Metode Waterfall T1 682006043 BAB III

26 Bab3 Metode Dan Perancaangan Sistem

3.1 Metode Waterfall

Model perancangan sistem ini mengikuti metode Waterfall atauclassic life cycle dalam mengembangkan aplikasi seperti pada Gambar 3.1. Model ini adalah model yang muncul pertama kali yaitu sekitar tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak dipakai didalam SoftwareEngineering SE. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Sebagai contoh tahap desain harus menunggu selesainya tahap sebelumnya yaitu tahap requirement. Gambar 3.1 Pemodelan WaterfallSomerville, 2003 Penjelasan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam model waterfall adalah: 1. Requirementsdefinitions. Semua kebutuhan software untuk pembuatan sistem diketahui pada tahap ini, serta mencari tahu kebutuhan pengguna terhadap sistem dilakukan pada tahap ini juga. 2. System and software design. Tahapan ini merupakan tahap perancangan sistem untuk memberikan gambaran apa yang harus dikerjakan. Perancangan sistem dalam tahap ini menggunakan teknik pemodelan yang digambarkan dengan Unified Modeling language UML. 3. Implementation and unit testing. Dalam tahap ini dilakukan pemrograman. Pemrograman dilakukan sesuai dengan yang dirancang pada tahap sebelumnya. 4. Integration and unit testing. Dalam tahap ini sistem sudah selesai dibuat kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah sistem sudah sesuai desain. 5. Operational and maintenance. Tahap ini merupakan tahap akhir dimana software yang sudah jadi dijalankan dan dilakukan pemeliharaan. 3.2Analisa Permasalahan Sistem aktiva tetap yang telah berjalanberlaku di UKSW saat ini belum terdokumentasi dengan baik. Tidak adanya dokumentasi ini menyebabkan ketidakjelasan aktiva tetap yang berlaku di UKSW apabila bagian-bagian dan orang-orang yang terkait didalamnya berpindah posisi. Perpindahan posisi ini sering dilakukan oleh UKSW, seringkali orang-orang yang berpindah posisi ini juga membawa aset-aset yang seharusnya berada di bagianruangan sebelumnya. Hal ini tentunya menyebabkan penumpukan aset pada suatu bagianruangan tertentu yang menyulitkan untuk penelusuran aset pada saat dilakukan audit aset. Perpindahan aset antar unit yang tidak dilaporkan dan tidak tercatat juga sering kali menjadi masalah tentang keberadaan aset tersebut. Status hilangnya sebuah aset sering terjadi, padahal aset tersebut masih ada hanya berada di unit lain. Selain itu ketidakjelasan menjadikan kegiatan evaluasi dan kegiatan pemeriksaan sulit menelusur penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan-penyimpangan ini tentunya sangat merugikan UKSW, baik dalam hal menciptakan kebiasaan buruk manusianya maupun kerugian materi.

3.3 Analisa Kebutuhan