PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014

Dewi Citra Handayani

ABSTRAK
PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL
BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK
SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA
(Studi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2
Terbanggi Besar Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh
DEWI CITRA HANDAYANI

Hasil observasi di kelas VIII SMP Negeri 2 Terbanggi Besar diketahui bahwa hasil
belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Oleh karena itu,
perlu diberikan perbaikan berupa remedial. Pemberian remedial selama ini hanya
dengan cara menugaskan siswa mempelajari kembali materi yang telah disampaikan
sebelumnya tanpa bantuan bahan ajar lainnya. Salah satunya dengan memberikan
bahan ajar berupa Modul Remedial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh bahan ajar Modul Remedial terhadap pencapaian KKM siswa.

Penelitian ini merupakan eksperimental semu dengan desain kelompok kontrol

ekivalen. Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang mengalami
remedial dan dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data

ii

Dewi Citra Handayani

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretest, posttest
dan gain pada materi Sistem Peredaran Darah Manusia kemudian dianalisis dengan
uji U dengan program SPSS versi 17. Data kualitatif berupa angket tanggapan siswa
terhadap penggunaan bahan ajar Modul Remedial, kemudian dianalisis secara
deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar Modul Remedial dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai pretest (35,38); posttest
(73,42); dan gain (0,59). Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada indikator aspek
kognitif (C1, C2, dan C4) dengan rata-rata gain berkriteria sedang (0,47) untuk
indikator kognitif C1; indikator kognitif tingkat C2 memiliki kriteria sedang (0,58);
dan indikator kognitif C4 memiliki kriteria tinggi (0,71). Selain itu, semua siswa
memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan bahan ajar Modul Remedial.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar Modul Remedial
berpengaruh dalam meningkatkan KKM siswa pada materi Sistem Peredaran Darah
Manusia.

Kata kunci :

hasil belajar kognitif siswa, modul remedial, sistem peredaran darah
manusia

iii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.

D.
E.
F.
G.

Latar Belakang Masalah .......................................................................
Rumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
Kerangka Pikir . ....................................................................................
Hipotesis................................................................................................

1
3
3
4
4
5
6


II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.

Bahan Ajar ...........................................................................................
Modul ...................................................................................................
Pembelajaran Remedial ........................................................................
Hasil Belajar .........................................................................................

7
8
13
19

III. METODE PENELITIAN
A.
B.

C.
D.
E.
F.

Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
Populasi dan Sampel ............................................................................
Desain Penelitian ..................................................................................
Prosedur penelitian ................................................................................
Jenis dan Teknik Pengambilan Data ....................................................
Teknik Analisis Data ............................................................................

23
23
23
24
25
28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................

31
34

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

41
41

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

42

xiii

LAMPIRAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Silabus ...............................................................................................
Modul Remedial ................................................................................
Angket Tanggapan Siswa ..................................................................
Kisi-Kisi Soal Pretes dan Posttest .....................................................
Data Kelas ..........................................................................................
Data Hasil Penelitian .........................................................................
Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian .......................................
Foto-Foto Penelitian ..........................................................................

xiv


45
47
48
50
58
65
81
89

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan utama dari kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas adalah agar siswa
dapat menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa setelah kegiatan
belajar mengajar berakhir masih saja ada siswa yang tidak menguasai materi
pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang rendah
dikelasnya (Majid, 2007: 225).


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menerapkan pendidikan untuk
mencapai ketuntasan tertentu. Ketuntasan belajar merupakan pencapaian taraf
penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap
satuan pelajaran. Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam
suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk
masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan
kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria
ketuntasan ideal, untuk itu guru dalam merancang persiapan mengajar perlu
menyusun strategi pembelajaran yang dirancang secara seksama sesuai dengan
tujuan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal (BSNP,
2006: 12).

2

Berdasarkan hasil observasi di sekolah melalui wawancara dengan guru biologi
kelas VIII SMP Negeri 2 Terbanggi Besar kriteria ketuntasan minimal (KKM)
pada materi pokok sistem peredaran darah adalah 64. Pada tahun pelajaran
2011/2012 terdapat 78% siswa tidak tuntas dalam belajar (belum mencapai
KKM). Untuk itu, perlu diberikan perbaikan berupa remedial. Pemberian

remedial selama ini hanya dengan cara menugaskan siswa mempelajari kembali
materi yang telah disampaikan sebelumnya tanpa bantuan bahan ajar lainnya
sehingga pelaksanaan remedial kurang efektif , akibatnya masih terdapat siswa
yang belum mencapai KKM walaupun telah dilaksanakan remedial.

