ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING DI SENTRA PRODUKSI AYAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Studi Kasus di Sentra Produksi Ayam Kecamatan Kalirejo)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING DI SENTRA PRODUKSI AYAM

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Studi Kasus di Sentra Produksi Ayam Kecamatan Kalirejo) Oleh

Akhmad Rifani

Permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini adalah bagaimana kelayakan finansial suatu usaha peternakan ayam pedaging di sentra produksi ayam Kabupaten Lampung Tengah. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui dan menganalisis kelayakan finansial suatu usaha peternakan ayam pedaging di sentra produksi ayam Kabupaten Lampung Tengah. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan finansial yang terdiri dariNet Present Value (NPV),Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan bahwa NPV (Net Present Value) untuk usaha ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih besar dari 0, hal ini berarti bahwa usaha ayam pedaging layak dan menguntungkan. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) pada ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih besar dari 1, hal ini berarti bahwa proyek tersebut layak untuk dikembangkan. IRR (Internal Rate Of Return) pada ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga yang berlaku yaitu sebesar 20 persen, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan karena nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga bank yang berlaku.Payback periods pada ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih rendah dari umur usaha yaitu 13 kali masa panen atau 1 tahun 1 bulan maka pengembangan usaha ini layak dijalankan.

Kata Kunci : Kelayakan Finansial, Peternakan Ayam Pedaging, Sentra Produksi Ayam


(2)

ABSTRACT

THE FEASIBILITY OF FINANCIAL ANALYSIS LIVESTOCK BUSINESS IN A BROILER CHICKEN PRODUCTION CENTER DISTRICT

(Lampung Middle of a Case Study in Chicken Production Center Sub-District Kalirejo)

By: Akhmad Rifani

Issues discussed in the writing of this is how financial feasibility a livestock business in a broiler chicken production center Lampung Middle District. This is the purpose of writing to know and to analyze the feasibility of financially a livestock business in a broiler chicken production center Lampung Middle District. The analysis used in this research was financially feasibility analysis consisting of net present value (NPV), net benefit cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR) and payback period.

Based on the results of research and discussion can be drawn this conclusion NPV (net present value) to venture broiler in their Agung Timur Sub-District Kalirejo in a larger whole from 0, this means that broiler worthy and profitable business. Net B/C (net benefit cost ratio) on broiler in their Agung Timur Sub-District Kalirejo as a whole is greater than 1, this means that project were suitable to be developed. IRR (internal rate of return) on broiler in their Agung Timur Sub-District Kalirejo as a whole is greater than in the prevailing interest rate is as much as 20 percent, business and were suitable to be developed because the value of irr larger than the interest rate prevailing bank. Payback periods in broiler in their Agung Timur Sub-District Kalirejo overall lower business of age at 13 times the mass of harvesting or one month and 1 year business development this is worth run.


(3)

(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Akhmad Rifani lahir pada tanggal 25 April 1993 di Kotabumi. Penulis lahir sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan bapak Sarbani dan ibu Lisnawati.

Penulis memulai pendidikan di TK Islam Ibnurusyid Kotabumi pada Tahun 1997 dan tamat pada Tahun 1998. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SD Islam Ibnurusyid Kotabumi yang diselesaikan pada Tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Islam Ibnurusyid Kotabumi dan tamat pada Tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikannya di SMA Kemala Bhayangkari Kotabumi dan tamat pada Tahun 2010.

Pada Tahun 2010 penulis diterima di Perguruan Tinggi Universitas Lampung melalui jalur Mandiri pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi yang sekarang berganti nama menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Penulis menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung pada Tahun 2015.

Selama masa kuliah, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (HIMEPA) FEB Unila, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB Unila, dan Kelompok Studi Wirausaha yang sekarang berganti nama menjadi Economic Bussiness Enterpreneur Club (EBEC).


(6)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING DI SENTRA PRODUKSI AYAM

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Studi Kasus di Sentra Produksi Ayam Kecamatan Kalirejo) Oleh

Akhmad Rifani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung 2015


(7)

(8)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Kedua orang tua yang sangat kucintai, Bapak H. Sarbani dan Ibu Hj. Lisnawati yang tidak henti-hentinya selalu mencurahkan kasih sayangnya, hingga menjadikanku lebih kuat seperti sekarang. Kakakku tercinta Siska Anggraini, S.Pd. dan adik-adikku Trima Dani Kasuma dan M. Ridho Kasuma yang selalu memberikan semangat, dukungan do’a, materil dan juga moril, semangat dan

kerja kerasku dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi (S.E.).

Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.


(9)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur penulis

ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ANALISIS KELAYAKAN

FINANSIAL PETERNAKAN AYAM PEDAGING DI SENTRA PRODUKSI AYAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Studi Kasus di Sentra

Produksi Ayam Kecamatan Kalirejo)” Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan serta terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selalu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak M. Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibunda Asih Murwiati, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(10)

4. Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.P., dan Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si., selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhir kepada penulis.

5. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc., selaku Penguji Utama yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. S.S.P Pandjaitan, S.E., M.Sc., selaku Pembimbing Akademik.

7. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung lainnya Ibu Irma, Ibu Betti, dan Ibu Tiara yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama masa perkuliahan.

8. Keluargaku tercinta, Abah dan Mama yang tiada hentinya mendukung dan tak pernah lelah mendoakan, kakakku Siska, dan adik-adikku Dani, dan Ridho.

9. Bapak Lurah Desa agung timur yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

10. Staff dan karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bu Hudaya, Bang Feri, Bu Yati, Mas Kus, Mas Sobri, Mas Usman, serta pegawai lainnya yang telah banyak membantu kelancaran proses skripsi ini.

11. Sahabat B.A tercinta yang sering saya repotkan dan juga merepotkan saya, Sonia, Echy, Ajeng, Dania, Caca, Dimas, Darus, Dede, Dicki, Cermen, dan Nova pemberi semangat, doa, dan warna di kehidupan saya.


(11)

12. Sahabat-sahabatku Boye, Theo, Martha, Rendy, Mail, Uam, Daniel, Noven, Sidi Rizki, Ian Hb, Tiyas, dan Jaya yang selalu memberikan semangat.

13. Teman-teman Ekonomi Pembangunan dan teman-teman seluruh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012

14. Keluarga BEM FEB Unila: Anas, Nurul, Yolanda, Sonia, Jepmon, Febi, Jenny, Sela, Dimas, Faiz, Yoga, Fera, Melisa, Firas, Nay, Liza, Esti, Ido, Beni, Dicki, Nova, dan Rama, terimakasih untuk kebersamaannya .

15. Teman-teman KKN Kecamatan Kalirejo, Lampung Tengah

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 21 Mei 2015 Penulis


(12)

ii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Peternakan Ayam Pedaging per Kecamatan di Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2013 ... 3

2. Jumlah Peternakan Ayam Pedaging di Kecamatan Kalirejo Tahun 2013 ... 4

3. Biaya Produksi Peternakan Ayam Pedaging untuk 1 kali Masa Panen per Usaha Peternakan ... 5

4. Penelitian Terdahulu ... 30

5. Rata-rata Biaya Investasi Tetap ... 33

6. Rata-rata Biaya Investasi Modal Kerja ... 34

7. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Usaha Ayam Pedaging di Kampung Agung Timur ... 41

8. Hasil Analisis Finansial Usaha Ayam Pedaging “Budi” ... 43

9. Hasil Analisis Finansial Usaha Ayam Pedaging “Kliwon” ... 45

10. Hasil Analisis Finansial Usaha Ayam Pedaging “Mujiyanto” ... 47

11. Hasil Analisis Finansial Usaha Ayam Pedaging “Supriyanto” ... 48

12. Hasil Analisis Finansial Usaha Ayam Pedaging “Suwito” ... 50

13.Hasil Analisis Finansial Usaha Ayam Pedaging “Yono” ... 51

14. Hasil Analisis Finansial Usaha Ayam Pedaging “Kampung Agung Timur” ... 52


(13)

ii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... L1 2. Rencana Biaya Usaha Peternakan Ayam Pedaging di Kampung

Agung Timur ... L2 3. Laporan Rugi Laba Komparatif (Cash Flow) Usaha Peternakan

Ayam Pedaging di Kampung Agung Timur ... L3 4. Hasil Perhitungan Usaha “Budi” ... L4 5. Hasil Perhitungan Usaha “Kliwon” ... L5 6. Hasil Perhitungan Usaha “Mujiyanto” ... L6 7. Hasil Perhitungan Usaha “Supriyanto” ... L7 8. Hasil Perhitungan Usaha “Suwito” ... L8 9. Hasil Perhitungan Usaha “Yono”... L9 10.Hasil Perhitungan Usaha Peternak Ayam Pedaging “Kampung


(14)

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ... 9 2. Skema Aspek-aspek Penilaian Studi Kelayakan Bisnis ... 18 3. Teknik Cluster Random Sampling ... 37


(15)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Kerangka Berpikir ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Investasi dan Proyek ... 10

B. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis ... 13

C. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis/Usaha ... 18

D. Kriteria Penilaian Kelayakan Usaha ... 22

E. Penelitian Terdahulu ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum ... 32

B. Data Penelitian ... 35

1. Jenis dan Sumber Data ... 35

2. Teknik Pengumpulan Data ... 36

C. Teknik Sampling ... 36

D. Analisis Data ... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan terbukti paling tahan menghadapi krisis yang telah terjadi di Indonesia. Demikian juga subsektor peternakan merupakan subsektor yang sangat penting peranannya dalam menjaga ketahanan pangan yang tidak tergantikan oleh subsektor lainnya. Peranan tersebut menjadi begitu penting karena pangan asal hewan merupakan penyedia protein hewani sebagai kebutuhan pokok utama dalam pemenuhan gizi masyarakat (Hernanto, 2006).

