PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung
T.P 2012/2013)
(skripsi)
Oleh
NURVITA SARI SAMWAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(2)
Nurvita Sari Samwar
ii ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
Nurvita Sari Samwar
Keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 7 Bandar Lampung belum dikembangkan secara optimal. Hal ini dikarenakan sistem pengajaran yang masih didimonasi oleh guru. Satu alternatif yang dapat
digunakan untuk membuat siswa aktif dalam berpikir kritis yaitu dengan model
Problem Based Learning (PBL). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model PBL terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Desain
penelitian adalah pretest-postest non equivalen. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 yang dipilih secara acak dengan teknik
clusster random sampling.
Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 95% dengan menggunakan
(3)
Nurvita Sari Samwar
iii
bantuan program SPSS 17. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa yang diambil dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa, kemudian dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model PBL meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan rata-rata nilai pretes (24,11), postes (68,95), dan N-gain (59,86). Indikator kemampuan berpikir kritis dengan kriteria tinggi sekali yang dicapai siswa melalui model PBL yakni indikator memberikan argumen dan melakukan induksi. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan model PBL juga mengalami peningkatan dari pertemuan I dengan rata-rata 55,09 meningkat pada pertemuan II dengan rata-rata 69,91 dan meningkat lagi pada pertemuan III dengan rata-rata 80,32. Aspek mengemukakan ide/gagasan, mengajukan pertanyaan, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok
merupakan aktivitas dengan kriteria baik yang dicapai siswa yang menggunakan model PBL. Dengan demikian, penerapan model PBL berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis oleh siswa.
Kata kunci : Model Problem Based Learning (PBL), keterampilan berpikir kritis, aktivitas belajar, dan sistem peredaran darah.
(4)
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung
T.P 2012/2013)
Oleh
NURVITA SARI SAMWAR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(5)
Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN MODEL
PROBLEM BASED LEARING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung T.P
2012/2013)
Nama Mahasiswa : Nurvita Sari Samwar
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024041 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing
Drs. Arwin Achmad, M. Si Rini Rita T. Marpaung, S.Pd. M.Pd NIP 19570803 198603 1 004 NIP 19770715 200801 2 020
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M. Si.
(6)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Arwin Achmad, M.Si
Sekretaris : Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003(7)
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurvita Sari Samwar Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024041
Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain, kecuali disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Maret 2013 Yang menyatakan
Nurvita Sari Samwar NPM 0743024041
(8)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sinar Ogan pada tanggal 4 November 1989, anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan bahagia Bapak Samanhudi dan Ibu Juartini.
Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Darma Wanita PKP Jaya Unit lima tahun 1994. Tahun 2001 menyelesaikan sekolah di SD Negeri PKP Jaya Unit lima. Tahun 2004 menyelesaikan sekolah di SMP Negeri 1 Banjar Agung Unit lima. Tahun 2007 menyelesaikan sekolah di MA Negeri 1 Metro. Pada tahun 2007 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi.
Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 7 Bandar Lampung, dan pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 7 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).
(9)
MOTTO
“Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan kamu dari segumpal darah. Bacalah dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui”
(Al Quran, surat Al Alaq ayat 1 – 5 )
“Muliakanlah perintah Allah dimanapun kamu berada, niscaya Allah akan memuliakanmu”
(Hasan Al Bashri)
“Orang tua memang tidak memiliki pengetahuan lebih, mereka hanya memikirkan
anak-anaknya bisa lebih baik dari mereka”
(Samanhudi)
“Ilmu adalah cahaya, dan maksiat akan menghapusnya”
(10)
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb
serta Junjungan
Besar Nabi Muhammad SAW atas segala kemudahan, kelancaran, limpahan
rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini sehingga selesainya skripsi
ini.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini
untuk orang-orang yang akan selalu berarti dalam hidupku:
Ayahanda Samanhudi dan ibunda Juartini
Sosok sederhana dan mulia yang telah membesarkanku, menyayangaiku, menasehatiku, serta tak henti-hentinya mendoakanku dalam setiap sujud salatnya agar aku memperoleh keberhasilan dan kebahagiaan dimata Allah SWT dan dunia
Eva Dwi Samwar dan Rahmatullah Rizky Samwar
Terimakasih atas doa, motivasi dan support kalian yang membuatku untuk
tetap kuat, sabar, dan semangat untuk meraih keberhasilan
Seseorang yang kelak menjadi pendamping hidupku Ibu Nyatini dan Bapak Suhardi
Terima kasih atas doa dan semangat yang selalu diberikan kepadaku Para pendidikku
Terimakasih atas ilmu, kesabaran, dan nasehatnya untuk aku berjalan terus maju menuju keberhasilan
Sahabatku
Terima kasih atas kebersamaa kita selama ini
(11)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Keemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah (Studi Eksperimen Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung T.P 2012/2013)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA Universitas Lampung; 3. Pramudiyanti, S.Si., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Drs. Arwin achmad, M. Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan kesabaran hingga skripsi ini dapat selesai; 5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan motivasinya;
6. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed., selaku pembahas yang telah memberikan kritik dan saran-saran berharga;
7. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan pembelajaran dan bantuan dalam menyelesaikan studi;
(12)
8. Drs. Suharto, M.Pd., selaku kepala SMA Negeri 7 Bandar Lampung, dan Yanti Irmasari S.Pd., selaku guru mitrayang telah memberi izin dan bantuan selama penelitian;
9. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas XI.2 dan XI.3 SMA Negeri 7 Bandar lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 10. Kedua orangtua dan kedua saudara ku yang tidak henti-hentinya selalu
mendoakan dan memberikanku semangat.