Pelaksanaan pembelajaran remedial banyak mengalami kendala, antara lain
kurangnya bahan ajar yang disediakan guru dan keterbatasan waktu pelaksanaan
remedial. Menurut Nasution (2008: 205-206) pengajaran dengan menggunakan
modul memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masingmasing. Pemberian modul dapat mengolah kembali seluruh bahan yang telah
diberikan guna pemantapan dan perbaikan, atau mengulangi bahan pelajaran
untuk lebih memantapkannya sehingga lebih mempermudah pemahaman siswa.
Hasil Penelitian Marthatika (dalam respository library, 2012: 32) menunjukkan
bahwa hasil rata-rata belajar siswa sesudah remedial lebih tinggi dari pada hasil
rata-rata belajar siswa sebelum remedial. Selain itu, hasil penelitian Made (dalam
Kartikaningtyas, 2012: 16) juga menyatakan bahwa prestasi belajar siswa dengan
penggunaan modul berorientasi siklus belajar lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan cara konvensional pada materi sistem koordinasi.

3


Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pen aruh Pen unaan Bahan Ajar Modul Remedial Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Siswa Pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah Pada
Manusia (Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP
Negeri 2 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2013/2014)”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Adakah pengaruh yang signifikan pada penggunaan bahan ajar modul
remedial terhadap pencapaian KKM siswa kelas VIII pada materi pokok
sistem peredaran darah manusia?
2. Apakah bahan ajar modul dapat membantu guru dan siswa dalam remedial
pada materi pokok sistem peredaran darah manusia?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh penggunaan bahan ajar modul remedial terhadap pencapaian KKM
siswa kelas VIII pada materi pokok sistem peredaran darah manusia.
2. Penggunaan bahan ajar modul untuk membantu guru dan siswa dalam
remedial pada materi pokok sistem peredaran darah manusia.

4

D. Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian, manfaat yang diperoleh adalah:
1. Bagi peneliti, memberikan pengalaman mengajar sebagai calon seorang guru
dalam membuat bahan bantu pembelajaran yang efektif dan tepat dengan
menggunakan modul.
2. Bagi guru, membantu guru dalam menyiapkan bahan ajar remedial.
3. Bagi siswa, dapat memudahkan siswa belajar secara mandiri dalam
menguasai materi pelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas,
maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :
1. Modul remedial dilakukan apabila terdapat siswa yang tidak lulus pada materi
tertentu dengan memberikan materi yang lebih luas mengenai materi yang
kurang dipahami oleh siswa serta evaluasi secara kontinu.
2. Hasil belajar siswa dalam penelitian hanya dibatasi pada aspek kognitif saja
yang terdiri dari 6 kategori yaitu mengingat, mengerti, menerapkan,
menganalisis, menilai, dan berkreasi.
3. Siswa yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
yang mengalami remedial semester ganjil di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar.
4. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil ulangan harian (pretest) sebagai nilai
awal yang diberikan oleh guru dan nilai posttest yang diperoleh dari hasil
remedial.

5

5. Modul yang diberikan tidak untuk diajarkan/tatap muka tetapi untuk belajar
mandiri siswa, dan jika ada materi yang masih belum dipahami siswa maka
guru akan menjelaskan mengenai materi tersebut.
6. Materi pokok dalam penelitian ini adalah sistem peredaran darah pada manusia
yaitu pada kompetensi dasar 1.6 “mendeskripsikan sistem peredaran darah
pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan”.

F. Kerangka Pikir
Salah satu penyebab pelaksanaan remedial yang kurang efektif di sekolah saat ini
dikarenakan kurangnya bahan ajar yang digunakan guru. Pemberian modul
sebagai bahan ajar dapat menarik minat siswa untuk belajar sesuai dengan
kecepatan tanggap masing-masing siswa, karena modul yang disusun dengan
bahasa spesifik sehingga mudah dipahami siswa serta terdapat gambar-gambar
dan skema yang menarik disetiap bagian materinya. Di dalam modul berisi
materi singkat, glosarium, latihan soal, kunci jawaban yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan dapat membantu siswa belajar secara mandiri untuk menguasai
materi. Selain itu terdapat juga istrumen penilaian agar siswa dapat menilai
kemampuannya secara mandiri. Belajar dengan menggunakan modul membantu
siswa untuk memahami materi yang belum dimengerti. Dengan demikian, modul
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber belajar yang bermanfaat bagi siswa
dalam remedial ditengah keterbatasannya sumber belajar di sekolah.

6

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bahan ajar modul remedial, sedangkan
variabel terikatnya adalah hasil belajar kognitif siswa.
Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
X

Y

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Keterangan : X
= Bahan ajar modul remedial
Y
= Hasil belajar kognitif

G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.

H0 =

Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan bahan ajar
modul remedial dalam meningkatkan pencapaian KKM siswa.

H1 =

Ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan bahan ajar modul
remedial dalam meningkatkan KKM siswa.