Peranan subsektor peternakan ini ditunjang oleh peningkatan jumlah penduduk, pendapatan perkapita, perubahan selera konsumen/gaya hidup, serta

meningkatnya kesadaran masyarakat, maka akan menyebabkan meningkatnya tuntutan pada pemenuhan kebutuhan pangan baik kualitas dan kuantitasnya. Salah satu kebutuhan pangan tersebut adalah protein hewani yang sangat menunjang program pemerintah untuk mencerdaskan bangsa, sehingga diharapkan rakyat Indonesia tidak semakin tertinggal oleh bangsa lain (Prawirokusuma, 2002).

Salah satu komoditi ternak yang menyediakan protein hewani adalah ayam pedaging, dimana ayam pedaging mampu menghasilkan produk protein hewani. Usaha ayam pedaging dapat menghasilkan perputaran modal yang cepat dan harga


(17)

2 telurnya yang relatif murah yang mudah terjangkau oleh lapisan masyarakat Indonesia, sehingga usaha peternakan ayam pedaging masih memberikan prospek pasar yang semakin tahun semakin meningkat seiring faktor-faktor penunjang di atas, yang sangat memungkinkan peluang tersebut untuk dimanfaatkan.

Berdasarkan kondisi tersebut maka sudah selayaknya usaha peternakan ayam tersebut perlu dilindungi dan didukung oleh kebijakan pemerintah agar usaha ini lebih berkembang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Anonimus (2003) bahwa pemerintah telah bertekad menjadikan sektor agribisnis sebagai sektor unggulan. Untuk jangka panjangnya, diharapkan sektor agribisnis dapat menjadi lokomotif bagi stimulasi pembangunan nasional. Indonesia mempunyai potensi besar di sektor agribisnis. Kekayaan sumber daya agribisnis sangat besar, agribisnis berperan sebagai mata pencaharian sebagian besar penduduk.

Sementara itu menurut Inounu, dkk. (2006) bahwa subsektor peternakan berperan nyata dalam ketahanan pangan nasional melalui penyediaan protein hewani dan penyedia lapangan kerja baik di pedesaan maupun perkotaan. Secara nasional industri perunggasan merupakan pemicu utama pertumbuhan pembangunan di subsektor peternakan. Pada kenyataannya usaha peternakan ayam pedaging merupakan usaha yang secara cepat dapat menghasilkan protein hewani dan dengan harga yang relatif lebih murah bila dibandingkan usaha ternak lainnya, maka siklus perputaran usaha ini sangat besar dan cepat. Namun demikian usaha peternakan ayam pedaging tersebut masih sangat fluktuatif harganya karena komponen yang mendukung proses produksinya sangat bergantung pada keadaan


(18)

3 ekonomi gobal dunia, sehingga usaha peternakan ayam pedaging sangat rentan dalam perkembangannya, karena itu peluang untuk mendapat keuntungan ataupun kerugian juga sangat besar kemungkinannya.

Kondisi peternakan ayam pedaging di Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Jumlah Peternakan Ayam Pedaging per Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013

Kecamatan Jumlah

Peternakan

Populasi Ras Pedaging (Ekor)

Rasio Populasi per Jumlah Peternakan

Padang Ratu - -

-Selagai Lingga - -

-Pubian 9 29.243

Anak Tuha 6 12.000

Anak Ratu Aji - - 3.249

Kalirejo 25 125.125 5.005

Sendang Agung 7 15.000 2.143

Bangun Rejo 10 28.000 2.800

Gunung Sugih - -

-Bekri 4 13.500 3.375

Bumi Ratu Nuban - -

-Trimurjo 26 127.000 4.885

Punggur 5 15.000 3.000

Kota Gajah 8 28.000 3.500

Seputih Raman 2 8.000 4.000

Terbanggi Besar 12 60.000 5.000

Seputih Agung 15 60.000 4.000

Way Pangubuan - -

-Terusan Nunyai 6 26.000 4.333

Seputih Mataram 22 95.700 4.350

Bandar Mataram 28 338.500 12.090

Seputih Banyak 23 115.000 5.000

Way Seputih 11 55.000 5.000

Rumbia 1 4.220 4.220

Bumi Nabung 6 20.000 3.333

Putra Rumbia 1 2.500 2.500

Seputih Surabaya 17 71.500 4.026

Bandar Surabaya 10 46.000 4.600

Total 254 1.295.288 5.100


(19)

4 Tabel di atas menunjukkan bahwa kondisi peternakan ayam pedaging di

Kabupaten Lampung Tengah sudah mampu memproduksi jumlah ayam pedaging untuk satu peternakan sebesar 5.100 ekor. Jumlah produksi ayam pedaging

tertinggi di Kecamatan Bandar Mataram yaitu 338.500 ekor dan untuk Kecamatan Kalirejo sebagai kecamatan dengan jumlah produksi ayam pedaging tertinggi kedua dengan jumlah peternakan 25 dan jumlah produksi sebesar 125.125 ekor, dengan rata-rata 5.005 ekor.

Usaha ayam pedaging di Kampung Agung Timur yang berjumlah 6 peternakan sering dihadapkan pada kendala distribusi dari hasil produksi, harga, dan biaya produksi (modal). Jumlah peternakan ayam pedaging di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Jumlah Peternakan Ayam Pedaging di Kecamatan Kalirejo Tahun 2013

Kampung Jumlah Peternakan Populasi Ras Pedaging (Ekor)

Sriwaylangsep 3 15.750

Wayakrui -

-Kalirejo 1 7.650

Balairejo 2 11.900

Kaliwungu 1 5.250

Kalidadi 2 9.500

Srimulyo -

-Sukosari 1 7.500

Watuagung 2 9.125

Sinarsari 1 8.250

Poncowarno 3 12.500

Sri Purnomo 2 7.850

Agung Timur 6 22.350

Sinar Rejo 1 7.500

Total 25 125.125


(20)

5 Tabel di atas memperlihatkan di Kecamatan Kalirejo terdapat 25 usaha peternakan ayam pedaging, dan kapasitas tertinggi berada di Kampung Agung Timur dengan produksi ayam pedagang sebesar 22.350 ekor per tahunnya. Alasan peneliti

menjadikan Kampung Agung Timur sebagai obyek penelitian dikarenakan kondisi penjualan ayam pedaging biasanya dihitung per ekor dengan harga berkisar antara Rp 18.000 sampai dengan Rp 20.000, yang jauh berada di bawah harga pasar, hal ini disebabkan adanya permainan dari tengkulak yang mengambil langsung ke peternakan-peternakan, sehingga pendapatan peternak ayam pedaging masih belum optimal bila dibandingkan dengan biaya produksinya.

Biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh para peternak ayam pedaging

mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan harga BBM belakangan ini, akan tetapi hal ini kurang didukung oleh harga jual ayam per potongnya. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali masa panen adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Biaya Produksi Peternakan Ayam Pedaging untuk 1 kali Masa Panen per Usaha Peternakan

Keterangan Biaya (Rp)

Biaya pembuatan kandang 30.000.000

Bibit 36.000.000

Pakan 12.000.000

Vaksin 3.817.500

Tenaga Kerja 2.000.000

Biaya tak terduga 1.000.000

Total 84.817.500

Sumber : Pra Riset, 2014.