11. Antun Sutarya, S.Pd., Ema Rohmaniar Suprayitno, S.Pd., dan Ejelina, S.Pd., yang telah membantu dalam penelitian dan motivasinya;
12. Teman-teman seperjuanganku khususnya Biologi NR 2007: Septian, Mega, Ayu, Eli, Gede, Nuris, Lamudin, Rini, Ulfa, dan Feri, atas motivasinya; 13. Mahasiswa Pendidikan Biologi 2007, kakak dan adik tingkat Pendidikan
Biologi FKIP UNILA atas pengertian, persaudaraan, semangat, motivasi, nasihat, dan kritikannya yang tidak bisa disebutkan satu per satu;
14. Sahabat-sahabatku di kosn A3: Eka, Titin, Vepi, Vetra, Lulu, Ratna dan Lusi, atas kebersamaan, keceriaan, dan motivasinya;
15. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin
Bandar Lampung, Maret 2013 Penulis
(13)
xiii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
F. Kerangka Pikir ... 8
G. Hipotesis Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Based Learning (PBL) ... 11
B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 16
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
B. Populasi dan Sampel ... 19
C. Desain Penelitian ... 19
D. Prosedur Penelitian ... 20
E. Jenis Data dan Tekhnik Pengambilan Data ... 26
F. Teknik Analisis Data ... 27
G. Mendeskripsikan Kemamapuan Berpikir Kritis ... ... 30
H. Pengolahan Data Aktivitas ... 32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34
(14)
xiv V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 48
B. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN 1. Silabus ... 53
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 58
3. Lembar Kerja Kelompok……….. 85
4. Soal Pretes dan Postes ... 173
5. Rubrik Penilaian Soal pretes dan Postes... 176
6. Data Hasil Penelitian ... 179
7. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian... 197
8. Foto-Foto Penelitian... 214
(15)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel
1. Langkah-langkah pembelajaran PBL ... 15
2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... ... 18
3. Rubrik Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... ... 30
4. Kriteria Berpikir Kritis... ... 31
5. Kriteria Persentase Aktivitas Siswa... .. 32
6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa... ... 32
7. Hasil KBK Siswa kelas eksperimen dan kontrol ... .... 35
8. Hasil rata-rata N-gain setiap indikator KBK siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... ... 37
9. Peningkatan setiap Indikator KBK kelas eksperimen dan kontrol . .. 38
10. Aktivitas siswa pada kelas eksperimen... 39
11. Data KBK siswa per indikator (pretes) kelas eksperimen ... 179
12. Data KBK siswa per indikator (postes) kelas eksperimen... 180
13. Data KBK siswa per indikator (pretes) kelas kontrol ... 181
14. Data KBK siswa per indikator (postes) kelas kontrol ... 182
15. Data aktivitas siswa kelas ekperimen pada pertemuan 1 ... 183
16. Data aktivitas siswa kelas ekperimen pada pertemuan 2 ... 184
(16)
18. Data aktivitas siswa kelas kontrol pada pertemuan 1 ... 186
19. Data aktivitas siswa kelas kontrol pada pertemuan 2 ... 187
20. Data aktivitas siswa kelas kontril pada pertemuan 3 ... 188
21. Data nilai LKS kelas eksperimen dan Kontrol ... 189
22. Data N-gain Per indikator kelas eksperimen... 191
23. Data N-gain Per indikator kelas kontrol... 193
24. Data nilai pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen ... 195
25. Data nilai pretes, postes, dan N-gain kelas kontrol ... 196
26. Hasil uji normalitas pretes, postes, dan N-Gain kelompok eksperimen ... ... 197
27. Hasil uji normalitas pretes, postes, dan N-Gain kelompok kontrol ... 198
28. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rata pretes kelas eksperimen dan kontrol ... ... 199
29. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rata postes kelas eksperimen dan kontrol ... ... 200
30. Hasil uji perbedaan dua rata-rata postes... ... 201
31. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rata N-Gain ... ... 202
32. Hasil uji perbedaan dua rata-rata N-Gain ... 203
33. Uji normalitas N-Gain A (Argumen) kelas eksperimen dan kontrol... ... 204
34. Hasil uji U terhadap N-Gain A (Argumen)... 205
35. Uji normalitas N-Gain B (Deduksi) kelas eksperimen dan kontrol ... 206
36. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rata N-Gain B (Deduksi)... ... 207
37. Hasil uji perbedaan dua rata-rata N-Gain B (Deduksi) ... ... 208
(17)
39. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rata N-Gain
C (Induksi)... ... 210 40. Hasil uji perbedaan dua rata-rata N-Gain C (Induksi) ... ... 211 41. Uji normalitas N-Gain D (Evaluasi) kelas eksperimen dan kontrol .. 212 42. Hasil uji U terhadap N-Gain D (Evaluasi)... ... 213
(18)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 10 2. Desain pretes postes tak ekuivalen ... 20 3. Contoh jawaban siswa pada indikator memberikan argumen kelas
eksperimen ... 44 4. Contoh jawaban siswa pada indikator melakukan deduksi kelas
eksperimen ... 45 5. Contoh jawaban siswa pada indikator melakukan induksi
kelas eksperimen ... 46 6. Contoh jawaban siswa pada indikator evaluasi kelas
eksperimen ... 46 7. Foto-Foto penelitian ... 214
(19)
1
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, pembelajaran Biologi dilaksanakan dengan
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP, 2006:143).
Rendahnya kualitas SDM Indonesia lebih dikarenakan mutu dan kualitas pendidikan Indonesia yang masih rendah. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mencetak SDM yang berkualitas dan berkompeten di bidang masing-masing. SDM yang dihasilkan diharapkan mampu bertahan dan menang dalam menghadapi persaingan global. Hal tersebut sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yaitu “secara mikro pendidikan nasional bertujuan
untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab), dan
(20)
2
Salah satu upaya untuk menghadapi dampak perkembangan IPTEK melalui pemberdayaan kemampuan berpikir kritis. Menurut Johnson (2002:187) berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Dalam berpikir kritis, seseorang mampu melakukan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting dalam melakukan setiap aktivitas kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Kemampuan berpikir kritis perlu ditanamkan dalam kegiatan pembelajaran karena segala informasi global masuk dengan mudah, hal tersebut menyebabkan informasi yang bersifat baik maupun buruk akan terus mengalir tanpa henti dan informasi yang bersifat buruk dapat mempengaruhi sifat mental anak. Maka dari itu, diperlukan suatu kemampuan berpikir kritis agar anak dapat dengan jelas dan imajinatif, menilai bukti, bermain logika dan mencari alternatif untuk menemukan suatu solusi, memberi anak sebuah rute yang jelas di tengah kekacauan pemikiran pada zaman teknologi dan globalisasi saat ini.
