PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA (Studi Ekperimen Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2013/2014)

(1)

(2)

ii ABSTRAK

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA

PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA

(Studi Ekperimen Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh RUWANTI

Hasil observasi di kelas VIII SMP Negeri 2 Way Seputih diketahui bahwa penguasaan materi siswa masih rendah, sehingga diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw terhadap penguasaan materi oleh siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain tes awal tes akhir

kelompok pembanding. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIC dan VIIID yang dipilih dari populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji U dengan SPSS 17. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa yang dianalisis secara deskriptif.


(3)

iii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berkriteria cukup (� 58,17 %) sedangkan dengan model STAD berkriteria kurang (� 47,17 %), sehingga aktivitas belajar siswa dengan model Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan model STAD. Selain itu, penguasaan materi oleh siswa pada model Jigsaw (gain 0,70) berbeda secara signifikan dibandingkan model STAD (gain 0,50). Perbedaan penguasaan materi yang signifikan terjadi pada aspek kognitif C4 dengan rata-rata gain 0,49 untuk model STAD dan 0,77 untuk model Jigsaw. Dengan demikian, penggunaan model STAD dan Jigsaw berpengaruh terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok Sistem Gerak Manusia.

Kata kunci : aktivitas belajar siswa, Jigsaw, penguasaan materi siswa, sistem gerak manusia, STAD


(4)

(5)

(6)

(7)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Kerangka Pikir. ... 8

G. Hipotesis. ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Cooperatif Learning (Pembelajaran Kooperatif) ... 11

B. Model Pembelajaran Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). ... 15

C. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ... 18

D. Penguasaan Materi ... 21

E. Aktivitas Belajar... 24

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Desain Penelitian ... 27

D. Prosedur penelitian ... 28

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 38

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 44

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 58


(8)

xiv

1. Silabus ... 62

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 66

3. Lembar Kerja Siswa ... 98

4. Soal Prettes dan Postest ... 186

5. Data Hasil Penelitian ... 197


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2004: 171). Hal ini tersirat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Pada kenyataannya pendidikan nasional terhambat dengan kualitas pendidikan di Indonesia yang tergolong rendah terkhusus dalam pendidikan sains. Hal ini terungkap dalam hasil studi The Thend International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assesment (PISA). Hasil studi PISA tahun 2009 menyatakan peringkat Indonesia untuk IPA hanya menduduki rangking 61 dari 65 negara dengan rata-rata skor 371, sementara rata-rata skor internasional pada saat itu adalah 496 (Wardhani dan Rumiati, 2011: 1). Prestasi pada TIMSS 2011 Indonesia menduduki rangking 40 dari 42 negara dengan rata-rata skor siswa SMP kelas VIII menurun menjadi 406 jika dibandingkan tahun 2007 yaitu 427. Hal ini menunjukkan prestasi pendidikan Indonesia berada di bawah rata-rata skor internasional yaitu 500


(10)

dan berada jauh di bawah negara tetangga lainnya seperti Thailand, Malaysia dan Singapura (Lince, 2012: 1).

Hasil TIMSS dan PISA di atas dapat dijadikan informasi bahwa masih banyak siswa Indonesia yang belum memahami materi dan tidak banyak “melakukan” dalam proses pembelajaran. Selain itu, rendahnya daya serap peserta didik terhadap penguasaan materi pelajaran mengakibatkan peringkat pendidikan Indonesia tergolong rendah. Menurut Dwihartini (2011: 3) rendahnya daya serap peserta didik terhadap penguasaan materi disebabkan karena penerapan pola pendidikan yang kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa serta kekurangtahuan pendidik dalam memaknai proses pembelajaran.

Lebih lanjut Depdiknas (dalam Sagala, 2012: 93) menyatakan bahwa sejauh ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta yang harus dihafal dan kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang menuntut siswa sebagai pelaku belajar yang aktif belum dapat berjalan dengan optimal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi dan pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran biologi di SMP Negeri 2 Way Seputih, pelajaran biologi dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami. Hal itu dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa kelas VIII C yang berjumlah 28 siswa pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 khususnya pada materi pokok sistem gerak pada manusia adalah 62, sedangkan Kriteria Ketuntasan


(11)

Minimal (KKM) yang disepakati oleh sekolah adalah 65. Berdasarkan kriteria tersebut, maka terdapat 39,3 % siswa kelas VIII C yang telah mendapat nilai lebih atau sama dengan KKM yaitu sebanyak 11 siswa dan 60,7 % siswa yang belum mencapai KKM yaitu sebanyak 17 siswa.

Rendahnya nilai rata-rata pelajaran IPA di SMP Negeri 2 Way Seputih tersebut diduga karena guru mengajar secara konversional yaitu

menggunakan metode ceramah. Kurangnya aktivitas belajar yang terjadi dalam pembelajaran, khususnya antara siswa dengan siswa disebabkan karena siswa hanya diam dan terbatas kepada pendengaran uraian guru. Selanjutnya guru memberi pertanyaan kepada siswa yang jawabannya terdapat di buku teks, sehingga siswa cukup membaca dan menghafal jawabannya tanpa menganalisisnya terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan rendahnya daya serap peserta didik pada materi pembelajaran dan mempengaruhi rendahnya

penguasaan materi oleh siswa.

Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Banyak model pembelajaran kooperatif yang dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran diantaranya adalah model kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan tipe Jigsaw. Model pembelajaran STAD membantu berinteraksi yang baik antar siswa, meningkatkan sikap positif terhadap pelajaran, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk

kepentingan bersama (Aqip, 2013: 28). Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Khan (2011:212) bahwa model pembelajaran tipe STAD dapat


(12)

menciptakan interaksi antar siswa dengan baik, kepercayaan diri siswa lebih baik, meningkatkan sikap positif terhadap pelajaran, meningkatkan

keterampilan interpersonal serta dapat menambah sumber pembelajaran yang lebih dalam kelompok dengan anggota kelompok lain yang memiliki prestasi tinggi demi tercapainya tujuan bersama.

Model pembelajaran tipe Jigsaw lebih menuntut kemandirian dan tanggung jawab setiap siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran model Jigsaw. Menurut Isjoni (2010: 54) model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat mengaktifkan seluruh siswa dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Penelitian pendukung mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah hasil penelitian Sulastri (2011: 40) yang menyatakan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa SMP Negeri 1 Padangcermin. Selain itu, penelitian Sari (2007: 28) juga menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa.

Demikian pula hasil penelitian Melizawati (2011: 43) mengenai model pembelajaran tipe Jigsaw menyatakan bahwa penggunaan model Jigsaw berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem ekskresi oleh siswa SMA Negeri 1 Tanjungbintang. Begitu juga dengan penelitian Yati


(13)

(2008: 33) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep materi oleh siswa. Merujuk pada penelitian terdahulu tersebut, terlihat bahwa baik model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa jika dibandingkan pada pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Akan tetapi dari kedua tipe pembelajaran kooperatif tersebut belum diketahui manakah salah satu yang cocok apabila diterapkan pada pembelajaran biologi di SMP Negeri 2 Way Seputih demi tercapainya penguasaan materi yang diinginkan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw Terhadap Penguasaan Materi Siswa pada Materi Pokok Sistem Gerak Manusia (Studi Ekperimen Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2013/2014)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Manakah rata-rata penguasaan materi oleh siswa yang lebih tinggi antara pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw pada materi pokok sistem gerak manusia?


(14)

2. Manakah aktivitas belajar siswa yang lebih tinggi antara pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw pada materi pokok sistem gerak manusia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Rata-rata penguasaan materi oleh siswa yang lebih tinggi antara pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw pada materi pokok sistem gerak manusia.

2. Aktivitas belajar siswa yang lebih tinggi antara pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw pada materi pokok sistem gerak manusia.

D. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian, manfaat yang diperoleh adalah:

1. Bagi peneliti, memberikan pengalaman meneliti sebagai calon guru biologi dalam merancang dan melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun Jigsaw.

2. Bagi guru, memberikan informasi dan wawasan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun Jigsaw sehingga dapat dijadikan alternatif yang tepat untuk meningkatkan kemampuan penguasaan materi siswa.

3. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antarsiswa.


(15)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif yang akan dibandingkan penguasaan materi oleh siswa di dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw pada materi pokok sistem gerak manusia.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan malalui tahap: (1) penyampaian tujuan dan motivasi; (2) pembagian kelompok; (3) presentasi dari guru; (3) belajar dalam tim; (4) kuis; dan (5) penghargaan kelompok (Rusman, 2012: 213-214).

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan malalui tahap: (1) menunjuk pakar; (2) rapat ahli; (3) instruksi rekan; (4) review; serta (5) penghargaan kelompok dan penutup (Eggen dan Kauchak, 2012: 141).

4. Penguasaan materi atau dapat juga disebut hasil belajar kognitif terdiri dari 6 kategori yaitu mengingat, memahami, menganalisis, dan mengevaluasi. 5. Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini meliputi: (1) mengemukakan

pendapat; (2) bekerja sama dengan teman kelompok; (3) mempresentasikan hasil diskusi kelompok; (4) merespon hasil presentasi kelompok lain dengan tanya jawab, kritik atau saran.

6. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan sampel siswa kelas VIII C sebagai kelompok eksperimen I dan siswa kelas VIII D sebagai kelompok eksperimen II.


(16)

7. Materi pokok yang diteliti adalah sistem gerak pada manusia, KD 1.3 yaitu “mendesripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan”.

F. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus kepada siswa dengan harapan terjadinya respon yang positif pada diri siswa. Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran dan akan berpengaruh pada daya serap siswa terhadap penguasaan materi. Pemilihan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran juga mempunyai dampak terhadap aktifitas belajar dan penguasaan materi yang diserap oleh siswa.

Dewasa ini ditawarkan macam model pembelajaran berkelompok

(Cooperative) sebagai acuhan pembelajaran di kelas, salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun Jigsaw. Model pembelajaran koperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang sangat sederhana dan dapat membantu siswa memahami konsep-konsep sulit dalam tim. Selain itu, penerapan pembelajaran dengan model STAD sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan interaksi antara siswa meningkatkan rasa kerjasama, kreativitas, berpikir kritis, serta ada kemauan membantu teman dalam menyelesaikan tugas kelompok. Model STAD menekankan pada aktivitas interaksi diantara siswa untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang optimal dalam kelompok. Sehingga diharapkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa.


(17)

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Model tipe Jigsaw dapat melatih siswa untuk aktif dalam mencari informasi, mendorong tumbuhnya kesadaran individu dan dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi. Kerjasama antar siswa dan rasa saling

ketergantungan positif antar anggota kelompok sangat diperlukan dalam pembelajaran tipe Jigsaw karena setiap anggota memiliki tanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang berbeda dan juga bertanggungjawab menyampaikan informasi kepada teman sekelompoknya guna mencapai keberhasilan kelompok. Adanya tanggungjawab mengajarkan materi kepada anggota kelompok lain dapat meningkatkan dorongan dan kebutuhan belajar serta melatih rasa percaya diri siswa. Melalui pembelajaran kooperatif Jigsaw ketekunan siswa untuk mengerjakan tugas dapat ditingkatkan, karena siswa harus melaksankan tugas membaca agar dapat mengajarkan materi kepada anggota kelompok sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa.

Variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah varibel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan materi pokok sistem gerak manusia oleh siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan dengan diagram berikut ini:


(18)

Keterangan : X1 = Model pembelajaran kooperatif tipe STAD X2 = Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Y = Penguasaan materi oleh siswa

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0 = rata-rata penguasaan materi siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi sistem gerak manusia.

H1 = rata-rata penguasaan materi siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem gerak manusia.

2. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dengan siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. X1

X2


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

kontekstual. Sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Terdapat empat unsur pokok yang termasuk dalam belajar terstruktur yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal dan keahlian

bekerjasama (Amri dan Ahmadi, 2010: 90). Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat

terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto, 2009: 56).

Pendapat dari Nurulhayati (dalam Rusman, 2012:203) bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi dan belajar bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya. Model ini membuat siswa memiliki dua


(20)

tanggung jawab, yaitu mereka bertanggung jawab dengan dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pemikiran Artzt dan Newman (dalam Trianto, 2009: 56) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam suatu tim

menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif dipandang sebagai strategi mengajar yang

memberikan peran terstruktur bagi siswa seraya menekankan interaksi siswa-siswa (Eggen dan Kauchak, 2012: 136). Menurut pendapat Ratumanan (dalam Trianto, 2009: 62) interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Lebih lanjut Slavin (dalam Rusman, 2012: 201) menerangkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif dibolehkan terjadinya pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif menjadikan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jempatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak banyak memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung untuk menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan


(21)

tugas-tugas akademiknya (Trianto, 2009: 59). Menurut Johnson (dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 153) siswa yang bekerja sama di dalam kelompok kooperatif mengasah keterampilan sosial mereka, menerima siswa dengan kemampuan kesulitan belajar, dan membangun persahabataan dan sikap positif terhadap orang lain yang memiliki prestasi, etnisitas, dan gender berbeda. Hal lain yang mendukung adalah pernyataan Trianto (2009: 60) bahwa di dalam proses pembelajaran kooperatif akan memberikan peluang kepada siswa yang

berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konversional yang menerapkan sistem kompetisi yaitu keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh kerja sama antarsiswa yang saling ketergantungan dalam keberhasilan kelompoknya (Amri dan Ahmadi, 2010: 93). Manfaat dari kerja sama yang saling ketergantungan antarsiswa di dalam pembelajaran kooperatif berasal dari empat faktor diungkapkan oleh Slavin (dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 153) yaitu (1) siswa dengan latar belakang berbeda bekerja sama; (2) anggota kelompok memiliki status yang setara; (3) siswa mempelajari diri mereka satu sama lain sebagai individu; dan (4) guru menekankan nilai dari kerja sama di antara semua siswa.


(22)

Menurut pendapat Rusman (2012: 211) terdapat enam fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Keenam fase pembelajaran kooperatif

dirangkum pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topic yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar. Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan abacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efesien.

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk mengharga upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian dan dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang menelaah pembelajaran kooperatif menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan komunikasi, keterampilan antarpribadi, dan sikap siswa terhadap

pembelajaran mereka. Pembelajaran ini bahkan dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah-masalah dan prestasi secara umum (Roseth dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 155). Hal yang hampir sama dikemukakan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (Rusman, 2012: 205-206)


(23)

dinyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dalam pengalaman. Hal tersebut dapat dijadikan alasan bahwa pembelajran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman temannya, model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana (Ibrahim, dkk, 2000: 20). Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan sebuah strategi pembelajatan kooperatif yang memberi tim berkemampuan majemuk latihan untuk mempelajari konsep dan keahlian. Siswa berlatih di dalam kelompok yang bekerja sama. Kelompok-kelompok ini berfungsi bersama selama kurun waktu yang diperpanjang, memberi kesempatan untuk berlatih dan memberikan umpan balik di tengah unit pelajaran (Eggen dan Kauchak, 2012: 144). Model STAD menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok empat sampai lima orang siswa secara heterogen, yaitu campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, suku/ras. Diawali dengan penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok (Trianto, 2009: 68).


(24)

Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD guru memberikan suatu

pembelajaran dan siswa-siswanya di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata meraka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa meraka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya (Rusman, 2012: 214).

Model pembelajaran STAD dapat dijadikan alternatif dalam mengajar karena membantu menciptakan interaksi yang baik antar siswa, meningkatkan sikap positif terhadap pelajaran, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama (Aqip, 2013: 28). Pendapat yang hampir sama mengenai hal ini dikemukakan oleh Balfakih (2003:608) yaitu terdapat empat alasan yang menyebabkan model STAD dapat digunakan sebagai alternatif model mengajar. Keempat alasan tersebut dinyatakan sebagai berikut:

“Pertama, STAD memfasilitasi interaksi antar siswa di dalam kelas. Kedua, meningkatkan sikap positif, harga diri, dan hubungan interpersonal antar siswa. Ketiga, dapat menambah sumber belajar tambahan di dalam kelompok, seperti dengan anggota kelompok berprestasi tinggi yang mengambil peran tutor demi tercapainya hasil akhir yang lebih baik untuk bersama. Keempat, mempersiapkan siswa untuk masuk ke dalam

masyarakat modern dengan mengajarkan mereka bekerja dengan teman sekelas dengan efektif dan efisien.”