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa biaya produksi peternakan ayam pedaging untuk 1 kali masa panen sebesar Rp. 84.817.500,- dengan biaya tertinggi yaitu


(21)

6 biaya bibit sebesar Rp. 36.000.000,- dan biaya pembuatan kandang

Rp. 30.000.000. Besarnya investasi yang ditanamkan oleh peternak ayam

pedaging di Kampung Agung Timur dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.

Pertumbuhan kapasitas produksi dan utilisasi agribisnis dirasakan masih lambat. Akibatnya, keinginan untuk mengandalkan sektor agribisnis sebagai salah satu faktor pendukung stimulasi pemulihan ekonomi dirasakan masih akan

menghadapi kendala. Kendala tersebut dapat dilihat dari upaya peternak ayam pedaging dalam memperoleh keuntungan usahanya.

Upaya untuk memperoleh keuntungan yang besar dan berkelanjutan merupakan sasaran utama bagi semua kegiatan usaha termasuk di dalamnya usaha peternakan ayam pedaging, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan bagi pelaku usaha peternakan ayam pedaging. Untuk mencapai sasaran tersebut perlu adanya langkah upaya, salah satu diantaranya dengan mengetahui kelayakan suatu usaha peternakan ayam pedaging.

Berpijak dari keadaan di atas maka diperlukan suatu analisis untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan dari suatu usaha peternakan ayam pedaging, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian tentang analisis finansial suatu usaha peternakan, maka penulis bermaksud untuk mencoba meneliti tentang“Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Pedaging di Sentra Produksi Ayam Kabupaten Lampung Tengah (Studi Kasus di Sentra Produksi Ayam Kecamatan Kalirejo)”.


(22)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :“Bagaimana kelayakan finansial suatu usaha peternakan ayam pedaging di sentra produksi ayam Kabupaten Lampung Tengah?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kelayakan finansial suatu usaha peternakan ayam pedaging di sentra produksi ayam Kabupaten Lampung Tengah.

D. Kegunaan Penelitian

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi Penulis yaitu sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bagi peternak. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan dan menerapkan manajemen usaha peternakan di masa yang akan datang, serta dapat dijadikan bahan informasi bagi peternak lainnya untuk diketahui dan dapat diterapkan pada usaha peternakan ayam pedaging.

3. Bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang


(23)

8 berkaitan dengan perencanaan kelayakan finansial suatu usaha di bidang peternakan maupun bidang yang lainnya.

E. Kerangka Pemikiran

Kampung Agung Timur merupakan salah satu sentra produksi ayam pedaging di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Besarnya investasi atau modal awal yang ditanamkan oleh para peternak ayam pedaging dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Keuntungan tersebut akan didapat oleh para peternak ayam pedaging apabila hasil produksi ayam pedaging mengalami peningkatan, sehingga volume penjualan juga meningkat secara signifikan dan pada akhirnya usaha peternakan ayam pedaging akan layak tumbuh di masa yang akan datang.

Kampung Agung Timur sebagai salah satu sentra peternakan ayam di Kecamatan Kalirejo, mempunyai 6 (enam) peternak dengan kapasitas produksi sebesar 23.350 ekor. Dalam menjalankan usahanya, para peternak dihadapkan pada permasalahan penjualan hasil produksi, karena adanya permainan para tengkulak dan pada akhirnya harga jual berada di bawah harga pasar.

Guna memahami dan mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam di Kampung Agung Timur dilakukan analisis kelayakan finansial yang meliputi:Net Present Value (NPV),Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Atas dasar hal ini maka dapat digambarkan dalam bagan


(24)

9

Gambar 1. Kerangka Pikir Sumber : Ibrahim (2003) Sentra Peternakan Ayam Pedaging

Kampung Agung Timur

1. Net Present Value (NPV)

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 3. Internal Rate of Return (IRR) 4. Payback Period


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Investasi dan Proyek

Secara umum dapat dikatakan bahwa proyek adalah objek dari kegiatan manusia untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan. Secara khusus pengertian proyek adalah keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber daya guna memperoleh manfaat keuntungan atau keuntungan. Sebelum kita mengerti secara mendalam mengenai studi kelayakan bisnis, maka ada baiknya jika kita

mengetahui pengertian investasi dan kegiatan dalam investasi serta pengertian proyek dan bisnis.

Menurut William F. Sharfe dalam Kasmir & Jakfar (2003), investasi dalam arti luas adalah “Mengorbankan dollar sekarang untuk dollar di masa yang akan datang”. Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha. Oleh karena itu investasi dibagi dalam beberapa jenis. Dalam prakteknya jenis investasi dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1. Investasi Nyata (Real Investment)

Investasi nyata ataureal investment, merupakan investasi yang dibuat dalam harga tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.


(26)

11 2. Investasi finansial (Financial Investment)

Investasi finansial ataufinanacial Investment, merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat-surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito.

Kasmir & Jakfar (2003) menyatakan : “Proyek adalah kegiatan yang melibatkan berbagai sumber-sumber daya yang terhimpun dalam suatu wadah (organisasi) tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya atau untuk mencapai sasaran tertentu”.

Suratman (2001) menyatakan kegiatan proyek biasanya dilakukan untuk berbagai bidang antara lain sebagai berikut :

1. Pembangunan fasilitas baru

Artinya merupakan kegiatan yang benar-benar baru dan belum pernah ada sebelumnya, sehingga ada penambahannya usaha baru.

2. Perbaikan fasilitas yang sudah ada

Merupakan kelanjutan dari usaha yang sudah ada sebelumnya. Artinya sudah ada kegiatan sebelumnya, namun perlu dilakukan tambahan atau perbaikan yang diinginkan.

3. Penelitian dan pengembangan

Merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan untuk suatu fenomena yang muncul di masyarakat. Lalu dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan ujuan yang diharapkan.


(27)

12 Lebih lanjut Suratman (2001) menyatakan dalam praktek, timbulnya suatu proyek disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :

1. Adanya permintaan pasar

Artinya ada suatu kebutuhan dan keinginan dalam masyarakat yang harus disediakan. Hal ini disebabkan karena jenis produk yang tersedia belum mencukupi atau memang belum ada sama sekali.

2. Untuk meningkatkan kualitas produk

Bagi perusahan tertentu proyek dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas atau suatu produk. Hal ini dilakukan karena tingginya tingkat persaingan yang ada.

3. Kegiatan pemerintah

Artinya merupakan kehendak pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas atau mutu suatu produk atau jasa, sehingga perlu disediakan berbagai produk-produk melalui produk-produk tertentu.

Menurut Ichsan, Kusnadi, dan Syaifi (2003), ada 4 (empat) langkah pokok dalam menyusun perencanaan suatu proyek, yaitu :

a. Tetapkan suatu sasaran atau tetapkan peringkat sasaran proyek.

Penetapan skala prioritas akan memungkinkan organisasi proyek memusatkan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien.

b. Definisikan situasi saat ini.

Tetapkan bagaimana data dan informasi saat ini dan bagaimana pula berbagai perubahan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang.


(28)

13 c. Kenalilah berbagai hal yang mendukung dan berbagai hal yang merintanginya. Faktor apa saja, baik dalam lingkungan internal maupun eksternal yang dapat membantu organisasi proyek dalam mencapai sasaran organisasi proyek. d. Kembangkan perencanaan.

Masukkan atau libatkan berbagi alternatif atau libatkan berbagai alternatif arah tindakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan, mengevaluasi berbagai tindakan yang bersedia dan memilih berbagai alternatif yang paling sesuai untuk mencapai sasaran.

B. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

Setelah mengetahui pengertian proyek atau objek yang akan diteliti barulah menganalisis dengan menggunakan studi kelayakan analisis, maka perlu diketahui apa yang dimaksud dengan studi kelayakan bisnis. Pengertian dari studi kelayakan bisnis (SKB) menurut Ibrahim (2003) adalah “Suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan”.

Menurut Nitisemito dan Burhan (2009) pengertian studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Studi kelayakan (feasibility study) sering dipandang sebagai pekerjaan yang sulit dan rumit, karena selalu diasosiasikan dengan proyek-proyek besar yang dikelola oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu serta menggunakan metodologi atau teknik


(29)

14 yang kompleks.Image seperti ini tidak hanya terdapat di kalangan orang awam, tetapi juga pada sebagian para cendekiawan.

Umar (2005) menyatakan : “Studi kelayakan bisnis adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi dilaksanakan. Maksud layak atau tidak layak disini adalah perkiraan bahwa proyek akan dapat atau tidak dapat menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan”.

