PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

POKOK SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

Desi Ameliawati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

DESI AMELIAWATI

Salah satu tolak ukur keberhasilan suatu pembelajaran adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar yang baik erat kaitannya dengan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa dan bahan ajar yang digunakan oleh guru. Hasil wawancara dengan guru IPA di kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo, diketahui bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan keterbatasan bahan ajar yang

digunakan guru. Sehingga diperlukan suatu bahan ajar yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, salah satunya dengan menggunakan bahan ajar leaflet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen dengan desain pretes postes non equivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII1 dan VIII5 yang dipilih dari


(3)

kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan uji U melalui SPSS versi 16. Data kualitatif berupa deskripsi tanggapan dan aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil observasi pada setiap pertemuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar leaflet dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai pretes (36,94); postes (72,22); dan N-gain (56,50). Aktivitas belajar juga mengalami peningkatan untuk semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen, yaitu aspek mengemukakan ide (74,99%); aspek bertanya (78,69); aspek bekerja sama (berdiskusi) dengan anggota kelompok (85,79%); dan aspek mempresentasikan hasil diskusi kelompok (73,45%). Selain itu, sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan bahan ajar leaflet. Dengan demikian, pembelajaran dengan bantuan bahan ajar leaflet berpengaruh secara

signifikan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem

pencernaan pada manusia.


(4)

(5)

(6)

(7)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

F. Kerangka Pikir ... ... 6

G. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar ... 9

B. Leaflet ... 15

C. Metode Diskusi ... 18

D. Aktivitas Belajar Siswa ... 27

E. Hasil Belajar Siswa ... ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 33

C. Desain Penelitian ... 33

D. Prosedur Penelitian ... 34

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 40

1. Jenis Data ... 40

2. Teknik Pengambilan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 42

1. Uji Normalitas Data ... 42

2. Pengujian Hipotesis ... 43

G. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 44


(8)

xiv

A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 56

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 69

1. Silabus ... 70

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 73

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 97

4. Kisi-Kisi Soal Pretest-Postest... 114

5. Soal Pretest-Postest... 118

6. Rubrik Soal PrePost ... 121

7. Lembar Leaflet ... 123

8. Kisi-Kisi Angket Siswa... 127

9. Lembar Angket Tanggapan Siswa ... 128

10.Data Hasil Penelitian ... 130

11.Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 151


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatakan pendidikan sebagai prioritas utama. Mengingat pentingnya pendidikan bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat diperoleh hasil yang diharapkan (Kunandar 2007).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Depdiknas, 2003: 1).

Pada kenyataannya masih ada beberapa masalah pembelajaran yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar belum maksimal sehingga berdampak pada lemahnya hasil belajar IPA siswa.


(10)

Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa di sekolah antara lain keterbatasan bahan ajar dan ketersediaan buku-buku pelajaran sehingga berdampak pada lemahnya hasil belajar IPA siswa (Mukhlis, 2010: 46). Bahan ajar ini tidak bervariasi sehingga menyebabkan proses belajar yang monoton sehingga dapat membuat siswa merasa jenuh, sehingga minat belajar siswa menjadi berkurang, maka dengan demikian minat siswa perlu dibangkitkan dalam proses pembelajaran dengan variasi bahan ajar pembelajaran yang menyenangkan dan dengan metode yang sesuai, sehingga nantinya dapat mengerjakan soal dengan benar.

Hal tersebut juga ditemukan di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo. Hasil observasi didapat bahwa hasil belajar siswa yang rendah dibuktikan dengan rata-rata nilai mata pelajaran IPA siswa khususnya pada materi sistem pencernaaan yaitu 60 di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 65. Hal ini disebabkan karena tidak bervariasinya bahan ajar yang digunakan oleh guru. Karena guru hanya menggunakan bahan ajar berupa buku IPA BSE tidak menggunakan bahan ajar bentuk lain. Hal ini juga didukung dengan fakta bahwa siswa tidak memiliki buku pegangan berupa LKS ataupun buku teks lain karena di sekolah ini tidak diwajibkan untuk membeli LKS. Dengan adanya keterbatasan bahan ajar berupa buku teks yang

digunakan maka guru perlu mengembangkan dan memvariasikan bahan ajar yang menarik dengan harapan dapat meningkatkan minat baca siswa yang terlihat dari kemauan untuk membaca sumber-sumber belajar dan akhirnya berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.


(11)

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu alternatif bahan ajar yang menarik sehingga siswa tidak bosan, serta sekaligus dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar yang dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Bahan ajar yang diduga efektif adalah bahan ajar leaflet. Leaflet sebagai bahan ajar cetak yang berisikan rangkuman materi pelajaran. Materi pelajaran tersebut diambil dari beberapa sumber belajar baik buku maupun internet yang dijadikan satu dalam bentuk leaflet ini. Leaflet terlihat menarik apabila didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi/ gambar-gambar dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet juga memiliki manfaat untuk dijadikan referensi dan bahan diskusi pada proses pembelajaran (Sugiarto, 2010: 1). Serta diharapkan leaflet dapat mengakomodasi keterbatasan siswa dalam memperoleh pengetahuan.

Hal ini didukung pula dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Aini (2010: 54) menemukan bahwa pembelajaran menggunakan bahan ajar leaflet memiliki pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung materi pokok Ekosistem yaitu sebesar 18,44 Selain itu penelitian Ariyanti (2011: 59) menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan bahan ajar leaflet memiliki pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas dan penguasaan konsep siswa kelas XI MAN 1 Metro materi pokok Sistem Pernapasan dan penelitian Khumaidah (2011: 1) menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media leaflet dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Sultan Fatah Wedug Demak materi pokok Sistem Pencernaan pada Manusia.


(12)

Berdasarkan fakta tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan.” (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penggunaan bahan ajar leaflet berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar kognitif oleh siswa?

2. Apakah penggunaan bahan ajar leaflet berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan bahan ajar Leaflet terhadap peningkatan hasil belajar kognitif siswa.

2. Pengaruh penggunaan bahan ajar Leaflet terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Peneliti yaitu dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal


(13)

terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

2. Guru yaitu dapat memberikan informasi mengenai bahan ajar leaflet dan metode diskusi sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih bahan ajar dan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Siswa yaitu dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam mempelajari materi pokok sistem pencernaan.

