KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG HAJI SONY DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRAK

KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

PENGGEMUKAN SAPI POTONG HAJI SONY DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Maftuhatul Hidayah

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinerja usaha penggemukan sapi potong Haji Sony,mengidentifikasikan faktor internal dan faktor eksternal sapi potong Haji Sony, dan merumuskan strategi pengembangan usaha penggemukan sapi potong Haji Sony. Penelitian ini dilaksanakan di peternakan Haji Sony Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dengan menggunakan metode study kasus. Responden dalam penelitian ini terdiri dari pemilik, mandor, penanggung jawab kandang peternakan Haji Sony. Metode kuantitatif kinerja yang ditentukan adalah pertumbuhan harian hidup sapi (ADG) dan pendapatan. Metode kualitatif merumuskan strategi yang ditentukan adalah analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pada peternakan sapi potong Haji Sony secara keseluruhan dalam kategori sudah baik. Usaha penggemukan sapi potong memiliki produktivitas rata-rata pertumbuhan harian hidup sapi (ADG) jenis Peranakan Ongole (PO) sebesar 0,8 kg/ekor/hari dan jenis sapi Brahman Cross sebesar 1,3 kg/ekor/hari.

Present Value pendapatan tertinggi peternakan Haji Sony dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp 32.173.881.083,73 dan total R/C adalah 2,26. Strategi prioritas yang digunakan untuk pengembangan peternakan sapi potong Haji Sony yaitu : (a) menghasilkan produk berkualitas yang memiliki sedikit kadar lemak (b) membuat pembukuan untuk memaksimalkan penggunaan modal dan (c) mengadakan pelatihan untuk menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas


(2)

ABSTRACT

PERFORMANCE AND DEVELOPMENT STRATEGY OF HAJI SONY FEEDLOT BUSINESS IN KARANG ANYAR VILLAGE, JATI AGUNG SUB

DISTRICT, SOUTH LAMPUNG By

Maftuhatul Hidayah

This research aims to analyze the performance of Haji Sony Feedlot business; to identify the internal and external factors of the business, and to formulate its development strategy. The research is conducted at Haji Sony cow farm in Jati Agung sub district, South Lampung Regency by using a case study methodology. The respondents in this research are the owner, supervisors, workers in charge of stables of Haji Sony farm. Quantitative methods to determine the performance are Average Daily Growth (ADG) and Income. Qualitative method to formulate strategy is SWOT analysis. The results of this research showed that the whole performance on Haji Sony Feedlot business is in a good category. The ADG of Ongole species is 0.8 kg/cow/day and the ADG of Brahman Cross Species is 1.3 kg/cow/day. The highest income present value of Haji Sony farm business in 2012 reached Rp 32,173,881,083.73 per year with value of 2.26. The priority strategies taken to develop the business are: (a) producing less fat quality beef (b) creating a bookkeeping to maximize the use of capital, and (c) training to create qualified workers.


(3)

KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

PENGGEMUKAN SAPI POTONG HAJI SONY

DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Maftuhatul Hidayah Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada hari Minggu pukul 09.00 WIB tanggal 15 Desember 1991 dari pasangan Bapak Drs. Sutrisno Hadi Am.MH dan Ibu Sri Wahyuningsih, S.Pd., terlahir sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SDN 2 Sukabumi Indah Bandar Lampung pada tahun 2003 , tingkat SLTP di MTSN 2 Bandar Lampung pada tahun 2006, tingkat SMA di SMAN 12 Bandar Lampung pada tahun 2009. Melalui jalur ujian mandiri (UM), penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2009. Pada tahun 2012 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Lampung Timur dan pada tahun 2013 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.


(7)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah

memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Kinerja dan Strategi

Pengembangan Usaha Penggemukan Sapi Potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun, karena itu dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :

1. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S. Pembimbing Utama, yang senantiasa memberikan masukan, bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat dalam penulisan skripsi.

2. Ir. Adia Nugraha, M.S. Pembimbing Pendamping, yang senantiasa memberikan masukan, bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat dalam penulisan skripsi.


(8)

4. Bapak Haji Sony, Bapak Amin, Bapak Rohim, sebagai pemilik usaha

penggemukan sapi potong yang telah memberikan informasi, masukan dalam penulisan skripsi.

5. Dr. Ir. Fembriati Ery Prasmatiwi, M.S., sebagai Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung.

6. Ir. Begem Viantimala, M.Si., sebagai Pembimbing Akademik atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

7. Orang tuaku tercinta, Bapak Drs. Sutrisno Hadi Am.MH dan Ibu Sri Wahyuningsih, S.Pd., Kakak-kakakku tercinta Nur Siti Azizah, S.KM dan M.Alimuddin, S.Kom, Kakak Ipar Echa, Mustofa, Tante Ritayuni, serta keponakanku Shirin dan Shaquille yang telah memberikan limpahan kasih sayang, dukungan, doa, dan bantuannya.

8. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

9. Ir. Eka Kasymir, M.S., selaku Pembimbing Praktek Umum dan Kepala Laboratorium Analisis Agribisnis dan Ekonomi Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, atas bantuan dan arahan yang telah diberikan.