Menurut Eggen dan Kauchak (2012: 214) merencanakan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran kooperatif STAD adalah proses empat


(25)

langkah yang menyangkut hal berikut: (1) melakukan perencanaan untuk mengajar kelas-utuh; (2) mengatur kelompok; (3) merencanakan stadi tim; dan (4) menghitung skor dasar dan nilai perbaikan. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD dipaparkan oleh Rusman (2012: 213-214) sebagai berikut:

1 menyampaikan tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar.

2 pembagian kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari empat sampai lima siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/ jenis kelamin, ras atau eknik.

3 presentasi dari guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta

pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

4 kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)

Siswa belajar kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim


(26)

bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.

5 kuis (evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kuersi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab atas diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

6 penghargaan prestasi tim

Setelah melaksanakan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnaya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari

beberapa orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntaasan bagian materi pembelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 94-95). Model


(27)

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain (Isjoni, 2010: 58). Kunci dari keberhasilan Jigsaw menurut Lie (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 95) adalah siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Saat terlibat di dalam satu kegiatan Jigsaw, siswa menjadi pakar mengenai satu bagian tertentu dari tugas belajar dan menggunakan keahlian mereka untuk mengajari siswa lain. Kemudian, saat mereka bekerja sebagai satu tim, setiap anggota menyumbangkan kepingan puzzle pengetahuan berbeda (Eggen dan Kauchak, 2012: 138). Pernyataan yang hampir sama dikemukaan oleh Lewis (2012: 2) bahwa

“Pembelajaran Jigsaw membantu siswa dalam membagi materi

pembelajaran menjadi potongan-potongan sub materi pada proses belajar, kemudian siswa dengan sub materi yang telah ia kuasai akan mengajar siswa lain, akhirnya akan menggabungkan potongan-potongan materi ini menjadi satu kesatuan. Pembelajaran Jigsaw didasarkan pada perspektif bahwa setiap siswa akan menjadi "ahli" di bagian kecil dari seluruh materi pembelajaran, kemudian siswa mengajarkan kepada siswa lain dalam kelompoknya terhadap materi yang mereka kuasai.”

Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari empat sampai enam siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini desebut dengan kelompok asal. Setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun


(28)

rencana magaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali kekelompok asal. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan (Amri dan Ahmadi, 2010: 96-98). Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 2. Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli (Trianto, 2012: 74)

Terdapat 5 fase dalam menerapkan pembelajaran Jigsaw menurut Eggen dan Kauchak (2012: 141) yaitu (1) menunjuk pakar; (2) rapat ahli; (3) instruksi rekan; (4) review; serta (5) penghargaan kelompok dan penutup. Menurut Amri dan Ahmadi (2010: 180) langkah dalam pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagi berikut: (1) siswa + -

= *

+ - = *

+ - = *

+ - = *

+ + + +

- - - -

= = = =

* * * *


(29)

dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim; (2) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda; (3) anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka; (4) setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. (5) tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusi; (6) guru memberi evaluasi; dan (7) penutup. Penelitian oleh Jhonson (dalam Rusman, 2012: 219) tentang pembelajaran model Jigsaw menunjukkan bahwa interaksi kooperatif yang terjadi memiliki beberapa pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah (1) meningkatkan hasil belajar; (2) meningkatkan daya ingat; (3) dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi; (4) mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu); (5) meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen; (6) meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; (7) meningkatkan sikap positif terhadap guru; (8) meningkatkan harga diri anak; (9) meningkatkan perilaku menyesuaian social yang positif; dan (10) meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.

D. Penguasaan Materi

Pada setiap pertemuan dalam proses pembelajaran diharapkan bagi siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran kognitif, yaitu berupa menguasai materi pelajaran. Penguasaan materi merupakan kemampuan menyerap arti


(30)

dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan materi bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003: 115).

Melalui teknik meta-analisis, Druva dan Anderson (dalam Dahlan, 2011: 7) telah menemukan hubungan yang positif yang signifikan antara penguasaan materi dengan efektivitas proes belajar mengajar. Namun demikian hasil studi Maguire menunjukkan korelasi yang cukup kecil antara tingkat penguasaan materi dengan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut

menggambarkan bahwa penguasaan materi akan sangat membatu dalam mengefektivitaskan proses belajar guna meningkatkan prestasi belajar siswa.

Menurut Anderson (dalam Sary, 2010: 14) dalam bukunya yang berjudul A

Taxonomy of Learning, Teaching and Assesing: a Revission of Bloom’s

Taxonomy of Educational Objective, mengemukakan empat bentuk dimensi pengetahuan yaitu: (1) pengetahuan faktual, meliputi pengetahuan terminologi dan pengetahuan yang bersifat khusus; (2) pengetahuan konseptual, meliputi pengetahuan mengenai klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi, teori, model dan struktur; (3) pengetahuan prosedural, meliputi pengetahuan mengenai keterampilan, algoritma, teknik, metode dan pengetahuan tentang kriteria yang digunakan untuk menentukan dan atau membenarkan “kapan dan apa yang harus dilakukan” dalam domain khusus dan disiplin; (4) pengetahuan metakognitif, meliputi strategic knowledge, contextual, conditional knowledge, dan self knowledge.


(31)

Pengetahuan yang diperoleh siswa pada umumnya melalui proses kognisi yaitu suatu tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan. Tingkat-tingkat tujuan kognitif penguasaan materi pelajaran oleh siswa berbeda-beda dan untuk membantu guru memahami secara lebih baik perbedaan-perbedaan dalam berpikir tersebut, Krathwohl dan Anderson mengklasifikasikan proses berpikir siswa ke dalam beberapa tingkatan (Eggan dan Kauchak (2012: 10).

Penguasaan materi berupa hasil belajar dalam kecakapan kognitif yang terdiri dari enam proses berpikir, yaitu mengingat, mengerti, menerapkan,

menganalisis, menilai, dan berkreasi. Penjelasan lebih lanjut terlihat dari paparan di bawah ini:

Tabel 2. Ringkasan jenjang belajar

Berpikir Uraian Rincian Mengingat Memunculkan pengetahuan dari

jangka panjang

Mengenali Mengingat Mengerti Membentuk arti dari pesan

pembelajaran (isi) : lisan, tulisan, grafis, atau gambar

Memahami Membuat contoh Mengelompokan Meringkas Meramalkan Membandingkan Menjelaskan Menerapkan Melaksanakan atau menggunakan

prosedur dalam situasi tertentu

Melaksanakan Mengembangkan Menganalisis Menjabarkan komponen atau struktur

dengan membedakan dari bentuk dan fungsi, tujuan dan seterusnya.

Membedakan Menyusun kembali Menandai

Menilai Menyusun pertimbangan berdasarkan kriteria dan persyaratan khusus

Mengecek Mengkritik Berkreasi Menyusun sesuatu hal baru;

memodifikasi suatu model lama, menjadi sesuatu yang berbeda, dan seterusnya.

Menghasilkan Merencanakan Membentuk Sumber: Prawiradilaga (2007: 95).


(32)

E. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2007: 97) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas proses pembelajaran itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Menurut Hamalik (2004: 171) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Sebagai pendukung, Rohani (2004: 9-10) menyatakan dalam pembelajaran yang efektif guru hanya merangsang keaktifan siswa dengan jalan menyajikan bahan pengajaran, yang mengelolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing.

Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun berkerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki

aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam pengajaran, seperti mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya, dan sebagainya (Rohani dan Ahmadi, 1995: 6). Dua aktivitas (fisik dan psikis) dipandang sebagai hubungan yang erat. Sehubungan dengan ini, Peaget (dalam Sardiman, 2007: 100) menerangkan bahwa seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa berbuat berarti anak itu tidak berpikir. Lebih lanjut Rohani (2004: 7) menyatakan berpikir pada taraf verbal baru


(33)

timbul setelah individu berpikir pada taraf perbuatan, sehingga disini berlaku prinsip learning by doing-learning by experience.