4. Sekolah yaitu dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat SMP/MTs. E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menjaga agar masalah ini lebih terarah dan lebih jelas sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu:

1. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan bahan ajar leaflet. Leaflet yaitu selembaran tercetak dengan ukuran kecil yang dilipat, berisikan informasi yang diharapkan untuk dijadikan diskusi pada proses pembelajaran (Sugiarto, 2010: 1)

2. Metode diskusi terdiri atas lima langkah yaitu: (1) merumuskan masalah secara jelas (2) siswa membetuk kelompok, (3) siswa melaksanakan diskusi, (4) siswa melaporkan hasil diskusi, (5) penguatan guru, dan tes/kuis.

3. Aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini meliputi (1) kemampuan mengemukakan pendapat/ide, (2) kemampuan bertanya, (3)


(14)

bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok, (4) mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

4. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar aspek kognitif siswa yang berupa nilai pretest dan posttest dan N-gain pada materi pokok Sistem Pencernaan Makanan.

5. Penelitian ini dibatasi hanya pada K.D 1.4 “ Mendeskripsikan sistem pencernaan manusia dan hubungan dengan kesehatan.”

6. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo pada mata pelajaran IPA semester ganjil Tahun Ajaran 2013/2014.

7. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII1 sebagai kelompok

eksperimen dan kelas VIII5 sebagai kelompok kontrol pada tahun

pelajaran 2013/2014. F. Kerangka Pikir

Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang ada merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Faktor yang mendukung dalam keberhasilan yaitu terletak pada kesesuaian metode dan bahan ajar yang digunakan oleh guru. Di dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru mengutamakan keterlibatan aktif secara langsung seperti mendorong siswa mengungkapkan dengan awal dengan cara mengajukan pertanyaan

,membimbing, menggunakan bahan ajar yang secara langsung dapat digunakan oleh siswa, dan melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran.


(15)

Pada dasarnya siswa mempunyai kemampuan untuk menggali, mencari konsep, fakta, prinsip, dan hukum mengenai suatu materi pelajaran. Kemampuan tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan kondisi yang sesuai dalam proses pembelajaran. Siswa memperoleh keuntungan jika mareka dapat “melihat” dan “melakukan” sesuatu yang daripada sekedar mendengarkan ceramah dari guru. Guru dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep pada materi yang sulit dengan bantuan suatu bahan ajar.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar adalah menggunakan bahan ajar leaflet pada pembelajaran IPA. Bahan ajar leaflet dapat digunakan secara efektif oleh guru-guru dalam usaha membangkitkan motivasi belajar dan memiliki pengaruh yang positif untuk siswa. Dengan meningkatkan motivasi maka keterlibatan langsung siswa dalam

pembelajaran meningkat, keterlibatan secara langsung ini diharapkan juga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ranah kognitif siswa secara maksimal.

Variabel yang digunakan didalam penelitian ini adalah varibel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah penggunaan bahan ajar leaflet (X), sedangkan variabel terikatnya terdiri dari aktivitas siswa (Y1), dan


(16)

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini:

keterangan:

X: penggunaan bahan ajar leaflet ,Y1: aktivitas siswa, Y2: hasil belajar ranah kognitif siswa

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat G. Hipotesis penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet terhadap

peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan Makanan .

H1 : Ada pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet terhadap peningkatan

hasil belajar siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan Makanan.

Y1 X


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar

Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah isi dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik dan rinciannya. Secara umum isi kurikulum itu dapat dipilah menjadi tiga unsur utama yaitu logika (pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan), etika (pengetahuan tentang baik, buruk) berupa muatan nilai moral , dan estetika (pengetahuan tentang indah, jelek) berupa muatan nilai seni. Sedangkan bila memilahnya berdasarkan urutan taksonomi bloom bahan pelajaran itu berupa kognitif (pengetahuan), afektif (sikap/nilai), dan psikomotor (keterampilan). Menurut Supriadi (dalam Tim pengembang MKDP, 2011: 152) menyatakan bahwa bila dirinci lebih lanjut, isi kurikulum atau bahan pembelajaran ini dapat dikategorikan menjadi enam jenis yaitu, fakta, konsep/teori, prinsip, proses, nilai, dan keterampilan.

1. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau telah dialami/dikerjakan bisa berubah objek atau keadaan tentang sesuatu hal.

2. Konsep adalah suatu ide tau gagasan/suatu pengertian umum, suatu set atau sistem pernyataan yang menjelaskan rangkaian.

3. Fakta, dimana pernyataan tersebut harus memadukan, universal, dan meramalkan.


(18)

4. Prinsip merupakan suatu aturan atau kaidah untuk melakukan sesuatu atau kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir.

5. Proses adalah serangkaian gerakan, perubahan, perkembangan atau suatu cara/prosedur untuk melakukan kegiatan secara operasional.

6. Nilai adalah suatu pola, ukuran norma atau suatu tipe/model, ia berkaitan dengan pengetahuan atas kebenaran yang bersifat umum.

7. Keterampilan adalah suatu kemampuan untuk berbuat sesuatu, baik dalam pengertian fisik maupun mental.

Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan/suasana yang

memungkinkan peserta didik untuk belajar (Depdiknas, 2007a). Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (Depdiknas, 2006). Sedangkan menurut (Majid, 2007: 174) bahan ajar adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu

guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Bahan pelajaran merupakan bahan minimal yang harus dikuasai oleh siswa untuk dapat mencapai kompetensi dasar yang telah dirumuskan. Oleh sebab itu, bahan pelajaran terlebih dahulu harus dapat menarik perhatian siswa untuk membacanya. Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (dalam Djamarah dan Aswan, 2010: 44) bahwa minat siswa akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan siswa.


(19)

Bentuk bahan ajar dikelompokan menjadi empat kategori seperti yang ditulis oleh Widiastutik (2011: 1) yaitu bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Ballstaedt (dalam Setyono, 2005: 29), bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada siswa bagian mana yang sedang dipelajari, biaya untuk pengadaannya relatif sedikit, serta bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah secara mudah.

