Kurang Penghargaan dalam Keluarga
11
terlalu kritis terhadap diri sendiri, dan bisa menjadi pasif, menarik diri, serta tertekan. Mereka mungkin ragu-ragu untuk mencoba hal baru, mungkin berbicara
negatif tentang diri mereka sendiri, mudah frustrasi, dan sering melihat masalah sementara sebagai kondisi permanen. Hal tersebut menjadi konflik diri, karena
mereka pesimis tentang diri dan kehidupan mereka sendiri. Harga diri spiritual yang rendah berasal dari sumber yang berbeda untuk anak-anak pada tahap
perkembangan yang berbeda. Harga diri spiritual yang rendah pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku orangtua. Perilaku orangtua, termasuk
dorongan dan pujian atas prestasi, serta internalisasi sikap orang tua terhadap keberhasilan dan kegagalan, adalah faktor yang paling kuat dalam mempengaruhi
harga diri spiritual yang rendah pada anak usia dini
Menurut Theravive 2011:2 sikap orang tua yang kasar dan lalai tanggung jawab terhadap anak-anak telah menciptakan krisis identitas dan jati diri, serta
mengembangkan citra diri buruk pada anak-anak terutama ketika mereka mencapai usia remaja. Hal-hal seperti inilah yang sering menciptakan konflik
individu dalam diri anak, sehingga anak memiliki pola perilaku menyalahkan diri sendiri, cendrung membuat pilihan yang buruk, sering cemas dengan situasi
dalam keluarga yang kurang harmonis, sering dikucilkan, dibedakan dan dibandingkan dengan saudara-saudara yang lain dalam keluarga, menjadi sensitif,
tidak puas, stress, depresi dan putus-asah dalam sebagian besar hidupnya Sorensen, 2012:11.
Counseling Centre 2012:2,3 menjelaskan bahwa pengalaman hidup negatif masa lampau mengembangkan harga diri spiritual yang rendah anak
sekaligus merupakan kegagalan bagi diri mereka untuk berkembang lebih baik. Dikatakan demikian karena anak-anak dapat memiliki konsekuensi yang
menghancurkan masa depan mereka, dengan menciptakan kecemasan, stres, kesepian, dan meningkatkan kemungkinan depresi, menyebabkan masalah
dengan persahabatan dan hubungan romantis, mengganggu kinerja akademik dan pekerjaan, mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap penyalahgunaan zat
obat terlarang dan alkohol. Konsekuensi-konsekuensi negatif seperti inilah yang menimbulkan keyakinan inti negatif dalam diri anak yaitu memperkuat citra diri
negatif yang dapat membawa ke sebuah spiral perilaku rendah dan rendah harga diri, semakin tidak produktif dan bahkan aktif merusak diri sendiri.