2. Penggunaan bahan ajar modul dapat membantu guru dan siswa dalam
remedial.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar
Bahan ajar menurut Amri dan Ahmadi (2010: 159) adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dikelas, bahan yang dimaksud bisa berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis. Sedangkan menurut Prastowo (2011: 17)
mengemukakan bahwa bahan ajar adalah informasi, tes yang digunakan oleh
guru, dan segala bahan yang disusun secara sistematis, yang menampilkan
sosok utuh dari kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik dan
digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar mempunyai tujuan yang dikemukakan oleh Neo (2010: 12) :
a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang
sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
b. Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping
buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

8

Jenis bahan ajar harus disesuaikan dengan kurikulumnya dan setelah itu
dibuat rancangan pembelajaran, Amri dan Ahmad (2010:161)
mengelompokkan jenis bahan ajar sebagai berikut:
1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti
antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio-visual) seperti video compact disk,
film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti
CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis WEB (Web Based
Learning Materials).

B. Modul
Modul adalah salah satu bahan ajar dalam bentuk cetak. Prawiradilaga (2005:
117-118) berpendapat modul merupakan hasil kerja keras para ahli dalam
mengolah materi ajar menjadi penggalan atau segmen materi yang sederhana
dan mudah dipahami. Oleh karena itu rumusan modul menjadi seperti satu
kesatuan bahan ajar, bersifat sistematik, dengan komponen meliputi tujuan
umum pembelajaran, sifat isi/pengetahuan, penggalan materi, asesmen
belajar, serta tindak lanjut. Modul dapat dilengkapi dengan lembar kerja jika
diperlukan. Selanjutnya, Nasution (2008: 205) menyatakan bahwa modul

9

adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu
rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa untuk
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Dengan
demikian, Roestiyah (1994: 53-54) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan
modul memberikan lebih banyak kebebasan kepada siswa untuk memilih
kegiatan sesuai dengan keluasan tujuan intruksional yang telah dirumuskan,
yang boleh dipilih siswa secara maksimal dan yang harus dicapai.
Tujuan digunakannya modul di dalam proses belajar mengajar menurut
Suryosubroto (dalam Ainamulyana, 2012: 5) ialah agar:
a. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif.
b. Siswa dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan
dan kemampuannya sendiri.
c. Siswa dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan
belajar sendiri, baik di bawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru.
d. Siswa dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara
berkelanjutan.
e. Siswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar.
f. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi
melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir.
g. Modul d susun den an berdasar kepada konsep “Mastery Learning”
suatu konsep yang menekankan bahwa murid harus secara optimal
menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu. Prinsip
ini, mengandung konsekwensi bahwa seorang murid tidak

10

diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum ia menguasai
paling sedikit 75% dari bahan tersebut.

Kegunaan modul dalam proses pembelajaran antara lain, sebagai penyediaan
informasi dasar karena dalam modul disajikan berbagai materi pokok yang
masih bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai petunjuk bagi peserta didik.
Disamping itu, kegunaan lainnya adalah menjadi petunjuk mengajar yang
efektif bagi pendidik serta menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik
dalam melakukan penilaian sendiri (Prastowo, 2011: 109).
Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa
komponen, diantaranya: 1) lembar kegiatan peserta didik; 2) lembar kerja; 3)
kunci lembar kerja; 4) lembar soal; 5) lembar jawaban; 6) kunci jawaban.
Komponen-kompenen tersebut menurut Amri dan Ahmadi (2010: 119)
dikemas dalam format modul sebagai berikut:
1. Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan,
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar,
termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul
tersebut.
2. Tujuan pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus
dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. dalam bagian ini dimuat
pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan.
3. Tes awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan
mengetahui kemampuan awalnya, untuk mengetahui darimana ia harus
memulai belajar.

11

4. Pengalaman belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan
pembelajaran khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan
bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya.
5. Sumber belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat
ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik.
6. Tes akhir; instrument yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang
digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal
setiap modul.

Langkah-langkah penyusunan modul dikemukakan Nasution (2008: 217-218)
sebagai berikut:
1. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk
kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.
2. Urutan tujuan-tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti
dalam modul itu.
3. Test diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan, dan
kemampuan yang telah dimilikinya sebagai prasyarat untuk menempuh
modul itu.
4. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa.
5. Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan
membimbing siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti
dirumuskan dalam tujuan.
6. Menyusun post-tes untuk mengukur hasil belajar murid, hingga manakah
ia menguasai tujuan-tujuan modul.