Selanjutnya, susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu, bahan tertulis relatif ringan untuk dibaca, bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti

menandai, mencatat, dan membuat sketsa. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar dan pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.

Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, pirigan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, dan film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching

material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).


(20)

Sebuah bahan ajar cetak harus mencakup: judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa atau guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dapat berupa lembar kerja (LK), dan evaluasi. Tetapi, dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan pada strukturnya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lainnya. Guna

mengetahui perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dilihat pada matriks berikut ini:

Tabel 1. Struktur bahan ajar

No Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf Wch F/Gb Mo/

M

1. Judul         

2. Petunjuk belajar -   - - - - -

3. KD/MP -      ** ** **

4. Informasi

pendukung 

    ** ** **

5. Latihan -   - - - -

6. Tugas/ Langkah

kerja

-   - - - ** **

7. Penilaian -      ** ** **

Ket: Ht: handout, Bu: Buku, Ml: Modul, LKS: Lembar Kegiatan Siswa, Bro: Brosur, Lf:

Leaflet, Wch: Wallchart, F/Gb: Foto/Gambar, Mo/M: Model/Maket (Setyono, 2005: 27-28) Ket:

 : Tercantum dalam bahan ajar

- : Tidak tercantum dalam bahan ajar

** : Tercantum dalam kelas lain

Menurut panduan pengembangan bahan ajar Depdiknas (2007) disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:

a) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.

b) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.


(21)

c) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan guru dalam membuat keputusan yang terkait dengan perencanaan (planning), aktivitas-aktivitas pembelajaran dan pengimplementasian (implementing), dan penilaian (assessing).

Menurut (Sriyono,dkk 1992: 126) menyatakan bahwa kegunaan bahan ajar antara lain: dapat menjadikan pelajaran lebih menarik, menghemat waktu belajar, memantapkan hasil belajar, membantu siswa-siswi yang ketinggalan, membangkitkan minat dan perhatian anak didik, membantu mengatasi kesulitan dan menjelaskan hal-hal yang sulit dalam pelajaran, menjadikan pelajaran lebih konkret, menjadikan suasana pengajaran hidup, baik, menarik, dan menyenangkan, mendorong anak gemar membaca, dan juga dapat

melatih mendidik anak cermat mengamati dan meneliti sesuatu.

Adapun peranan bahan ajar menurut (Dadang dan Iskandar, 2008: 172-173) antara lain dapat mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan, menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik, menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap, menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik, menjadi penunjang bagi latihan- latihan dan tugas-tugas praktis, dan juga dapat menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.


(22)

Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan prinsip-prinsip

pembelajaran. Menurut Gafur (1994: 17) menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut:

a. Prinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian SK dan KD. Dengan prinsip dasar ini, guru mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD.

b. Prinsip konsistensi, artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

c. Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu

banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.


(23)

Depdiknas (2007) merinci prosedur pengembangan bahan ajar, yaitu diantaranya sebagai berikut. Pertama, menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini dikarenakan setiap aspek dalam SK dan KD jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Kedua, mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi

pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian) serta aspek psikomotorik

(gerakan awal, semi rutin, dan rutin). Ketiga, mengembangkan bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan SK-KD yang telah teridentifikasi tadi. Keempat, mengembangkan sumber bahan ajar.

B. Leaflet

Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Biasanya disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan pencegahannya. Ukuran Leaflet biasannya 20 x 30 cm berisi 200-400 kata (Supriyati, 2011: 1).

Menurut Sugiarto (2010: 1) dalam kamus komunikasi, leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa. Menurut kamus Merriam-webster, leaflet adalah suatu lembaran


(24)

yang dicetak pada umumnya dilipat yang diharapkan untuk dijadikan

referensi dan bahan diskusi pada proses pembelajaran. Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa leaflet adalah selembaran tercetak dengan ukuran kecil yang dilipat, berisikan informasi yang diharapkan untuk dijadikan diskusi pada proses pembelajaran.

Adapun ciri-ciri leaflet yaitu : 1. Dilihat dari bentuk leaflet

Lembaran kertas berukuran kecil yang dicetak, dilipat, tulisan terdiri dari 200 ± 400 huruf yang biasanya diselingi gambar-gambar, dan ukurannya biasanya 20 ± 30 cm

2. Dilihat dari isi pesan:

Pesan sebagai informasi yang mengandung peristiwa bertujuan untuk promosi, isi leaflet harus dapat dibaca sekali pandang.

Menurut Sugiarto (2010: 1) menyatakan bahwa hal-hal yang harus

diperhatikan dalam pembuatan leaflet yaitu, menentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai, tuliskan apa tujuannya, tentukan isi dengan singkat hal-hal yang ingin ditulis dalam leaflet, kumpulkan tentang subyek yang akan disampaikan, buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk di dalamnya bagaimana bentuk tulisan gambar serta tata letaknya, buat konsepnya, kemudian konsep dites terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hampir sama dengan kelompok sasaran, serta perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi.


(25)

Kelebihan bahan ajar cetakan termasuk leaflet adalah

1. Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Materi pelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat maupun yang lamban

membaca dan memahami. Namun, pada akhirnya siswa diharapkan dapat menguasai materi pelajaran itu.

2. Di samping dapat mengulangi materi dalam bahan ajar berbentuk cetakan khususnya leaflet, siswa akan mengikuti urutan pikiran secara logis. 3. Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak yang dikemas

sedemikian rupa dapat menambah daya tarik, serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan.

Khumaidah (2010: 1) menyatakan bahwa keterbatasan bahan ajar cetakan termasuk leaflet yaitu, tidak dapat menampilkan gerak dalam bahan ajar leaflet, biaya percetakan mahal apabila ingin menampilkan (ilustrasi, gambar, atau foto yang berwarna), proses percetakan bahan ajar sering kali memakan waktu lama, dan apabila cetakan kurang menarik orang enggan

menyimpannya.

Menurut Setyono (2005: 38-39) mengemukakan bahwa dalam menyusun sebuah Leaflet sebagai bahan ajar, leaflet paling tidak memuat antara lain: 1. Judul diturunkan dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai dengan

besar kecilnya materi.