Terdapat “Miss-understanding” yang sering muncul bahwa keaktifan atau kegiatan kegiatan disamakan dengan menyuruh peserta didik melakukan sesuatu. Haruslah dipahami, keaktifan atau kegiatan yang dimaksud tentu jika peserta didik dapat mengekspresikan kemampuan sendiri, misalnya ringkasan membuat adegan dengan benda-benda konkrit. Sehingga ia tidak hanya menggunakan telinga saja tetapi juga mata, tangan ikut memikirkan, rarasakan sesuatu dan sebagainya (Rohani, 2004: 8).

Menurut Dierich (dalam Hamalik, 2004: 172-173) membagi aktivitas belajar peserta didik dalam 8 kelompok, yaitu sebagai berikut :

1. Kegiatan visual, seperti membaca, memerhatikan gambar, mangamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan lisan (oral) seperti: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan mendengarkan, sebagai contoh mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, pendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan menulis, misalnya menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.


(34)

5. Kegiatan menggambar, misalnya : menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola.

6. Kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7. Kegiatan mental, sebagai contoh misalnya merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, factor-faktor, melihat, hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan emosional, seperti misalnya, minat, membedakan, berani, tenang, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, tenang, gugup, dan lain-lain.

Penggunaan asas aktivitas belajar besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena (1) siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; (2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral; (3) memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa; (4) bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri; (5) memupuk disiplin siswa secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis; (6) mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru; (7) pengajaran diselnggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis; serta (8) pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat (Hamalik, 2004: 175).


(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 di SMP Negeri 2 Way Seputih Lampung Tengah.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 2 Way Seputih tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari enam kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C dan VIII D dan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimentaldengan desain yang digunakan adalah tes awal tes akhir kelompok pembanding.Terdapat dua kelompok sempel penelitian, yaitu kelas eksperimen 1 diberi perlakuan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kedua kelas diberi tes awal dan tes akhir yang sama kemudian hasilnya dibandingkan.


(36)

Desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Keterangan : I = Kelompok Eksperimen I II = Kelompok Eksperimen II O1 = Tes awal

O2 = Tes akhir

X1 = Perlakuan Eksperimen I dengan tipe STAD X2 = Perlakuan Eksperimen II dengan tipe Jigsaw Gambar 3. Desain tes awal-tes akhir kelompok pembanding

(dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahapan, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut: a) Prapenelitian

Prapenelitian adalah tahapan yang harus dilakukan sebelum melaksanakan penelitian. Kegiatan dalam tahapan ini meliputi:

1. membuat izin untuk penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah. 2. melakukan wawancara dengan guru biologi dan pengamatan terhadap

siswa di SMP Negeri 2 Way Seputih yang akan menjadi subjek penelitian.

3. menentukan sampel penelitian untuk kelas eksperimen I yaitu kelas VIIIC dan kelas eksperimen II yaitu kelas VIIID dengan teknik purposive sampling.

Kelompok Pretes Perlakuan Postes I O1 X1 O2


(37)

4. membagi siswa menjadi beberapa kelompok pada kelas kelompok eksperimen I dan kelas eksperimen II , masing-masing kelompok terdiri dari empat sampai enam siswa yang heterogen.

5. menyiapkan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKS) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelompok eksperimen I dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk kelompok eksperimen II.

6. membuat instrumen evaluasi yaitu soal tes awal dan tes akhir untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

7. membuat lembar observasi aktivitas siswa.

b) Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pada awal pertemuan pertama dilakukan tes awal dan diakhir pertemuan kedua dilakukan tes akhir. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1. Kelas Eksperimen I ( pembelajaran kooperatif tipe STAD) a. Kegiatan Awal

1) Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

2) Siswa mengerjakan soal tes awal dalam bentuk uraian.

3) Siswa memperhatikan apersepsi dan menjawab pertanyaan dari guru pada pertemuan:


(38)

(1) pertama: adakah diantara kalian berangkat sekolah dengan berjalan kaki? tahukah kalian bagaimana tubuh kita dapat bergerak dan berdiri tegak, seperti berjalan?

(2) kedua: (guru menunjuk salah satu siswa untuk melakukan kegiatan mengambil pensil dengan jari tangan diikat dengan benda kaku, seperti kertas karton) jika jari-jari tangan kalian dalam keadaan seperti ini, apakah kalian dapat melakukan kegiatan kalian dengan leluasa? Kenapa demikian?

(3) ketiga: pernahkah kalian melihat orang yang mengalami bongkok pada punggungnya?

4) Siswa mendengarkan motivasi dari guru pada pertemuan: (1) pertama: guru memberikan penjelasan bahwa kita dapat

bergerak dan berdiri tegak karena memiliki rangka tubuh yang berperan penting dalam gerak, untuk itu perlu kita pelajari mengenai kerangkat tubuh manusia.

(2) kedua: guru memberikan penjelasan bahwa tanpa sendi antartulang tidak akan menyatu dan sulit melakukan gerakan.

(3) ketiga: guru memberikan penjelasan bahwa orang yang mengalami bongkok punggung merupakan salah satu gangguan pada sistem gerak.


(39)

b. Kegiatan Inti

1) Siswa mengkondisikan diri berada dalam kelompoknya masing-masing.

2) Siswa mendengarkan penyajikan materi pokok sistem gerak secara umum dari guru.

3) Siswa menerima lembar kerja yang diberikan guru serta mendengarkan arahan dari guru mengenai cara pengisian LKS tersebut.

4) Siswa berdiskusi dalam kelompok didampingi oleh guru 5) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya 6) Siswa memberikan pendapat atau pertanyaan kepada

kelompok yang tampil.

7) Siswa mendengarkan dan memahami penjelasan dari guru. c. Kegiatan Penutup

1) Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan diarahkan oleh guru.

2) Siswa bersama dengan guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

3) Siswa mengerjakan soal tes akhir.

4) Siswa menerima penghargaan kelompok yang mendapat nilai LKS tertinggi dari guru.

5) Siswa memperhatikan penyampaian rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya dari guru.


(40)

2. Kelas Eksperimen II (pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw) a. Kegiatan Awal

1) Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

2) Siswa mengerjakan soal tes awal dalam bentuk uraian.

3) Siswa memperhatikan apersepsi dan menjawab pertanyaan dari guru pada pertemuan:

(1) pertama: adakah diantara kalian berangkat sekolah dengan berjalan kaki? tahukah kalian bagaimana tubuh kita dapat bergerak dan berdiri tegak, seperti berjalan?

(2) kedua: (guru menunjuk salah satu siswa untuk melakukan kegiatan mengambil pensil dengan jari tangan diikat dengan benda kaku, seperti kertas karton) jika jari-jari tangan kalian dalam keadaan seperti ini, apakah kalian dapat melakukan kegiatan kalian dengan leluasa? Kenapa demikian?

(3) ketiga: pernahkah kalian melihat orang yang mengalami bongkok pada punggungnya?

4) Siswa mendengarkan motivasi dari guru pada pertemuan: (1) pertama: guru memberikan penjelasan bahwa kita dapat

bergerak dan berdiri tegak karena memiliki rangka tubuh yang berperan penting dalam gerak, untuk itu perlu kita pelajari mengenai kerangkat tubuh manusia.


(41)

(2) kedua: guru memberikan penjelasan bahwa tanpa sendi dan otot, antartulang kita tidak akan menyatu dan sulit

melakukan gerakan.

(3) ketiga: guru memberikan penjelasan bahwa orang yang mengalami bongkok punggung merupakan salah satu gangguan pada sistem gerak.

5) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa oleh guru. b. Kegiatan Inti

1) Siswa mengkondisikan diri berada dalam kelompok masing-masing.

2) Siswa mendapatkan kartu nama yang warnanya berbeda (merah, hijau, kuning , dan biru) pada masing-masing anggota kelompok yang berada dalam kelompok asal.