12

7. Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa
setiap waktu ia memerlukannya.
Perbandingan pengajaran yang menggunakan modul dan yang tidak
menggunakan modul yang dipaparkan oleh Nasution (2008: 209-211) akan
dijelaskan pada tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan pengajaran konvensional dan pengajaran modul
Aspek Pembanding
Tujuan

Pengajaran
Konvensional
Tidak dirumuskan secara
spesifik dalam bentuk
kelakuan yang dapat
diamati dan diukur

Penyajian bahan
ajar

Disajikan secara
kelompok dan diberikan
pada jam-jam tertentu
berdasarkan jadwal

Kegiatan
instruksional

Bahan pelajaran
kebanyakan berbentuk
ceramah, tugas tertulis,
dan media masih
menurut pertimbangan
guru
Berorientasi pada
kegiatan guru dengan
mengutamakan proses
mengajar

Pengalaman belajar

Partisipasi

Kecepatan belajar

Penguatan atau
reinforcement

siswa bersifat pasif,
karena hanya
mendengarkan uraian
guru
Siswa harus belajar
menurut kecepatan yang
ditentukan oleh
kecepatan guru mengajar
Penguatan baru
diberikan setelah

Pengajaran Modul
Dirumuskan dalam bentuk
kelakuan
murid,disampaikan
sebelum pelajaran dimulai
sehingga setiap murid tahu
dengan jelas yang harus
dipelajarinya
Disajikan secara
individual dan dapat
mempelajarinya menurut
waktu yang diinginkan
masing-masing
Menggunakan aneka
kegiatan belajar dan media
yang digunakan
berdasarkan efektifitasnya
melalui percobaan para
siswa
Berorientasi pada kegiatan
murid dengan pengajaran
kepada murid secara
individual dengan tekanan
pada proses belajar
Siswa selalu aktif belajar
dengan berbagai kegiatan
untuk menguasai bahan
pelajaran
Setiap siswa maju
menurut kecepatan
masing-masing
Penguatan diberikan yakni
segera setelah dipelajari

13

Keberhasilan
belajar

Penguasaan

Peranan pengajar

Ujian atau test

diadakannya ulangan
atau ujian
Keberhasilan belajar
dinilai oleh guru secara
subyektif
Sebagian kecil saja yang
menguasai bahan
pelajaran sepenuhnya,
sebagian lagi hanya
menguasai sebagian dari
materi itu dan terkadang
ada yang gagal
Sebagai penyebar atau
penyalur pengetahuan

Siswa biasanya
menempuh beberapa test
atau ulangan mengenai
bahan yang telah
dipelajari dan
berdasarkan angka
rapornya untuk semester
itu

sebagian kecil dari bahan
pelajaran itu
Keberhasilan belajar
dinilai secara obyektif
berdasarkan hasil belajar
siswa
Bila diberikan waktu yang
cukup, maka semua siswa
diharapkan dapat
mencapai tujuan pelajaran
sepenuhnya

Sebagai pendiagnosis
kekurangan siswa,
pemberi motivasi,
pembimbing belajar, dan
sebagai sumber belajar
Test diadakan untuk
mengukur keberhasilan
belajar mengenai tujuantujuan yang telah
dirumuskan pada awal
pelajaran.

C. Pembelajaran Remedial
Berdasarkan Permendiknas No. 22, 23, 24, Tahun 2006 dan Permendiknas
No.6 Tahun 2007 (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 81) menerapkan sistem
pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem
pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas,
dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi
atau materi yang akan dipelajari. Adnyana (2011: 1) menjelaskan bahwa
setiap pembelajaran ditemukan tiga kelompok siswa ditinjau dari hasil

14

belajarnya, yaitu kelompok dengan hasil belajar tinggi, sedang, dan rendah.
Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan penanganan yang bijaksana
kepada ketiga kelompok tersebut. Dalam hal ini kelompok tinggi dan sedang
dapat diberikan pengayaan, sedangkan kelompok rendah diberikan remedial.
Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap
peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya.
Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan
keterampilan prasyarat atau lambat dalam mencapai kompetensi (Amri dan
Ahmadi, 2010: 81-82). Selanjutnya Pengajaran remedial (remedial teaching)
bertolak dari konsep belajar tuntas (mastery learning), yang ditandai oleh
sistem pembelajaran dengan menggunakan modul. Pada tiap akhir kegiatan
pembelajaran dari suatu unit pelajaran, guru melakukan evaluasi formatif, dan
setelah adanya evaluasi formatif itulah anak-anak yang belum menguasai
bahan pelajaran diberikan pengajaran remedial, agar tujuan belajar yang telah
ditetapkan sebelumnya dapat dicapai. Dengan demikian pengajaran remedial
merupakan kewajiban bagi semua guru setelah mereka melakukan evaluasi
formatif dan menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan
belajar yang telah ditetapkan. Sebelum pengajaran remedial diberikan, guru
lebih dahulu untuk menegakkan diagnosis kesulitan belajar, yaitu menemukan
jenis dan penyebab kesulitan serta alternative strategi pengajaran remedial
yang efektif dan efisien (Abdurrahman, 2003: 20-23).