2. Kompetensi dasar/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari Kurikulum 2004.


(26)

3. Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik,

memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata perkalimat dan dalam satu paragraf 3– 7 kalimat.

4. Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.

5. Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan. 6. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi

misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. C. Metode Diskusi

Metode Diskusi sebagai suatu proses penyampaian materi yang dilakukan guru bersama peserta didik dalam mengadakan dialog untuk mencari jalan pemecahan, meyerap dan menganalisis sekelompok materi tertentu. Selain itu guru berperan sebagai pengatur lalu lintas informasi, pemberi jalan dan penampung informasi (Danim 1995: 37).

Roestiyah (2008: 7) menyatakan bahwa tujuan metode diskusi sebagai berikut:

1. Dengan metode diskusi mendorong siswa untuk menyalurkan

kemampuannya untuk memecahkan masalah tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain.


(27)

2. Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokratis.

3. Diskusi memberi kemungkinan kepada siswa untuk belajar

berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.

Enggen dan Don (2012: 155-156) menjelaskan bahwa diskusi adalah strategi instruksional atau pengajaran yang melibatkan siswa untuk berbagi ide tentang satu topik umum. Metode diskusi melibatkan interaksi antar siswa. Terkait dengan hal tersebut, Djamarah dan Aswan (2010: 87) menyatakan bahwa metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran yang menghadapkan siswa kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Sejalan dengan kedua pendapat pakar di atas, Killen (1998, dalam Sanjaya 2012: 154) menyatakan bahwa metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan, tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.

Diskusi bukanlah debat yang mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara

bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran.


(28)

Menurut Sanjaya (2012: 154) keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: 1. Diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan.

2. Diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru.

Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian itu bisa dihindari.

Sementara itu, menurut Enggen dan Don (2012: 163) diskusi yang tidak berhasil biasanya diakibatkan oleh:

1. Kurangnya pengetahuan awal siswa. Guru terkadang berusaha melibatkan siswa di dalam diskusi. Karena mereka tidak memiliki pengetahuan latar belakang yang memadai. Jelas, siswa tidak bisa mendiskusikan satu topik jika mereka tidak paham topik tersebut. 2. Siswa yang terbuka atau agresif, mungkin cendrung mendominasi diskusi dan siswa-siswa yang pemalu atau tidak yakin dengan diri mereka sendiri mungkin menarik diri dan tidak menaruh perhatian. Untuk mencegah kemungkinan ini, kita perlu memonitor

perkembangan diskusi dan mengintervensi bila perlu.

3. Kurangnya arahan jelas juga bisa menjadi hambatan. Arahan yang diberikan harus jelas, spesifik, dan terfokus.


(29)

Ada beberapa kelebihan metode diskusi, saat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar sebagaimana dikemukakan oleh Sanjaya (2012: 155) antara lain:

1. Dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.

2. Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan

3. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga dapat melatih siswa untuk mengargai pendapat orang lain.

Diskusi juga memiliki beberapa kekurangan sebagaimana dikemukakan oleh Sanjaya (2012: 155) diantaranya:

1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh dua atau tiga orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.

2. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan jadi kabur.

3. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.

4. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat

emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim


(30)

Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh Sanjaya (2012: 156-157) antara lain:

1. Diskusi kelas

Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses

pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan adalah: guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi; sumber masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit; siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan; sumber masalah memberi tanggapan, dan moderator menyimpulkan hasil diskusi.

2. Diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara tiga sampai lima orang.

3. Simposium

Simposium adalah sebuah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa.

4. Diskusi panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari empat sampai lima orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi


(31)

lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar meninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa diminta untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi. Jenis apa pun diskusi yang digunakan menurut Bridges (1979, dalam Sanjaya 2012: 154-155), dalam proses pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar:

1. Setiap siswa dapat berbicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya. 2. Setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain.

3. Setiap siswa harus saling memberikan respons.

4. Setiap siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting.

5. Melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan

pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi. Kondisi tersebut ditekankan oleh Bridges sebab diskusi merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran berbasis masalah. Strategi ini diharapkan bisa mendorong siswa untuk dapat meningkatkan

kemampuan berpikir ilmiah serta dapat mengembangkan pengetahuan siswa. Suatu anggapan bahwa diskusi tidak banyak menuntut

perencanaan sebagaimana strategi dan model lain adalah tidak benar. Diskusi yang direncanakan dengan buruk bisa menjadi tidak bermakna dan buang-buang waktu.


(32)

Menurut Enggen dan Don (2012: 158-160) bahwa ada empat langkah dalam pembuatan perencanaan untuk diskusi antara lain:

1. Mengidentifikasi topik

Diskusi paling efektif saat topiknya kontroversial atau membuka ruang bagi perbedaan interpretasi.

2. Menentukan tujuan belajar

Terdapat tiga jenis tujuan saat kita melibatkan siswa ke dalam diskusi. Pertama, kita ingin mereka memikirkan satu topik mendalam dan lebih analitis dibandingkan jika mereka hanya membacanya. Kedua, kita ingin memberi siswa latihan berpikir kritis, mereka diharapkan belajar untuk berhenti dan berpikir sejenak sebelum memberikan opini atau interperetasi yang tak berdasar, suatu kecendrungan yang akan berguna bagi mereka dalam dunia di luar sekolah, dan ketiga, kita ingin mereka mempelajari keterampilan-keterampilan sosial penting, seperti:

a. Mendengarkan dengan penuh perhatian. b. Menunggu giliran.

c. Mengekspresikan ide dengan jernih dan jelas. d. Mengembangkan ide-ide orang lain.

e. Membaca petunjuk-petunjuk nonverbal.

Jika kita ingin siswa kita mencapai tujuan belajar seperti ini, diskusi dapat menjadi strategi yang efektif.