Inovasi dalam bidang pembelajaran ini dimaksudkan untuk mengubah paradigma lama yang selama ini melekat dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitu pada kurikulum sebelum KBK dan KTSP proses belajar mengajar di sekolah cenderung berpusat pada guru (teacher centered ). Sehingga dengan diterapkannya
kurikulum ini diharapkan peranan guru di kelas bergeser sebagai fasilitator bagi siswa, sementara siswa dituntut untuk bisa lebih aktif dan mandiri dalam belajar.
(21)
3
Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip:
a) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, b) tanggap terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, kepentingan peserta didik dan lingkungannya (Depdiknas, 2006:5). Jadi dalam kurikulum 2006, lebih menekankan pada pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan bekerja ilmiah, pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (Depdiknas, 2006:1).
Beberapa hal yang mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan mampu menjadikan siswa untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, karena akan mendorong siswa untuk lebih tanggap dan kreatif terhadap permasalahan yang ada. Model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk tujuan tersebut adalah model PBL yaitu suatu pendekatan pembelajaran melalui upaya-upaya
mengahadapkan siswa dengan permasalahan riil yang memancing proses belajar mereka (Mukhlis, dkk.2005:11).
PBL memberikan kebebasan kapada siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan perhatiannya, sehingga dalam PBL siswa akan terlibat intensif dan aktif, yang pada akhirnya bisa membuat siswa untuk terus belajar dan terus mencari tahu meningkat. Dalam proses pembelajaran berbasis masalah, kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah menghadirkan permasalahan dunia nyata di dalam kelas yang tentunya berkaitan dengan materi atau indikator yang akan dicapai,
(22)
4
sehingga siswa akan terlibat langsung dalam memecahkan masalah yang ada dengan menggunakan keterampilan serta pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Permasalahan dalam pendekatan ini menjadi komponen yang sangat penting, karena tema-tema permasalahan yang dirancang harus mencakup semua tuntutan kurikulum, Barrows dan Myers (dalam Mukhlis, dkk. 2005:13). Peran guru dalam proses ini adalah mamacu siswa untuk berpikir kritis dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.”PBL dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri” (Nurhadi, dkk. 2004:58).
Berdasarkan tujuan dari pembelajaran berbasis masalah, siswa nantinya
diharapakan mampu untuk berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan yang
diberikan oleh guru dikelas. Nurhadi, dkk (2004:58) menyatakan bahwa “berpikir
adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar inferensi atau pertimbangan yang seksama”. Sedangkan pendapat yang
lain menyatakan bahwa “berpikir kritis merupakan kemampuan
untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi dan mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain” (Johnson, 2002:183). Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam, karena dengan pemahaman akan dapat mengungkapkan makna dari suatu kejadian atau masalah. Menurut kajian ini, kebutuhan untuk membelajarkan kemampuan berpikir kritis sebagai bagian yang menyatu dengan pembelajaran di kelas merupakan hal yang sangat penting untuk dapat membekali siswa dengan
(23)
5
kemampuan berpikir kritis, sehingga siswa dapat memaknai fakta dan memproses informasi di era yang semakin berkembang ini. Berpikir kritis merupakan proses berpikir tingkat tinggi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa baik proses maupun hasilnya.
Setelah melakukan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi di SMAN 7 Bandar Lampung, didapat informasi bahwa dalam pembelajaran yang mengacu sesuai kompetensi dasar (KD) 3.2 yaitu “Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah”, didapatkan bahwa di dalam pembelajarannya guru masih kurang dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sebagai
contoh, ketika kegiatan pembelajaran berlangsung dalam mendeskripsikan sesuatu hanya tersirat melaui lisan maupun hanya tulisan saja, walaupun memberikan contoh hanya dalam bentuk gambar yang ditunjukan melalui gambar pada buku materi saja. Sehingga diduga hal seperti inilah yang menyebabakan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap materi peredaran darah belum maksimal.
Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa memberi dampak terhadap
penguasaan materi siswa. Ini ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung pada materi pokok sistem peredaran darah belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajaran biologi yaitu 65. Ketuntasan belajar siswa yang terjadi tersebut terjadi karena metode pembelajaran yang digunakan guru belum tepat dengan materi yang diajarkan.
(24)
6
Proses pembelajaran yang biasanya dilaksanakan guru untuk membelajarkan materi sistem peredaran darah adalah dengan menggunakan model konvensional yaitu guru menjelaskan materi kepada siswa, memberikan LKK kepada siswa untuk didiskusikan, tanya jawab, dan ditutup dengan pemberian tugas atau latihan. Kondisi pembelajaran dengan model konvensional ini, menurut Hasnunidah (2009: 1) tidak memberdayakan siswa untuk mau berpikir dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya, sehingga kurang mampu membangun
kemampuan berpikir kritis, pemahaman, dan pengetahuan siswa terhadap dunia di sekitarnya (learning to how dan learning to know).
Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada kebermaknaan, meningkatkan kemampuan siswa untuk
berinisiatif, pengembangan keterampilan dan pengetahuan, pengembangan sikap, dan jenjang pencapaian pembelajaran dapat di tingkatkan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Aini (2005:35) bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Bandar Lampung tahun pelajaran 2004/2005 dengan menggunakan model PBL lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diberikan menggunakan model ekspositori.
Berdasarkan uraian di atas dipandang perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh model PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah di SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.
(25)
7
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan model PBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem peredaran darah?
2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan model PBL dalam meningkatkan aktivitas siswa pada materi pokok sistem peredaran darah?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh model PBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem peredaran darah.
2. Pengaruh model PBL dalam meningkatkan aktivitas siswa pada materi pokok sistem peredaran darah.
D.Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Bagi guru/calon guru biologi, dapat memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk menggali kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sistem peredaran darah.
2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda serta mengurangi kejenuhan dalam belajar dengan melatih kemampuan berpikir kritis mereka.
(26)
8
3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan model PBL
4. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan pembelajaran biologi di sekolah melalui model PBL.
E.Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kekeliruan penafsiran terhadap penelitian ini, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Model PBL adalah model pembelajaran yang berfokus pada penyajian permasalahan nyata atau stimulus pada siswa.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar untuk menentukan apa yang akan dikerjakan dan diyakini.
3. Indikator kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah memberikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi, dan melakukan evaluasi, Ennis (dalam Herniza, 2011: 19)
4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI semester ganjil di SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.