Menurut Nitisemito dan Burhan (2009), bahwa terdapat lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan yaitu:

1. Menghindari resiko

Untuk mengatasi resiko kerugian dimasa yang akan datang, karena dimasa yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak diinginkan, baik resiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan

Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang terjadi dimasa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan. Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan perusahaan atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi


(30)

15 proyek akan dibangun, siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh, serta bagaimana cara mengatasinya agar tidak terjadi penyimpangan. 3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Dengan adanya rencana yang sudah disusun akan sangat mudah dalam melaksanakan bisnis atau usaha. Kemudian pekerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematis sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang telah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang sudah

direncanakan.

4. Memudahkan pengawasan

Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang telah disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. 5. Memudahkan pengendalian

Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan maka jika terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian ini agar tidak melenceng dari rel yang sesungguhnya.


(31)

16 Menurut Nitisemito dan Burhan (2009), bahwa pihak-pihak yang berkepentingan baik langsung maupun tidak langsung dengan suatu proyek antara lain :

1. Pengusaha. Dengan adanya studi kelayakan, pengusaha akan mengetahui apakah gagasan usahanya layak untuk dilaksanakan atau tidak, bila ditinjau dari sudut perusahaan.

2. Kreditor. Apabila berdasarkan studi kelayakan disimpulkan bahwa suatu proyek ternyata layak untuk dilaksanakan maka dapat meyakinkan pihak kreditor, khususnya perbankan untuk memberikan kredit pada gagasan usaha tersebut.

3. Penanam modal (investor). Sama halnya dengan kreditor, calon investor pun mempunyai kepentingan atas studi kelayakan. Dengan mempelajari studi kelayakan tersebut mereka akan dapat mengambil keputusan, apakah akan menanamkan modalnya atau tidak dalam perusahaan.

4. Masyarakat/pemerintah. Kepentingan masyarakat/pemerintah terhadap studi kelayakan suatu proyek menyangkutexternalitas, yakni efek/dampak positif dan negatif yang ditimbulkan. Apabila berdasarkan studi kelayakan bahwa suatu proyek mempunyaisocial costs lebih kecil daripadasocial benefits, dengan sendirinya proyek akan mendapat dukungan dari pemerintah/ masyarakat, demikian pula sebaliknya.

Menurut Sanusi (2000), studi kelayakan bisnis sangat penting bagi pihak-pihak yang ingin membuka usaha baru, karena itu jika dirumuskan secara eksplisit tujuan yang ingin dicapai dari konsep studi kelayakan bisnis ini adalah:


(32)

17 a. Bagi investor : studi kelayakan bisnis ditunjukkan untuk melakukan penilaian

dari kelayakan usaha atau proyek untuk menjadi masukan yang berguna karena sudah mengkaji berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek teknis dan operasi, aspek organisasi dan manajemen, aspek lingkungan dan aspek finansial secara komprehenshif dan detail shingga dapat dijadikan dasar bagi investor untuk membuat keputusan investasi secara lebih objektif.

b. Bagi kreditor : sebelum kreditor memberikan pinjaman dana untuk

pelaksanaan suatu proyek perlu mempelajari studi kelayakan bisnis dari suatu rencana usaha atau proyek agar tidak menderita kerugian (dana yang tidak kembali atau kredit macet).

c. Bagi analisis : studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna yang dapat dipakai sebagi penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan suatu penilaian baru, pengembangan usaha, atau menilai kembali usah yang sudah ada.

d. Bagi masyarakat : hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahtraan dan perekonomian rakyat baik yang terlibat

langsung maupun yang muncul diakibatkan adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya suatu proyek atau usaha tersebut.

e. Bagi pemerintah : bagi pemerintah bertujuan untuk pengembangan

sumberdaya baik dari pemanfaatan sumber-sumber alam maupun sumber daya manusia.


(33)

18 C. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis/Usaha

Gambaran mengenai aspek-aspek yang akan dinilai dalam studi kelayakan bisnis dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2. Skema Aspek-aspek Penilaian Studi Kelayakan Bisnis Sumber : Kasmir & Jakfar (2003)

Secara umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan studi kelayakan berdasarkan gambar 1 di atas, menurut Kasmir & Jakfar (2003) adalah sebagai berikut :

1. Aspek pemasaran

Aspek pemasaran dalam studi kelayakan akan menjadi struktur produk atau jasa yang telah ada dipasar serta rencana produk atau jasa yang ditawarkan. 2. Aspek produksi

Dalam aspek ini, akan ditentukan sistem produksi maupun sumber-sumber daya yang perlu diinvestasikan seperti bahan dasar maupun bahan penunjang lainnya.

Aspek Pemasaran

Aspek Produksi

Aspek Keuangan Aspek Manajemen Aspek

Penilaian

Hasil Studi


(34)

19 3. Aspek Manajemen

Yang dinilai dalam aspek ini adalah para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. Proyek/usaha akan berhasil untuk dilaksanakan oleh orang-orang yang profesional, mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. 4. Aspek Keuangan

Penelitian dalam aspek ini dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan.

Kemudian juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek/usaha akan dilaksanakan.

Menurut Johan (2011), bahwa dalam studi kelayakan dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut :

1. Aspek industri

Dalam aspek ini kita akan menganalisa struktur industri yang akan kita masuki, seperti persaingan yang telah ada, bagaimna dengan kekuatan dan penawaran pembeli, barang subsitusi yang ada, bagaimana kekuatan supplier bahan bahan baku yang kita perlukan juga bagaimana dengan kemampuan pesaing untuk masuk kedalam industri ini.

2. Aspek pasar

Semua bisnis pasti akan memerlukan sebuah pasar, kalau pasar tidak besar atau pasar mengalami penurunan, maka usaha yang akan dijalankan dipastikan akan mengalami hambatan untuk berhasil.


(35)

20 3. Aspek pemasaran

Aspek pemasaran dalam studi kelayakan akan menjadi struktur produk atau jasa yang telah ada dipasar serta rencana produk atau jasa yang ditawarkan. 4. Aspek keuangan

Dalam aspek ini, kita akan menentukan layak atau tidak layak sebuah usaha atau bisnis dijalankan setelah menelaah semua faktor produksi dijalankan. 5. Aspek manajemen

Aspek in termasuk yang paling penting karena aspek ini terkait fungsi koordinasi antara semua faktor produksi yang ada.

6. Aspek produksi

Dalam aspek ini, akan ditentukan sistem produksi maupun sumber-sumber daya yang perlu diinvestasikan seperti bahan dasar maupun bahan penunjang lainnya.

7. Aspek sumber daya manusia

Alokasi sumber daya manusia yang akan digunakan dan kualitas sumber daya manusia juga berperan penting, termasuk juga dalam pengembangan,

kompensasi, serta sistem penilaian karya sumber daya manusia. 8. Aspek lingkungan

Usaha tidak akan pernah memisahkan diri dari lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Dimulai dari faktor makro ekonomi, sosial, politik, kepeduliaan akan lingkungan hidup maupun kesejahteraan lingkungan masyarakat sekitar, penting untuk dipertimbangkan.


(36)

21 9. Aspek hukum dan yuridis

Bentuk badan hukum usaha, peraturan-peraturan yang berlaku di industri tertentu, peraturan-peraturan keuangan yang berlaku seperti sistem perpajakan, sistem proteksi industri, maupun subsidi yang berlaku juga penting.

Selanjutnya, menurut Husnan dan Suwarsono (1994), ada enam aspek dalam mengevaluasi suatu proyek yaitu:

a. Aspek teknis, yaitu analisa yang berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang nyata dan jasa-jasa. b. Aspek institusional-organisasi-manajerial, yaitu analisa yang berhubungan

dengan penetapan institusi/lembaga proyek yang mempertimbangkan struktur kelembagaan, pola sosial dan budaya yang berada pada suatu daerah atau negara setempat, manajerial, kesanggupan dan keahlian staf dalam menangani masalah proyek.

c. Aspek sosial, yaitu analisa yang mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Proyek harus tanggap pada keadaan sosial dan dampak lingkungan yang merugikan.

d. Aspek komersial, yaitu analisa yang menyangkut rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek untuk memperoleh peralatan dan perbekalan proyek (supplies).

e. Aspek finansial, yaitu analisis yang berkenaan dengan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek dan diusulkan terhadap para peserta proyek.


(37)

22 f. Aspek ekonomi, yaitu menganalisa apakah proyek membutuhkan pengetahuan

mengenai apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan

sumberdaya yang diperlukan.