(33)

3. Mengembangkan pengetahuan siswa

Tidak ada satu pun dari kita membahas suatu topik jika kita tidak tahu apa pun soal topik tersebut. Jadi diskusi harus selalu diadakan setelah pelajaran-pelajaran yang berfokus mendapatkan

pengetahuan dan memahami topik. Kurangnya pengetahuan awal mungkin merupakan alasan terpenting diskusi terkadang tidak sukses dan hanya membuang-buang waktu pelajaran yang berharga. 4. Membangun struktur

Pentingnya memiliki struktur di dalam diskusi, mari kita lihat contoh seorang guru bahasa indonesia yang menstrukturkan pelajarannnya dalam tiga cara. Pertama, guru tugas spesifik dan semua siswa harus menyelesaikan tugas sebelum diskusi dimulai. Kedua, guru membagi kelas menjadi dua kelompok berdasarkan subtopik yang akan dibahas. Ketiga, guru mengatur siswa kembali menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari dua siswa dari

kelompok sub topik pertama dan dua siswa dari kelompok sub topik kedua serta meminta siswa berbagi apa yang telah mereka tulis ke dalam buku catatan mereka.

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan agar penggunaan diskusi berhasil dengan efektif seperti yang dikutip dari Sanjaya (2012: 157-159) sebagai berikut:

a. Langkah Persiapan


(34)

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai harus dipahami oleh setiap siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan.

2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai adalah penambahan wawasan siswa tentang suatu persoalan, maka dapat digunakan diskusi panel sedangkan jika yang diutamakan adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan, maka simposium dianggap sebagai jenis diskusi yang tepat.

3) Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pelajaran yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. 4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis

pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala

fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, jika diperlukan.

b. Pelaksanaan Diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:

1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.


(35)

2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.

4) Memeberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

c. Menutup Diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

2) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya. D. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa sangat diperlukan agar proses pembelajaran menjadi berkualitas dengan melibatkan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2007: 95) bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas


(36)

belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2002: 172).

Dierich (dalam Hamalik, 2004: 172-173) membagi kegiatan belajar dalam delapan kelompok yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan visual yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, dan diskusi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan yaitu mendengarkan penyajian

bahan, mendengarkan percakapan, atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.


(37)

4. Kegiatan-kegiatan menulis yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental yaitu merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Manfaat aktivitas belajar dalam proses pembelajaran menurut Hamalik (2002: 91) adalah:

a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. b. Berbuat sendiri dan akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa. c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada

gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.

d. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individu.

e. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar demokrasi, kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat.


(38)

f. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, guru dengan orang tua, siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa. g. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit,

sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis.

h. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

E. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar yang didasarkan pada kriteria tertentu dalam pengukuran pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Surakhmad (1986: 25) bahwa hasil belajar adalah suatu indeks yang menentukan berhasil dan tidaknya seseorang dalam belajar.

Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku ke arah lain dari tingkah laku sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Winkel (dalam Amrina, 2004) bahwa adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadinya belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi. Kemampuan kognitif, kemampuan sensorik, kemampuan psikomotor dan kemampuan dinamik, semua pengubahan di bidang itu merupakan hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku. Menurut Musfiqon (2012: 9) menyatakan bahwa hasil belajar siswa


(39)

faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. faktor ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan

dicapai. Selain faktor kemampuan ada juga faktor yang lain yaitu motivasi , minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Salah satu faktor lingkungan yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengajaran. Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkatan yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk

prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).

Hasil belajar yang baik menunjukkan bahwa siswa tersebut telah menguasai materi pelajaran yang diberikan. Penguasaan materi adalah pemahaman siswa pada materi-materi pelajaran yang telah diberikan, sehingga siswa bukan sekedar menghapal. Hasil belajar siswa dari segi kognitif meliputi tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,


(40)

sintesis dan evaluasi. Kategori tersebut menampilkan kemampuan yang sederhana atau tingkatan yang rendah sampai dengan yang kompleks atau tinggi (Sudijono, 1995: 50).

Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 23-28) ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut:

1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September 2013 di SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII semester ganjil SMP

Muhammadiyah 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari lima kelas. Dari seluruh populasi yang ada diambil dua kelas sebagai sampel penelitian dengan cara purposive sampling.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (kuasi eksperiment) dengan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Kelas eksperimen (kelas VIII1)

diberi perlakuan dengan metode diskusi dan bahan ajar leaflet, sementara kelas kontrol (kelas VIII5) diberi perlakuan dengan metode diskusi dan buku

sekolah elektronik (BSE). Setelah itu, kedua kelas tersebut diukur

kemampuannya dengan diberi pretes untuk mengukur kemampuan awal dan postes untuk mengukur kemampuan di akhir kegiatan pembelajaran.


(42)

Hasil pretes dan postes pada kedua kelompok subyek dibandingkan. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan: I= Kelompok eksperimen (kelas VIII1), II= Kelompok kontrol

(kelas VIII5), X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan bahan

ajar leaflet, C= Perlakuan di kelas kontrol dengan buku BSE, O1= Pretes, O2= Postes

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pra penelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Pra Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakan penelitian. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti. c. Menetapkan waktu penelitian.

d. Menetapkan rancangan pembelajaran yang diterapkan. e. Menentukan kelas yang dijadikan sampel penelitian.

f. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). g. Membuat bahan ajar leaflet sebagai sumber belajar siswa.

h. Membuat angket kemenarikan bahan ajar leaflet. i. Membuat LKS yang akan dikerjakan oleh siswa.


(43)

j. Membuat lembar observasi untuk mengukur aktivitas siswa.

k. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes berupa soal- soal uraian.

2. Pelaksanaan Penelitan

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan metode diskusi dengan bantuan LKS dan bahan ajar leaflet untuk kelas eksperimen serta metode diskusi dengan bantuan LKS untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

Kelas Eksperimen (Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Diskusi dan Bahan Ajar Leaflet)

a. Pendahuluan

1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran siswa.

2) Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian tentang makanan dan fungsinya bagi manusia; sistem pencernaan makanan; kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan manusia. 3) Guru menuliskan atau membacakan tujuan pembelajaran.

4) Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan, pertemuan 1: Zat makanan apa yang penting untuk tubuh manusia? Dari jenis makanan apa saja kita dapat

memperoleh zat-zat tersebut?; pertemuan 2: Apakah waktu SD kalian pernah belajar Sistem Pencernaan Makanan? Organ apa saja yang termasuk ke dalam sistem pencernaan makanan?;


(44)

pertemuan 3: Apakah kalian pernah makan sambal? Bagaimana rasanya? Apa yang kalian rasakan kalau makan sambal terlalu banyak?.