5. Materi pokok pada penelitian ini adalah sistem peredaran darah.
F. Kerangka Pikir
Tercapainya tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi strategi pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu, penerapan model PBL yang tepat akan mempengaruhi cara berpikir siswa dan menciptakan proses pembelajaran yang kondusif, artinya siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran.
(27)
9
Upaya perbaikan mutu pendidikan menuntut pendidik untuk mengembangkan pola belajar yang menekankan agar siswa merasa mengalami dan melakukan sesuatu melalui cara berpikir kritis dalam mendapatkan bahan pembelajaran sehingga pembelajaran tidak cenderung bersifat verbalistik. Dengan pola belajar seperti ini diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran agar dapat mengungkapkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model PBL.
Model PBL merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berbasis paradigma konstruktivisme, berfokus pada siswa dan berorientasi pada proses belajar siswa. Oleh karena itu, orientasi masalah yang dapat menumbuhkan proses belajar siswa secara kelompok maupun individual yang berfokus pada penyajian masalah, merupakan ciri utama model PBL. Permasalahan menjadi fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa mencari informasi, memperkaya
wawasan dan keterampilannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri, sehingga proses belajar individu terjadi secara langsung.
Dalam penelitian ini akan digunakan model PBL untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem peredaran darah yang mencakup peredaran darah pada manusia, kelaianan atau gangguan yang disebabkan oleh sistem peredaran darah dan peredaran darah pada hewan. Dengan menggunakan model PBL diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
(28)
10
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pengaruh model PBL, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis.
Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Ket: X : Model pembelajajaran PBL Y : Keterampilan berpikir kritis
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
G. Hipotesis
1. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan model PBL terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem peredaran darah.
H1 : Ada pengaruh yang signifikan penggunaan Model PBL terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem peradaran darah
2. Ada pengaruh model PBL terhadap aktivitas siswa pada materi pokok sistem peradaran darah.
(29)
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Menurut Ratna (2006: 169) pembelajaran adalah penggunaan siklus belajar yang tepat memberi kesempatan pada para siswa untuk mengungkapkan
konsepsi sebelumnya dan kesempatan untuk berdebat dan menguji konsepsi ini sehingga tidak hanya dapat memberikan kemajuan dalam pengetahuan
konseptual siswa, melainkan juga meningkatkan kesadaran akan kemampuan untuk menggunakan pola penalaran yang terlibat dalam pembentukan dan pengujian pengetahuan konseptual itu.
Menurut Sanjaya (2008: 214) masalah adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan atau kecemasan. Oleh karena itu, materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Menurut Sudarman (2005: 69) mendefinisikan PBL atau pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara
(30)
12
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran.
Menurut Panen, Mustafa, dan Sekarwinahayu (2005:88) model PBL memiliki 5 asumsi utama yaitu:
1. Permasalahan sebagai pemandu.
Permasalahan yang harus menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan diberikan sejalan dengan permasalahan. Siswa ditugaskan untuk membaca dengan selalu mengacu pada permasalahan. Permasalahan menjadi kerangka pikir dalam mengerjakan tugas.
2. Permasalahan sebagai kesatuan.
Permasalahan diberikan kepada siswa setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan pada siswa untuk
menerapkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dalam pemecahan masalah.
3. Permasalahan sebagai contoh.
Permasalahan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan pelajaran siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok.
4. Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses.
Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berpkir kritis.
5. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar.
Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus serupa. Keterampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi
(31)
13
ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah. Keterampilan dimaksudkan meliputi keterampilan fisik, keterampilan data dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan, dan keterampilan metakognitif.
Retman (dalam Sudjana, 2005:139) mengemukakan bahwa kegiatan belajar perlu mengutamakan pemecahan masalah karena dengan menghadapi masalah peserta didik akan didorong untuk menggunakan pikiran secara kreatif dan bekerja secara intensif untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
Aspek penting dalam PBL adalah bahwa pembelajaran dimulai dengan
permasalahan dan permasalahan tersebut akan menentukan arah pembelajaran dalam kelompok. Dengan membuat permasalahan sebagai tumpuan pembelajaran, peserta didik didorong untuk mencari informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan permasalahan. Salah satu keuntungan PBL adalah peserta didik didorong untuk mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimilikinya kemudian mengembangkan keterampilan pembelajaran yang independen untuk mengisi kekosongan yang ada. Hal tersebut merupakan pembelajaran seumur hidup karena keterampilan tersebut dapat ditransfer ke sejumlah topik pembelajaran yang lain, baik di dalam maupun di luar sekolah.
Model PBL terdiri atas 5 tahap utama yaitu : 1. Orientasi siswa pada masalah
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
(32)
14
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nurhadi, dkk., 2004:60)
Menurut Djamarah dan Zain (1996:19) PBL memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan cara membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data-data yang diperoleh dari langkah kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga yakin bahwa jawaban tersebut benar-benar cocok.
5. Menarik kesimpulan. Artinya, siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tersebut.
(33)
15
Tabel 1. Sintaks model Problem Based Learning
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap – 1 Orientasi siswa pada
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa
Tahap - 2 Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap – 3
Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dari pemecahan masalah
Tahap – 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk membagi tugas dengan temannya.
Tahap -5 Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakuakn refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
(34)
16
B.Kemampuan Berpikir Kritis
Sizzer (dalam Johnson, 2002:181) “Sekolah artinya belajar menggunakan pikiran dengan baik, berpikir kreatif menghadapi persoalan-persoalan penting,
serta menanamkan kebiasaan untuk berpikir”. Selanjutnya, De Bono (1992:36) mengemukakan bahwa “berpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar dalam mencapai suatu tujuan, dimana tujuan tersebut mungkin berbentuk pemahaman, pengambilan keputusan, perencanaan, pemecahan
masalah, penilaian, tindakan, dan sebagainya”.
Menurut Norris dan Ennis (dalam Costa, 1994 : 54). Berpikir kritis adalah keterampilan berpikir menggunakan proses mendasar untuk menganalisis argumen, memunculkan wawasan dan interpretasi ke dalam pola penalaran logis, memahami asumsi dan bisa yang mendasari tiap posisi, memberikan model representasi ringkas dan meyakinkan.