D. Kriteria Penilaian Kelayakan Usaha

Ketepatan dalam menentukan parameter yang ikut berpengaruh pada kinerja usaha akan menentukan hasil akhir suatu studi kelayakan usaha. Pada usaha ternak potong, terdapat beberapa segmen usaha yang dapat dilakoni, yaitu pembesaran dan pembibitan. Analisis dari masing-masing segmen usaha akan menjadi acuan dalam menentukan pilihan usaha yang akan dijalankan.

Faktor finansial menjadi tolok ukur utama dari suatu analisis usaha, terutamacash flow yang terjadi selama kegiatan usaha berjalan. Perhitungan besarnya biaya, keuntungan yang diperoleh dan harga jual pokok penjualan dilakukan untuk mengetahui indikator kelayakan suatu usaha. Menurut Ibrahim (2003), indikator yang sering dipergunakan untuk melihat tingkat kelayakan suatu usaha adalah analisis rasio B/C,payback period (PBP), dan analisis titik impas atauBreak Even Point (BEP), selain itu, akan lebih baik jika dilengkapi dengan perhitungan net present value (NPV),internal rate of return (IRR), danreturn on investment (ROI).


(38)

23 a. Biaya

Biaya adalah segala sesuatu yang diinvestasikan, baik berupa uang, tanah dan bangunan, tenaga kerja, serta aset-aset lainnya yang diperlukan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Biaya tersebut

dikeluarkan secara kontan (cash) atau kredit. Besaran biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi akan menjadi acuan dalam penentuan harga pokok penjualan dan akan mempengaruhi kelayakan usaha. Biaya yang diperlukan dalam setiap segmen usaha ternak potong sudah tentu akan berbeda-beda dan dipengaruhi oleh hal-hal, sebagai berikut :

1) Jenis ternak potong yang diusahakan (ayam broiler)

2) Jenis usaha yang akan dipilih (pembibitan dan pembesaran)

3) Skala usaha yang dikelola (keseimbangan antara faktor produksi yang dimiliki dengan omset produksi yang dapat dicapai)

4) Sistem produksi yang dipilih (intensif, semi intensif, atau ekstensif) 5) Kemampuan manajerial yang dimiliki dalam mengelola usahanya. Dalam

hal ini efisiensi usaha akan menjadi target untuk mencapai keuntungan yang maksimal.Terdapat dua jenis biaya dalam suatu usaha, yaitu biaya investasi dan biaya operasional.

a) Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha, misalnya biaya beli lahan, pembuatan kandang, peralatan atau mesin, dan izin usaha. Biaya investasi ini diperhitungkan sebagai penyusutan.


(39)

24 b) Biaya Operasional

Biaya operasional dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost). Biaya tetap adalah semua biaya yang besarannya tetap sampai batas tertentu walaupun hasil produksinya berubah. Beberapa

komponen biaya yang termasuk biaya tetap ini, diantaranya sewa lahan dan tenaga kerja. Sementara itu, biaya variabel (tidak tetap) adalah biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi, misalnya biaya pembelian ternak bakalan, pakan, suplemen, obat-obatan, dan peralatan kandang pakai habis termasuk biaya tidak tetap.

b. Pendapatan

Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh dari penjualan produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, karkas, pupuk, dan produk lainnya merupakan komponen pendapatan. Pendapatan adalah

peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban perusahaan, yang timbul dari transaksi penyerahan barang dan jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode yang dapat diakui dan diukur berdasarkan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum.

c. Keuntungan

Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya yang diperlukan dari proses produksi pemasaran suatu produk. Keuntungan (laba) merupakan suatu pendapatan yang berasal dari kegiatan ekonomi yang dapat


(40)

25 dikonsumsikan dalam suatu periode tanpa mengurangi keutuhan dari modal yang dimiliki sebelumnya.

Layak tidaknya suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat dilihat dari analisis kelayakannya. Beberapa parameter yang dapat dipergunakan untuk melihat

kelayakan suatu usaha umumnya adalah analisis rasio B/C,payback period (PBP), dan analisis titik impas atauBreak Even Point (BEP), selain itu, akan lebih baik jika dilengkapi dengan perhitungannet present value (NPV),internal rate of return (IRR), danreturn on investment (ROI).

1. MetodePayback Periode

Payback Periode adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) yang menggunakan aliran kas, dengan kata lainpayback period merupakan rasio antara “initial cash investment” dengan “cash inflow”-nya, yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan denganmaximum payback period yang dapat diterima (Umar, 2005).

Jika“payback period” lebih pendek waktunya dari“maximum payback

period”-nya maka usulan investasi dapat diterima. Metode ini cukup sederhana sehingga mempunyai beberapa kelemahan antara lain tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang, di samping juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelahpayback (Umar, 2005). Untuk mengatasi kelemahan karena mengabaikan nilai waktu uang, metode


(41)

26 kas, dan dihitungperiode paybacknya. Cara ini disebut sebagaidiscounted payback period (Sutojo, 2002).

PBP = Hutang Sisa Setelah Benefit Net Hutang Sisa

Tp1  x 12 Bulan

(Ibrahim, 2003) Keterangan :

PBP = Payback Period

Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP 2. MetodeInternal Rate of Return (IRR)

Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2005). IRR adalah salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Rumus yang dipakai yaitu :

IRR = (i -i )

NPV -NPV

NPV

i 2 1

2 1 1 1  (Ibrahim, 2003) Keterangan :

i1 = Tingkat bunga terendah yang memberikan nilai NPV positif

i2 = Tingkat bunga terendah yang memberikan nilai NPV negatif

NPV1 = Nilai pada tingkat bunga terendah dengan NPV positif

NPV2 = Nilai pada tingkat bunga terendah dengan NPV negatif

Nilai IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial and error). Caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas dari suatu investasi dengan menggunakan


(42)

27 suku bunga yang wajar, misalnya 10 %, lalu bandingkan dengan biaya

investasi, jika nilai investasi lebih kecil, maka dicoba lagi dengan suku bunga yang lebih tinggi demikian seterusnya sampai biaya investasi menjadi sama besar.

Sebaliknya, dengan suku bunga wajar tadi nilai investasi lebih besar, coba lagi dengan suku bunga yang lebih rendah sampai mendapat nilai investasi yang sama besar dengan nilai sekarang (Umar, 2005). Decisión rule metode ini adalah“terima investasi yang diharapkan memberikan IRR ≥ tingkat bunga

yang dipandang layak”. Kelemahanmetode IRR ini adalah bahwa i yang

dihitung akan merupakan angka yang sama untuk setiap tahun usia ekonomis dan bisa diperoleh i yang lebih dari satu angka. Kelemahan lainnya adalah pada saat perusahaan harus memilih proyek yang bersifatmutually exclusive (Sutojo, 2002)

Kriteria penilaian: Jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari“rate of return” yang ditentukan maka investasi dapat diterima.

3. MetodeNet Present Value (NPV)

Net Present Value yaitu selisih antaraPresent Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar, 2005). Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. NPV > 0 berarti proyek tersebut dapat menciptakancash inflow dengan persentase lebih besar dibandingkanopportunity cost modal yang


(43)

ditanam-28 kan. Apabila NPV = 0, proyek kemungkinan dapat diterima karenacash inflow yang akan diperoleh sama denganopportunity cost dari modal yang ditanamkan. Jadi semakin besar nilai NPV, semakin baik bagi proyek tersebut untuk dilanjutkan (Rangkuti, 2004).

Perhitungan NPV memerlukan dua kegiatan penting, yaitu : (1) menaksir arus kas, dan (2) menentukan tingkat bunga yang dipandang relevan. NPV dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

NPV =

 n 1 i n ) i 1 ( NB  Keterangan :

NB = Net Benefit = Benefit - Cost i = Discount Factor

n = Waktu (umur ekonomis) (Ibrahim, 2003)

4. MetodeNet Benefit Cost Ratio (B/C)

Net Benefit Cost Ratio (B/C) dihitung dengan rumus sebagai berikut : NET B/C =

  ) ( NPV ) ( NPV (Ibrahim, 2003)

5. MetodeProfitability Index (PI)

Metode ini digunakan dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (dari penerimaanpenerimaan kas bersih di masa yang akan datang) dengan nilai sekarang dari investasi. Kriteria ini erat hubungannya dengan kriteria


(44)

29 NPV, jika NPV suatu proyek dikatakan layak (NPV > 0), maka menurut kriteria PI juga layak (PI > 1) karena keduanya variabel yang sama.

Kelemahan metode ini adalah metode ini akan selalu memberikan keputusan yang sama dengan NPV kalau dipergunakan untuk menilai usulan investasi yang sama. Tetapi kalau dipergunakan untuk memilih proyek yangmutually exclusive, metode PI kontradiktif dengan NPV (Sutojo, 2002).

