAYA KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN PENDEKATAN TRIPARTITE

(1)

ANALISIS KEBERHASILAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) MINA JAYA KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN

KOTA BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN PENDEKATAN TRIPARTITE

Oleh Clara Yolandika

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) kinerja KUD Mina Jaya sebagai badan usaha ditinjau dari rasio keuangan, (2) kontribusi KUD Mina Jaya terhadap pembangunan, dan (3) tingkat kesejahteraan anggota KUD Mina Jaya dan perbedaannya berdasarkan status mereka sebagai nelayan menurut kriteria Sajogyo.Penelitian dilakukan di KUD Mina Jaya Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung.Terdapat empat strata nelayan, yaitu juragan, nahkoda, kepala kamar mesin (KKM), dan anak buah kapal (ABK). Jumlah sampel sebanyak 92 orang, terdiri dari 36 orang nelayan dari kapal dengan ABK > 10 orang dan 56 orang nelayan dari kapal dengan ABK ≤ 10 orang. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis rasio keuangan, analisis kontribusi terhadap pembangunan, dan analisis tingkat kesejahteraan berdasarkan kriteria Sajogyo (1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kinerja KUD Mina Jaya sebagai badan usaha ditinjau dari rasio keuangan adalah sangat baik berdasarkan rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas, tetapi masih pada kategori baik berdasarkan rasio likuiditas (2) Kontribusi KUD Mina Jaya terhadap pembangunan di Provinsi Lampung dari tahun 2010 hingga 2014 sudah baik, dengan kategori baik pada ketaatan koperasi membayar pajak, rata-rata rasio penyerapan tenaga kerja, dan rata-rata rasio tingkat upah karyawan (3) KUD Mina Jaya sudah berhasil menyejahterakan anggotanya dalam kriteria cukup, bahkan sebagian besar juragan pada kapal dengan ABK > 10 orang sudah masuk dalam kategori hidup layak. Tingkat kesejahteraan juragan pada kapal dengan ABK > 10 orang lebih tinggi dibandingkan dengan juragan pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang, akan tetapi tingkat kesejahteraan nahkoda, KKM, dan ABK pada kapal dengan ABK > 10 orang maupun pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang tidak berbeda.


(2)

SUCCESS ANALYSIS OF KOPERASI UNIT DESA (KUD) MINA JAYA IN SOUTH TELUK BETUNG SUB DISTRICT

OF BANDAR LAMPUNG CITY BASED ON TRIPARTITE APPROACH By

Clara Yolandika

ABSTRACT

This research aims to analyze: (1) the financial performance of KUD Mina Jaya reviewed by financial ratio, (2) the contribution of KUD Mina Jaya toward development, and (3) the prosperity rate of KUD Mina Jaya members and compares them based on their status as fisherman according to Sajogyo criteria. This research was conducted in KUD Mina Jaya South Teluk Betung Sub-district Bandar Lampung City. There were four level of fisherman, namely ship owner, sailor, ship machine (KKM), and ship crew (ABK). The numbers of samples were 92 people that consist of 36 fishermen from the ship with more than 10 ABK and 56 fishermen from the ship with less or equal than 10 ABK. The data analysis method used was the financial ratio analysis, contribution analysis towards developments, and the analysis of prosperity rate based on Sajogyo criteria (1997). The results showed that (1) the financial performance of KUD Mina Jaya reviewed from financial ratio were very good based on solvability ratio and profitability ratio, but it was still in good category based on liquidity ratio, (2) KUD Mina Jaya has contributed well towards the development in Lampung Province from 2010 until 2014, with good category based on the obedient of cooperation to pay taxes, the average ratio of labor absorption, and the average of the labor wage rate, and (3) KUD Mina Jaya has been successful enough to make prosperity of its members, even the ship owner in the ship with more than 10 ABK, which mostly has been categorized in proper life. The prosperity rate of ship owners with more than 10 ABK were more than ship owner with less or equal than 10 ABK and the prosperity rate of the sailor, KKM, and ABK in the ship with more than 10 ABK and in the ship with less or equal than 10 ABK were similar.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 12 November 1994, dari pasangan bapak Ir. Bambang Utoyo, M.P. dan ibu Eka Nurulita, A.Md. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2000, tingkat sekolah dasar (SD) di SD Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2006, tingkat pertama (SLTP) di SMP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009, dan tingkat atas (SLTA) di SMA Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2011. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis. Selama di perguruan tinggi, penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Dasar-Dasar Akuntansi pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015, mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015, mata kuliah Koperasi pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, mata kuliah

Kewirausahaan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, mata kuliah

Tataniaga Pertanian pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015, mata kuliah Manajemen Agribisnis pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015, mata kuliah Landasan Perdagangan Internasional pada semester ganjil tahun


(7)

tahun ajaran 2014/2015, dan mata kuliah Manajemen Pemasaran pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.

Pada tahun 2014, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) selama 40 hari di Kelompok Usahatani Mekar Tani Jaya Kecamatan Lembang Provinsi Jawa Barat dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Gunung Sugih Besar Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Penulis pernah menjadi surveyor konsumen di Bank Indonesia selama tiga bulan pada bulan Oktober – Desember 2014.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjabat sebagai Public Relation UKM Radio Kampus Unila periode 2012 – 2013, Offair Manager UKM Radio Kampus Unila periode 2013 – 2014, duta mahasiswa Fakultas Peranian periode 2013 – 2014, sekretaris koordinator Social-EconomicsEnglish Club (SEC) periode 2013 – 2014, anggota bidang VII Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian Unila periode 2013 – 2014, anggota Forum Komunikasi (Forkom) Siaga Bencana Universitas Lampung tahun 2013 – 2014, mentor mata kuliah Biologi Umum Forum Ilmiah Mahasiswa (FILMA) Fakultas Pertanian tahun 2013 – 2014, anggota Bidang Pengembangan Akademik dan Profesi Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2011 – 2015, dan anggota biasa Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Komisariat Pertanian Unila Cabang Bandar Lampung tahun 2013 – 2015.


(8)

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah

memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada:

1. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si., selaku dosenpembimbing utama,yang telah memberikan semangat, bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku dosen pembimbing anggota dan dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan semangat, bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Dr. Ir. Sudarma Widjaja, M.S. sebagai dosen penguji skripsi ini, atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

4. Orangtuaku tercinta, Ayahanda Ir. Bambang Utoyo, M.P. dan Ibunda Eka Nurulita, A.Md., serta kedua adikku tersayang, Chaterine Yolandika dan Savina Azzahra atas semua limpahan kasih sayang, dukungan, doa, dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.

5. Dr. Ir. F. E. Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, atas arahan, bantuan, dan nasehat yang telah diberikan.

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan.


(9)

8. Karyawan-karyawati di Jurusan Agribisnis, Mba Iin, Mba Ayi, Mas Bukhari, Mas Sukardi, dan Mas Boim, atas semua bantuan yang telah diberikan.

9. Pengurus, karyawan, serta anggota KUD Mina Jaya, atas arahan dan informasi yang telah diberikan.

10. Sahabat-sahabatku seperjuangan semasa kuliah:Ayu Permata Putri, Dian Martiani, Intan Thahara Putri, Haliana Ghaida Sanjaya, M. Yanuar Rizaldy, Aldino Ahmad, Adiguna Gadung, dan Muhammad Azmi, atas masukan, saran, dan semangat yang telah diberikan.

11. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2011:Dila, Nadia, Niken, Elsa, Dita, Elvany, Vira, Emalia, Dian Fatma, Eni, Ica, Namira, Graha, Fadel, Kaushar, Fadlan, dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

12. Sahabat dalam suka dan duka:Octa Primanda, Mukti Arta, Mutiara Indira, Ririn Aristiyani, Afsani Saputri, Via Agiesta, Evy Widya, Larasati

Ahluwalia, dan Tandaditya Ariefandra, atas semangat, dukungan, tenaga yang telah diberikan selama ini.

13. Sahabat-sahabat Akselerasi Smanda, atas dukungan dan semangatnya.

14. Teman-teman Agribisnis 2012: Windy, Sheila, Uli, Yessi, Vanny, Muher, Juju, Selvi, dll, atas semangat dan dukungannya.

15. Adik-adik Agribisnis 2013 dan 2014 tersayang:Citra, Diqa, Fadia,Rini, Tsu, Ayunir, Yances, Uuk, Dwi, Intan, Vanda, Sofyan, Abdau, Riva’i, Faiq,Cindy, Baihaqi, Dhia, Fiko, Fajar, Fiqih, Tegar, Sabel, dll, atas dukungannya.


(10)

17. Keluarga Besar Fakultas Pertanian: Icul, Pipit, Sasha, Uti, Niken, Nadia, Breri, Adit, Noval, Geraldo, Bayu, Arpin, Bang Leo, Bang Parman, Bang Sandy, Bang Azhari, Defika, Dea Andhari, Alamanda, Dea Fitri, Ira, dll, atas bantuan, semangat, dan doanya.

18. Keluarga besar HmI Komisariat Pertanian Unila, UKM Rakanila, Himaseperta, BEM Fakultas Pertanian, Duta Mahasiswa FP Unila, dan Forkom Siaga Bencana, atas ilmu dan semangatnya.

19. Semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, 22 Mei 2015 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 7

C. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Koperasi ... 9

2. Keberhasilan Koperasi ... 13

3. Kinerja Koperasi sebagai Badan Usaha... 17

4. Kontribusi Koperasi terhadap Pembangunan ... 23

5. Usaha Ikan Tangkap ... 24

6. Teori Pendapatan dan Pengeluaran ... 27

a. Pendapatan Rumahtangga ... 28

1) Pendapatan Usaha Ikan Tangkap ... 28

2) Pendapatan Lain-Lain ... 30

3) Manfaat Ekonomi Koperasi ... 31

b. Pengeluaran Rumahtangga ... 34

7. Kesejahteraan Anggota ... 35

C. Kajian Penelitian Terdahulu ... 43

D. Kerangka Pemikiran ... 50

E. Hipotesis ... 55

III. METODELOGI PENELITIAN ... 56

A. Jenis Penelitian dan Definisi Operasional ... 56

B. Tempat, Responden, dan Waktu Penelitian ... 63

C. Jenis dan Sumber Data ... 65

D. Metode Analisis Data ... 66

1. Kinerja Koperasi sebagai Badan Usaha... 66

2. Kontribusi pada Pembangunan ... 68

a. Ketaatan Koperasi Membayar Pajak ... 68 Halaman


(12)

a. Analisis Pendapatan Usaha Ikan Tangkap ... 69

b. Analisis Pendapatan Lain-lain ... 70

c. Manfaat Ekonomi Koperasi... 70

d. Analisis Pendapatan Rumahtangga ... 71

e. Analisis Pengeluaran Rumahtangga ... 71

f. Analisis Tingkat Kesejahteraan ... 72

g. Uji t (t-Test) ... 74

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 78

A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan ... 78

1. Keadaan Geografis ... 78

2. Keadaan Iklim ... 79

3. Keadaan Demografi ... 79

4. Keadaan Umum Perikanan ... 79

A. Keadaan Umum Kelurahan Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan ... 81

1. Keadaan Geografis ... 81

2. Keadaan Iklim ... 82

3. Keadaan Demografi ... 82

4. Sarana Umum ... 83

B. Keadaan Umum Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya Kelurahan Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan ... 85

1. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya ... 85

2. Struktur Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya ... 85

3. Unit Usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya ... 88

a. Unit Usaha Pelelangan Ikan ... 88

b. Unit Usaha BBM ... 89

c. Unit Usaha Simpan Pinjam... 90

d. Unit Usaha Waserda ... 91

e. Unit Usaha Sewaan Ruko ... 92

f. Unit Usaha Pengadaan Air Bersih ... 92

g. Unit Usaha Pengadaan Alat Tangkap Nelayan ... 93

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 95

A. Karakteristik Responden ... 95

1. Umur Nelayan Responden ... 95

2. Tingkat Pendidikan Nelayan Responden ... 97

3. Jumlah Tanggungan Responden ... 98

4. Usaha Lain-lain Nelayan Responden ... 100

5. Jarak dari Rumah ke Laut Nelayan Responden ... 102

B. Kinerja Koperasi sebagai Badan Usaha ... 104


(13)

a. Analisis Pendapatan Usaha Ikan Tangkap (On farm) ... 111

b. Analisis Pendapatan Lain-Lain (Off farm dan Non farm) ... 123

c. Analisis Manfaat Ekonomi Koperasi ... 126

d. Total Pendapatan Rumahtangga Nelayan Anggota KUD Mina Jaya ... 130

2. Analisis Pengeluaran Rumahtangga Nelayan Anggota KUD Mina Jaya ... 133

3. Analisis Tingkat Kesejahteraan Nelayan Anggota KUD Mina Jaya ... 145

4. Uji Beda Tingkat Kesejahteraan Nelayan Anggota KUD Mina Jaya ... 148

a. Juragan ... 149

b. Nahkoda ... 151

c. KKM ... 153

d. ABK ... 155

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 158

A. Kesimpulan ... 158

B. Saran ... 159

DAFTAR PUSTAKA ... 160

LAMPIRAN ... 165 Tabel 49 s.d Tabel 115 ... 166 - 236


(14)

DAFTAR TABEL

1. Sebaran jumlah koperasi di Pulau Sumatera berdasarkan provinsi,

tahun 2013 ...………... 3 2. Sebaran jumlah koperasi di Provinsi Lampung berdasarkan status

keaktifan per kabupaten/kota, tahun 2013 ………….……… 4 3. Kriteria kesejahteraan menurut Sajogyo (1997) berdasarkan besaran

pengeluaran per kapita per tahun setara beras pada daerah pedesaan

dan perkotaan ………. 38

4. Ringkasan beberapa penelitian terdahulu mengenai analisis kinerja

koperasi, evaluasi kinerja, dan kesejahteraan anggota ……… 44 5. Sebaran populasi dan sampel pada penelitian analisis keberhasilan

Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung berdasarkan pendekatan tripartite,

tahun 2014 ... 64 6. Standar pengukuran rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas

menurut Kementrian Koperasi dan UKM ……… 67 7. Jumlah sarana pendidikan, kesehatan, ibadah, transportasi, dan

ekonomidi Kelurahan Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung, tahun 2012……….. 83 8. Pendapatan jasa lelang KUD Mina Jaya, tahun 2009 –2013 ...…... 89 9. Pendapatan jasa BBM KUD Mina Jaya, tahun 2009 –2013 ……... 90 10.Pendapatan sewa ruko KUD Mina Jaya, tahun 2009 –2013 ……... 92 11.Sebaran responden anggotaKUD Mina Jaya Kecamatan Teluk Betung

Selatan Kota Bandar Lampung pada kapal dengan ABK > 10 orang

menurut golongan umur, tahun 2014………...……... 95 12.Sebaran responden anggotaKUD Mina Jaya Kecamatan Teluk Betung

Selatan Kota Bandar Lampung pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang menurut golongan umur, tahun 2014………...……... 96

Halaman Tabel


(15)

14.Sebaran responden anggotaKUD Mina Jaya Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang berdasarkan tingkat pendidikan formal, tahun 2014…………..…. 98 15.Sebaran responden anggotaKUD Mina Jaya Kecamatan Teluk Betung

Selatan Kota Bandar Lampung pada kapal dengan ABK > 10 orang

berdasarkan jumlah tanggungan keluarga, tahun 2014 …………. 99 16.Sebaran responden anggotaKUD Mina Jaya Kecamatan Teluk Betung

Selatan Kota Bandar Lampung pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang berdasarkan jumlah tanggungan keluarga, tahun 2014 …………. 99 17.Sebaran responden anggotaKUD Mina Jaya Kecamatan Teluk Betung

Selatan Kota Bandar Lampung pada kapal dengan ABK >10 orang berdasarkan jenis usaha lain-lain, tahun 2014………….…………101 18.Sebaran responden anggotaKUD Mina Jaya Kecamatan Teluk Betung

Selatan Kota Bandar Lampung pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang

berdasarkan jenis usaha lain-lain, tahun 2014………….………… 101 19.Sebaran responden anggotaKUD Mina Jaya Kecamatan Teluk Betung

Selatan Kota Bandar Lampung pada kapal dengan ABK > 10 orang berdasarkan jarak tempuh dari rumah ke laut, tahun 2014………. 103 20.Sebaran responden anggotaKUD Mina Jaya Kecamatan Teluk Betung

Selatan Kota Bandar Lampung pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang berdasarkan jarak tempuh dari rumah ke laut, tahun 2014………. 103 21.Kinerja KUD Mina Jaya berdasarkan analisis rasio keuangan, tahun

2009 – 2013 ………... 103 22.Ketaatan KUD Mina Jaya membayar pajak, tahun 2010 – 2014 … 108 23.Jumlah tenaga kerja dan rasio pertumbuhan penyerapan tenaga kerja

KUD Mina Jaya pada tahun 2010 – 2014...………. 109 24.Rasio tingkat upah karyawan terhadap rata-rata upah minimum

Provinsi Lampung, tahun 2010 – 2014………... 110 25.Analisis pendapatan usaha ikan tangkap juragan pada kapal dengan

ABK>10 pada musim barat di KUD Mina Jaya Kota Bandar


(16)

27.Analisis pendapatan usaha ikan tangkap juragan pada kapal dengan ABK>10 pada musim timur di KUD Mina Jaya Kota Bandar

Lampung, tahun 2014 ………....……… 116 28.Rekapitulasi pendapatan usaha ikan tangkap nelayan pada kapal

dengan ABK > 10 orang selama satu tahun melalui sistem bagi

hasil, tahun 2014 ………... 117 29.Analisis pendapatan usaha ikan tangkap juragan pada kapal dengan

ABK≤ 10 pada musim barat di KUD Mina Jaya Kota Bandar

Lampung, tahun 2014 ………....……… 118 30.Analisis pendapatan usaha ikan tangkap juragan pada kapal dengan

ABK≤ 10 pada musim normal di KUD Mina Jaya Kota Bandar

Lampung, tahun 2014 ………....……… 119 31.Analisis pendapatan usaha ikan tangkap juragan pada kapal dengan

ABK≤ 10 pada musim timur di KUD Mina Jaya Kota Bandar

Lampung, tahun 2014 ………....……… 121 32.Rekapitulasi pendapatan usaha ikan tangkap nelayan pada kapal

dengan ABK ≤ 10 orang selama satu tahun melalui sistem bagi

hasil, tahun 2014 ………... 122 33.Rata-rata pendapatan nelayan anggota KUD Mina Jaya pada kapal

dengan ABK > 10 orang dari kegiatanoff farm, tahun 2014 …….. 123 34.Rata-rata pendapatan nelayan anggota KUD Mina Jaya pada kapal

dengan ABK ≤ 10 orang dari kegiatanoff farm, tahun 2014 …….. 124 35.Rata-rata pendapatan nelayan anggota KUD Mina Jaya pada kapal

dengan ABK > 10 orang dari kegiatannon farm, tahun 2014 ….... 125 36.Rata-rata pendapatan nelayan anggota KUD Mina Jaya pada kapal

dengan ABK ≤ 10 orang dari kegiatannon farm, tahun 2014 …… 126 37.Rata-rata pendapatan keluarga nelayan anggota KUD Mina Jaya dari

manfaat ekonomi koperasi pada kapal dengan ABK > 10 orang,

tahun 2014 ……… 128

38.Rata-rata pendapatan keluarga nelayan anggota KUD Mina Jaya dari manfaat ekonomi koperasi pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang, tahun 2014 ……… 129


(17)

40.Rata-rata pendapatan rumahtangga nelayan anggota KUD Mina Jaya Kota Bandar Lampung pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang, tahun

2014 ……….. 132 41.Pengeluaran rumahtangga nelayan anggota KUD Mina Jaya Kota

Bandar Lampung pada kapal dengan ABK > 10 orang, tahun 2014 140 42.Pengeluaran rumahtangga nelayan anggota KUD Mina Jaya Kota

Bandar Lampung pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang, tahun 2014 143 43.Tingkat kesejahteraan nelayan anggota KUD Mina Jaya Kota Bandar

Lampung pada kapal dengan ABK > 10 orang berdasarkan kriteria

Sajogyo, tahun 2014………... 146 44.Tingkat kesejahteraan nelayan anggota KUD Mina Jaya Kota Bandar

Lampung pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang berdasarkan kriteria

Sajogyo, tahun 2014………... 147 45.Hasil uji beda tingkat kesejahteraan juragan anggota KUD Mina Jaya

menurut kriteria Sajogyo, tahun 2014………...………… 149 46.Hasil uji beda tingkat kesejahteraan nahkoda anggota KUD Mina Jaya

menurut kriteria Sajogyo, tahun 2014………...………… 152 47.Hasil uji beda tingkat kesejahteraan KKM anggota KUD Mina Jaya

menurut kriteria Sajogyo, tahun 2014………...………… 155 48.Hasil uji beda tingkat kesejahteraan ABK anggota KUD Mina Jaya

menurut kriteria Sajogyo, tahun 2014 ………...………… 157 49. Identitas juragan responden pada kapal dengan ABK > 10 ……… 166 50. Identitas nahkoda responden pada kapal dengan ABK > 10 …….. 167 51. Identitas KKM responden pada kapal dengan ABK > 10 ………... 168 52.Identitas ABK responden pada kapal dengan ABK > 10 ………… 169 53.Biaya variabel yang diperlukan pada usaha ikan tangkap pada kapal

dengan ABK > 10 pada musim barat ………..………... 170 54.Biaya variabel yang diperlukan pada usaha ikan tangkap pada kapal


(18)

56.Total produksi usaha ikan tangkap pada kapal dengan

ABK > 10 ……… 173

57.Rekapitulasi pembagian bagi hasil nelayan pada kapal dengan

ABK > 10 pada musim barat ……….. 174 58.Rekapitulasi pembagian bagi hasil nelayan pada kapal dengan

ABK > 10 pada musim normal……….. 175 59.Rekapitulasi pembagian bagi hasil nelayan pada kapal dengan

ABK > 10 pada musim timur ……….. 176 60.Rekapitulasi surat menyurat yang diperlukan nelayan pada kapal

dengan ABK > 10 ………... 177

61.Rekapitulasi penyusutan harta tetap juragan pada kapal dengan

ABK > 10 ……….... 178

62.Rekapitulasi pendapatan juragan pada kapal dengan ABK > 10

orang dari usaha ikan tangkap ………. 180 63.Pendapatan rumahtangga nahkoda pada kapal dengan ABK > 10

orang dari aktivitas luar usaha ikan tangkap (off farm)………….. 181 64.Pendapatan rumahtangga KKM pada kapal dengan ABK > 10

orang dari aktivitas luar usaha ikan tangkap (off farm)………….. 182 65.Pendapatan rumahtangga ABK pada kapal dengan ABK > 10

orang dari aktivitas luar usaha ikan tangkap (off farm)………….. 183 66.Pendapatan rumahtangga juragan pada kapal dengan ABK > 10

orangdari aktivitas di non pertanian(non farm)………..….. 184 67.Rekapitulasi manfaat ekonomi koperasi tunai yang diterima nelayan

pada kapal dengan ABK > 10 ……….185 68.Rekapitulasi manfaat ekonomi koperasi diperhitungkan yang

diterima nelayan pada kapal dengan ABK > 10 ……….. 186 69.Rekapitulasi pendapatan rumahtangga juragan pada kapal dengan

ABK > 10 ……… 188

70.Rekapitulasi pendapatan rumahtangga nahkoda pada kapal dengan


(19)

72.Rekapitulasi pendapatan rumahtangga ABK pada kapal dengan

ABK > 10 ……… 191

73.Rata-Rata pengeluaran rumahtangganelayan pada kapal dengan

ABK > 10 pada musim barat ……….. 192 74.Rata-Rata pengeluaran rumahtangga nelayan pada kapal dengan

ABK > 10 pada musim normal ……….. 193

75.Rata-Rata pengeluaran rumahtangga nelayan pada kapal dengan

ABK > 10 pada musim timur ………. 194 76.Tingkat kesejahteraan pada juragan pada kapal dengan ABK > 10

(kriteria Sajogyo).……….. 195 77.Tingkat kesejahteraan pada nahkoda pada kapal dengan ABK > 10

(kriteria Sajogyo).……….. 196 78.Tingkat kesejahteraan pada KKM pada kapal dengan ABK > 10

(kriteria Sajogyo).……….. 197 79.Tingkat kesejahteraan pada ABK pada kapal dengan ABK > 10

(kriteria Sajogyo).……….. 198 80.Identitas juragan responden pada kapal dengan ABK 10 ……… 199 81.Identitas nahkoda responden pada kapal dengan ABK 10 …….. 200 82.Identitas KKM responden pada kapal dengan ABK 10 ………... 201 83.Identitas ABK responden pada kapal dengan ABK 10 ………… 202 84.Biaya variabel yang diperlukan pada usaha ikan tangkap pada kapal

dengan ABK 10 pada musim barat ………..………... 203 85.Biaya variabel yang diperlukan pada usaha ikan tangkap pada kapal

dengan ABK 10 pada musim normal ……….… 204 86.Biaya variabel yang diperlukan pada usaha ikan tangkap pada kapal

dengan ABK 10 pada musim timur ……….. 205 87.Total produksi usaha ikan tangkap pada kapal dengan


(20)

89.Rekapitulasi pembagian bagi hasil nelayan pada kapal dengan

ABK 10 pada musim normal……….. 208 90.Rekapitulasi pembagian bagi hasil nelayan pada kapal dengan

ABK 10 pada musim timur ……….. 209 91.Rekapitulasi surat menyurat yang diperlukan nelayan pada kapal

dengan ABK 10 ………... 210 92.Rekapitulasi penyusutan harta tetap juragan pada kapal dengan

ABK 10 ……….... 211

93.Rekapitulasi pendapatan juragan pada kapal dengan ABK 10

orang dari usaha ikan tangkap ………. 214 94.Pendapatan rumahtangga juragan pada kapal dengan ABK 10

orang dari aktivitas luar usaha ikan tangkap (off farm)………….. 215 95.Pendapatan rumahtangga nahkoda pada kapal dengan ABK 10

orang dari aktivitas luar usaha ikan tangkap (off farm)………….. 216 96.Pendapatan rumahtangga KKM pada kapal dengan ABK 10

orang dari aktivitas luar usaha ikan tangkap (off farm)………….. 217 97.Pendapatan rumahtangga ABK pada kapal dengan ABK 10

orang dari aktivitas luar usaha ikan tangkap (off farm)………….. 218 98.Pendapatan rumahtangga juragan pada kapal dengan ABK 10

orangdari aktivitas di non pertanian(non farm)………..….. 219 99.Rekapitulasi manfaat ekonomi koperasi tunai yang diterima nelayan

pada kapal dengan ABK 10 ……….220 100. Rekapitulasi manfaat ekonomi koperasi diperhitungkan yang

diterima nelayan pada kapal dengan ABK 10 ……….. 221 101. Rekapitulasi pendapatan rumahtangga juragan pada kapal dengan

ABK 10 ……… 223

102. Rekapitulasi pendapatan rumahtangga nahkoda pada kapal dengan

ABK 10 ……… 224

103. Rekapitulasi pendapatan rumahtangga KKM pada kapal dengan


(21)

105. Rata-Rata pengeluaran rumahtangga nelayan pada kapal dengan

ABK 10 pada musim barat ……….. 227

106. Rata-Rata pengeluaran rumahtangga nelayan pada kapal dengan ABK 10 pada musim normal ……….. 228 107. Rata-Rata pengeluaran rumahtangga nelayan pada kapal dengan ABK 10 pada musim timur ………. 229

108.Tingkat kesejahteraan pada juragan pada kapal dengan ABK ≤ 10 (kriteria Sajogyo) .……….……….. 230

109.Tingkat kesejahteraan pada nahkoda pada kapal dengan ABK ≤ 10 (kriteria Sajogyo) .……….……….. 231

110.Tingkat kesejahteraan pada KKM pada kapal dengan ABK ≤ 10 (kriteria Sajogyo) .……….……….. 232

111.Tingkat kesejahteraan pada ABK pada kapal dengan ABK ≤ 10 (kriteria Sajogyo) .……….……….. 233

112.Hasil regresi juragan anggota KUD Mina Jaya, tahun 2014... 234

113.Hasil regresi nahkoda anggota KUD Mina Jaya, tahun 2014... 235

114.Hasil regresi KKM anggota KUD Mina Jaya, tahun 2014... 236


(22)

DAFTAR GAMBAR

1. Struktur organisasi internal koperasi secara umum ……….. 11 2. Bagan alir kerangka berpikir analisis keberhasilan KUD Mina Jaya

berdasarkan pendekatan tripartite………. 54 3. Struktur organisasi Koperasi Unit Desa Mina Jaya Kelurahan

Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar

Lampung periode tahun 2013 – 2017 ………... 87 Halaman Gambar


(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia memiliki tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian, yaitu sektor negara, sektor swasta, dan sektor koperasi. Koperasi merupakan salah satu pelaku ekonomi yang bersifat kerakyatan, sehingga koperasi dipandang cocok untuk perekonomian Indonesia. Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 1, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan.Jadi, koperasi bukanlah perkumpulan modal usaha yang mencari keuntungan semata. Koperasi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan anggota dengan memberikan pelayanan sebaik mungkin demi mencapai kesejahteraan anggota.

Sebagai salah satu pelaku ekonomi, maka dalam melaksanakan kegiatan usahanya, koperasi tidak terbatas pada salah satu usaha saja, namun dapat mengembangkan bidang usaha yang bermacam-macam. Akan tetapi,sebagai wadah perekonomian dan kegiatan sosial masyarakat, maka koperasi dapat memberikan keseimbangan, kedudukan, peranan, dan sumbangan terhadap


(24)

tatanan perekonomian nasional, sehingga apa yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia dapat dicapai, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka mengetahui bagaimana pertumbuhan kinerja koperasi,maka

KementerianKoperasi dan UKM,baik ditingkat pusat maupun daerah,perlu melaksanakan penilaian kesehatan koperasi dengan mengacu pada pedoman pemeringkatan koperasi (Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM, 2013).

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang menjadikan koperasi sebagai salah satu sektor perekonomian, baik di bidang produksi, jasa, konsumsi, dan simpan pinjam.PadaTabel 1 dijelaskan bahwa Provinsi Lampungberada di urutan ke lima berdasarkan provinsi dengan jumlah koperasi terbanyak di Pulau Sumatera. Pada tahun 2013, jumlah seluruh anggota koperasi di Provinsi Lampung adalah 865.957 orang. Jumlah tersebut berada di urutan kedua di bawah Provinsi Sumatera Utara. Namun demikian, jumlah anggota koperasi saja tidak dapat menentukan tingkat keberhasilan dari suatu koperasi. Kinerja koperasi sebagai badan usaha, kontribusi koperasi terhadap pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan anggota yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan koperasi (Hanel, 1989).


(25)

Tabel 1. Sebaran jumlah koperasi di Pulau Sumatera berdasarkan provinsi,tahun 2013

No Provinsi Jumlah koperasi (unit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumatera Utara

Nanggro Aceh Darussalam Sumatera Selatan Riau Lampung Sumatera Barat Jambi Bengkulu Kepulauan Riau Bangka Belitung 10.802 7.099 5.122 4.865 3.727 3.619 3.289 1.860 1.850 929

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung, 2014 (data diolah)

Pengelolaan koperasi membutuhkan tenaga-tenaga terdidik, terampil, dan cakap, sehingga koperasi akan mampu menjadi pelaku ekonomi yang kuat. Berhasil tidaknya suatu koperasi tergantung dari bagaimana anggota dapat bekerja seefektif dan seefisien mungkin pada segi peningkatan keuangan koperasi, kontribusi koperasi terhadap pembangunan, dan peran koperasi dalam menyejahterakan anggotanya.

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak koperasi. Akan tetapi, padaTabel 2 terlihat bahwa dari 3.727 unit koperasi yang ada, hanya 60,3 persen koperasi yang memiliki status aktif,dan sisanya merupakan koperasi pasif. Koperasi yang berstatus pasif tidak menjalankan kinerjanya dengan baik atau biasa dikenal dengan istilah mati suri.


(26)

Tabel 2. Sebaran jumlah koperasi di Provinsi Lampung berdasarkan status keaktifan per kabupaten/kota, tahun 2013

No Kabupaten/ Kota Aktif Pasif Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Kota Bandar Lampung Kab. Lampung Tengah Kab. Lampung Timur Kab. Lampung Utara Kab. Lampung Selatan Kab. Tanggamus Kab. Way Kanan Kota Metro

Kab. Lampung Barat Kab. Pringsewu Kab. Pesawaran Kab. Tulang Bawang Provinsi

Kab. Mesuji

Kab. Tulang Bawang Barat

471 261 202 296 142 168 127 106 120 80 74 109 50 43 0 202 268 201 106 220 72 79 62 47 71 65 13 57 43 0 673 529 403 402 362 240 206 168 167 151 139 122 107 58 0

Jumlah 2.249

(60,3%)

1.478 (39,7%)

3.727 (100%) Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung, 2014 (data diolah)

Kota Bandar Lampung merupakan kabupaten/kota yang memiliki jumlah koperasi terbanyak di Provinsi Lampung. Dari 673 unit koperasi, sebanyak 202 unit (30,01%) koperasi di Kota Bandar Lampung masih berstatus pasif, sedangkan 471 unit (69,99%) koperasi di Kota Bandar Lampung yang

berstatus aktif. Salah satu koperasi yang aktif di Kota Bandar Lampung yaitu Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya. Koperasi ini bergerak di bidang perikanan, meliputi pelelangan ikan, simpan pinjam, sewa perahu dan alat tangkap untuk nelayan, penyediaan solar dan es batu untuk nelayan,

penyewaan ruko, serta pengadaan air bersih. Berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.22/Kep/M.KUKM.2/II/2008 pada tahun 2008, Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya merupakan salah satu


(27)

koperasi yang menjadi kandidat dalam penilaian koperasi berkualitas dengan peringkat 37 dari 673 unit koperasi di Provinsi Lampung.

Tujuan KUD Mina Jaya selaras dengan tujuan koperasi berdasarkan undang-undang, yaitu menyejahterakan anggotanya. Pada pencapaian tujuan,

koperasi nelayan ini perlu didukung oleh manajemen yang baik. Pelaksanaan manajemen yang baik dapat berpengaruh pada tingkat keberhasilan dari suatu koperasi.

Penelitian Djumahir (2001), Hardiningsih (2009), dan Fadli (2012), menggunakan analisis kinerja keuangan sebagai indikator pengukuran keberhasilan koperasi. Akan tetapiHanel (1989), mengukurtingkat

keberhasilan suatu koperasi dari tiga pendekatan (pendekatan tripartite), yaitu keberhasilan koperasi sebagai badan usaha, keberhasilan koperasi dalam berkontribusi terhadap pembangunan,dan keberhasilan koperasi dalam menyejahterakan anggotanya. Pengukuran keberhasilan koperasi melalui pendekatan tripartite memperlihatkan bahwa keberhasilan koperasi tidak cukup hanya dilihat dari keberhasilannya sebagai badan usaha, tetapi perlu juga diukur sejauh mana koperasi berhasil meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Hal ini disebabkan karena tujuan utama koperasi

adalahmenyejahterakan anggotanya.

Kondisi keuangan yang baik akan menunjukkanbahwa usaha yang dilakukan sudah efisien dan memungkinkan koperasi membuat perencanaan yang baik di masa yang akan datang. Setiap koperasi memerlukan analisis


(28)

kinerjakeuangan, karena melalui analisis tersebut dapat diketahui keberhasilan koperasi sebagai suatu badan usaha.

Kontribusi koperasi terhadap pembangunan dapat dilihat dari ketaatan koperasi membayar pajak, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja koperasi, dan tingkat upah karyawan. Banyak koperasi di Indonesia yang hanya

terfokus pada kegiatan usahanya saja tanpa memperhatikan hal-hal yang harus dipenuhi, seperti membayar pajak serta tanggung jawab sosialnya pada

masyarakat sekitar.Tanggungjawab sosial koperasi terhadap masyarakat dapat berupa perekrutan tenaga kerja yang berasal dari wilayah kerja koperasi.

Keberhasilan koperasi dalam menyejahterakan anggota dilihat dari manfaat ekonomi yang diterima anggota. Tujuan utama koperasi adalah

menyejahterakan anggotanya, tetapi yang berjalan saat ini, banyak koperasi yang hanya mengutamakan keuntungan semata, tanpa memperhatikan kesejahteraan dari anggotanya sendiri. Terkadang kesejahteraan hanya dirasakan oleh beberapa orang, sehingga terjadi kesejahteraan yang tidak merata.

KUD Mina Jaya merupakan salah satu koperasi yang telah menjalankan berbagai unit usaha, tetapi masih terdapat beberapa unit usaha yang kurang aktif, yaitu unit usaha waserda dan unit usaha pengadaan alat tangkap nelayan. KUD Mina Jaya juga telah berkontribusi terhadap pembangunan daerah dan berperan dalam menyejahterakan anggota. Akan tetapi, masih terdapat anggota KUD Mina Jaya yang berpendapatan rendah dan belum merasakan pelayanan yang maksimal dari KUD Mina Jaya.


(29)

Berdasarkan uraian sebelumnya,maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai:

1. Bagaimana keberhasilan KUDMina Jayasebagai badan usaha ditinjau darirasio keuangan?

2. Bagaimana kontribusi KUDMina Jaya terhadap pembangunan? 3. Bagaimana tingkat kesejahteraan anggota KUDMina Jaya dan

perbedaannyaberdasarkan status mereka sebagai nelayan menurut kriteria Sajogyo?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis keberhasilan KUD Mina Jaya sebagai badan usaha ditinjau dari rasio keuangan.

2. Menganalisiskontribusi KUD Mina Jaya terhadap pembangunan. 3. Menganalisistingkat kesejahteraan anggota KUD Mina Jaya dan

perbedaannya berdasarkan status mereka sebagai nelayan menurut kriteria Sajogyo.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Pihak koperasi, sebagai pertimbangan dalam penyusunan rencana startegi operasional pada periode yang akan datang.


(30)

2. Pemerintah, sebagai sumbangan pemikirian dalam pertimbangan dan evaluasi terhadap penetapan kebijakan, terutama yang berkaitan dengan pengembangan koperasi di Indonesia.

3. Peneliti lain, sebagai referensi dalam melakukan penelitian sejenis atau menyempurnakan penelitian ini.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Koperasi

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 1, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi juga berasaskan kekeluargaan yang memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Koperasi memiliki prinsip yang menjadi sumber inspirasi dan menjiwai secara keseluruhan organisasi dan kegiatan usaha koperasi sesuai dengan maksud dan tujuan pendiriannya. Koperasi melaksanakan prinsip koperasi yang meliputi:(1) keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

(2) pengelolaan dilakukan secara demokratis; (3) pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha


(32)

masing-masing anggota; (4) pemberian balas jasa yang terbatas terhadap

modal;dan (5) kemandirian. Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992, koperasi memiliki fungsi dan peran dalam pendiriannya, meliputi: (1) membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya,

(2) berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat,

(3) memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya, dan

(4) berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi

Menurut Sitio dan Tamba (2001), koperasi membutuhkan struktur untuk menjalankan organisasi dan usahanya. Pada Gambar 1 dijelaskan bahwa struktur dan tatanan manajemen koperasi dapat dirunut berdasarkan perangkat organisasi koperasi, yaitu rapat anggota, pengurus, pengawas, dan pengelola. Rapat anggota merupakan suatu wadah dari para anggota koperasi yang diorganisasikan oleh pengurus koperasi untuk

membicarakan kepentingan organisasi maupun usaha koperasi dalam rangka mengambil suatu keputusan.


(33)

Gambar 1. Struktur internal koperasi secara umum Keterangan : = garis komando

= garis pengawasan = garis pembinaan = garis pelayanan Sumber : Sitio dan Tamba, 2001 (data diolah)

Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui rapat anggota, yang bertugas untuk: (1) mengelola organisasi koperasi dan usahanya, (2) mengajukan rancangan rencana kerja serta anggaran pendapatan dan belanja koperasi, (3) menyelenggarakan rapat anggota, dan (4) mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas. Perangkat koperasi berikutnya adalah pengawas. Pengawas adalah perangkat organisasi yang dipilih dari anggota dan diberi mandat untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya roda organisasi dan usaha koperasi. Perangkat koperasi yang terakhir adalah pengelola. Pengelola koperasi adalah mereka yang diangkat dan diberhentikan oleh

RAT

Pengurus

Manajer

Pengawas

Unit usaha

Unit usaha

Unit usaha

Anggota Pembina


(34)

pengurus untuk mengembangkan usaha koperasi secara efisien dan profesional. Seluruh unit usaha koperasi dikelola oleh mereka yang diberikan tanggungjawab sebagai pengelola.

Kinerja dari suatu koperasi ditentukan oleh tingkat partisipasi dari anggotanya. Anggota merupakan salah satu pihak yang menentukan keberhasilan dari suatu koperasi. Kedudukan anggota dalam koperasi sangatlah penting karena anggota sebagai pemilik (owner) dan juga

sebagai pelanggan (user) bagi koperasi. Koperasi hanya dapat tumbuh dan berkembang apabila mendapat dukungan dari anggotanya, baik dukungan melakukan transaksi, kehadiran dalam rapat anggota, maupun dalam penyertaan modal.

Koperasi membutuhkan modal untuk menjalankan organisasi dan usaha koperasi. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 41, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah dari anggota maupun dari masyarakat, sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari: (1) anggota koperasi, (2) koperasi lainnya dan/atau anggotanya, (3) bank dan lembaga keuangan lainnya, (4) penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta (5) sumber lain yang sah. Menurut Subandi (2010), penyertaan modal dalam koperasi pada dasarnya merupakan suatu investasi, dimana kepadapemiliknya harus diberikan bukti keikutsertaannya dalam bentuk saham.


(35)

2. Keberhasilan Koperasi

Menurut Hanel (1989), keberhasilan dari suatu koperasi dapat dilihat melalui tiga pendekatan yang biasa disebut dengan pendekatan tripartite. Evaluasi keberhasilan koperasi berdasarkan pendekatan tripartiteadalah (1)keberhasilan koperasi menjadi suatu badan usaha, (2) keberhasilan koperasi dalam kontribusi terhadap pembangunan daerah, dan (3)

keberhasilan koperasi mensejahterakaan anggota. Dari sisi usaha koperasi, maka koperasi akan mencapai keberhasilan apabila terdapat efisiensi koperasi, efektifitas koperasi,dan produktivitas koperasi. Dari sisi pembangunan daerah, koperasi akan mencapai keberhasilan apabila koperasi sudah turut menyejahterakan masyarakat sekitar dan

berkontribusi dalam kegiatan pembangunan, sedangkan dari sisi anggota, koperasi dapat mencapai keberhasilan apabila terdapat efek ekonomis, efek harga, dan efek biaya yang dapat menyejahterakan anggota.

Menurut Subandi (2010), koperasi merupakan sebuah badan usaha yang kelahirannya dilandasi oleh pikiran-pikiran sekumpulan orang, sehingga koperasi tidak boleh terlepas dari efisiensi usahanya walaupun tujuan utamanya adalah menyejahterakan anggota. Dalam menyejahterakan anggota, koperasi memberikan manfaat ekonomi, baik manfaat ekonomi tunai, maupun manfaat ekonomi diperhitungkan. Ukuran manfaat ekonomi dihubungkan dengan teori efisiensi, efektivitas, serta waktu terjadinya transaksi atau diperolehnya manfaat ekonomi. Efisiensi merupakan penghematan input yang diukur dengan cara membandingkan


(36)

input anggaran atau yang seharusnya dengan input realisasi atau yang sesungguhnya. Apabila input yang sesungguhnya lebih kecil daripada input yang seharusnya, maka akan terjadi efisiensi. Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau yang seharusnya dengan output realisasi atau yang

sesungguhnya.

Keberhasilan koperasi dari unit usahanya dapat dilihat dari tingkat kesehatan keuangan koperasi melalui analisis rasio keuangan koperasi. Perhitungan hasil usaha koperasi harus dapat menunjukkan usaha yang berasal dari anggota maupun bukan anggota. Alokasi pendapatan dan beban kepada anggota dan bukan anggota pada perhitungan hasil usaha dilakukan berdasarkan perbandingan manfaat yang diterima anggota dan bukan anggota (Subandi, 2010).

Menurut Hendar dan Kusnadi (1999), koperasi di negara berkembang dianggap perlu dihadirkan dalam rangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan demi mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam

memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, melalui pembangunan koperasi.Pembangunan koperasi dapat diartikan sebagai proses perubahan yang menyangkut kehidupan perkoperasianIndonesia guna mencapai kesejahteraan anggotanya. Tujuan pembangunan koperasi di Indonesia adalah


(37)

menciptakan keadaan masyarakat, khususnya anggota koperasi, agar mampu mengurus dirinya sendiri (self help).

Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Tahapan pembangunan koperasi di negara berkembang, terdiri dari: (1) pemerintah mendukung perintisan pembentukan organisasi koperasi, (2) melepaskan ketergantungan kepada sponsor dan pengawasan teknis, manajemen, dan keuangan secara langsung dari pemerintah dan atau organisasi yang dikendalikan oleh pemerintah, dan (3) perkembangan koperasi sebagai organisasi koperasi yang mandiri dan mampu turut berpartisipasi dalam memajukan pembangunan di negara berkembang. Tujuan pokok koperasi harus benar-benar mengabdi untuk kepentingan anggota dan masyarakat di sekitarnya. Pembangunan koperasi di

Indonesia dihadapkan pada dua masalah pokok, yaitu masalah internal dan masalah eksternal (Hanel, 1989).

Menurut Kementerian Koperasi dan UKM (2012), penilaian tingkat kontribusi koperasi terhadap pembangunan dapat dilihat dari ketaatan koperasi membayar pajak, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja, dan tingkat upah karyawan. Pajak yang dibayarkan koperasi kepada pemerintah daerah akan digunakan untuk melakukan pembangunan. Ketika koperasi membayar pajak dengan tepat waktu, maka koperasi dianggap sudah berkontribusi terhadap pembangunan daerah. Menurut UU No 25 Tahun 1992, tujuan koperasi adalah menyejahterakan anggota


(38)

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Penyerapan tenaga kerja yang dilakukan koperasi dari masyarakat sekitar, menandakan koperasi telah turut berpartisipasi dalam upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat sekitarnya. Selain itu, upah yang diberikan koperasi terhadap karyawan juga merupakan indikator kontribusi koperasi dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Keberhasilan dari suatu koperasi juga dilihat dari sisi anggota. Tujuan utama koperasi adalah menyejahterakan anggotanya, dimana diperlukan partisipasi dari setiap anggota untuk mencapai kesejahteraan tersebut. Hanel (1989) membagi partisipasi anggota koperasi menjadi dua kelompok, yaitu partisipasi anggota sebagai pemilik dan partisipasi anggota sebagai pelanggan. Partisipasi anggota sebagai pemilik sering disebut sebagai partisipasi kontributif, karena para anggota berpartisipasi dengan memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan

pertumbuhan koperasi dalam bentuk keuangan, misalnya membayar simpanan-simpanan, pembentukan cadangan, dan penyertaan modal, sedangkan partisipasi anggota sebagai pelanggan sering disebut sebagai partisipasi insentif, yaitu para anggota memanfaatkan berbagai potensi atau jasa pelayanan yang diberikan koperasi untuk menunjang berbagai kepentingannya, seperti pembelian, penjualan, kredit simpan pinjam, produksi, dan lain-lain. Semakin besar modal yang terkumpul, maka semakin besar pula peluang untuk memperluas jangkauan usaha koperasi. Jumlah manfaat ekonomi yang diterima anggota juga berpengaruh


(39)

3. Kinerja Koperasi sebagai Badan Usaha

Indikator pertama yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu koperasi adalah kinerja koperasi menjadi suatu badan usaha. Pengukuran kinerja koperasi sebagai suatu badan usaha dapat dilihat dari seberapa besar tingkat keuntungan yang diperoleh koperasi saat menjalankan unit usahanya. Pengukuran tingkat keuntungan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis laporan keuangan koperasi yang terjadi selama satu periode tertentu. Analisis laporan keuangan adalah penelaahan atau menguraikan informasi menjadi lebih detail, atau mempelajari hubungan-hubungan dan tendensi (trend) untuk menentukan posisi keuangan, serta hasil operasi serta perkembangan koperasi yang bersangkutan (Sudarsono dan Edilius, 2005).

Menurut Rahardjo (1994), untuk menganalisis laporan keuangan pada dasarnya ada dua cara, yaitu :

a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu (ratio histories) atau dengan rasio-rasio yang

diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang darikoperasi yang sama.

b. Membandingkan rasio-rasio dari sebuah koperasi dengan rasio-rasio yang sejenis dari koperasi lain (yang sejenis) atau untuk waktu yang sama. Melalui perbandingan rasio tersebut akan diketahui apakah koperasi yang bersangkutanberada di atas rata-rata atau terletak di bawah rata-ratadalam aspek finansial.


(40)

Laporan keuangan sangat diperlukan oleh semua jenis koperasi. Koperasi membuat laporan keuangan untuk menentukan dan mengukur hubungan-hubungan antar pos-pos keuangan, sehingga koperasi mendapat perubahan dari masing-masing pos tersebut. Oleh karena itu, digunakan metode dan alat-alat analisis tertentu, yaitu dengan jalan memperbandingkan laporan koperasiantar periode, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan yang

dianggarkan, atau bahkan dengan laporan keuangan dari koperasi-koperasilainnya (Sudarsono dan Edilius, 2005).

Informasi yang didasarkan pada analisis keuangan mencakup penilaian keadaan keuangan koperasi, baik yang telah lampau, saat sekarang, dan ekspektasi masa depan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk

mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa depan dan menentukan setiap kekuatan yang dapat digunakan. Disamping itu, analisis yang dilakukan oleh pihak luar koperasi dapat digunakan untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi investasi (Muslich, 2003). Metode dan teknik analisis yang umum digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah (Suharto dkk, 2005): a. Analisis perbandingan laporan keuangan, yaitu metode dan teknik

analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukkan data absolut atau jumlah- jumlah dalam rupiah, data relatif atau angka persen dari jumlah total, kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah, kenaikan atau


(41)

penurunan dalam angka persen, dan perbandingan yang dinyatakan dengan suatu rasio/nisbah.

b. Trend atau kecenderungan mengenai posisi dan kemajuan untuk mengetahui keadaan keuangan koperasi, apakah menunjukkan keadaan yang stabil, naik, atau turun.

c. Laporan dengan persentase per komponen, yaitu suatu metode analisis untuk mengetahui persentase masing-masing aktiva terhadap total aktiva, struktur permodalan dan komposisi perongkosan (beban-beban) dibandingkan dengan jumlah penjualannya.

d. Analisis perubahan modal kerja, yaitu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja dalam periode akuntansi tertentu, melalui pengurangan dari modal kerja awal terhadap

pengeluaran pribadi, ditambahkan dengan laba yang diperoleh. e. Analisis laporan arus kas (cash flow statement analysis),yaitu analisis

untuk mengetahui sumber-sumber dan penggunaan uang kas selama periode akuntansi tertentu.

f. Analisis rasio keuangan,yaitu suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individual atau gabungan dari kedua laporan tersebut.

g. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), yaitu suatu metode analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor atas penjualan suatu koperasi dari beberapa periode akuntansi atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode yang sama.


(42)

h. Analisis break even, yaitu suatuanalisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh koperasi agar koperasi tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break even akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan

Analisis rasio keuangan adalah metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi-laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Trend atau tendensi adalah metode atau teknik analisis untuk mengetahui

tendensi keadaan keuangan koperasi, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik, atau turun. Laporan dengan persentase per komponen atau common size statement adalah metode analisis untuk mengetahui persentase

investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktiva. Selain itu, juga untuk mengetahui struktur permodalan dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya (Munawir, 2002).

Menurut Riyanto (2001), rasio keuangan dibagi menjadi tiga macam, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas. Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas

koperasi(current ratio, quick ratio), rasio solvabilitas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar koperasi dibiayai dengan hutang (total debt to equity ratio, total debt to total capital ratio), rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas koperasidalam mengerjakan sumber-sumber


(43)

dananya, rasio rentabilitas adalah rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total asets, return on net worth, dan lain sebagainya). Rasio-rasio tersebut tersebut dapat dibedakan lagi menjadi (Riyanto, 2001):

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk menilai

kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, terdiri dari:

(1) Current Ratio, yaitu rasio yang menunjukkan tingkat keamanan pinjaman jangka pendek dan kemampuan untuk membayar hutang- hutang tersebut.

(2) Quick Ratio, yaitu kemampuan koperasi dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek tanpa memerhatikan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu relatif lama untuk dicairkan menjadi uang kas.

(3) Cash Ratio, yaitu kemampuan membayar hutang lancar yang dimiliki koperasi yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dan bank (simpanan jangka pendek).

b. Rasio Solvabilitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar semua hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, terdiri dari:


(44)

(1) Total Debt to Equity Ratio, yaitu rasio yangmenunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah yang dijadikan jaminan untuk

keseluruhan hutangnya.

(2) Total Debt to Total Capital Ratio, yaitu rasio yangmenunjukkan berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjakan dengan cara kredit, atau berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang.

c. Rasio Rentabilitas (Profitabilitas)

Rasio rentabilitas merupakan kemampuan yang dimiliki koperasi untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, terdiri dari:

(1) Return of Investment (profitabilitas ekonomi), yaitu kemampuan menghasilkan laba dari keseluruhan modal (baik modal luar maupun modal sendiri) yang digunakan untuk menghasilkan laba. (2) Return of Equity (profitabilitas modal sendiri), yaitu kemampuan

koperasi dengan modal sendiri (yang bekerja di dalamnya) untuk menghasilkan keuntungan.

Analisis trend adalah metode atau teknik analisis untuk mengetahui suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dan nilainya merata (smooth). Analisis trend dapat menggunakan metode semi rata-rata, dimana data dibagi menjadi dua bagian, dan dihitung rata-rata pada setiap kelompok, lalu nilai perubahan trend dapat dihitung dengan rumus (Munawir, 2002):


(45)

b = (�2−�1)

( ℎ �2 ℎ �1) 100% ……….(1)

Keterangan: b = Nilai perubahan trend

K1 = Rata-rata data kelompok pertama K1= Rata-rata data kelompok ke dua

Setelah diperoleh nilai perubahan trend, selanjutnya adalah merumuskan persamaan trend melalui persamaan (Munawir, 2002):

Y = a + bX ………(2)

Keterangan: Y = Nilai trend pada tahun X

a = Rata-rata pendapatan pada setiap kelompok b = Nilai perubahan trend

X = Nilai skor trend pada setiap kelompok

4. Kontribusi Koperasi terhadap Pembangunan

Menurut Kementerian Koperasi dan UKM (2012), penilaian tingkat kontribusi koperasi terhadap pembangunan dapat dilihat dari ketaatan koperasi membayar pajak, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja, dan tingkat upah karyawan. Ketaatan koperasi membayar pajak merupakan suatu bentuk partisipasi koperasi terhadap pembangunan daerah. Standar nilai yang diterapkan dalam analisis ketaatan koperasi membayar pajak, yaitu (Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM, 2013):

1. Membayar, lebih cepat dari waktu yang ditentukan (sangat baik) 2. Membayar, sesuai dengan waktu yang ditentukan (baik)

3. Membayar, terlambat ≤ seminggu dari waktu yang ditentukan (cukup baik)

4. Membayar, terlambat > seminggu dari waktu yang ditentukan (kurang baik)

5. Tidak mebayar pajak pada tahun ini (tidak baik)

Rasio pertumbuhan penyerapan tenaga kerja menggambarkan seberapa besar koperasi berperan dalam penyerapan tenaga kerja di wilayah kerja


(46)

koperasi. Rasio tersebut dapat diukur dengan rumus (Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM, 2013) :

� � �=Jumlah TK thn ini−Jumlah TK thn sebelumnya

Jumlah TK tahun sebelumnya 100 %...(3) dan kriterianya adalah:

Rasio penyerapan TK Koperasi > 15,0% (Sangat Baik) Rasio penyerapan TK Koperasi 10,0% - 14,9% (Baik)

Rasio penyerapan TK Koperasi 5,0% - 9,9% (Cukup Baik) Rasio penyerapan TK Koperasi 0,1% - 4,9% (Kurang Baik) Tidak ada penyerapan TK Koperasi (Tidak Baik)

Rasio tingkat upah karyawan menggambarkan perbandingan antara besarnya upah karyawan rata-rata terhadap besarnya upah minimum yang berlaku. Rasio tingkat upah karyawan dapat dihitung dengan

rumus(Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM, 2013) :

� � � ℎ� = Besar Upah karyawan rata−rata

Besar upah minimum yang berlaku 100 %……(4)

dan kriterianya adalah:

Rasio tingkat upah karyawan > 200% (Sangat Baik) Rasio tingkat upah karyawan 151% - 200% (Baik)

Rasio tingkat upah karyawan 101% - 150% (Cukup Baik) Rasio tingkat upah karyawan 81% - 100% (Kurang Baik) Rasio tingkat upah karyawan ≤ 80% (Tidak Baik) 5. Usaha Ikan Tangkap

Menurut Daniel (2002), produksi ikan bersifat musiman, terutama pada ikan laut. Kecepatan angin juga mempengaruhi kegiatan ikan, karena besar tidaknya ombak disebabkan oleh tiupan angin. Aliran angin juga tergantung dari cuaca dan musim. Matahari akan terhalang saat cuaca mendung, sehingga ikan akan berada pada posisi yang lebih ke dasar


(47)

laut. Saat musim hujan, ikan laut cenderung lebih sedikit karena sanisitas air laut berkurang akibat air tawar yang masuk ke dalam laut sehingga ikan akan menuju ke tengah laut, ke dasar laut atau

bersembunyi di karang. Faktor musim ini menyebabkan produksi ikan yang tidak konstan. Pada saat musim barat, produksi ikan cenderung sedikit, sedangkan pada saat musim

barat,saatproduksiikansangatmelimpah, banyakikanyang tidak dimanfaatkan, sehinggamenjadibusuk.Hal ini sangat merugikan bagi nelayan atau pengusaha.

Menurut Simanjuntak (2001), daerah penangkapan ikan bagi nelayan, juga tergantung pada besar kecilnya kapal, alat tangkap, dan jenis ikan laut yang akan ditangkap. Nelayan yang menggunakan kapal tanpa motor umumnya menangkap ikan laut di pinggir pantai sekitar pantai, sedangkan nelayan yang menggunakan kapal motor lebih kecil dari 5 GT akan menangkap ikan setelah kapal berlayar kearah tengah laut sejauh 100 m dari pantai dan daerah penangkapan dengan rata-rata sejauh 5.760 m. Nelayan yang menggunakan kapal motor lebih besar dari 5 GT akan menangkap ikan setelah kapal bergerak ke tengah laut sejauh 500 m dari pantai dan daerah menangkap ikan rata-rata sejauh 30.000 m. Setiap kapal motor memerlukan anak buah kapal (ABK) dengan jumlah yang berbeda. Ada kapal motor yang hanya

memerlukan tiga orang ABK, tetapi ada pula kapal motor yang memerlukan 20 orang ABK.


(48)

Menurut Effendi dan Oktariza (2006), jenis aset tetap bidang usaha perikanan untuk produksi ikan yaitu kapal, mesin, alat tangkap, dan alat bantu penangkapan. Biaya yang diperlukan untuk usaha perikanan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Jenis biaya tetap usaha perikanan adalah surat izin usaha perikanan (SIUP), surat izin penangkapan ikan (SIPI), surat izin berlayar (pas biru), biaya perawatan kapal dan mesin alat tangkap, dan biaya penyusutan aset tetap. Selanjutnya, biaya variabel usaha perikanan adalah oli,

solar/bensin, minyak tanah, es, garam, tenaga kerja, dan konsumsi saat melaut.

Menurut Mulyadi (2005), kelompok nelayan modern sudah menerapkan sistem bagi hasil. Kelompok nelayan ini terdiri dari juragan (pemilik kapal), nahkoda, kepala kamar mesin (KKM), dan anak buah kapal (ABK). Juragan merupakan nelayan yang memiliki sebuah kapal, yang digunakan secara bersama-sama dalam proses penangkapan ikan. Nahkoda adalah nelayan yang bertugas

mengemudikan kapal dengan didasari oleh sertifikat nahkoda yang dikeluarkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan. Kepala kamar mesin (KKM) adalah nelayan yang bertugas mengendalikan mesin pada kapal. Tidak semua kapal memiliki KKM, hanya kapal dengan mesin ≥ 10 GT yang memiliki KKM. Anak buah kapal (ABK) merupakan nelayan yang bertugas menangkap ikan, sehingga setiap kapal

memerlukan lebih dari satu ABK. ABK yang dibutuhkan setiap kapal berbeda-beda, tergantung jenis alat tangkap yang digunakan. Pada


(49)

sistem bagi hasil, bagian yang dibagi adalah pendapatan setelah dikurangi dengan ongkos-ongkos eksploitasi yang dikeluarkan pada waktu beroperasi ditambah dengan ongkos penjulan hasil, meliputi ongkos bahan bakar, oli, es dan garam, dan biaya lain yang masih termasuk ongkos eksploitasi, seperti biaya reparasi alat dan boat.

Selanjutnya menurut Mulyadi (2005), persentase pembagian hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan dan mengacu pada peraturan daerah. Permasalahan dalam pembangunan perikanan didefenisikan sebagai segenap perbedaan antara kondisi yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi. Kondisi pembangunan perikanan Indonesia yang diinginkan adalah suatu pembangunan perikanan yang dapat dimanfaatkan sumberdaya perikanan beserta ekosistem perairanya untuk kesejahterahan umat manusia, terutama nelayan secara berkelanjutan.

6. Teori Pendapatan dan Pengeluaran

Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang

mempengaruhinya, seperti luas lingkup pekerjaan, tingkat produksi, identitas juragan, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya, sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian,


(50)

sehingga bila harga dan produksi berubah, maka pendapatan yang diterima nelayan juga berubah (Soekartawi, 1995).

Menurut Soekartawi (1995), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumahtangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumahtanggaadalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung per bulan, per musim, dan per tahun. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani, seperti berdagang, mengojek, kuli, dan sebagainya.

a. Pendapatan Rumahtangga

Menurut Mosher (1987), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat kesejahteraan nelayan adalah pandapatan rumahtangga, karena

beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan. Besarnya pendapatan akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, dan lapangan kerja.

(1) Pendapatan Usaha Ikan Tangkap

Dalam pendapatan usaha ikan tangkap ada dua unsur yang

digunakan, yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produk


(51)

total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi (Gustiyana, 2004). Menurut Mubyarto (1989), produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi. Penerimaan tersebut diterima nelayan karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi, yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi.

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004) dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) penerimaan, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh dalam usaha selama satu tahun yang dapat dihitung dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi dan dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha nelayan, yaitu:

(a) luas usaha, meliputi ukuran kapal, jarak berlayar, dan waktu berlayar,

(b) tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas per tahun, (c) pilihan dan kombinasi alat tangkap yang digunakan,


(52)

Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua

pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume

produksi. Secara matematis pendapatan usaha ikan tangkap dapat dapat dihitung dengan rumus (Soekartawi, 1995):

π = Y. Py –Σ Xi.Pxi – BTT ………...(5) Keterangan : π = Pendapatan (Rp)

Y = Hasil produksi (Kg) Py = Harga hasil produksi (Rp)

Xi = Faktor produksi variabel (i = 1,2,3,….,n) Pxi = Harga faktor produksi variabel ke-i (Rp) BTT = Biaya tetap total (Rp)

(2) Pendapatan Lain-Lain

Sumber pendapatan keluarga digolongkan menjadi dua sektor, yaitu sektor pertanian (on farm) dan non pertanian (non farm). Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat dirinci lagi menjadi pendapatan nelayandan pendapatan usaha pertanian yang bukan nelayan. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri keluarga, perdagangan, pegawai, jasa, dan buruh non pertanian. Tingkat pendapatan rumahtangga merupakan indikator yang penting untuk mengetahui tingkat hidup rumahtangga. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumahtangga(Sajogyo, 1997).


(53)

(3) Manfaat Ekonomi Koperasi

Pelayanan koperasi kepada anggota adalah jasa yang diberikan koperasi dalam memajukan usaha anggotanya. Sebagian koperasi adalah pemberi pelayanan yang bertugas memberikan dan

meningkatkan pelayanan kepada usaha anggotanya. Munkner (1997) menyatakan bahwa sesuai dengan tujuan koperasi maka prioritas yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan

anggota, pertumbuhan koperasi yang berkesinambungan bukanlah tujuan akhir melainkan merupakan pembenaran dalam kaitan dengan perbaikan kapasitas koperasi dalam rangka peningkatan kesejahteraan anggota. Oleh karena itu, koperasi harus

mewujudkannya melalui penyediaan barang dan jasa yang sesuai dengan keinginan anggota dengan penawaran harga, kualitas dan kondisi yang lebih menguntungkan anggota dari pada penawaran yang ditawarkan oleh pasar untuk memberikan pelayanan yang baik kepada anggota.

Karakteristik yang harus dimiliki oleh koperasi agar dapat disebut sebagai pusat pelayanan, menurutNasution (1990) adalah:

(a) mampu menyediakan sarana dan bahan kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan kodrat sebagai manusia, baik untuk kebutuhan konsumsi, maupun untuk kegiatan produksi, (b) mampu berperan untuk membangkitkan inisiatif lokal agar


(54)

proses pembangunan dan menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut,

(c) dapat berperan sebagai sarana dalam proses transformasi struktural termasuk redistribusi faktor-faktor produksi dan pendapatan.

Pelayanan yang baik dari koperasi akan meningkatkan partisipasi anggota. Demikian pula koperasi sebagai organisasi ekonomi merupakan wadah berbagai kegiatan ekonomi masyarakat, khususnya para produsen, bisa diterima oleh anggota karena adanya pelayanan yang diberikan sesuai dengan bentuk dan kebutuhan yang diberikan oleh anggota, sehingga dapat meningkatkan partisipasi anggota. Semakin besar manfaat

ekonomi koperasi yang diterima anggota, maka semakin besar pula pendapatan rumahtangga yang mereka terima.

Pendapatan rumahtangganelayan anggota koperasimerupakan penjumlahan dari pendapatan keluarga dari usaha ikan tangkap dan pendapatan keluarga yang berasal dari luar usaha ikan tangkap, dan dirumuskan (Soekartawi, 1995):

Prt = Pusaha ikan tangkap+ Plain-lain+ Pmanfaat ekonomi koperasi…..(6)

Keterangan:

Prt = Pendapatan rumahtangga

Pusaha ikan tangkap = Pendapatan dari usaha ikan tangkap

Plain-lain = Pendapatan luar usaha ikan tangkap dan luar koperasi


(55)

Pendapatan nelayan dialokasikan untuk memenuhi berbagai kebutuhan keluarga. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Lima kebutuhan dasar Maslow disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial, yaitu: (a) kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan

hidupnya secara fisik, contoh: sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya,

(b) kebutuhan keamanan dan keselamatan, yaitu kebutuhan dalam memperoleh keamanan dan keselamatan, contoh: bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya,

(c) kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan dalam memperoleh kasih saying dari lingkungan sekitar dan rasa saling memiliki, contoh: memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain,

(d) kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan dalam memperoleh penghargaan, contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya,


(56)

(e) kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya., contoh: berkreasi, mencoba hal baru, dan lain-lain.

Menurut Soekirno (1985), ukuran pendapatan yang digunakan untuk tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumahtangga yang diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja di dalamrumahtangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga, seperti istri dan anak-anak, adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan, baik dalam pekerjaan rumahtangga, maupun mencari nafkah.

Mosher (1987) berpendapat bahwa tolok ukur yang penting dalam melihat kesejahteraan petani dan nelayan adalah pendapatan rumahtangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan. Besarnya pendapatan akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Tingkat pendapatan

rumahtangga merupakan indikator penting untuk mengetahui tingkat hidup rumahtangga.

b. Pengeluaran Rumahtangga

Menurut Badan Pusat Statistik (2007), pengeluaran keluarga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran


(57)

keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya relatif lebih rendah dibanding elastisitas permintaan terhadap barang bukan makanan.

Umumnya, tingkat kehidupan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari pola pengeluaran keluarga, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengeluaran untuk kebutuhan pangan dan non pangan. Tingkat pengeluaran masyarakat tersebut dibedakan satu sama lain. Perbedaan tersebut berdasarkan golongan tingkat

pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan status sosial. Pengeluaran keluarga nelayanpada dasarnya adalah pengeluaran produktif dan konsumtif, yang sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan (Badan Pusat Statistik, 2007).

7. Kesejahteraan Anggota

Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 1974, kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, keluarga, serta masyarakat, dengan menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Mosher


(58)

(1987) menjelaskan bahwa yang paling penting dari kesejahteraan nelayanadalah pendapatan rumahtangga, sebab beberapa aspek dari

kesejahteraan keluarga tergantung pada tingkat pendapatan rumahtangga.

Sajogyo (1997) menjelaskan kriteria kesejahteraan didasarkan pada pengeluaran per kapita per tahun setara beras, dikategorikan miskin apabila pengeluarannya lebih rendah nilai tukar 320 kg beras untuk daerah pedesaan, miskin sekali apabila pengeluarannya lebih rendah dari nilai tukar 240 kg beras untuk daerah pedesaan, dan paling miskin apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar 180 kg beras untuk daerah pedesaan. Pengukuran tingkat kesejahteraan kriteria Sajogyo (1997) adalah pendekatan dengan pengeluaran rumahtangga yang terdiri dari pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Pengukuran ini dilakukan dengan cara menghitung kebutuhan harian, mingguan, dan bulanan. Total pengeluaran rumahtangga dapat diformulasikan sebagai: Ct = Ca + Cb………..(7) Ca = Ca1 + Ca2 + Ca3 + Ca4 + Ca5+ …. + Can………..(8) Cb = Cb1 + Cb2 + Cb3 + Cb4 + Cb5 + …. + Cbn………...……..(9) Keterangan : Ct = Total pengeluran rumahtangga

Ca = Pengeluaran untuk pangan Cb = Pengeluaran untuk non pangan Ca1 = Pengeluaran untuk padi-padian Ca2 = Pengeluaran untuk minyak dan lemak Ca3 = Pengeluaran untuk pangan hewani Ca4 = Pengeluaran untuk sayur-sayuran Ca5 = Pengeluaran untuk buah-buahan Can = Pengeluaran lainnya

Cb1 = Pengeluaran untuk bahan bakar Cb2 = Pengeluaran untuk aneka barang/jasa Cb3 = Pengeluaran untuk pendidikan Cb4 = Pengeluaran untuk kesehatan Cb5 = Pengeluaran untuk listrik Cbn = Pengeluaran lainnya


(59)

Pengeluaran rumahtangga per kapita per bulan adalah total pengeluaran rumahtangga, baik pengeluaran untuk pangan maupun non pangan dalam sebulan. Usaha ikan tangkap memiliki tiga musim, sehingga pengeluaran rumahtangga juga harus dikonversikan pada setiap musim. Setelah pengeluaran rumahtangganelayan dikonversikan pada setiap musim. Selanjutnya, seluruh pengeluaran pada setiap musim dijumlahkan, sehingga menjadi pengeluaran rumahtangga per tahun. Pengeluaran rumahtangga per tahun tersebut dibagi dengan jumlah tanggungan

rumahtangga dan diperoleh pengeluaran rumahtangga per kapita per tahun.

Menurut Sajogyo (1997), pengeluaranrumahtangga dibedakan atas pengeluaran pangan dan nonpangan. Komoditas makanan terdiri dari padi-padian dan hasil-hasilnya, umbi-umbian dan hasil-hasilnya, minyak dan lemak, pangan hewani, buah atau biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lainnya. Komoditas bukan makanan terdiri dari pendidikan, pakaian, kesehatan, kebersihan, kosmetik, sosial, tabungan, arisan, dan cicilan, sumbangan, rekreasi, perbaikan rumah, transportasi, listrik, telepon atau handphone, perabotan rumah, aksesoris, dan bahan bakar.

Pengeluaran rumahtangga per kapita per tahun kemudian dibagi dengan harga beras per kilogram untuk mengukur tingkat kesejahteraan

rumahtangga nelayan. Menurut Sajogyo (1997), secara matematis tingkat pengeluaran per kapita per tahun padarumahtangganelayan dan tingkat pengeluaran per kapita per tahun setara beras dapat dirumuskan sebagai:


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. KeberhasilanKUD Mina Jaya sebagai badan usaha ditinjaudari rasio keuangan adalah sangat baik berdasarkan rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas, tetapi masih pada kategori baik berdasarkan rasio likuiditas. 2. Kontribusi KUD Mina Jaya terhadap pembangunan di Provinsi Lampung

dari tahun 2010 hingga 2014 sudah baik, dengan kategori baik padaketaatan koperasi membayar pajak,ratarasio penyerapan tenaga kerja, dan rata-ratarasio tingkat upah karyawan.

3. Kesejahteraan anggota KUD Mina Jaya sudah dalam kriteria cukup, bahkansebagian besar juragan pada kapal dengan ABK > 10 orang sudah masuk dalam kategori hidup layak. Tingkat kesejahteraan juragan pada kapal dengan ABK > 10 oranglebih tinggi dibandingkan dengan juraganpada kapal dengan ABK ≤ 10 orang, akan tetapi tingkat kesejahteraan nahkoda, KKM, dan ABK pada kapal dengan ABK > 10 orang maupun pada kapal dengan ABK ≤ 10 orang tidak berbeda.


(2)

B.Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi pihak KUD Mina Jaya diharapkan dapat kembali mengaktifkan semua unit usaha yang sudah dilakukan, terutama unit usaha waserda dan unit usaha pengadaan alat tangkap nelayan,yang selama ini relatif kurang aktif, dengan cara menjual barang-barang yang diperlukan oleh anggota dengan harga yang lebih terjangkau, serta lebih melakukan pengontrolan pada setiap bidang usaha yang dijalankan agar usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal, terutama pada unit usaha BBM.

2. Bagi pihak pemerintah, diharapkandapat melakukan pengontrolan rutin terhadap unit usaha yang dijalankan KUD Mina Jaya, terutama pada unit usaha BBM, sehingga terwujud transparansi antara pihak koperasi, investor, dan pemerintah terhadap persediaan pasokan BBM yang disediakan untuk nelayan.

3. Penelitian ini hanyamenganalisis keberhasilan koperasi sebagaibadan usaha berdasarkan rasio keuangan, sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat menganalisis keberhasilan koperasi sebagai badan usaha secara lengkap berdasarkan pedoman pemeringkatan koperasi yang dikeluarkan

Kementrian Koperasi dan UKM. Selain itu, penelitian ini juga terbatas hanya menganalisis tingkat kesejahteraan anggotakoperasi dari aspek material, sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat menganalisis tingkat kesejahteraan anggota koperasi secara lebih lengkap dengan juga melihat aspek non material.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator Ekonomi. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM. 2013. Pedoman Pemeringkatan Koperasi. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta. Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung. 2013. Rekapitulasi Data

Berdasarkan Provinsi. Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung. Bandar Lampung

Djumahir. 2001. Analisis Kinerja Keuangan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KP-RI) di Kota Madya Malang.

library.um.ac.id/majalah/printmajalah.php/315.html

Dwi, D.R. 2013. Optimalisasi Peran Koperasi Wanita dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggota. Jurnal Administrasi Publik Vol. 1 No. 3. http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index

Effendi, I dan W. Oktariza. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Depok.

Fadli, U.M. 2012. Analisis Kinerja Keuangan Pada Koperasi Karyawan Kantor Kementerian Agama Karawang. Jurnal Manajemen Vol. 09 No. 4. http://jurnal.feunsika.ac.id/

Gustiyana, F. 2004. Studi Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Hibrida dan Non Hibrida di Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Lampung.

Hanel, A. 1989. Organisasi Koperasi: Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan Kebijaksanaan Pengembangan di Negara-Negara

Berkembang. Universitas Padjajaran. Bandung.


(4)

Hardiningsih, L. 2009. Analisis Laporan Keuangan dalam Menilai Kinerja Keuangan pada Primer Koperasi Angkatan Darat (Primkopad) Kartika Benteng Sejahtera di Kota Balikpapan.

journal.feunmul.in/ojs/index.php/publikasi_ilmiah/article/view/97 Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Hendrik. 2011. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah di Kecamatan Prdayun Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 16 No. 1. http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JPK/article/view/44

Hernanto, F. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Iqbal, M. A. 2014. Analisis Pendapatan dan Kesejahteraan Rumahtangga PetaniUbi Kayu di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung Kartasapoetra, A.G. Bambang dan A. Setiady. 2001.Koperasi

IndonesiayangBerdasarkan Pancasila danUUD 1945. RinekaCipta. Jakarta.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 1992. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Jakarta.

KUD Mina Jaya. 2014. Laporan Pertanggungjawaban KUD Mina Jaya Tahun 2014. KUD Mina Jaya. Bandar Lampung.

Mahri, J. 2010. Pelayanan dan Manfaat Koperasi, Serta Pengaruhnya Terhadap Partisipasi Anggota Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Tasikmalaya. http://jurnal.upi.edu/ekonomi/view/594

Moleong, L.J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung

Mosher, A.T. 1987. Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif. Yasaguna. Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta

Mulyadi. 2013. Analisis Rasio Keuangan Pada Koperasi Karyawan Aneka Pangan Nusantara (KOPKANUS) PT. Indofood CBP Sukses Makmut Tbk. Purwakarta. Jurnal Manajemen Vol. 10 No. 3.

http://jurnal.feunsika.ac.id/wp-content/uploads/2013/06


(5)

Munawir, S. 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Edisi Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Munir, M. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Pada Koperasi Simpan Pinjam “Cendrawasih” Kecamatan Gubug Tahun Buku 2011. Jurnal Kajian Akuntansi dan Bisnis Vol. 1 No. 1.

http://jurnal.widyamanggala.ac.id/index.php/wmkeb/article/view/72 Munkner, K. 1997. Pengantar Hukum Koperasi. Universitas Padjajaran. Bandung. Muslich, M. 2003. Manajemen Keuangan Modern. Bumi Aksara. Jakarta

Nurmanaf, A. R. 2006. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Perkotaan dan Kaitannya dengan Tingkat Kemiskinan. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol. 6 No. 3. http://ojs.unud.ac.id

Prawitasari. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau dari Likuiditas,

Solvabilitas, dan Rentabilitas di KUD Musuk Kabupaten Boyolali. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta.

Priyatno, D. 2009. SPSS untuk Analisis Korelasi dan Regresi. Gave Media. Yogyakarta.

Rahardjo, B. 1994. MemahamiLaporan Keuangan untuk ManajerNonKeuangan. Andi Offset.Yogyakarta.

Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Koperasi, Edisi Keempat. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Rodjak, A. 2002. Manajemen Usahatani. Penerbit Pustaka Giratuna. Bandung. Sajogyo. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSB IPB.

Bogor.

Sihombing, L. 2010. Tata Niaga Hasil Pertanian. USU Press. Medan. Simanjuntak, P. J. 2001. Ekonomi Sumberdaya Manusia. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Sitio, A dan H. Tamba. 2001. Koperasi: Teori dan Praktik. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.

Subandi. 2010. Ekonomi Koperasi: Teori dan Praktik. Penerbit Alfabeta. Bandung.


(6)

Sudarsono dan Edilius, 2005. Koperasi dalam Teori dan Praktik.. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Sugiharto, E. Salmani, dan B. I. Gunawan. 2013. Studi Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Kampung Gurimbang Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol.18 No. 2.

Suhendri, S. Yudiono, dan D. Kurniati. Peranan Usaha Ternak Kambing terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Padi di Desa Sungai Besar Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vil. 2 No. 1. http://jurnal.untan.ac.id/

Sukirno. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah dan Dasar Metode Teknik.

Penerbit Transito. Bandung.

Suyanto, B dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Penerbit Kencana. Jakarta.