Tujuan berpikir kritis adalah untuk mengevaluasi tindakan yang dipercaya paling baik. Kerangka kerja yang menimbulkan proses berpikir ketika dilakukan penggalian informasi dan penerapan kriteria yang pantas untuk memutuskan cara bertindak atau melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Semangat berpikir kritis adalah harus selalu berusaha keras dan tetap terbuka terhadap informasi dan banyak sumber yang dapat dipercaya (Norris dan Ennis (dalam Costa, 1994:55).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan berpikir kritis (Ruggiero dalam Johnson 2009:187).
(35)
17
Hamalik (2004:16) menyebutkan macam-macam metode berpikir, yaitu: 1) Metode berpikir induksi, yaitu proses berpikir yang di mulai dari
hal-halyang bersifat khusus menuju ke kesimpulan atau definisi umum. 2) Metode berpikir deduktif, yaitu proses berpikir dimulai dari kesimpulan
perumusan tujuan menuju ke hal-hal yang khusus. 3) Metode berpikir generalisasi, yaitu proses berpikir dalam
bentuk mengambil kesimpulan umum atas kejadian-kejadian yang sejenis. 4) Metode berpikir kausalitas, yaitu pola berpikir dimulai dari anggapan
bahwa setiap sebab tentu menimbulkan sesuatu akibat, sebaliknya bahwa setiap akibat sudah tentu ada sebabnya.
5) Metode berpikir pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu proses berpikir yang meliputi langkah-langkah perumusan masalah, mengajukan alternatif jawaban, mengumpulkan keterangan-keterangan dari berbagai sumber, mengetes kemungkinan-kemungkinan jawaban,
menarik kesimpulan dan melaksanakan kesimpulan.
6) Metode berpikir logis dan sistematis, yaitu proses berpikir yang
berlandaskan pada metode berpikir pemecahan masalah, berpikir dengan pertanyaan-pertanyaan apa (what ), mengapa (why), bagaimana (how), siapa (who), kapan (when), dan dimana (where).
Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih pada siswa melalui pendidikan
berpikir yaitu melalui belajar penalaran, dimana dalam proses berpikir tersebut diperlukan keterlibatan aktivitas pemikir itu sendiri. Salah satu pendekatan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah memberi sejumlah
(36)
18
pertanyaan, sambil membimbing dan mengaitkannya dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Kemampuan dan indikator berpikir kritis lebih lanjut diuraikan secara rinci pada tabel berikut.
Tabel 2. Kemampuan dan Indikator Berpikir kritis
No Keterampilan Berpikir Kritis Indikator
1 Memberikan argumen
Argumen dengan alasan; menunjukan perbedaan dan persamaan; serta argumen yang utuh.
2 Melakukan deduksi
Mendeduksikan secara logis, kondisi logis, serta melakukan interpretasi terhadap pernyataan.
3 Melakukan induksi
Melakukan pengumpulan data; Membuat generalisasi dari data; membuat tabel dan grafik.
4 Melakukan evaluasi
Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedoman atau prinsip serta memberikan alternatif.
(37)
19
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil di SMA Negeri 7 Bandar Lampung pada bulan November 2012.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Sehingga diperoleh sampel siswa-siswi kelas X1 IPA2 sebagai kelas eksperimen dan siswa-siswi kelas X1IPA3 sebagai
kelas kontrol.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-postest non ekuivalen. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan kelas yang ada dan satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen (XI IPA2) diberi perlakuan menggunakan model PBL, sedangkan kelas kontrol (XI
IPA3) menggunakan metode Diskusi. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
mendapat tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) sehingga struktur desain penelitiannya sebagai berikut:
(38)
20
Gambar 1. Desain Pretest- Postest non ekuivalen Ket:
I : Kelompok Eksperimen II : Kelompok Kontrol O1 : Pretest
O2 : Postest
X1 : Perlakuan dengan model PBL
X2 : Perlakuan dengan Metode Diskusi (Dimodifikasi oleh Riyanto. 2001: 43)
Gambar 2. Desain pretes-postes tak ekuivalen
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke fkip Unila untuk sekolah
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan di teliti
c. Menetapakan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKK) e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes berupa
soal-soal uraian yang akan diuji ahli.
f. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
I O1 X1 O2
(39)
21
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran menggunakan dengan model PBL dan untuk kelas kontrol pembelajaran menggunakan model pembelajaran langsung. Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas submateri pokok komponen darah, penggolongan darah, dan pembuluh darah pertemuan kedua membahas tentang contoh
kelainan/gangguan pada sistem peredaran darah dan pertemuan ketiga
membahas tentang perbedaan antara sistem peredaran darah pada manusia dan hewan.
Langkah-langkah pembelajaran pada kelas eksperimen sebagai berikut:
Kelas eksperimen (Pembelajaran menggunakan dengan model PBL) a. Pendahuluan
1) Guru membacakan tujuan pembelajaran
2) Guru memberikan pretes tentang materi sistem peredaran darah 3) Guru memberikan Apersepsi berupa: Apa saja yang kalian ketahui
tentang darah? dan bagaimana caranya sari-sari makanan dan oksigen bisa sampai ke seluruh jaringan tubuh kita? ( pertemuan I). Menurut pendapat kalian, apa yang akan terjadi dengan alat peredaran darah bagi orang yang memiliki penyakit hipertensi atau yang sering disebut darah tinggi? (pertemuan II). Menurut pendapat kalian, mengapa terjadi perbedaan antara sistem peredaran darah manusia dan hewan? (pertemuan III).
(40)
22
4) Guru memberikan Motivasi: anak-anak hari ini kita akan belajar mengenai darah dan komponen penyusun sistem peredaran darah. Menurut pendapat kalian apakah komponen penyusun darah memiliki struktur dan fungsi yang sama (pertemuan I). Hari ini kita akan melanjutkan materi yang kemarin. Apa yang menyebabkan
kelainan/gangguan pada sistem peredaran darah manusia, dan manfaat apa yang kita peroleh setelah mengetahunya. (Pertemuan II). Hari ini kita akan melanjutkan materi yang kemarin. Apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara sistem peredaran darah manusia dan hewan? (pertemuan III).
b. Kegiatan inti
1) Guru membagi siswa kedalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-8 orang yang heterogen baik dari akademik maupun jenis kelamin.
2) Guru menyajikan sub materi pokok komponen darah dan
penggolongan darah, pembuluh darah, dan peredaran darah manusia (pertemuan I), guru menyajikan sub materi pokok kelainan/gangguan pada sistem peredaran darah manusia (pertemuan II) dan guru
menyajikan sub materi pokok peredaran darah pada hewan (pertemuan III) .