3) Siswa mengkondisikan diri berada dalam kelompok ahli sesuai dengan warna kartunya, yaitu siswa yang memiliki kartu merah berkumpul membentuk kelompok ahli pertama, siswa yang memiliki kartu hijau berkumpul membentuk kelompok ahli kedua, siswa yang memiliki kartu berwarna kuning berkumpul membentuk kelompok ahli ketiga, dan siswa yang memiliki kartu berwarna biru berkumpul membentuk

kelompok ahli keempat.

4) Siswa berdiskusi dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan LKS pada pertemuan:


(42)

(1) pertama: berkaitan dengan sub materi rangka tubuh manusia.

(2) kedua: berkaitan dengan sub materi sendi, otot dan mekanisme gerak.

(3) ketiga: berkaitan dengan sub materi gangguan/kelainan pada sistem gerak pada manusia.

5) Siswa kembali ke kelompok asal dan menginformasikan kepada teman satu kelompoknya mengenai hasil diskusi dengan kelompok ahli.

6) Siswa presentasi mengenai hasil diskusi, dan kelompok lain memberikan tanggapan.

7) Siswa mendengarkan pembahasan dan pembenahan hasil presentasi yang belum lengkap dari guru.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa bersama guru menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

2) Siswa bersama guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

3) Siswa mengerjakan soal tes akhir.

4) Siswa menerima penghargaan pada kelompok yang mendapat nilai LKS tertinggi.

5) Siswa memperhatikan penyampaian rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya dari guru.


(43)

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut: a) Jenis Data

Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data kuantitatif dan kualitatif yang diuraikan sebagai berikut

1) Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa data penguasan materi yang diperoleh dari nilai pretest, nilai postest, dan gain pada materi pokok sistem gerak.

2) Data Kualitatif

Data kualitatif berupa lembar observasi aktivitas.

b) Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dengan menggunakan instrumen yang berupa pretes, postes, dan lembar observasi aktivitas.

1) Tes

Tes berupa pretes di awal pembelajaran untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dan postes di akhir pembelajaran untuk mengetahui pengetahuan yang diperoleh siswa setelah proses

pembelajaran baik pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II. Pretes dan postes berupa soal essay terstruktur sebanyak 9 soal. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dengan postest. Selisih tersebut disebut sebagai skor gain.

Untuk mendapatkan skor yang diharapkan dari pretes dan postes menggunakan rumus berikut:


(44)

S = x 100 Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).

Untuk mendapatkan gain pada setiap indikator penguasaan materi oleh siswa menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:

g=

i i f

S

S

S

S

max

Keterangan: g = nilai gain (Gain); Sf = nilai postes; Si = nilai pretes; Smax = nilai maksimal.

Tabel 3. Kriteria rata-rata gain untuk setiap indikator penguasaan materi oleh siswa.

Gain Kriteria

g > 0,7 0,7 > g > 0,3 g < 0,3

Tinggi Sedang Rendah Sumber: dimodifikasi dari Hake (1991:2). 2) Observasi

Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi aktivitas siswa berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda check list (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

R N


(45)

Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa No Nama

Aktivitas Belajar Siswa

∑xi X

A B C D

0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 1

2 3 4 Dst

Jumlah skor Skor

maksimum Persentase Kriteria

Keterangan aspek aktivitas belajar siswa :

A. Mengemukakan pendapat/ide dalam menyelesaikan tugas kelompok

0. Tidak mengemukakan pendapat/ide.

1. Mengemukakan pendapat/ide namun kurang relevan dalam merumuskan masalah.

2. Mengemukakan pendapat/ide yang relevan dalam merumuskan masalah yang sesuai topik.

Petunjuk penilaian: observer menilai dengan mengamati pendapat/ide yang dikemukakan oleh siswa secara tertulis. B. Bekerja sama dengan teman dalam menyelesaikan tugas

kelompok

0. Tidak bekerja sama (diam saja).

1. Bekerja sama, namun dengan satu atau dua orang saja. 2. Bekerja sama dengan semua anggota kelompok.

Petunjuk penilaian: observer menilai dengan mengamati kegiatan siswa selama berdiskusi.

C. Mempresentasikan hasil diskudi kelompok

0. Tidak mempresentasikan hasil penyelidikan/diskusi

kelompok dan tidak dapat menjawab pertanyaan (diam saja). 1. Mempresentasikan hasil penyelidikan/diskusi tetapi tidak

dapat menjawab pertanyaan dengan benar atau tidak mempresentasikan hasil penyelidikan/diskusi tetapi dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

2. Mempresentasikan hasil penyelidikan/diskusi dan menjawab pertanyaan dengan benar.

Petunjuk penilaian: observer menilai dengan mengamati kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusi.


(46)

D. Merespon hasil presentasi kelompok lain dengan bertanya jawab, kritik atau saran:

0. Tidak merespon hasil presentasi (diam saja).

1. Merespon hasil presentasi, tetapi hanya bertanya atau menjawab saja, mengkritik atau memberi saran saja (satu kegiatan)

2. Merespon hasil presentasi, baik bertanya dan menjawab atau mengkritik dan memberi saran (dua kegiatan atau lebih) Petunjuk penilaian: observer menilai dengan mengamati kegiatan siswa setelah presentasi, dan mencatat pertanyaan, jawaban, kritik, maupun saran yang diajukan oleh siswa.

F. Teknik Analisis Data a) Data Kuantitatif

Nilai pretes, postes, dan gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17 yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data.

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

a) Hipotesis

H0 = Sampel berdistribusi normal H1 = Sampel tidak berdistribusi normal b) Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

2) Uji Homogenitas

Data yang berdistribusi normal dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.


(47)

a) Hipotesis

H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda b) Kriteria Pengujian

Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:71).

3) Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17. a) Uji hipotesis dengan uji t

1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = Rata-rata gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata gain kedua sampel tidak sama b) Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima. Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = rata-rata gain pada kelompok eksperimen I sama dengan kelompok eksperimen II.

H1 = rata-rata gain pada kelompok eksperimen I lebih tinggi dari kelompok eksperimen II.

b) Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).


(48)

b) Uji U (Uji Mann Whitney U)

Data yang tidak berdistribusi normal dilanjutkan dengan Uji U. a) Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

b) Kriteria Uji

-Jika p-value > 0,05 maka terima Ho

-Jika p-value < 0,05 maka tolak Ho (Pratisto. 2004:36). b) Data Kualitatif

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase aktivitas belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut.

1) Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:

Persentase = 100%

2) Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa sesuai kriteria pada Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa. Persentase (%) Kriteria 87,50 – 100

75,00 – 87,49 50,00 – 74,99 0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang

Sumber: dimodifikasi dari Hidayati dalam Suwandi (2012:37). Skor perolehan


(49)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rata-rata penguasaan materi siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem gerak manusia.

2. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Peneliti lain yang akan menerapkan model STAD maupun Jigsaw,

hendaknya terlebih dahulu mengajar materi lain dengan model STAD atau Jigsaw sehingga siswa terlatih dan terbiasa dengan model yang digunakan.

2. Untuk pengukuran aktivitas belajar siswa dibutuhkan pengawasan dari observer yang lebih banyak mengingat terdapat banyak kelompok di dalam kelas.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Aqip, Z. 2013. Model-Model, Media, Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Yrama Whidia. Bandung.

Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Balfakih, N. 2003. The effectiveness of student team-achievement division (STAD)

for teaching high school chemistry in the United Arab Emirates. Diakses pada 07 April 2013 dari http://ipac.kacst.edu.sa/eDoc/2006/161313_1.pdf. Dahlan, D. 2011. Inhouse Training Sebagai Sarana Peningkatan Kualitas Guru

Madrasah Tsanawiyah. Diakses pada 23 April 2013 dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI/ 195712051982031-DADANG_DAHLAN/Makalah_4.pdf.

Dwihartini, N. 2011. Hasil Belajar Biologi Melalui Penerapan Strategi

Pembelajaran Learning Starts With A Question Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Surakarta Tahun Pelajaran

2010/2011. Diakses pada 07 April 2013 dari

http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2011/05/32.pdf.