6. Titik Pulang Pokok (Break Even Point)

BEP adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima.

Pendapatan perusahaan merupakan penerimaan karena kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasinya merupakan pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan. Biaya operasi ini terbagi atas tiga bagian, yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel.

Break Even Point (BEP) dapat dihitung ke dalam 2 bentuk, yaitu : BEP produksi =

Penjualan Harga

Biaya Total

BEP harga =

Produksi Total

Biaya Total


(45)

30 E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Dalam bagian ini akan dijabarkan tentang jurnal penelitian yang dijadikan sebagai acuan atau referensi seperti tertera pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Penelitian Terdahulu No Nama, Judul,

dan Tahun

Metode Penelitian

Alat

Analisis Hasil

1. Kelayakan Usaha dan Pola

Pembiayaan Ternak Ayam Ras Petelur (Lia Nurlaila, 2008)

Studi Kasus NPV, Net B/C, IRR, Payback Periods dan Analisis Sensitivitas

Hasil analisis finansial diperoleh NPV pada sistem satu sebesar Rp 378.055.273 dan pada sistem dua sebesar Rp 4.387.498.935. Net B/C pada sistem satu sebesar 2,7 dan pada sistem dua sebesar 5,9. IRR pada sistem satu 35 persen dan pada sistem dua sebesar 40 persen. Nilai payback periods pada sistem satu pada umur usaha 4 tahun 2 bulan, sedangkan pada sistem dua yaitu pada umur usaha 3 tahun 6 bulan 2. Analisis Finansial, Resiko dan Sensitivitas Usaha Peternakan Ayam Petelur (Sunaryo Hadi Warsito, 2009) Metode Survei NPV, Net B/C, IRR, Payback Periods dan Analisis Sensitivitas

Analisis resiko secara keseluruhan bahwa pada semua strata menunjukkan tingkat resiko yang

ditimbulkan masih aman, karena hasil keuntungan yang diperoleh masih dapat

menutupi resiko yang mungkin terjadi. Sehingga anggota kelompok peternak ayam petelur Gunungrejo Makmur pada semua strata masih layak untuk


(46)

31 3. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penangkapan Ikan Menggunakan Panah dan Bubu Dasar di Perairan Karimunjaya (Ficka Andria Pratama, 2012) Metode experimental fishing dan metode deskriptif yang bersifat studi kasus (case study). NPV, Net B/C, IRR, Payback Periods

Usaha panah membutuhkan modal Rp 34.696.500, biaya total Rp204.546.920,

pendapatan Rp237.733.500, keuntungan Rp33.186.580. Usaha bubu dasar

membutuhkan modal Rp 45.488.333, biaya total Rp 208.525.402, pendapatan Rp 258.497.000, keuntungan Rp 49.971.598. Berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial pada panah diperoleh nilai NPV

Rp 216.790.754, IRR 92%, B/C Ratio 1,16, ROI

95%, Payback Period 1 tahun dan Profitabilitas Indeks 6,2. Usaha bubu dasar diperoleh nilai NPV Rp313.828.168, IRR 101%, B/C Ratio 1,23, ROI 110%, Payback Period 0,91 tahun dan Profitabilitas Indeks 6,9. Kesimpulan yang diperoleh usaha bubu dasar lebih layak dibandingkan panah. 4. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perikanan Tangkap Cantrang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bulu Tuban Jawa Timur (Dwi Listiana, 2013) Metode deskriptif yang bersifat studi kasus NPV, Net B/C, IRR, Payback Periods

Diperoleh nilai rata-rata NPV sebesar Rp 256.452.573,-(NPV bernilai positif), nilai rata-rata B/C Ratio sebesar 1,17 ( B/C > 1), rata-rata IRR sebesar 50 %, dan PP (Payback Period) 2 tahun yang berarti usaha perikanan Cantrang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bulu Tuban Jawa Timur dapat dikatakan layak (feasible) dilanjutkan


(47)

III. METODE PENELITIAN

A. Gambaran Umum

Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra produksi ayam pedaging di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, dengan jumlah peternakan ayam pedaging sebanyak 6 (enam) buah, antara lain atas nama Budi, Kliwon, Mujiyanto, Supriyanto, Suwito dan Yono. Kegiatan usaha peternakan ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo sudah berdiri sejak Tahun 2006 hingga sekarang.

1. Aspek Pemasaran

Pemasaran yang dijangkau oleh para peternak ayam pedaging di Kampung Agung Timur meliputi wilayah Kecamatan Kalirejo dan Kabupaten

Pringsewu. Dalam memasarkan produknya, usaha peternakan ayam pedaging biasanya melalui tengkulak maupun pengepul yang datang langsung untuk melakukan pembelian dan hanya sebagian yang telah mencoba untuk memasarkan secara langsung ke luar wilayah seperti Pasar Pringsewu. 2. Aspek Produksi

Produk yang dihasilkan oleh usaha peternakan adalah ayam pedaging sebagai produk utamanya dan kotoran ayam sebagai produk sampingan. Rata-rata harga jual ayam pedaging di Kampung Agung Timur Tahun 2015 yaitu


(48)

33 Rp 18.000 per ekornya, sedangkan untuk pupuk kandang (kotoran ayam) dengan harga jual Rp 300 per kg.

3. Aspek Manajemen/Personalia

Usaha ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo

merupakan bentuk usaha yang dikelola secara mandiri dengan mempekerjakan beberapa orang karyawan. Rata-rata jumlah karyawan per unit usaha ayam pedaging yaitu 3 (tiga) orang.

4. Aspek Finansial

Dilihat dari aspek finansial, maka usaha peternakan ayam pedaging di Kampung Agung Timur terdiri dari biaya investasi tetap dan biaya investasi modal kerja seperti tertera pada Tabel di bawah ini.

Tabel 5. Rata-rata Biaya Investasi Tetap

Umur Nilai

Biaya/Investasi Tetap

(bulan) (Rp)

1. Sewa kandang per bulan = 1 bln x Rp 500.000 500.000,00

2. Biaya pembuatan kandang = 1 bh x Rp 30.000.000 30.000.000,00

3. Biaya peralatan kerja

a. Skop = 2 bh x Rp 60.000 12 120.000,00

b. Sepatu boat = 2 bh x Rp 80.000 12 160.000,00

c. Ember = 4 bh x Rp 8.000 6 32.000,00

d. Sapu = 2 bh x Rp 5.000 6 10.000,00

e. Cangkul = 2 bh x Rp 50.000 12 100.000,00

f. Rolly = 2 bh x Rp 350.000 12 700.000,00

g. Open ayam = 1 bh x Rp 12.000.000 12 12.000.000,00

h. Gas = 2 bh x Rp 800.000 6 1.600.000,00

i. Tempat pakan = 70 bh x Rp 25.000 12 1.750.000,00

j. Rambut padi = 2 glng x Rp 100.000 6 200.000,00

k. Waring = 4 glng x Rp 350.000 6 1.400.000,00

l. Terpal = 4 glng x Rp 700.000 6 2.800.000,00

m. Lampu TL = 4 bh x Rp 25.000 6 100.000,00

4. Kendaraan

a. Mobil =

b. Motor = 1 bulan x Rp 600.000 6 600.000,00

Biaya Investasi Tetap 52.072.000,00


(49)

34 Tabel 6. Rata-rata Biaya Investasi Modal Kerja

Biaya Investasi Modal Kerja Nilai (Rp)