3)Guru membagikan lembar diskusi Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap siswa yang berisi permasalahan tentang komponen darah, penggolongan darah, dan pembuluh darah pada pertemuan I,
(41)
23
darah manusia pertemuan II dan permasalahan tentang penyebab terjadinya perbedaan antara sistem peredaran darah manusia dan hewan pertemuan III yang kemudian akan dikaji dan di diskusikan.
4) Guru meminta siswa mencari informasi untuk menjawab Lembar Kerja Kelompok (LKK) dari buku-buku biologi yang tersedia, serta sumber- sumber lain yang relevan.
5) Guru membimbing siswa dalam mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
6) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi penjelasan dari temannya.
7) Guru membahas masalah-masalah yang ada di dalam Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang belum dapat dipecahkan oleh siswa, serta bersama-sama siswa menarik kesimpulan.
8) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
c. Penutup
1) Guru meminta siswa mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan, serta hasil karya atau produk yang dipresentasikan.
2) Guru memberikan postes tentang materi sistem peredaran darah pada pertemuan III.
(42)
24
Langkah-langkah pembelajaran pada kelas kontrol sebagai berikut:
Kelas kontrol (Pembelajaran menggunakan metode pembelajaran diskusi).
a. Pendahuluan
1) Guru membacakan tujuan pembelajaran
2) Guru memberikan pretes tentang materi pokok sistem peredaran darah
3) Guru memberikan Apersepsi berupa: Apa saja yang kalian ketahui tentang darah? dan bagaimana caranya sari-sari makanan dan oksigen bisa sampai ke seluruh jaringan tubuh kita? ( pertemuan I). Menurut pendapat kalian, apa yang akan terjadi dengan alat
peredaran darah bagi orang yang memiliki penyakit hipertensi atau yang sering disebut darah tinggi? (pertemuan II). Menurut pendapat kalian, mengapa terjadi perbedaan antara sistem peredaran darah manusia dan hewan? (pertemuan III).
4) Guru memberikan motivasi: anak-anak hari ini kita akan belajar mengenai darah dan komponen penyusun sistem peredaran darah. Menurut pendapat kalian apakah komponen penyusun darah
memiliki struktur dan fungsi yang sama (pertemuan I). Hari ini kita akan melanjutkan materi yang kemarin. Apa yang menyebabkan kelainan/gangguan pada sistem peredaran darah manusia, dan manfaat apa yang kita peroleh setelah mengetahuinya (Pertemuan II). Hari ini kita akan melanjutkan materi yang kemarin. Apa yang
(43)
25
menyebabkan terjadinya perbedaan antara sistem peredaran darah manusia dan hewan? (pertemuan III).
b. Kegiatan inti
1) Guru meminta siswa duduk pada kelompok yang telah ditentukan. 2) Guru membagikan lembar diskusi Lembar Kerja Kelompok (LKK)
kepada setiap siswa yang mengkaji tentang komponen darah, penggolongan darah, dan pembuluh darah pada pertemuan I, tentang contoh dan penyebab penyakit atau kelainan pada sistem peredaran darah pada pertemuan II dan tentang peredaran darah pada hewan pertemuan III yang kemudian didiskusikan.
3) Guru membimbing siswa mengerjakan lembar diskusi bersama kelompoknya masing-masing.
4) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menanggapi penjelasan dari temannya.
5) Guru membimbing siswa menarik kesimpulan dari materi yang telah dibahas (Pertemuan I: submateri pokok komponen darah, penggolongan darah, dan pembuluh darah, pertemuan II: contoh kelainan/gangguan pada sistem peredaran darah, pertemuan III: perbedaan antara sistem peredaran darah pada manusia dan hewan).
(44)
26
c. Penutup
1) Guru meminta siswa mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan, serta hasil karya atau produk yang dipresentasikan.
2) Guru memberikan postes tentang materi sistem peredaran darah pada pertemuan III.
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa data kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem peredaran darah yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes, lalu dianalisis secara statistik.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa.
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a. Pretes dan Postes
Data kemampuan berpikir kritis berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada pertemuan ketiga setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian.
(45)
27
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: mengemukakan ide, mengajukan pertanyaan, bertukar informasi, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
F. Teknik Analisis Data
Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program
SPSS versi 17. a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga
yang lainnya (Pratisto, 2004:5) 2. Kesamaan Dua Varian
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 17.
(46)
28
a. Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda
b. Kriteria Uji Jika χ2
hit< χ 2 tab sehingga Ho diterima Jika χ2
hit> χ 2 tab sehingga Ho ditolak
(Pratisto, 2004: 71).
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17. a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
2) Kriteria Uji
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto,
2004: 13)
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan
kelompok kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari
(47)
29
2) Kriteria Uji :
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004: 10).
c. Uji hipotesis dengan uji Mann-Whitney U 1. Hipotesis
Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen
II sama
H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen
II tidak sama 2. Kriteria Uji :
Ho ditolak jika sig< 0,05 Dalam hal lainnya Ho diterima (Pidekso, 2009:166).
4. Data Kuantitatif
Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Meltzer, dalam Coletta dan Phillips (2005:1172) yaitu:
Skor N-gain = 100 Y Z
Y
X
Keterangan : X = nilai postes; Y = nilai pretes; Z = skor maksimal.
5. Pretes dan Postes
Untuk menghitung skor nilai pretes dan postes yaitu : S = 100
N
R
Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).
(48)
30
G. Mendeskripsikan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Biologi sebagai berikut:
1. Menjumlahkan skor seluruh siswa.
2. Menentukan skor tiap indikator keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan rumus:
P = 100
N
F
Keterangan: P= Poin yang dicari; F= Jumlah poin keterampilan berpikir kritis yang diperoleh; N= Jumlah total poin keterampilan berpikir kritis tiap indikator (Sudijono, 2004:40).
Tabel 3. Rubrik keterampilan berpikir kritis siswa
Catatan : Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai.
Skor pada tiap soal keterampilan berpikir kritis tertera pada rubrik penilaian soal di lampiran (dimodifikasi dari Arief, 2009:9).