Eggen, P dan Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Indeks. Jakarta.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses pada 25 Februari 2013 dari http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasanah, P.Y. 2007. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw dalam Materi Klasifikasi Mahluk Hidup di MTs NU Ungaran. Semarang. Diakses pada 20 September 2013 dari

http://www.scribd.com/doc/454950.

Hasbullah. 1999. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. PT Raja Grafindo. Jakarta. Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.


(51)

Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Khan, G.N. 2011. Effect of Student’s Team Achievement Division (STAD) on Academic Achievement of Students. Diakses pada 07 April 2013 dari http://dx.doi.org/10.5539/ass.v7n12p211.

Lewis, R. 2012. The Effects of Jigsaw Learning on Students’ Attitudes in a Vietnamese Higher Education Classroom. Diakses pada 07 April 2013 dari http://dx.doi.org/10.5430/ijhe.v1n2p9.

Lince, E.N. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. Jakarta. Kompas.com. Diakses pada 13 April 2013 dari

http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.dan. Matematika.Indonesia.Menurun.

Melizawati, A. 2011.Pengaruh Penggunaan Model Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada Materi Pokok Sistem Ekskresi di SMA Negeri 1 Tanjungbintang (Skirpsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Patisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistika dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta : PT Elex Media.Computindo. Diakses pada 10 Maret 2013 dari

http://books.google.co.id/books?id=v3NrFrZnEFIC&pg=PR5&lpg=PR5&d q=Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12.

Prawiradilaga, D. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana. Jakarta. Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Riyanto. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.

Rohani, A. 2004. Pengolagan Pengajaran Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta.

Sahman. 2011. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. Diakses pada 06 April 2013 dari

http://komunitaspendidikan.com/index.php/forum/penerapan-pendekatan- pembelajaran-kooperatif-tipe-make-a-match-untuk-meningkatkan-prestasi- belajar-bahasa-inggris-kelas-ix-smp-negeri-4-jerowaru-tahun-pelajaran-20112012/159.

Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sari, A.Y. 2007. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(52)

Sary, D. 2010. Pengaruh model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar IPA. Diakses pada 23 April 2013 dari

http://digilib.unila.ac.id/84/4/Divita_Sary_Bab_II.pdf.

Sagala, S. 2012. Konsep dan makna pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sulastri, E. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Terhadap Aktivitas dan Penguasaan Materi Pokok Ekosistem (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suwanti, 2012. Perbandingan Penguasaan Materi Sistem Pencernaan oleh Siswa antara Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Jigsaw (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Trianto. 2009. Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Kencana. Surabaya.

______. 2012. Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Surabaya.

Wardhani, S dan Rumiati. 2011. Instrumen penilaian hasil belajar SMP Belajar dari PISA dan TIMSS. Diakses pada 13 April 2013 dari

www.p4tkmatematika.org.

Yati, E. 2008. Peningkatan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Menggunakan Metode Kooperatif tipe Jigsaw (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(53)

Silabus Kelas Eksperimen 1 (STAD) dan 11 (Jigsaw) | Ruwanti (Kelas Eksperimen I)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Way Seputih Mata Pelajaran : IPA Biologi

Kelas / Semester : VIII / 1 (Ganjil)

Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia Kompetensi

Dasar Materi Pokok

Kegiatan

Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu Sumber/ Alat/Bahan Nilai Karakter 1.3Mendeskrips ikan sistem gerak pada manusia dan hubunganny a dengan kesehatan - Rangka tubuh manusia - Persendian tulang - Otot manusia - Mekanisme gerak pada Berdiskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Berdiskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan

1. Menyebutkan nama-nama tulang

penyusun rangka tubuh manusia. 2. Menjelaskan jenis

tulang berdasarkan bentuknya.

3. Menjelaskan macam sendi.

4. Membedakan jenis otot berdasarkan struktur, cara kerja dan lokasi dalam tubuh.

5. Menjelaskan

Jenis:

1. Tes tertulis 2. Nontes Bentuk: 1. Uraian 2. Lembar observasi aktivitas siswa Jenis:

1. Tes tertulis 2. Nontes Bentuk: 1. Uraian 2. Lembar

observasi

2 x 40 menit

2 x 40 menit Sumber: Purwoko,dkk. 2009. IPA Terpadu. Yudhistira. Jakarta. Alat: Carta Bahan: LKS Sumber: Purwoko,dkk. 2009. IPA Terpadu. Yudhistira. Jakarta. Alat: - Jujur, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, toleransi, bersahabat/ komunikatif, gemar membaca. Jujur, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, toleransi, bersahabat/ komunikatif, 1. S ilabu s 62


(54)

Silabus Kelas Eksperimen 1 (STAD) dan 11 (Jigsaw) | Ruwanti - Gangguan /kelainan pada sistem gerak manusia kesehatan. Berdiskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan

hubungannya dengan kesehatan.

pada manusia.

6. Memberikan contoh gangguan yang berkaitan dengan tulang dan otot yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

siswa Jenis: 1. Tes

tertulis 2. Nontes Bentuk: 1. Uraian 2. Lembar observasi aktivitas siswa

2 x 40 menit Bahan: LKS Sumber: Purwoko,dkk. 2009. IPA Terpadu. Yudhistira. Jakarta. Alat: - Bahan: LKS membaca. Jujur, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, toleransi, bersahabat/ komunikatif, gemar membaca.

Bandar Lampung, April 2013

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Sri Wahyuni, S.Pd Ruwanti

NIP. 19720825 199802 2 002 NPM. 0913024112


(55)

Silabus Kelas Eksperimen 1 (STAD) dan 11 (Jigsaw) | Ruwanti (Kelas Eksperimen II)

Satuan Pendidikan : SMP N 2 Way Seputih Mata Pelajaran : IPA Biologi

Kelas / Semester : VIII / 1 (Ganjil)

Standar Kompetensi : Mendeskripsikan berbagai sistem dalam kehidupan manusia Kompetensi

Dasar Materi Pokok

Kegiatan

Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu Sumber/ Alat/Bahan Nilai Karakter 1.3 Mendeskripsi kan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan - Rangka tubuh manusia - Persendian tulang - Otot manusia - Mekanisme gerak otot Berdiskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Berdiskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan 1. Menyebutkan nama-nama tulang penyusun rangka tubuh manusia. 2. Menjelaskan jenis

tulang berdasarkan bentuknya.

3. Menjelaskan macam sendi. 4. Membedakan jenis

otot berdasarkan struktur, cara kerja dan lokasi dalam tubuh

Jenis:

1. Tes tertulis 2. Nontes Bentuk: 1.Uraian 2. Lembar

observasi aktivitas siswa

Jenis:

1. Tes tertulis 2. Nontes Bentuk: 1. Uraian 2. Lembar

observasi

2 x 40 menit

2 x 40 menit Sumber: Purwoko,dkk. 2009. IPA Terpadu. Yudhistira. Jakarta. Alat: Carta Bahan: LKS Sumber: Purwoko,dkk. 2009. IPA Terpadu. Yudhistira. Jakarta. Alat: - Jujur, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, toleransi, bersahabat/ komunikatif, gemar membaca. Jujur, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, toleransi, bersahabat/ komunikatif, 64


(56)

Silabus Kelas Eksperimen 1 (STAD) dan 11 (Jigsaw) | Ruwanti manusia - Gangguan /kelainan pada sistem gerak manusia Berdiskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan

hubungannya dengan kesehatan.

5. Menjelaskan mekanisme gerak otot pada manusia. 6. Memberikan contoh

gangguanyang berkaitan dengan tulang dan otot yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari

siswa

Jenis:

1. Tes tertulis 2. Nontes Bentuk: 1. Uraian 2. Lembar

observasi aktivitas siswa

2 x 40 menit Sumber: Purwoko,dkk. 2009. IPA Terpadu. Yudhistira. Jakarta. Alat: - Bahan: LKS membaca. Jujur, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, toleransi, bersahabat/ komunikatif, gemar membaca. Bandar Lampung, April 2013

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Sri Wahyuni, S.Pd Ruwanti

NIP. 19720825 199802 2 002 NPM. 0913024112


(57)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 11 | Ruwanti RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS EKSPERIMEN I

Sekolah : SMP Negeri 2 Way Seputih Mata Pelajaran : IPA/ Biologi

Kelas /Semester : VIII /I (Satu) Pertemuan ke- : I

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

B. Kompetensi Dasar

1.3 Mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

C. Indikator 1) Kognitif

a. Produk

1. Menyebutkan nama-nama tulang penyusun rangka tubuh manusia.

2. Menjelaskan jenis tulang berdasarkan bentuknya. b. Proses

1. Mendiskusikan LKS tentang nama-nama tulang penyusun rangka tubuh dan jenis tulang melalui model pembelajaran tipe STAD. 2. Mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan kaidah.