15

Tujuan pengajaran remedial yang dikemukakan Syah (2000: 175) sebenarnya
tidak berbeda dengan tujuan pengajaran umumnya, yaitu agar siswa dapat
mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara
khusus pengajaran remedial bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan
belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses
penyembuhan atau perbaikan, baik dari segi proses belajar mengajar maupun
kepribadian siswa. Adapun tujuan pengajaran remedial secara khusus adalah
agar:
a. Siswa memahami, khususnya yang menyangkut prestasi belajar meliputi

segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifat kesulitannya.
b. Siswa dapat memperbaiki cara-cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai

dengan kesulitan yang dihadapi.
c. Siswa memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi

kesulitan belajarnya.
d. Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong

tercapainya hasil belajar yang lebih baik.
e. Mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang
kesulitannya Melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan .
Hasis (2001: 105) mengemukakan beberapa metode dalam pengajaran
perbaikan antara lain : a) Metode pemberian tugas, b) Metode diskusi, c)
metode tanya jawab, d) metode kerja kelompok, e) Metode tutor sebaya, f)
Metode pengajaran individual. Metode pengajaran remedial merupakan suatu
rangkaian cara atau metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan

16

bimbingan kesulitan belajar, mulai dari langkah-langkah identifikasi kasus
sampai pada langkah tindak lanjut.

Pada pengajaran remedial, penggunaan metode disesuaikan dengan jenis
kesulitan belajar dan latar belakang siswa. Adapun metode yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan pengajaran remedial yaitu :
a. Pemberian Tugas
Yaitu suatu metode yang dilakukan guru dengan memberikan tugas-tugas
tertentu kepada siswa baik secara kelompok maupun secara individual,
kemudian diminta pertanggungan jawab masing-masing atas tugas-tugas
tersebut. Selain itu, melalui metode pemberian tugas dapat juga digunakan
dalam mengenali kasus siswa yang mengalami kesulitan belajar.
b. Tanya Jawab
Metode Tanya jawab merupakan bentuk interaksi langsung secara lisan
antara guru dengan siswa. Dalam pengajaran remedial, metode Tanya
jawab dapat dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dengan siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
c. Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok merupakan penyajian materi dengan cara
memberikan tugas-tugas kepada kelompok-kelompok belajar untuk
mempelajari materi yang sudah ditentukan oleh guru dalam rangka
mencapai tujuan. Dalam kerja kelompok, yang terpenting adalah interaksi
antar anggota kelompok yang kemudian akan terjadi perbaikan pada diri
siswa yang mengalami kesulitan belajar.
d. Tutor Sebaya

17

Yaitu suatu metode dalam belajar, di mana seorang siswa atau beberapa
siswa yang ditunjuk atau ditugaskan berdasarkan petunjuk yang diberikan
guru untuk membantu siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar.
Siswa yang dipilih sebagai tutor adalah siswa yang mempunyai prestasi
bagus dalam belajar, dan mempunyai hubungan sosial yang baik dengan
teman-temannya.
e. Pengajaran Individual
Merupakan suatu bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan secara
individual, artinya dalam bentuk interaksi antara guru dengan seorang
siswa secara individual. Dengan pengajaran individual ini, guru
mempunyai banyak waktu dalam memonitor kemajuan belajar siswa,
memotivasi siswa, dan dapat secara langsung membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar (Ischak dan Wirji, 1996: 51).

Berdasakan pada buku akta mengajar V (dalam Abdurrahman, 2003: 20) ada
enam langkah prosedur diagnosis yang perlu dilalui, yaitu identifikasi,
lokalisasi letak kesulitan, lokalisasi penyebab kesulitan, memperkirakan
kemungkinan bantuan, menetapkan kemungkinan cara mengatasi kesulitan,
dan tindak lanjut. Sedangkan menurut Samuel A. Kirk (dalam Kitano dan
Kirby, 1986: 150) prosedur diagnosis mencakup lima langkah, yaitu
menentukan potensi atau kapasitas anak, menentukan taraf kemampuan dalam
suatu bidang studi yang memerlukan pengajaran remedial, menentukan gejala
kegagalan dalam suatu bidang studi, menganalisis faktor-faktor yang terkait,
dan menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial. Dari kedua jenis
prosedur tersebut sehingga langkah-langkahnya menjadi:

18

1. Identifikasi
Memerlukan identifikasi untuk anak-anak yang berpotensi memerlukan
pelayanan pengajaran remedial. Misalnya melalui laporan guru kelas atau
sekolah sebelumnya, melalui instrument informal.
2. Menentukan prioritas
Sekolah perlu menentukan prioritas anak yang diperkirakan dapat diberi
pelayanan pengajaran remedial oleh guru kelas atau guru bidang studi, dan
anak yang perlu dilayani oleh guru khusus. Anak-anak yang berkesulitan
belajar tergolong berat mungkin perlu memperoleh prioritas utama untuk
memperoleh pelayanan pengajaran remedial yang sistematis dari guru
khusus remedial.
3. Menentukan potensi
Potensi anak biasanya didasarkan atas skor tes inteligensi. Jika dari hasil
tes tersebut anak memiliki skor IQ 70 kebawah maka anak tersebut
digolongkan anak tunagrahita: tidak memerlukan pelayanan pengajaran
remedial disekolah. Jika hasil tes dengan skor IQ 71 hingga 89 maka anak
tergolong lamban belajar. Yang dapat digolongkan anak berkesulitan
belajar ialah yang memiliki skor IQ 90.
4. Menentukan penguasaan bidang studi yang perlu direkomediasi.
Guru remedial perlu memiliki data tentang prestasi belajar anak dan
membandingkan prestasi belajar tersebut dengan taraf inteligensinya.
Kalau prestasi belajar anak menyimpang jauh dibawah kapasitas
inteligensinya maka dikelompokkan sebagai anak berkesulitan belajar,

19

sedangkan kalau prestasinya seimbang dengan kapasitas maka tidak
dikelompokkan sebagai anak yang kesulitan belajar.
5. Menentukan gejala kesulitan
Guru remedial perlu melakukan observasi dan analisis cara anak belajar.
6. Analisis berbagai faktor yang terkait
Guru remedial perlu melakukan analisis terhadap hasil-hasil pemeriksaan
ahli-ahli lain seperti dokter, konselor, dll. Guru remedial dapat
menegakkan suatu diagnosis yang dapat digunakan sebagai landasan
dalam menentukan strategi pengajaran remedial yang efektif dan efisien.
7. Menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial
Rekomendasi tersebut dapat dalam bentuk suatu program pendidikan yang
diindividualkan, yang pelaksanaannya perlu dievaluasi lebih dahulu oleh
suatu tim yang disebut tim penilai program pendidikan individual (TP3I).

D. Hasil Belajar
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku,
sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Hal ini
seperti yang diungkapkan Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Abdurrahman
(2003: 28) bahwa belajar merupakan suatu proses dari individu yang
berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar.

20

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom (dalam Sudijono, 1995: 49-57)
secara garis besar membagi ranah hasil belajar menjadi 3 kelompok:
1.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

2.

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

3.

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif yang akan
menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah
menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu ssuai dengan makna
yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.

Ada beberapa teori yang dikemukakan Sadiman (2008: 22) berpendapat
bahwa proses belajar itu pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif,
yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk
satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik. Secara umum,
belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri
manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta,
konsep ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa
proses interaksi adalah:
a.

Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar

b.

Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan

Kemampuan kognitif merupakan kelompok keterampilan mental yang
esensial pada fungsi-fungsi kemanusiaan. Melalui kemampuan kognitif

21

tersebut memungkinkan manusia mengetahui, menyadari, mengerti,
menggunakan abstraksi, menalar, membahas, dan menjadi kreatif
(Abdurrahman,2003: 92). Sedangkan hasil belajar dari aspek kognitif
mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkattingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi
fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan
masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari
dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa
secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau
dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan
membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep.
Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip.
Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di
dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).
Menurut Anderson, dkk ( 2000: 67-68 ), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis
perilaku sebagai berikut : (1) Remember mencakup kemampuan ingatan
tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
Pengetahuan itu meliputi fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip
dan metode; (2) Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan
makna hal yang dipelajari; (3) Apply mencakup kemampuan menerapkan
metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru; (4)
Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya : mengurai masalah menjadi bagian yang telah kecil;

22

(5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu; (6) Create mencakup
kemampuan membentuk suatu pola baru.

23

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di SMP Negeri 2
Terbanggi Besar.

B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Terbanggi Besar yang terdiri dari 7 kelas. Sedangkan sampel dalam penelitian
ini adalah seluruh kelas VIII yang mengalami remedial dan dipilih dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Kemudian yang mengalami
remedial dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Pembagian ini berdasarkan nilai ulangan harian.

C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental semu dengan desain kelompok kontrol
ekivalen. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa bahan ajar
modul remedial sedangkan pada kelompok kontrol dengan menggunakan buku
ajar. Di akhir kegiatan pembelajaran diberi tes berupa ulangan harian
(pretest). Setelah dilakukannya ulangan harian ternyata terdapat siswa yang
belum tuntas sehingga siswa tersebut diberikan remedial (posttest).