No
Nama
Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
F P Kriteria Memberikan Argumen Melakukan Deduksi Melakukan Induksi Melakukan Evaluasi
No soal … No soal … No soal … No soal …
Skor 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 Dst Jumlah (F) Poin (P) Kriteria
(49)
31
Keterangan kriteria keterampilan berpikir kritis siswa: Memberikan argumen:
1. Tidak memberikan argumen
2. Memberikan argumen tidak dengan alasan yang jelas
3. Memberikan argumen tetapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan
4. Memberikan argumen dengan baik Melakukan deduksi
1. Tidak melakukan deduksi
2. Melakukan deduksi tetapi tidak disertai dengan hal-hal yang bersifat umum 3. Melakukan deduksi tetapi kurang tepat dalam menyimpulkan
4. Melakukan deduksi dengan baik Melakukan induksi
1. Tidak melakukan induksi
2. Melakukan induksi tetapi tidak disertai dengan hal-hal yang bersifat khusus 3. Melakukan induksi tetapi kurang tepat dalam menyimpulkan
4. Melakukan induksi dengan baik Melakukan evaluasi
1. Tidak melakukan evaluasi
2. Melakukan evaluasi tetapi tidak berdasarkan fakta
3. Melakukan evaluasi tetapi kurang tepat dengan fakta yang ada 4. Melakukan evaluasi dengan baik
Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka keterampilan berpikir kritis siswa tersebut disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 4. kriteria berpikir kritis siswa
Persentase Kriteria
80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
(50)
32
H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu:
1. Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:
% 100 X x n xi
Keterangan: = Rata-rata skor aktivitas siswa; ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002:69)
Kriteria hasil aktivitas siswa menggunakan skala persentase yang dimodifikasi dari Hidayati, dkk (2011:17) sebagai berikut:
Tabel 5. Kriteria Persentase Aktivitas Siswa
Persentase Kriteria 87,50-100 75,00-87,49 50,00-74,99 0-49,99 Sangat baik Baik Cukup Kurang
Tabel 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Sumber : dimodifikasi dari Belina, (2008:133)
No Nama
Aspek yang diamati
Xi
A B C D
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah
(51)
33
Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa: A. Mengemukakan ide/gagasan
1. Tidak mengemukakan ide/gagasan (diam saja).
2. Mengemukakan ide/gagasan namun tidak sesuai dengan permasalahan pada LKK pada sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan pelestariannya.
3. Mengemukakan ide/gagasan sesuai dengan permasalahan pada LKK pada m sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan pelestariannya.
B. Mengajukan pertanyaan
1. Tidak mengajukan pertanyaan.
2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan
pelestariannya.
3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan pelestariannya.
C. Bertukar informasi
1. Tidak berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja).
2. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKK pada sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan pelestariannya.
3. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat untuk memecahkan permasalahan pada LKK pada sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan pelestariannya
D. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan. 2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar atau dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan.
3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.
(52)
48
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran menggunakan model PBL berpengaruh secara signifikan
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah pada siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung T.P 2012/2013.
2. Pembelajaran menggunakan model PBL berpengaruh dalam meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah pada siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung T.P 2012/2013.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, saran-saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian pretes dan postes sebaiknya dilakukan diluar jam penelitian, sehingga tidak menganggu kegiatan pembelajaran.
2. Hendaknya guru mempertimbangkan alokasi waktu saat siswa berdiskusi sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang.
(53)
49
3. Untuk penelitian lanjut, sebaiknya guru terlebih dahulu memberikan pembelajaran dengan menggunakan model PBL secara berulang sebelum masuk ke materi penelitian, sehingga siswa sudah terbiasa terhadap model PBL dan disarankan membuat angket tanggapan siswa agar lebih mudah mengetahui bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran PBL yang telah diberikan.
(54)
50
DAFTAR PUSTAKA
Aini, S. 2005. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP N 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2004/2005 (skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. New York: Mc Graw-Hill. Diakses 22
Agustus 2012 Pukul: 20.30 WIB. http// www. undiksha. ac. id/images /img_item/724.doc.
Arief, A. 2009. Kecakapan Hiudup life Skill melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Lus. SIC. Surabaya.
Belina,W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan
Pendidikan Fisika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Colleta, V. P. dan J. A. Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California:
Department of Physics, Loyola Marymount University.
Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta : Depdiknas. Diakses 18 Agustus 2012 Pukul: 16.10 WIB. http://juniladri. wordpress .com/tag/depdiknas-2006
Djamarah dan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rhineka
Cipta. Jakarta.
(55)
51
Ennis, H, 1996. Critical Thinking. Prentice-hall inc. USA.
Hasnunidah, N. 2009. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning Pada Pembelajaran Konsep Struktur dan Fungsi Organ Manusia. Dalam http://pustaka ilmiah Unila Wordpress (5 Januari 20012 : 09 : 48).
Hidayati, A, N. Rustaman. , S. Redjeki dan Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila HEPI Bandar Lampung.
Hamalik, O. 2004.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Johnson, E. B. 2002.Contextual Teaching and Learning. Menjadikan
Kegiatan Belajar Mengajar Mengasikkan dan Bermakna.Bandung: PT. MLC Johnson, E. B. 2009.Contextual Teaching and Learning. PT. MLC. Bandung.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementsi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.
Marpaung, T. 2005. Penggunaan Lembar Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah (LKPBM) sebagai Assesment Alternatif untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa. Universitas Malang. Malang.
Mukhlis, H. Satoto dan U. Budiono. 2005.Pengembangan Life Skill Mahasiswa Melalui Pembelajaran Mata Kuliah Ekonomi Mikro Menengah Dengan
Pendekatan Berbasis Masalah (Problem Based Learing). Laporan Hasil Penelitian Program Hibah Kompetisi A2 Jurusan Ekonomi Pembangunan FE-UM. Mulyasa, E. 2004.Kurikulum Berbasis Kompetensi:Konsep, Karakteristik,
Dan Implementasi Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Dalam http:// www. academia.edu (5 September 2012 : 21:17 WIB).
Nurhadi, B. Yasin dan A, G. Senduk. 2004.PembelajaranKontekstual dan Penerapannya Dalam KBK . UM Press. Malang.
Pannen, P., D. Mustafa dan M. Sekarwinahayu. 2005. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. PAU. PPAL. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. DEPDIKNAS. Jakarta.
Pidekso,A. 2009. SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer. Semarang.