5) Guru memberikan motivasi dengan mengajukan pertanyaan, pertemuan 1: Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui dampaknya bagi tubuh jika kekurangan ataupun kelebihan mengkonsumsi zat makanan tertentu, sehingga kesehatan tubuh terjaga.

Pertemuan 2: Setelah mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui tentang organ dan mekanisme pencernaan. pertemuan 3: Dengan mempelajari materi ini, kita dapat

mengetahui betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh dengan memilih makanan yang baik untuk kesehatan.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Kelompok bersifat heterogen, dibentuk berdasarkan nilai siswa dan jenis kelamin siswa.

2) Siswa diberikan leaflet yang berisi materi yang dipelajari dan meminta siswa untuk membacanya.

3) Siswa dijelaskan cara penggunaan bahan ajar leaflet tersebut. 4) Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang makanan


(45)

makanan (pertemuan II); kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan (pertemuan III).

5) Siswa dibimbing dalam berdiskusi dan menemukan jawaban dari permasalahan yang ada dalam lembar kerja siswa (LKS) dengan menggunakan bahan ajar leaflet.

6) Beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

7) Siswa diberi kesempatan untuk tanya jawab mengenai Materi Sistem Pencernaan pada Manusia yang dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.

8) Guru memberi penguatan terhadap jawaban hasil diskusi siswa dan meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa. 9) Guru meminta siswa mengumpulkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

yang telah diperiksa. c. Penutup

1) Siswa dibimbing menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2) Siswa diberi tahu materi yang dibahas pada pertemuan.

berikutnya. Pada pertemuan III guru mengadakan postes untuk materi pokok sistem pencernaan pada manusia.


(46)

Kelas Kontrol (Pembelajaran Dengan Metode Diskusi dan Buku Sekolah Elektronik)

a. Pendahuluan

1) Guru membuka pelajaran dengan salam.

2) Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian tentang makanan dan fungsinya bagi manusia; sistem pencernaan makanan; kelainan dan penyakit pada sistem pencernaaan

manusia.

3) Guru menuliskan atau membacakan tujuan pembelajaran. 4) Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan

pertanyaan, pertemuan 1: Zat makanan apa yang penting untuk tubuh manusia? Dari jenis makanan apa saja kita dapat

memperoleh zat-zat tersebut?; pertemuan 2: Apakah waktu SD kalian pernah belajar Sistem Pencernaan Makanan? Organ apa saja yang termasuk ke dalam sistem pencernaan?; pertemuan 3: Apakah kalian pernah makan sambal? Bagaimana rasanya? Apa yang kalian rasakan kalau makan sambal terlalu banyak?. 5) Guru memberikan motivasi dengan mengajukan pertanyaan,

pertemuan 1: Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui dampaknya bagi tubuh jika kekurangan ataupun kelebihan mengonsumsi zat makanan tertentu, sehingga kesehatan tubuh terjaga.

Pertemuan 2: Setelah mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui tentang organ dan mekanisme pencernaan.


(47)

pertemuan 3: Dengan mempelajari materi ini, kita dapat

mengetahui betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh dengan memilih makanan yang baik untuk kesehatan.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Kelompok bersifat heterogen, dibentuk berdasarkan nilai siswa dan jenis kelamin siswa.

2) Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang makanan dan fungsinya bagi manusia (pertemuan I); sistem pencernaan makanan (pertemuan II); kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan (pertemuan III).

3) Siswa dibimbing dalam berdiskusi dan menemukan jawaban dari permasalahan yang ada dalam lembar kerja siswa (LKS) dengan menggunakan buku sekolah elektronik (BSE).

4) Beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok .

5) Siswa diberikan kesempatan untuk tanya jawab mengenai Materi Sistem Pencernaan pada Manusia yang dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.

6) Siswa diberikan penguatan terhadap jawaban hasil diskusi siswa dan meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa. 7) Guru meminta siswa mengumpulkan Lembar Kerja Siswa (LKS)


(48)

c. Penutup

1) Siswa dibimbing menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2) Siswa diberi tahu materi yang dibahas pada pertemuan berikutnya.

Pada pertemuan III guru mengadakan postes untuk materi pokok sistem pencernaan pada manusia.

3) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data penelitian berupa data kuantitatif adalah hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil sebelum pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran pertemuan ketiga pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian. Hasil belajar ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain), antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (Loranz, 2008: 3) sebagai berikut:

N-gain (%) = X – Y x 100% Z – Y

Keterangan :


(49)

b. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar leaflet. 2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a. Pretes dan Postes

Data hasil belajar adalah berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil sebelum pembelajaran pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes setelah pembelajaran pada pertemuan ketiga setiap kelas.

Soal yang diberikan berupa soal uraian. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2007: 112).

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi skor pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: Mengemukakan ide/ pendapat, kemampuan bertanya, bekerjasama, dan mempresentasikan hasil diskusi.

R N


(50)

c. Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa terhadap penggunaan bahan ajar leaflet selama proses pembelajaran berlangsung. Angket ini berupa 8 pernyataan dengan 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju dan disertai keterangan.

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis data

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS 16, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan

program SPSS versi 16. 1) Hipotesis

H0 = Sampel berdistribusi normal

H1 = Sampel tidak berdistribusi normal

2) Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5). b. Kesamaan Dua Varian

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 16.

1) Hipotesis


(51)

H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda.

2) Kriteria Pengujian

Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya>

0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya <

0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 71).

2. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi normal digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan

menggunakan program SPSS 16, namun untuk data yang tidak

berdistribusi normal pengujian hipotesis dilakukan uji Mann-Whitney U. a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2) Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 13).

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan

kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari

kelompok kontrol. 2) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak


(52)

c. Uji Mann-Whitney U 1) Hipotesis

Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas Kontrol sama

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas Kontrol tidak

sama 2) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009: 166) G. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

1. Memberikan skor untuk setiap aktivitas belajar yang diamati untuk setiap siswa, sesuai dengan jumlah kriteria yang ditunjukkan masing-masing siswa 2. Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

% 100 x n

xi

 

Keterangan

= Rata-rata skor aktivitas siswa xi= Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum (12)

3. Mentabulasikan skor aktivitas belajar yang diperoleh tiap siswa pada tabel penilaian yang telah dirancang.


(53)

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama Aspek yang di

amati

Xi

N Interpretasi

A B C D

1 2 3 4 5 Jumlah

Poin maksimal tiap aspek Presentase tiap aspek Keterangan

Keterangan:

A.Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide

1. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja).