24

Desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Kelas

Pretes

I

O1

II

O1

Perlakuan
X

Postes
O2
O2

Gambar 2. Desain kelompok kontrol ekivalen (dimodifikasi dari Ruseffendi,
1994: 47)
Keterangan : I
II
O1
O2
X

=
=
=
=
=

Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
Pretes
Postes
bahan ajar modul remedial

D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahapan, yaitu prapenelitian dan
pelaksanaan penelitian. Tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut :
a) Prapenelitian
Prapenelitian adalah tahapan yang harus dilakukan sebelum melaksanakan
penelitian. Kegiatan dalam tahapan ini meliputi :
1.

Membuat surat izin penelitian.

2.

Melakukan wawancara dengan guru biologi dan pengamatan terhadap
siswa di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar yang akan menjadi subjek
penelitian.

3.

Menentukan sampel penelitian yaitu siswa kelas VIII yang mengalami
remedial.

4.

Membuat modul remedial bagi siswa yang tidak mencapai KKM.

25

5.

Membuat lembar observasi berupa angket tanggapan siswa mengenai
pembelajaran dengan menggunakan modul.

b) Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di sekolah sebanyak dua kali pertemuan
diluar jam pelajaran atau jam tambahan. Penelitian ini menggunakan
modul remedial bagi kelompok eksperimen sedangkan pada kelompok
kontrol dengan menggunakan buku ajar. Pada pertemuan pertama guru
mengumpulkan siswa kelas VIII yang mengalami remedial dan membagi
siswa menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kemudian,
guru membagikan modul remedial pada kelompok eksperimen. Setelah itu,
guru membantu siswa untuk mengulangi materi yang belum dipahami
serta mengerjakan soal evaluasi melalui modul pada kelompok eksperimen
dan melalui buku ajar pada kelompok kontrol. Selanjutnya, pada
pertemuan kedua baik kelompok eksperimen maupun kontrol diberikan
soal yang sama berupa soal remedial (posttest).

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a) Jenis Data
Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data
kuantitatif dan kualitatif yang diuraikan sebagai berikut :
(1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa pretest, posttest, dan gain.

26

(2) Data Kualitatif
Data kualitatif berupa angket tanggapan siswa.
b) Teknik Pengumpulan Data
Data diambil dengan menggunakan instrumen yang berupa pretest,
posttest, dan lembar angket tanggapan siswa.
(1) Tes
Tes berupa pretest, dan diberikan posttest setelah mempelajari modul
remedial untuk mengetahui pengetahuan yang diperoleh siswa
dikelompok eksperimen, maupun dikelompok kontrol yang tidak
menggunakan modul remedial. Pretest dan posttest berupa soal essay
sebanyak 8 soal.
Untuk mendapatkan skor yang diharapkan dari Pretest dan posttest
menggunakan rumus berikut :

S=

R
xN100
N

Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau
soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes
tersebut (Purwanto, 2008: 112).
Hasil belajar siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain (g) dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

-

Keterangan : g = Gain, Sf = postes, Si = pretes (dimodifikasi dari Hake,
1998: 65).

27

Tabel 2. Kriteria gain
Gain

Kriteria

g > 0,7
Tinggi
0,7 > g > 0,3
Sedang
g < 0,3
Rendah
Sumber: dimodifikasi dari Hake (1998: 65)
(2) Observasi
Observasi dilakukan menggunakan lembar angket tanggapan siswa,
Lembar angket tanggapan siswa berisi 10 pernyataan yang terdiri dari
6 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif.
a. Skor per item angket tanggapan siswa dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Skor per item angket tanggapan siswa
No. Item
Soal

Sifat Pernyataan

1
Positif
2
Positif
3
Positif
4
Negatif
5
Positif
6
Positif
7
Positif
8
Negatif
9
Negatif
10
Negatif
Keterangan:
S = setuju, TS = Tidak setuju

Skor
0
TS
TS
TS
S
TS
TS
TS
S
S
S

1
S
S
S
TS
S
S
S
TS
TS
TS

b. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi
yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan
kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

28

Tabel 4. Tabulasi data angket tanggapan siswa
No
responden

1
S

TS

No.pertanyaan
2
3
S
TS
S
TS

dst
...

1
2
3
Dst...
Jumlah
Persentase
(%)
Kriteria
Dimodifikasi dari Rahayu (2010: 31)

F. Teknik Analisis Data
a) Data Kuantitatif
Nilai pretes, postes, dan Gain pada kelompok eksperimen dan kontrol
dianalisis menggunakan uji normalitas data dengan program SPSS versi
17.

(1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan
program SPSS versi 17.
1. Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal
H1 = Sampel tidak berdistribusi normal
2. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk
harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).

