19
Asumsi memandu perilaku pribadi setiap individu. Apa yang pribadi setiap individu lakukan pada sehari-hari sangat ditentukan oleh asumsi untuk hidup yang
individu miliki. Apa yang dilakukan individu, tergantung pada asumsi, bahwa individu akan berusaha sangat keras untuk melakukan segala sesuatu dengan
sempurna, menghindari terlalu dekat dengan orang lain, membatasi asupan makanan dan olahraga keras untuk tetap langsing, melakukan apa yang
diperlukan untuk menyenangkan orang, hindari melakukan sesuatu yang terlalu menantang, hindari melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya
dan lain sebagainya Lim et al. 2005, Modul 2:12.
Asumsi negatif meliputi lima unsur masalah yaitu harapan negatif, gagal mencapai sukses, di luar kontrol diri, rendah diri, dan menjadi beban masyarakat,
dideskripsikan sebagai berikut.
1. Mengembangkan Citra Buruk Keluarga
Menurut Lim et al. 2005, Modul 2: 13 asumsi negatif adalah pedoman untuk menjalani hidup yang membantu melindungi harga diri, sebagai suatu
keharusan yang tidak membantu. Individu mengembangkan asumsi seperti: saya yakin dapat memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Saya yakin tidak akan
rentan terhadap penyakit lagi karena telah memenuhi gizi yang dibutuhkan. Saya tidak sendirian lagi dan tidak akan terabaikan sekalipun orang tua harus
bekerja Saya harus bekerja dan terampil menjadi harapan dan tulang punggung keluarga . Ternyata asumsi tersebut tidak banyak membantu justru semakin
mengembangkan keyakinan inti negatif, sehingga menghasilkan tindakan yang tidak membantu. Dengan demikian, Asumsi negatif adalah suatu keharusan hidup
ideal untuk mempertahankan hidup dan harga diri.
Menurut Theravive 2011:3 orang tua selalu mengharapkan anak-anak menjadi sempurna sepanjang waktu agar dapat diterima, akhirnya mereka
mengembangkan asumsi
yang perfeksionis.
Mereka berusaha
untuk menyenangkan hati orang tua dan mengambil-alih tanggung jawab orang tua
sebagai tulang punggung keluarga. Memenuhi keinginan orang tua untuk memperbaiki gizi buruk dan meningkatkan ekonomi keluarga. Asumsi tersebut
justru berdampak buruk bagi anak-anak dalam mengembangkan citra diri sehat.
2. Pencapaian dan Kesuksesan yang Fiktif
Laishram 2011: 1 – 2 memahami asumsi negatif sebagai suatu keyakinan
hidup penuh harapan untuk sukses dan mencapai prestasi sebagai suatu perasaan emosional yang belum pasti berhasil. Ketidakpastian itulah dapat menyebabkan
20
depresi, usaha bunuh diri, gangguan mental dan fisik, ketika keyakinan tersebut tidak tercapai. Individu dapat berasumsi bahwa dia bisa menjawab pertanyaan,
bisa membuat sesuatu, sangat baik melakukan hal-hal yang orang lain dapat melakukannya, mempunyai kemampuan untuk berbagi idea dan pendapat, peduli
untuk belajar agar berhasil naik kelas atau lulus ujian. Individu bekerja untuk mencapai kesuksesan dalam hidup dan ketika gagal setelah bekerja keras, mereka
memperlakukan kegagalan sebagai kebenaran hakiki yang mengakibatkan hilangnya harga diri.
Menurut Eating Disorders 2006:1 anak-anak yang terus-menerus dikritik sebagai seorang anak mungkin merasa seolah-olah dia harus terus berupaya
untuk sempurna. Bagaimana keberhasilan dan kegagalan ditangani tumbuh merupakan faktor penting juga. Jika kegagalan di bidang akademik atau olahraga
dipandang oleh orang tua atau tokoh-tokoh lainnya sebagai kegagalan diri, seorang anak belajar untuk mendapatkan rasa berharga dari prestasi. Hal ini
dapat menambah mentalitas perfeksionis, atau menyebabkan seseorang untuk mencari penegasan melalui kinerja. Hal tersebut justru menyebabkan gangguan
makan, baik karena berjuang untuk tubuh sempurna, atau karena dia mendapat kesadaran diri yang kuat dari prestasi penurunan berat badan. Ketika kegagalan
menimpanya, seringkali dilihatnya sebagai upaya kerja keras dengan cara menyalahkan diri sebagai suatu kebenaran. Dengan demikian, asumsi negatif
mengupayakan suatu pencapaian kesuksesan dalam hidup dan ketika gagal setelah bekerja keras, individu memperlakukan kegagalan sebagai kebenaran
hakiki yang mengakibatkan hilang harga dirinya.
3. Pengendalian Diri Negatif