2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem pencernaan.

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem pencernaan.

 Petunjuk Penilaian: Melakukan observasi pada siswa saat diskusi. B. Kemampuan bertanya

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok sistem pencernaan.

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok sistem pencernaan.

 Petunjuk Penilaian: Melakukan observasi pada siswa saat kegiatan diskusi.

C.Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja)

2. Bekerjasama dengan beberapa anggota kelompok. 3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok.

 Petunjuk Penilaian: Melakukan observasi pada siswa saat kegiatan diskusi.

D.Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan. 2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi

kelompok dengan secara sistematis,dan menjawab pertanyaan dengan benar.


(54)

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis, dan menjawab pertanyaan dengan benar.

 Petunjuk Penilaian: Melakukan observasi pada siswa saat kelompoknya melakukan presentasi kelompok pada kelompok lain.

Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Presentase (%) Kriteria 87,50-100

75,00-87,49 50,00-74,99

0-49,99

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

Dimodifikasi dari Hidayati (2011: 17)

H.Pengolahan Data Kemenarikan bahan ajar leaflet

Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui kemenarikan bahan ajar leaflet. Angket ini berisikan 8 pernyataan, 5 pernyataan positif, dan 3 pernyataan negatif. Skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan positif dan tidak setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk

menyatakan tidak setuju bagi pernyataan positif dan setuju bagi pernyataan negatif. Selain itu terdapat 1 pertanyaan terbuka untuk mengetahui hal-hal lain yang ingin disampaikan oleh siswa tentang leaflet.

Jumlah skor setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan masing-masing siswa tentang kemenarikan bahan ajar leaflet. Menghitung skor yang diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif dengan persentase.

Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah :


(55)

Presentase kemenarikan leaflet (%) = N

n

× 100% Keterangan: n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel % = Persentase kemenarikan leaflet

Tabel 4. Kriteria Tingkat Kemenarikan Bahan Ajar Leaflet

No Rentang skor Interval Kriteria

1 2 3

16 – 23 8 – 15

0 – 7

76< % ≤ 100% 51< % ≤ 75% 25< % ≤ 50%

Tinggi Sedang Rendah

(Dimodifikasi dari Ali, 1992: 46)

Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut.

 Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada tabel berikut.

Tabel 5. Skor Perjawaban Angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan:

S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).

 Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.


(56)

Tabel 6. Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Bahan Ajar Leaflet No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase

1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

dst. S

TS Sumber: Rahayu (2010: 31)

 Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % 100  

maks in S S X Keterangan: in

X = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaban;

maks

S = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002: 69)

 Menafsirkan tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar brosur sesuai kriteria Hendro (dalam Hastriani, 2006: 43) pada tabel berikut.

Tabel 7. Kriteria Persentase Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Bahan Ajar Leaflet

Persentase (%) Kriteria

100 76 – 99 51 – 75 50 26 – 49 1 – 25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada


(57)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan bahan ajar leaflet berpengaruh signifikan terhadap peningkatan

hasil belajar kognitif siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia.

2. Penggunaan bahan ajar leaflet berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas

belajar siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia. B. Saran

1. Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar leafletdapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Dalam pelaksanaan penelitian, guru sebaiknya menguasai materi yang diajarkan dan materi-materi penunjang lainnya, serta mampu membatasi jawaban yang diberikan atas pertanyaan yang diajukan oleh siswa sehingga waktu pembelajaran menjadi lebih efektif.

3. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan bahan ajar leaflet hendaknya lebih ditingkatkan lagi kreativitas dalam mendesain bahan ajar agar lebih terlihat menarik serta dapat terbaca dengan jelas.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Q. 2010. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Ekosistem. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Amrina, Z. 2004. Hubungan Antara Gaya Kognitif dengan Hasil Belajar Matematka Siswa Kelas II SMU Negeri di Kota Padang. Jurnal

Pembelajaran Vol 207 No 1 April 2004. Universitas Negeri Padang Press. Anonim. 2009. Panduan Praktis SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik.

Wahana Komputer. Semarang.

Ariyanti, M. 2011. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Dengan Model Pembelajaran Think Pair Share erhadap terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dadang, S & Iskandar, W. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Danim, S. 1995. Media Komunikasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Depdiknas. 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang. Jakarta. (online)

(http//:www.depdiknas.co.id. 4 Februari 10.00. p.m)

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas. 2007a. Materi sosialisasi dan Pelatihan KTSP. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.


(59)

Djamarah, S. B. dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Enggen, P. dan Don, K. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6. Diterjemahkan oleh Satrio Wahono. Indeks. Jakarta.

Gafur, A. 1994. Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar mengajar. Tiga Serangkai. Solo.

Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Hidayati, A.N. 2011. Training of trainer Berorientasi Higher Order Learni Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru.

(ProsidingSeminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Khumaidah. 2010. Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi dengan media Ajar Jenis Leaflet dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan pada Manusia pada Siswa Kelas XI SMA Sultan Fatah Wedung Demak (Skripsi). Iain Walisongo. Semarang.(online)

(http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl-khumaidah0-5595-1-073811032.pdf/2013/02/KHUMAIDAH. pdf., 27 februari 2013 9.55 p.m).

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers. . Jakarta.

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google. (online)

(http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708. pdf.,18 Maret 2013 10.45.p.m).

Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Merta, T. 2012. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet dengan Pembelajaran

Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(60)

Mukhlis. 2010. Masalah Rendahnya Prestasi Belajar. (online)

(http//:unimed.ac.id/.../UNIMED-Undergraduate-226. 6 april 2013 7.20 p.m).

Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Pustakafaya. Jakarta.

Purwanto, N. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Gava Media. Yogyakarta. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

perubahan dengan SPSS 16. Bumi Aksara. Jakarta.

Rahayu, S. P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta. Jakarta. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.