1. Biaya Sarana Produksi

a. Bibit ayam = 6000 ekor x Rp 6.000 36.000.000,00

b. Pakan = 2000 kg x Rp 6.000 12.000.000,00

Total Biaya Sarana Produksi 48.000.000,00

2. Biaya Obat-obatan

a. Formalin = 30 lt x Rp 7.500 225.000,00

b. Floxen = 1 lt x Rp 110.000 110.000,00

c. Carvita = 8 kg x Rp 100.000 800.000,00

d. Iodosin = 1 lt x Rp 42.000 42.000,00

e. Kaporit = 1 kg x Rp 50.000 50.000,00

f. Oxolin = 5 kg x Rp 260.000 1.300.000,00

g. Vaksin Gumboro MB = 4 vial x Rp 120.000 480.000,00

h. Vaksin ND Kill = 4 btl x Rp 85.000 340.000,00

i. Vaksin NB-IB live = 8 vial x Rp 21.000 168.000,00

j. Susu skim = 1 kg x Rp 30.000 30.000,00

k. Gula = 1 dus x Rp 160.000 160.000,00

l. Kapur = 15 kg x Rp 7.500 112.500,00

Total Biaya Sarana Produksi 3.817.500,00

3. Biaya Tenaga Kerja

a. Pembersihan kandang = 2 OH x Rp 300.000 600.000,00

b. Pemberian pakan = 2 OH x Rp 150.000 300.000,00

c. Pemberian vaksin = 2 OH x Rp 150.000 300.000,00

d. Panen = 5 OH x Rp 100.000 500.000,00

e. Jual hasil panen = 3 OH x Rp 100.000 300.000,00

Total Biaya Tenaga Kerja 2.000.000,00

4. Biaya Sewa

a. Air = 1 unit x Rp 240.000 240.000,00

b. Listrik = 1 unit x Rp 240.000 240.000,00

Total Biaya Sewa 480.000,00

5. Biaya Perbaikan Sarana

a. Pemeliharaan sarana transportasi = 1 unit x Rp 100.000 100.000,00

b. Penggantian sarana transportasi = 1 unit x Rp 500.000 500.000,00

c. Pemeliharaan alat kerja = 1 unit x Rp 100.000 100.000,00

d. Penggantian alat kerja yang rusak = 1 unit x Rp 200.000 200.000,00

Total Biaya Perbaikan Sarana 900.000,00

6. Biaya lain-lain

a. Bensin = 70 lt x Rp 6.800 476.000,00

b. Uang saku panen = 1 paket x Rp 100.000 100.000,00

c. Keamanan = 1 paket x Rp 100.000 100.000,00

Total Biaya Lain-lain 676.000,00

Total Biaya/Investasi Modal Kerja 55.873.500,00


(50)

35 B. Data Penelitian

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukur dengan suatu alat ukur tertentu, yang diperlukan untuk keperluan analisis secara kuantitatif yang

berbentuk angka-angka seperti biaya modal usaha dan pendapatan atau keuntungan. Sedangkan data kualitatif adalah jenis data yang tidak berbentuk angka-angka (data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar) tetapi berupa penjelasan yang berhubungan dengan objek penelitian.

Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari lapangan melalui metode wawancara. Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama (responden) yang telah ditentukan, misalnya biaya produksi dan pendapatan.

b. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber tidak langsung (sumber kedua), umumnya diperoleh melalui badan/dinas/instansi yang bergerak dalam proses pengumpulan data baik instansi pemerintah maupun swasta, misalnya jumlah peternak ayam pedaging di Kabupaten Lampung Tengah dan Kecamatan Kalirejo dan jumlah produksi ayam pedaging. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik, Dinas


(51)

36 Peternakan dan Pertanian Kabupaten Lampung Tengah, dan UPTD Peternakan dan Perikanan Kecamatan terkait dengan objek penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur-literatur; buku-buku, koran, peraturan perundangan dan lain-lain yang menyangkut kajian penelitian.

b. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan metode survei, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung dan mencatat

informasi-informasi dari petani peternak ayam pedaging yang menjadi responden penelitian.

C. Teknik Sampling

Tahap I, yaitu penentuan sampel (wilayah sampel). Teknik untuk menentukan kecamatan menggunakan metodecluster random sampling. Adapun sebagai syarat pertimbangan dalam menentukan kecamatan sampel adalah sebagai berikut: a. Merupakan kecamatan sentra produksi ayam

b. Kecamatan tersebut sudah lama menjadi kecamatan definitif

Tahap II, yaitu penentuan desa sampel.

Penentuan besarnya sampel menggunakan metodecluster random sampling, dengan syarat dalam menentukan desa sampel adalah sebagai berikut :


(52)

37 a. Merupakan desa sentra produksi ayam

b. Desa tersebut sudah lama menjadi desa definitif

Tahap III, yaitu menentukan sampel perusahaan.

Penentuan jumlah sampel perusahaan dengan menggunakan metode sensus, yaitu mengambil seluruh anggota populasi sebagai sampel dalam penelitian. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini sebesar 6 perusahaan sentra produksi ayam di Desa Agung Timur.

Proses pengambilan sampel tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.Teknik Cluster Random Sampling Sumber : Sugiyono (2008)

D. Analisis Data

Metode deskriptif yang digunakan dalam riset ini bersifat studi kasus. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara detil tentang sifat-sifat dan karakter yang khas dari suatu kasus, sehingga dapat digunakan sebagai

22 Kecamatan di Kabupaten

Lampung Tengah

14 Kampung di Kecamatan

Kalirejo

6 Peternak Ayam Pedaging di

Kampung Agung Timur

Sampel Kampung Sampel Peternak

Tahap I Tahap II Tahap III


(53)

38 kontrol ilustrasi dalam perumusan masalah, penggunaan statistik dalam

menganalisis data serta cara-cara perumusan generalisasi dan kesimpulan (Nasir, 2005).

Selanjutnya untuk menganalisis data penelitian yaitu dengan analisis kelayakan finansial. Analisis yang dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu proyek/ usaha. Untuk menentukan kelayakan suatu proyek atau usaha dalam analisis finansial digunakan kriteria atau alat ukur yang di sebut dengan kriteria investasi. Untuk menganalisis kelayakan suatu proyek/usaha dalam analisis finanasial digunakan tiga kriteria investasi yang terdiri dari :

a. Net Present Value (NPV)

Dengan rumusnya sebagai berikut :

NPV =

n

1

i (1 i)n

NB

(Ibrahim, 2003) Keterangan :

NB = Net Benefit = Benefit - Cost i = Discount Factor

n = Waktu (umur ekonomis) Keputusan :

Jika NPV > 0 maka usaha layak untuk dilakukan Jika NPV < 0 maka usaha tidak layak untuk dilakukan


(54)

39 b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Dengan rumus sebagai berikut :

NET B/C =

  ) ( NPV ) ( NPV (Ibrahim, 2003) Keterangan :

NPV (+) =Net Benefit yang telah didiscount positif ( + ) NPV (-) =Net Benefit yang telah didiscountnegatif ( - ) Keputusan :

Jika Net B/C > 1 maka usaha layak untuk dilakukan Jika Net B/C < 1 maka usaha tidak layak untuk dilakukan.

c. Internal Rate of Return (IRR) Dengan rumus sebagai berikut :

IRR = (i -i )

NPV -NPV

NPV

i 2 1

2 1 1 1  (Ibrahim, 2003) Keterangan :

i1 = Tingkat bunga terendah yang memberikan nilai NPV positif

i2 = Tingkat bunga terendah yang memberikan nilai NPV negatif

NPV1 = Nilai pada tingkat bunga terendah dengan NPV positif

NPV2 = Nilai pada tingkat bunga terendah dengan NPV negatif

Keputusan :


(55)

40 Jika IRR < Tingkat Bunga maka usaha tidak layak untuk dilakukan.

d) Payback Period

Payback Period merupakan jangka waktu/lamanya investasi dari suatu proyek berdasarkan keuntungan yang diperoleh tiap-tiap tahun.Payback Period hanya untuk mengetahui jangka waktu kembalinya investasi tanpa memperhatikan besarnya benefit atau keuntungan dari suatu proyek/usaha.

Dengan rumus sebagai berikut :

PBP =

Hutang Sisa

Setelah Benefit

Net

Hutang Sisa

Tp1 x 12 Bulan

(Ibrahim, 2003) Keterangan :

PBP = Payback Period

Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP Keputusan :

Jika PBP < Lama investasi maka usaha layak dilakukan Jika PBP > Lama investasi maka usaha tidak layak dilakukan


(56)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. NPV (Net Present Value) untuk usaha ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih besar dari 0, hal ini berarti bahwa usaha ayam pedaging layak dan menguntungkan.

2. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) pada ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih besar dari 1, hal ini berarti bahwa proyek tersebut layak untuk dikembangkan.

3. IRR (Internal Rate Of Return) pada ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga yang berlaku yaitu sebesar 20 persen, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan karena nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga bank yang berlaku.

4. Payback periods pada ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih rendah dari umur usaha yaitu 13 kali masa panen atau 1 tahun 1 bulan maka pengembangan usaha ini layak dijalankan.


(57)

55 B. Saran

1. Bagi usaha ternak ayam pedaging dalam skala kecil maupun besar, khususnya di Kampung Agung Timur sebaiknya lebih memilih skala pemeliharan dari mulai usia 1 minggu, hal ini disebabkan terkoordinirnya kebutuhan ayam dan terpeliharanya ayam dari pakan yang buruk sehingga menghambat proses pertumbuhannya.

2. Bagi peternak ayam pedaging yang akan mengembangkan usahanya menjadi skala pemeliharaan besar untuk memilih peminjaman kredit kepada perbankan dengan kredit rekening koran karena bunga yang dikenakan sangat kecil dan perhitungan bunganya sesuai pokok pinjaman yang digunakan.