(56)
52
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Purwanto dan Sulistyastuti. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Gava Media. Yogyakarta.
Riyanto. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Ratna, W. Dahar. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Sudjana. 2002. Statistika Dasar. PT Tarsito. Bandung.
Sudjana, H.D. 2005. Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Falah Production, Bandung
Sudijono, A. 2004. Pengantar Statistika Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Supriyadi. 2010. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Reproduksi Pada Manusia kelas XI SMA Yayasan Pembina Unila Tahun Pelajaran 2009/2010. FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Sudarman. 2005. “Problem Based Learning Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah”.
Artikel Ilmiah FKIP Universitas Mulawarman Samarinda.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Ummu, K. 2012. Efektivitas Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sain Siswa pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah kelas XI SMA Negeri 4 Metro Tahun pelajaran 2011/2012. FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Yulisa, W. 2012. Pengaruh Model Problem Based Learning(PBL)
TerhadapKemampuan Berpikir Rasional Siswa Pada Sub Materi Pokok Kerusakan/Pencemaran Lingkungan Dan Pelestarian Lingkungan kelas X SMA Arjuna Bandar Lampung Tahun pelajaran 2011/2012 (skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung
(1)
2. Mengemukakan ide/gagasan namun tidak sesuai dengan permasalahan pada LKK pada sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan pelestariannya.
3. Mengemukakan ide/gagasan sesuai dengan permasalahan pada LKK pada m sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan pelestariannya.
B. Mengajukan pertanyaan
1. Tidak mengajukan pertanyaan.
2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan
pelestariannya.
3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan pelestariannya.
C. Bertukar informasi
1. Tidak berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja).
2. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKK pada sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan pelestariannya.
3. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat untuk memecahkan permasalahan pada LKK pada sub materi pokok pencemaran/ kerusakan lingkungan dan pelestariannya
D. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan. 2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar atau dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan.
3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.
(2)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pembelajaran menggunakan model PBL berpengaruh secara signifikan
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah pada siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung T.P 2012/2013.
2. Pembelajaran menggunakan model PBL berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah pada siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung T.P 2012/2013.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, saran-saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian pretes dan postes sebaiknya dilakukan diluar jam penelitian, sehingga tidak menganggu kegiatan pembelajaran.
2. Hendaknya guru mempertimbangkan alokasi waktu saat siswa berdiskusi sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang.
(3)
masuk ke materi penelitian, sehingga siswa sudah terbiasa terhadap model PBL dan disarankan membuat angket tanggapan siswa agar lebih mudah mengetahui bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran PBL yang telah diberikan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Aini, S. 2005. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP N 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2004/2005 (skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. New York: Mc Graw-Hill. Diakses 22
Agustus 2012 Pukul: 20.30 WIB. http// www. undiksha. ac. id/images /img_item/724.doc.
Arief, A. 2009. Kecakapan Hiudup life Skill melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Lus. SIC. Surabaya.
Belina,W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan
Pendidikan Fisika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Colleta, V. P. dan J. A. Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California:
Department of Physics, Loyola Marymount University.
Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta : Depdiknas. Diakses 18 Agustus 2012 Pukul: 16.10 WIB. http://juniladri. wordpress .com/tag/depdiknas-2006
Djamarah dan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rhineka
Cipta. Jakarta.
(5)
Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning Pada Pembelajaran Konsep Struktur dan Fungsi Organ Manusia. Dalam http://pustaka ilmiah Unila Wordpress (5 Januari 20012 : 09 : 48).
Hidayati, A, N. Rustaman. , S. Redjeki dan Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila HEPI Bandar Lampung.
Hamalik, O. 2004.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Johnson, E. B. 2002.Contextual Teaching and Learning. Menjadikan
Kegiatan Belajar Mengajar Mengasikkan dan Bermakna.Bandung: PT. MLC Johnson, E. B. 2009.Contextual Teaching and Learning. PT. MLC. Bandung.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementsi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.
Marpaung, T. 2005. Penggunaan Lembar Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah (LKPBM) sebagai Assesment Alternatif untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa. Universitas Malang. Malang.
Mukhlis, H. Satoto dan U. Budiono. 2005.Pengembangan Life Skill Mahasiswa Melalui Pembelajaran Mata Kuliah Ekonomi Mikro Menengah Dengan
Pendekatan Berbasis Masalah (Problem Based Learing). Laporan Hasil Penelitian Program Hibah Kompetisi A2 Jurusan Ekonomi Pembangunan FE-UM. Mulyasa, E. 2004.Kurikulum Berbasis Kompetensi:Konsep, Karakteristik,
Dan Implementasi Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Dalam http:// www. academia.edu (5 September 2012 : 21:17 WIB).
Nurhadi, B. Yasin dan A, G. Senduk. 2004.PembelajaranKontekstual dan Penerapannya Dalam KBK . UM Press. Malang.
Pannen, P., D. Mustafa dan M. Sekarwinahayu. 2005. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. PAU. PPAL. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. DEPDIKNAS. Jakarta.
Pidekso,A. 2009. SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer. Semarang.
(6)
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Purwanto dan Sulistyastuti. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Gava Media. Yogyakarta.
Riyanto. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Ratna, W. Dahar. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Sudjana. 2002. Statistika Dasar. PT Tarsito. Bandung.
Sudjana, H.D. 2005. Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Falah Production, Bandung
Sudijono, A. 2004. Pengantar Statistika Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Supriyadi. 2010. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem Reproduksi Pada Manusia kelas XI SMA Yayasan Pembina Unila Tahun Pelajaran 2009/2010. FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Sudarman. 2005. “Problem Based Learning Suatu Model Pembelajaran Untuk
Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah”.
Artikel Ilmiah FKIP Universitas Mulawarman Samarinda.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Ummu, K. 2012. Efektivitas Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sain Siswa pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah kelas XI SMA Negeri 4 Metro Tahun pelajaran 2011/2012. FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Yulisa, W. 2012. Pengaruh Model Problem Based Learning(PBL)
TerhadapKemampuan Berpikir Rasional Siswa Pada Sub Materi Pokok Kerusakan/Pencemaran Lingkungan Dan Pelestarian Lingkungan kelas X SMA Arjuna Bandar Lampung Tahun pelajaran 2011/2012 (skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung