9
penghargaan dalam keluarga, dan iklim lingkungan masyarakat negatif, dideskripsikan sebagai berikut.
1. Pendidikan yang Rendah
Answer 2012:3 memaparkan bahwa, sekolah dapat mempengaruhi anak- anak siswa melalui sikap mereka terhadap persaingan dan mendorong
keragaman dan pengakuan mereka terhadap prestasi di bidang akademik, olahraga, dan seni. Pada masa kanak-kanak, persahabatan telah diasumsikan
peran penting dalam kehidupan seorang anak. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak usia sekolah menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-teman
mereka daripada mereka menghabiskan melakukan pekerjaan rumah, menonton televisi, atau bermain sendirian. Pada tahap ini, penerimaan sosial oleh
kelompok-kelompok anak memainkan peran utama dalam mengembangkan dan mempertahankan harga diri anak. Sejumlah penelitian mengaitkan harga diri
spiritual yang rendah untuk berbagai macam masalah, termasuk prestasi sekolah yang buruk, putus sekolah Answer, 2012:5, akan mempengaruhi hubungan
persahabatan mereka dengan teman-temannya, guru, orang tua atau orang lain dalam kehidupan mereka.
Menurut Sorensen 2012, 10, 11 kontributor utama harga diri spiritual yang rendah adalah orang tua, guru, pembantu rumah tangga, kakek, nenek,
saudara, teman, dan kerabat lainnya serta otoritas lainnya dalam kehidupan anak. Orang tua bagaimanapun, memiliki kesempatan terbaik dan paling konsisten
untuk mempengaruhi pandangan seorang anak memiliki dirinya sendiri. Kebanyakan orang tua berusaha menjadi orang tua yang baik. Sayangnya,
kebanyakan orang tua bergantung pada masa kecil mereka sendiri, intuisi mereka, dan mereka sendiri yang merasa berhasil untuk menentukan bagaimana
memperlakukan anak-anak mereka, bahkan banyak yang hanya mengulangi kesalahan orang tua mereka sendiri yang pernah dibuatnya. Kesibukan orang tua
sering mangabaikan tanggung jawab pendidikan terhadap anak, sehingga anak sering takut jika diajukan pertanyaan dan tidak tahu bagaimana menanggapinya
dan menjawabnya, sering bimbang dan ragu jika diminta melakukan sesuatu dan tidak tahu bagaimana melakukannya, merasa kurang percaya diri untuk
melakukan hal-hal yang kebanyakan orang lain tahu bagaimana melakukannya, merasa enggan dan tidak mampu untuk berbagi ide dan pendapat kepada orang
lain ketika dalam suatu kelompok diskusi.
Anak-anak yang secara konsisten dimarahi, diteriaki bahkan dipukul karena tidak naik kelas, tidak lulus ujian, tidak belajar, dan karena itu sering dianggap
10
sebagai anak yang bodoh. Seorang anak terus-menerus gagal di sekolah atau buruk dalam olahraga, mereka akan mengalami krisis identitas diri, terutama
ketika mereka mencapai usia remaja. Hal ini berdampak secara langsung atau tidak langsung terhadap citra diri dalam mengembangkan kompetensi dan
integritas diri anak-anak Theravive, 2011:2.
2. Beban Ekonomi Keluarga