Sanjaya, W. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogyakarta.

Setyono, B. 2005. Penyusunan bahan ajar pdf. Jakarta. (online) (http//:www.smasewon.com. 6 Maret 2013 10.30 p.m).

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta

Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudijono, A. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi Keenam. PT Tarsito. Bandung. Sugiarto, E. 2010. Apa bedanya pamphlet, leaflet, dan brosur. (online)


(61)

Supriyati, N. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Cetak. Universitas Kristen Satya Wacana. (online) (http://anakpba.blogspot.com/.../bentuk-dan-jenis bahan ajar., 7 April 2013 8.55 p.m).

Surakhmad. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Tarsito. Bandung.

Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Raja Grafindo. Jakarta.

Widiastutik, Y. 2012. BAB II .ps-Digilib. Universitas Islam Negeri Malang (online) (http:// lib.uin-malang.ac.id/.../07110045-yeni-widiastutik.ps., 7 april 2013 9.20 p.m).

Zakiyah, M. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Melalui Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah di SMA/MA Kelas XI. Universitas Negeri Malang. Malang.


(1)

Tabel 6. Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Bahan Ajar Leaflet No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase

1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

dst. S

TS Sumber: Rahayu (2010: 31)

 Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % 100  

maks in S S X Keterangan: in

X = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaban;

maks

S = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002: 69)

 Menafsirkan tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar brosur sesuai kriteria Hendro (dalam Hastriani, 2006: 43) pada tabel berikut.

Tabel 7. Kriteria Persentase Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Bahan Ajar Leaflet

Persentase (%) Kriteria 100

76 – 99 51 – 75 50 26 – 49 1 – 25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan bahan ajar leaflet berpengaruh signifikan terhadap peningkatan

hasil belajar kognitif siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia. 2. Penggunaan bahan ajar leaflet berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas

belajar siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia. B. Saran

1. Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar leaflet dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Dalam pelaksanaan penelitian, guru sebaiknya menguasai materi yang diajarkan dan materi-materi penunjang lainnya, serta mampu membatasi jawaban yang diberikan atas pertanyaan yang diajukan oleh siswa sehingga waktu pembelajaran menjadi lebih efektif.

3. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan bahan ajar leaflet hendaknya lebih ditingkatkan lagi kreativitas dalam mendesain bahan ajar agar lebih terlihat menarik serta dapat terbaca dengan jelas.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Q. 2010. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Ekosistem. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Amrina, Z. 2004. Hubungan Antara Gaya Kognitif dengan Hasil Belajar Matematka Siswa Kelas II SMU Negeri di Kota Padang. Jurnal

Pembelajaran Vol 207 No 1 April 2004. Universitas Negeri Padang Press. Anonim. 2009. Panduan Praktis SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik.

Wahana Komputer. Semarang.

Ariyanti, M. 2011. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Dengan Model Pembelajaran Think Pair Share erhadap terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dadang, S & Iskandar, W. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Danim, S. 1995. Media Komunikasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Depdiknas. 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang. Jakarta. (online)

(http//:www.depdiknas.co.id. 4 Februari 10.00. p.m)

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas. 2007a. Materi sosialisasi dan Pelatihan KTSP. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.


(4)

Djamarah, S. B. dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Enggen, P. dan Don, K. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6. Diterjemahkan oleh Satrio Wahono. Indeks. Jakarta.

Gafur, A. 1994. Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar mengajar. Tiga Serangkai. Solo.

Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Hidayati, A.N. 2011. Training of trainer Berorientasi Higher Order Learni Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru.

(ProsidingSeminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Khumaidah. 2010. Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi dengan media Ajar Jenis Leaflet dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan pada Manusia pada Siswa Kelas XI SMA Sultan Fatah Wedung Demak (Skripsi). Iain Walisongo. Semarang.(online)

(http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtptiain-gdl-khumaidah0-5595-1-073811032.pdf/2013/02/KHUMAIDAH. pdf., 27 februari 2013 9.55 p.m).

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers. . Jakarta.

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google. (online)

(http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708. pdf.,18 Maret 2013 10.45.p.m).

Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Merta, T. 2012. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet dengan Pembelajaran

Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(5)

Mukhlis. 2010. Masalah Rendahnya Prestasi Belajar. (online)

(http//:unimed.ac.id/.../UNIMED-Undergraduate-226. 6 april 2013 7.20 p.m).

Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Pustakafaya. Jakarta.

Purwanto, N. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Gava Media. Yogyakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan perubahan dengan SPSS 16. Bumi Aksara. Jakarta.

Rahayu, S. P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta. Jakarta. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.

Sanjaya, W. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogyakarta.

Setyono, B. 2005. Penyusunan bahan ajar pdf. Jakarta. (online) (http//:www.smasewon.com. 6 Maret 2013 10.30 p.m).

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta

Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudijono, A. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi Keenam. PT Tarsito. Bandung. Sugiarto, E. 2010. Apa bedanya pamphlet, leaflet, dan brosur. (online)


(6)

Supriyati, N. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Cetak. Universitas Kristen Satya Wacana. (online) (http://anakpba.blogspot.com/.../bentuk-dan-jenis bahan ajar., 7 April 2013 8.55 p.m).

Surakhmad. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Tarsito. Bandung.

Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Raja Grafindo. Jakarta.

Widiastutik, Y. 2012. BAB II .ps-Digilib. Universitas Islam Negeri Malang (online) (http:// lib.uin-malang.ac.id/.../07110045-yeni-widiastutik.ps., 7 april 2013 9.20 p.m).

Zakiyah, M. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Melalui Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah di SMA/MA Kelas XI. Universitas Negeri Malang. Malang.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODELPEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE ( (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWAPADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil

0 4 61

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 27 61

PENGARUH BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN MANUSIA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 50

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK ORGAN PERNAPASAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas V Semester Ganjil SD Negeri 1 Gumukrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 6 56

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK ORGAN PERNAPASAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas V Semester Ganjil SD Negeri 1 Gumukrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 4 57

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 34 144

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK HAMA DAN PENYAKIT PADA TUMBUHAN (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 1 Gisting T.P 2013/2014)

0 6 67

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUGAN (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Talangpadang Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 56

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 3 53