29

(2) Pengujian Hipotesis


Uji U (Uji Mann Whitney U)
Data yang tidak berdistribusi normal dilanjutkan dengan Uji U.
1. Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol
H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol
2. Kriteria Uji
- Jika p-value > 0,05 maka terima Ho
- Jika p-value < 0,05 maka tolak Ho (Pratisto. 2004: 36).

b) Data Kualitatif
Data kualitatif berupa angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran
dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10
pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif.
Menghitung skor yang diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini
sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif dengan persentase.
Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46)
adalah:

Presentase tanggapan siswa (%) =

n
× 100%
N

Keterangan: n = Nilai yang diperoleh sampel
N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel
% = Persentase tanggapan siswa
Kemudian untuk mengetahui kriteria dari hasil persentase tanggapan siswa
dapat dilihat pada tabel 5.

30

Tabel 5. Kriteria angket tanggapan siswa
Rentang skor
Interval
16 – 23
76< % ≤
%
8 – 15
51< % ≤ 75%
0–7
25< % ≤ 50%
(dimodifikasi dari Ali, 1992: 46).

Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan bahan ajar modul
remedial dalam meningkatkan KKM siswa pada materi pokok Sistem
Peredaran Darah Manusia.
2. Penggunaan bahan ajar modul remedial membantu siswa dan guru dalam
remedial.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan bahan ajar modul remedial dapat digunakan
oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif bahan ajar untuk remedial
yang dapat meningkatkan KKM siswa pada Materi Sistem Peredaran
Darah Manusia.
2. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan bahan ajar modul
remedial hendaknya lebih ditingkatkan lagi kreativitas dalam mendesain
bahan ajar yang menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Adnyana, M. 2010. Program Kegiatan Remedial dan Pengayaan Siswa. Diakses
dari http://putradnyanagede.blogspot.com/2011/04/program-kegiatanremedial-dan-pengayaan.html. pada hari jumat, tanggal 26 april 2013, pukul
21.20 WIB.
Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:
Angkasa.
Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Anderson, L., David, K., Peter, a., Kathleen, C., Ricard, M., Paul, p., James, R.,
Merlin, W. 2000. A Taxonomy for Learning, Teaching, ans Assesing ( A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Abridged
Edition). Newyork: Longman.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses dari http://bsnpindonesia.org/id/wpcontent/uploads/kompetensi/Panduan_Umum_KTSP.p
df. Pada rabu, tanggal 17 april 2013, pukul 21:33 WIB.
Hake, R.R. 1998. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A SixThousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics
Course. Am. J. Phys., Vol. 66, No. 1. Diakses dari
http://web.mit.edu/rsi/www/2005/misc/ minipaper/papers/Hake.pdf. Pada
rabu, tanggal 21 agustus 2013, pukul 21:45 WIB.
Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi
Jakarta: Aksara.
_______. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasis, I. 2001. Remedial Teaching. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

43243

Ischak dan Wirji. 1996. Program Remedial Dalam Proses Belajar Mengajar.
Yogyakarta: Liberty.
Kartikaningtyas, M. 2012. Pengaruh Penggunaan Modul Pembelajaran IPA
Terhadap Hasil Belajar Siswa. Semarang : Universitas Kristen Satya Wacana .
diakses dari http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/862. Pada
senin, 08 april 2013, Pukul 20.04 WIB.
Kitano, M.K., & Kirby, D.F., 1986. Gifted Education : A Comprehensive view, Little,
Brown and Company. Boston.
Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marthatika, D. 2012. Pengaruh penggunaan bahan ajar modul berbasis CTL terhadap
Hasil Belajar. Diakses dari
http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/2571. Pada minggu, 19
mei 2013. Pukul 21.38 WIB.
Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Neo, M. 2010. Pembelajaran Sepanjang Hayat. Diakses dari http://neoedu.blogspot.com/2010/06/tujuan-dan-manfaat-penyusunan-bahan.html.
Pada minggu, 07 april 2013. Pukul 21.00 WIB.
Prastito, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: Gramedia.
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
DIVA press.
Prawiradilaga. 2005. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Ruseffendi. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta
Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Roestiyah. 1994 . Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sadiman, A. S. dkk. 2008. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

43243
44

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta:
Bumi Aksara.
______ . 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudijono,A. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Suryosubroto. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Diakses dari
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/cara-membuat-bahan-ajar-berupamodul.html. Pada minggu, 07 april 2013. Pukul 19:47 WIB.
Syah, M. 2000. Psikologi Pedidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui
Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada
Kelas VII Mts Guppi Natar. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Team Achievement Division (STAD) TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA OLEH SISWA (Studi Eksperimen Semu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Mathla’ul Anwar Bandar Lampung

0 4 66

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 56

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 27 61

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pela

0 8 60

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pela

0 7 59

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN METODE DISCOVERY TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20

2 23 109

PENGARUH BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN MANUSIA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 50

PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014

0 8 42

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA (Studi Ekperimen Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 15 203

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 34 144