3. Bagi pemerintah setempat untuk lebih memperhatikan terhadap usaha mandiri seperti ini dengan cara memberikan pinjaman modal kerja, bimbingan,

pelatihan-pelatihan dan pendampingan bagi usaha kecil, karena dengan adanya usaha ini dapat memberikan manfaat secara tidak langsung yaitu dapat

meningkatkan perekonomian daerah setempat, disamping itu juga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2003.Pola Kemitraan Alternatif Andalan Sektor Agribisnis. Diakses dari http://www.situshijau.co.id.

Arikunto, Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Hernanto, F. 2006.Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Husnan, S dan Suwarsono. 1994.Studi Kelayakan Proyek. Edisi Revisi 1. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Ibrahim, Yacob. 2003.Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Ichsan, Moch, H. Kusnadi dan M. Syaifi. 2003.Studi Kelayakan Proyek Bisnis. Universitas Brawijaya. Malang.

Inounu, dkk. 2006. Restrukturisasi Sistem Produksi Perunggasan di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Johan, Suwinto. 2011.Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2003.Studi Kelayakan Bisnis.Kencana. Jakarta.

Listiana, Dwi. 2013. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perikanan Tangkap Cantrang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bulu Tuban Jawa Timur. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. Volume 2. Nomor 3. Hlm 90-99.

Nitisemito, Alex S. dan M. Umar Burhan. 2009.Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. Bumi Aksara. Jakarta. Nurlaila, Lia. 2008. Kelayakan Usaha dan Pola Pembiayaan Ternak Ayam Ras

Petelur (Business Feasibility and Financing Patterns of Laying Chicken Farm).Jurnal Agribisnis. Vol 2. No. 3.


(59)

Pratama, Ficka Andria. 2012. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penangkapan Ikan Menggunakan Panah dan Bubu Dasar di Perairan Karimunjaya. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and

Technology. Volume 1. Nomor 1. Hlm 22-31.

Prawirokusumo, S. 2002.Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.

Rangkuti. 2004.Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia. Jakarta.

Sofyan, Iban. 2002.Studi Kelayakan Bisnis. Lamda Sain Indonesia. Bandar Lampung.

Sugiyono. 2008.Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Suratman. 2001.Studi Kelayakan Proyek. J&J Learning. Yogyakarta.

Sutojo, Siswanto. 2002.Studi Kelayakan Proyek Teori dan Praktek.PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Tim Penyusun.Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2012.

Umar, Husein. 2005.Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metode dan Kasus. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Warsito, Sunaryo Hadi. 2009. Analisis Finansial, Resiko dan Sensitivitas Usaha Peternakan Ayam Petelur (Survei pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan).Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 2. No. 1.


(1)

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Dengan rumus sebagai berikut :

NET B/C =

  ) ( NPV ) ( NPV (Ibrahim, 2003) Keterangan :

NPV (+) =Net Benefit yang telah didiscount positif ( + ) NPV (-) =Net Benefit yang telah didiscountnegatif ( - ) Keputusan :

Jika Net B/C > 1 maka usaha layak untuk dilakukan Jika Net B/C < 1 maka usaha tidak layak untuk dilakukan.

c. Internal Rate of Return (IRR) Dengan rumus sebagai berikut :

IRR = (i -i )

NPV -NPV

NPV

i 2 1

2 1 1 1  (Ibrahim, 2003) Keterangan :

i1 = Tingkat bunga terendah yang memberikan nilai NPV positif i2 = Tingkat bunga terendah yang memberikan nilai NPV negatif NPV1 = Nilai pada tingkat bunga terendah dengan NPV positif NPV2 = Nilai pada tingkat bunga terendah dengan NPV negatif Keputusan :


(2)

40 Jika IRR < Tingkat Bunga maka usaha tidak layak untuk dilakukan.

d) Payback Period

Payback Period merupakan jangka waktu/lamanya investasi dari suatu proyek berdasarkan keuntungan yang diperoleh tiap-tiap tahun.Payback Period hanya untuk mengetahui jangka waktu kembalinya investasi tanpa memperhatikan besarnya benefit atau keuntungan dari suatu proyek/usaha.

Dengan rumus sebagai berikut :

PBP =

Hutang Sisa

Setelah Benefit

Net

Hutang Sisa

Tp1 x 12 Bulan

(Ibrahim, 2003) Keterangan :

PBP = Payback Period

Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP Keputusan :

Jika PBP < Lama investasi maka usaha layak dilakukan Jika PBP > Lama investasi maka usaha tidak layak dilakukan


(3)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. NPV (Net Present Value) untuk usaha ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih besar dari 0, hal ini berarti bahwa usaha ayam pedaging layak dan menguntungkan.

2. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) pada ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih besar dari 1, hal ini berarti bahwa proyek tersebut layak untuk dikembangkan.

3. IRR (Internal Rate Of Return) pada ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga yang berlaku yaitu sebesar 20 persen, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan karena nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga bank yang berlaku.

4. Payback periods pada ayam pedaging di Kampung Agung Timur Kecamatan Kalirejo secara keseluruhan lebih rendah dari umur usaha yaitu 13 kali masa panen atau 1 tahun 1 bulan maka pengembangan usaha ini layak dijalankan.


(4)

55

B. Saran

1. Bagi usaha ternak ayam pedaging dalam skala kecil maupun besar, khususnya di Kampung Agung Timur sebaiknya lebih memilih skala pemeliharan dari mulai usia 1 minggu, hal ini disebabkan terkoordinirnya kebutuhan ayam dan terpeliharanya ayam dari pakan yang buruk sehingga menghambat proses pertumbuhannya.

2. Bagi peternak ayam pedaging yang akan mengembangkan usahanya menjadi skala pemeliharaan besar untuk memilih peminjaman kredit kepada perbankan dengan kredit rekening koran karena bunga yang dikenakan sangat kecil dan perhitungan bunganya sesuai pokok pinjaman yang digunakan.

3. Bagi pemerintah setempat untuk lebih memperhatikan terhadap usaha mandiri seperti ini dengan cara memberikan pinjaman modal kerja, bimbingan,

pelatihan-pelatihan dan pendampingan bagi usaha kecil, karena dengan adanya usaha ini dapat memberikan manfaat secara tidak langsung yaitu dapat

meningkatkan perekonomian daerah setempat, disamping itu juga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.


(5)

Anonimus. 2003.Pola Kemitraan Alternatif Andalan Sektor Agribisnis. Diakses dari http://www.situshijau.co.id.

Arikunto, Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Hernanto, F. 2006.Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Husnan, S dan Suwarsono. 1994.Studi Kelayakan Proyek. Edisi Revisi 1. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Ibrahim, Yacob. 2003.Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Ichsan, Moch, H. Kusnadi dan M. Syaifi. 2003.Studi Kelayakan Proyek Bisnis. Universitas Brawijaya. Malang.

Inounu, dkk. 2006. Restrukturisasi Sistem Produksi Perunggasan di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Johan, Suwinto. 2011.Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2003.Studi Kelayakan Bisnis.Kencana. Jakarta.

Listiana, Dwi. 2013. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perikanan Tangkap Cantrang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bulu Tuban Jawa Timur. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. Volume 2. Nomor 3. Hlm 90-99.

Nitisemito, Alex S. dan M. Umar Burhan. 2009.Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. Bumi Aksara. Jakarta. Nurlaila, Lia. 2008. Kelayakan Usaha dan Pola Pembiayaan Ternak Ayam Ras

Petelur (Business Feasibility and Financing Patterns of Laying Chicken Farm).Jurnal Agribisnis. Vol 2. No. 3.


(6)

Pratama, Ficka Andria. 2012. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penangkapan Ikan Menggunakan Panah dan Bubu Dasar di Perairan Karimunjaya. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and

Technology. Volume 1. Nomor 1. Hlm 22-31.

Prawirokusumo, S. 2002.Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.

Rangkuti. 2004.Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia. Jakarta.

Sofyan, Iban. 2002.Studi Kelayakan Bisnis. Lamda Sain Indonesia. Bandar Lampung.

Sugiyono. 2008.Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Suratman. 2001.Studi Kelayakan Proyek. J&J Learning. Yogyakarta.

Sutojo, Siswanto. 2002.Studi Kelayakan Proyek Teori dan Praktek.PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Tim Penyusun.Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2012.

Umar, Husein. 2005.Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metode dan Kasus. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Warsito, Sunaryo Hadi. 2009. Analisis Finansial, Resiko dan Sensitivitas Usaha Peternakan Ayam Petelur (Survei pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan).Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 2. No. 1.