2) Afektif

1. Nilai karakter : jujur, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, toleransi, bersahabat/ komunikatif, gemar membaca.

2. Keterampilan sosial : mengemukakan pendapat, bekerja sama dengan teman kelompok, mempresentasikan hasil diskusi kelompok,

merespon hasil presentasi kelompok lain dengan tanya jawab, kritik atau saran.


(58)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 11 | Ruwanti D. Tujuan Pembelajaran

1) Kognitif

Setelah melakukan kegiatan diskusi dengan model STAD siswa mampu: a. Produk

1. Memberikan minimal 3fungsi rangka tubuh manusia.

2. Menyebutkan nama-nama tulang tengkorak sebagai penyusun rangka tubuh.

3. Menyebutkan nama-nama tulang/ rangka badan sebagai penyusun rangka tubuh.

4. Menyebutkan nama-nama tulang anggota gerak sebagai penyusun rangka tubuh.

5. Menjelaskan 4 jenis tulang berdasarkan bentuk tulangnya. b. Proses

1. Mendiskusikan LKS tentang nama-nama tulang penyusun rangka tubuh serta jenis tulang dengan menggunakan model tipe STAD. 2. Mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan kaidah.

2) Afektif

Setelah melakukan kegiatan diskusi dengan model STAD siswa mampu mengembangkan:

1. Nilai karakter : jujur, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, toleransi, bersahabat/ komunikatif, gemar membaca. 2. Keterampilan sosial mengemukakan pendapat, bekerja sama dengan

teman kelompok, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, merespon hasil presentasi kelompok lain dengan tanya jawab, kritik atau saran.

E. Materi Pembelajaran

- Fungsi rangka tubuh manusia.

- Nama-nama tulang penyusun rangka tubuh manusia.


(59)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 11 | Ruwanti F. Strategi Pembelajaran

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD G. Langkah Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Sintak Model STAD

Waktu I Pendahuluan

a.Guru memberikan pre tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

b.Guru menyampaikan tujuan pembelajaran c.Guru memberikan

apersepsi: adakah diantara kalian berangkat sekolah dengan berjalan kaki? tahukah kalian

bagaimana tubuh kita dapat bergerak dan berdiri tegak, seperti berjalan?

d.Memberikan motivasi: kita dapat bergerak dan berdiri tegak karena memiliki rangka tubuh yang berperan penting dalam gerak, untuk itu perlu kita pelajari mengenai kerangka tubuh manusia.

a. Siswa mengerjakan pre tes dari guru. b.Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. c. Siswa memperhatikan apersepsi dan menjawab pertanyaan dari guru d. Siswa mendengarkan motivasi dari guru.

Penyampaian tujuan dan motivasi

30 menit

II. Kegiatan Inti

a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen yang masing-masing

kelompok terdiri dari 4 siswa

a. Siswa

mengkondisikan diri berada dalam kelompok masing-masing. Pembagian kelompok 45 menit


(60)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 11 | Ruwanti b. Guru menyajikan

materi tentang organ yang terlibat sebagai alat gerak aktif dan pasif, jenis tulang berdasarkan bentuknya, dan bagian-bagian tulang penyusun rangka tubuh manusia

c. Guru membagikan LKS untuk setiap anggota kelompok dan memberikan arahan kepada siswa tentang cara pengisian LKS tersebut.

d.Guru membimbing siswa selama berdiskusi dalam kelompok

e.Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. f. Guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk bertanya,

memberikan sanggahan atau melengkapi

jawaban yang disampaikan g.Guru membahas

kembali dan membenahi hasil diskusi LKS yang telah dipresentasikan.

b. Siswa

mendengarkan penjelasan guru.

c. Siswa menerima lembar kerja yang diberikan guru serta

mendengarkan arahan dari guru mengenai cara pengisian LKS tersebut

d. Siswa berdiskusi dalam kelompok.

e. Siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

f. Siswa memberikan pendapat atau pertanyaan kepada kelompok yang tampil. g. Siswa mendengarkan dan memahami penjelasan dari guru Presentasi dari guru belajar dalam tim Presentasi kelompok Evaluasi III Penutup

a. Guru mengarahkan siswa untuk

menyimpulkan materi yang telah dipelajar.

a. Siswa membuat kesimpulan.


(61)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 11 | Ruwanti b. Guru memberikan

penghargaan kepada kelompok yang memeroleh nilai rata-rata LKS tertinggi dalam satu kelompok. c. Guru memberitahukan

mengenai sub topik yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, guru juga meminta siswa

mencari artikel maupun gambar-gambar yang

berhubungan dengan topik tersebut dan membawanya sebagai bahan diskusi

tambahan

b. Siswa menerima penghargaan dari guru

c. Siswa

memperhatikan penyampaian dari guru.

Penghargaan kelompok dan penutup

H.Media/Sumber belajar

Sumber : Purwoko, dkk. 2009. IPA Terpadu. Yudhistira. Jakarta. Alat : Carta

Bahan : LKS I. Penilaian :

Jenis penilaian:  Test tertulis  Non test

bentuk instrumen:  uraian


(62)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 11 | Ruwanti Bandar Lampung, September 2013

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Sri Wahyuni, S.Pd Ruwanti


(63)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 11 | Ruwanti RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS EKSPERIMEN I

Sekolah : SMP Negeri 2 Way Seputih Mata Pelajaran : IPA/ Biologi

Kelas /Semester : VIII /I (Satu) Pertemuan ke- : II

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

B. Kompetensi Dasar

1.3 Mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

C. Indikator 1) Kognitif

a. Produk

1.Menjelaskan macam-macam sendi.

2.Membedakan jenis otot berdasarkan struktur, cara kerja dan lokasi dalam tubuh.

3.Menjelaskan mekanisme gerak pada sistem gerak manusia. b. Proses

1. Mendiskusikan LKS tentang macam-macam sendi dan fungsinya, jenis otot berdasarkan struktur, cara kerja dan lokasi dalam tubuh dan mekanisme gerak otot pada manusia dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD.

2. Mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan kaidah. 2) Afektif

1. Nilai karakter : jujur, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, toleransi, bersahabat/ komunikatif, gemar membaca.


(64)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 11 | Ruwanti 2. Keterampilan sosial : mengemukakan pendapat/ide, bertukar

informasi, mempresentasikan hasil diskusi, dan kemampuan bertanya.

D. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif

Setelah melakukan kegiatan diskusi dengan model STAD siswa mampu: a. Produk

1. Menyebutkan macam-macam sendi pada sistem gerak manusia. 2. Menunjukkan letak setiap sendi pada sistem gerak manusia. 3. Membedakan 3 jenis otot berdasarkan strukturnya.

4. Membedakan 3 jenis otot berdasarkan cara kerjanya. 5. Membedakan 3 jenis otot berdasarkan lokasi dalam tubuh. 6. Menjelaskan mekanisme gerak otot pada sistem gerak manusia. b. Proses

1. Mendiskusikan LKS tentang macam sendi dan fungsinya serta jenis otot berdasarkan struktur, cara kerja dan lokasi dengan menggunakan model tipe STAD.

2. Mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan kaidah. 2. Afektif

Setalah melakukan kegiatan diskusi dengan model STAD siswa mampu mengembangkan:

1. Nilai karakter : jujur, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, toleransi, bersahabat/ komunikatif, gemar membaca. 2. Keterampilan sosial : mengemukakan pendapat/ide, bertukar informasi, mempresentasikan hasil diskusi, dan kemampuan bertanya.

E. Materi Pembelajaran

- Macam sendi dan fungsinya.


(65)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 11 | Ruwanti - Mekanisme gerak pada manusia.

F. Strategi Pembelajaran

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

G.Langkah Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Sintak Model STAD

Waktu I Pendahuluan

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran b. Guru memberikan

apersepsi: (guru menunjuk salah satu siswa untuk melakukan kegiatan mengambil pensil dengan jari tangan diikat dengan benda kaku, seperti kertas karton) jika jari-jari tangan kalian dalam keadaan seperti ini, apakah kalian dapat melakukan kegiatan kalian dengan leluasa? Kenapa demikian? c. Memberikan motivasi:

guru memberikan penjelasan bahwa tanpa sendi dan otot,

antartulang kita tidak akan menyatu dan sulit melakukan gerakan. a. Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. b. Siswa memperhatikan apersepsi dan menjawab pertanyaan dari guru. c. Siswa mendengarkan motivasi dari guru. Penyampaian tujuan dan motivasi 10 menit

II. Kegiatan Inti

a. Guru memintai siswa duduk dalam

kelompoknya masing-masing.

a. Siswa

mengkondisikan diri berada dalam kelompok masing-masing. Pembagian kelompok 65 menit


(66)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 11 | Ruwanti b. Guru menyajikan materi

macam sendi dan fungsinya serta Jenis otot berdasarkan struktur, cara kerja dan lokasi dalam tubuh c. Guru membagikan LKS

untuk setiap anggota kelompok diskusi dan memberikan arahan kepada siswa tentang cara pengisian LKS tersebut.

d. Guru membimbing siswa selama berdiskusi dalam kelompok

e. Guru meminta salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi kedepan kelas. f. Guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk bertanya,

memberikan sanggahan atau melengkapi

jawaban yang disampaikan g. Guru membahas

kembali dan membenahi hasil diskusi LKS yang telah dipresentasikan.

b. Siswa

mendengarkan penjelasan guru.

c. Siswa menerima lembar kerja yang diberikan guru serta mendengarkan arahan dari guru mengenai cara pengisian LKS tersebut

d. Siswa berdiskusi dalam kelompok.

e. mempresentasika n hasil diskusi kelompoknya f. Siswa memberikan pendapat atau pertanyaan kepada kelompok yang tampil. g. Siswa mendengarkan dan memahami penjelasan dari guru Presentasi dari guru belajar dalam tim Presentasi kelompok Evaluasi III Penutup

a. Guru mengarahkan siswa untuk

menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Guru memberikan

penghargaan kepada kelompok yang memeroleh nilai

rata-a. Siswa membuat kesimpulan.

b. Siswa menerima penghargaan dari guru Penghargaan kelompok dan penutup 5 menit


(67)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 11 | Ruwanti rata LKS tertinggi dalam

satu kelompok.

c. Guru memberitahukan mengenai sub topik yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, guru juga meminta siswa mencari artikel maupun gambar-gambar yang

berhubungan dengan topik tersebut dan membawanya sebagai bahan diskusi tambahan

c. Siswa

memperhatikan penyampaian dari guru.

H. Media/Sumber belajar

Sumber : Purwoko, dkk. 2009. IPA Terpadu. Yudhistira. Jakarta. Alat : -

Bahan : LKS I. Penilaian :

Jenis penilaian:  Test tertulis  Non test

bentuk instrumen:  uraian

 lembar observasi aktivitas siswa

Bandar Lampung, September 2013

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Sri Wahyuni, S.Pd Ruwanti

NIP. 19720825 199802 2 002 NPM. 0913024112

Mengetahui,

Kepala SMP Negeri 2 Way Seputih

Drs. Rigo


(1)

Data-Data Hasil Penelit Kelas Eksperimen 1 (STAD) dan 11 (Jigsaw) | Ruwanti

Tabel 16. Analisis Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen II (Jigsaw)

No Nama Siswa

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

A B C D A B C D A B C D

1 Anwar Rifa’i 1 1 1 2 2 0 1 1 1 1 0 1

2 Apriyani Paskatuti 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1

3 Birgita Yupita Sari 0 0 0 0 1 1 0 0 1 2 1 1

4 Devi Laila Wulandari 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2

5 Devi Wulandari 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2

6 Dwi Indra Wijaya Saputra 1 1 1 1 0 1 1 2 2 2 1 1

7 Erwin Wahyu Saputra 2 1 2 1 0 1 2 0 1 1 1 0

8 I Kadek Ari Widiana 2 2 0 1 2 2 2 1 1 2 2 1

9 Indah Septiana 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2

10 Ketut Lampung 1 2 0 1 1 2 1 0 1 1 1 0

11 Komang Agus Ardi Yuniarta 1 2 1 1 2 1 0 1 1 1 0 0

12 Ni Putri Juliantika 2 2 2 1 1 0 0 2 2 1 0 0

13 Puput Anggia 1 1 0 1 2 1 0 2 2 2 2 1

14 Puput Ardianti 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1

15 Putri Wulandari 0 0 1 0 1 1 1 1 1 2 1 0

16 Rahma Fitriani 2 0 0 1 1 0 0 1 2 2 2 2

17 Rijalus Sholikhin 1 2 0 1 1 1 2 0 2 2 1 0

18 Sugeng Rianto 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1

19 Sustia Mustika Sari 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 0 1

20 Tri Wahyuni 1 1 0 2 0 1 1 0 2 1 1 2


(2)

Data-Data Hasil Penelit Kelas Eksperimen 1 (STAD) dan 11 (Jigsaw) | Ruwanti

22 Yudha Ariyanto 1 1 1 2 0 1 1 0 1 1 1 0

23 I Gede Sukma Setiawan 2 2 2 1 1 1 0 1 1 1 0 0

24 Bayu Nugroho 2 1 0 0 2 1 1 2 2 2 2 2

25 Ni Komang Sutami 0 1 0 2 1 0 0 1 0 0 0 1

26 Wayan Agus Prima Sanjaya - - - - - - - - - - - -

27 Nana Revomansyah - - - - - - - - - - - -

Total skor yang diperoleh 34 34 24 29 31 26 25 23 38 35 27 23

Skor maksimal 50

% 68 68 48 58 62 52 50 46 76 70 54 46

Kriteria Cukup cukup kurang cukup cukup cukup Cukup kurang Baik Cukup Cukup Kurang


(3)

Foto Penelitian Kelas Eksperimen 1 (STAD) dan 11 (Jigsaw) |Ruwanti

Kelas yang menggunakan model

STAD

(kelas VIIIC)

Gambar 15. Siswa memperhatikan apersepsi dan motivasi dari guru

Gambar 16. Siswa sedang melakukan berdiskusi kelompok

Gambar 17. Siswa sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan

kelas


(4)

Foto Penelitian Kelas Eksperimen 1 (STAD) dan 11 (Jigsaw) |Ruwanti

Gambar 18. Siswa merespon hasil presentasi kelompok lain dengan bertanya


(5)

Foto Penelitian Kelas Eksperimen 1 (STAD) dan 11 (Jigsaw) |Ruwanti

Kelas yang menggunakan model

Jigsaw

(kelas VIIID)

Gambar 20. Siswa sedang mengerjakan LKS dan berdiskusi dalam kelompok ahli

Gambar 21. Siswa sedang mengerjakan LKS dan berdiskusi dalam kelompok asal

Gambar 22. Observer sedang mengamati aktivitas siswa pada saat proses kerja

samadalam kelompok


(6)

Foto Penelitian Kelas Eksperimen 1 (STAD) dan 11 (Jigsaw) |Ruwanti

Gambar 23. Siswa sedang mempresentasi hasil diskusi secara lisan di depan kelas

Gambar 24. Siswa merespon hasil presentasi kelompok lain dengan bertanya


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP AKTIVITAS SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padangcermin Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/20

0 4 61

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP AKTIVITAS SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padangcermin Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/20

0 6 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 55

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Team Achievement Division (STAD) TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA OLEH SISWA (Studi Eksperimen Semu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Mathla’ul Anwar Bandar Lampung

0 4 66

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 16 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 7 57

PERBANDINGAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN STAD

0 11 57

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pela

0 8 60

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pela

0 7 59

PENGARUH BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN MANUSIA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 50

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA (Studi Ekperimen Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 15 203