10. Karyawan di Jurusan Agribisnis, Mba Ayi, Mba Iin, Mas Kardi, dan Mas Boim atas semua bantuan yang telah diberikan.

11. Sahabat-sahabatku tercinta, Gama Ayu Siswandari S.P., Meilia Anggraini S.P., Denisa Ratu Balqis S.P., Amalia Karina S.P., Khairunnisa Noviantari


(9)

12. Teman-temanku tersayang, Febi, Firjen,Yunika, Yesika, Ulli, Mpie, Desti, Lia, Bram, Wayan, Edy Tsu, Ockta, Riska, Aris, Uja, Masdayani, Hardiyanti, Anggun, Willy, Reni, Monica, Nta, Nia, Agum, Kemas, Mandala, Zia, Rani, Oni, Dedeh, Atika, Bakti, Caut S.P, Mellisa, Felicia, Anita, Novi,Yusuf, Ongki, Nuzul, Fiqih, Nyoman, Rara, Lisa, Kiki, Affan, Tamaoku.

13. Teman-teman Agribisnis 2009, kakanda-kakanda Agribisnis 2008, 2007 dan Adinda-adinda Agribisnis 2010 dan 2011 atas doa dan dukungannya.

14. Semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

A.Tinjauan Pustaka ... 9

1. Usaha Ternak Sapi... 9

2. Usaha Penggemukan sapi ... 12

3. Kinerja ... 14

4. Pendapatan Usaha penggemukan sapi ... 18

5. Analisis Strategi Pengembangan ... 20

5.1.Lingkungan Internal dan Eksternal Sapi Potong ... 21

a. Lingkungan Internal ... 21

b. Lingkungan Eksternal ... 24

5.2 Tahap Analisis SWOT ... 27

6. Penelitian-penelitianTerdahulu ... 31

B. Kerangka Pemikiran ... 33

III. METODE PENELITIAN ... 36

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 36

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 40


(11)

D. Metode Analisis ... 41

1. Kinerja Usaha ... 41

2. Analisis Strategi Pengembangan ... 43

3. Analisis SWOT ... 55

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 57

A. Lokasi dan Organisasi Perusahaan ... 57

B. Sejarah Perusahaan ... 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Budidaya Sapi Potong ... 62

1. Pemilihan Bibit/bakalan sap... 62

2. Penempatan Sapi ... 63

3. Pemberian Pakan ... 63

4. Pemeliharaan Sapi ... 64

5. Panen Sapi Hasil Penggemukan ... 66

B. Kinerja Usaha... 67

1. Produktivitas ... 67

2. Pendapatan ... 69

C. Analisis Lingkungan Internal... 73

1. Produksi ... 73

2. Manajemen dan Pendanaan ... 75

3. Sumber Daya Manusia (SDM) ... 76

4. Lokasi Peternakan ... 77

5. Pemasaran ... 78

D. Analisis Lingkungan Eksternal ... 81

1. Ekonomi, Sosial, dan Budaya ... 82

2. Teknologi ... 83

3. Pesaing ... 84

4. Iklim dan Cuaca... 85

5. Kebijakan Pemerintah ... 86

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 97

A. Simpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Populasi ternak sapi di Provinsi Lampung Tahun 2007-2011 ... 2

2. Populasi ternak sapi potong di Provinsi Lampung per Kabupaten/ Kota Tahun 2007-2011 ... 3

3. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan tahun 2011 ... 4

4. Populasi ternak sapi potong di Peternakan Haji Sony Tahun 2008-2012... 5

5. Matriks evaluasi faktor internal dan eksternal... 45

6. Kerangka matrik faktor strategi internal untuk kekuatan (strength)... 49

7. Kerangka matrik faktor strategi internal untuk Kelemahan (weakness)... 50

8. Kerangka matrik faktor strategi eksternal untuk peluang (opportunities)...... 54

9. Kerangka matrik faktor strategi eksternal untuk ancaman (threats) ... 55

10. Rata-rata produktivitas sapi potong Peternakan Haji Sony jenis peranakan ongole (PO) dan brahman cross tahun 2009-2013.... 67

11. Biaya investasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony 2013 ... 69

12. Biaya variabel tahun 2009-2013 di peternakan Haji Sony ... 71

13. Biaya Operasional tahun 2009-2013 di Peternakan Haji Sony ... 71


(13)

15. Kerangka matrik faktor strategi internal untuk

kelemahan (weakness)... 81

16. Matrik faktor Strategi eksternal untuk peluang (opportunities)... 88

17. Matrik faktor Strategi eksternal untuk ancaman (threats)... 89

18. Pembobotan untuk diagram SWOT faktor internal dan eksternal... 90

19. Strategi prioritas yang dapat dilakukan penggemukan sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan... 95

20. Rata-rata Berat awal dan berat akhir sapi potong Peranakan Ongole (PO) selma 10 kali proses produksi tahun 2009-2013... 104

21. Rata-rata Berat awal dan berat akhir sapi potong Brahman cross selama 10 kali proses produksi tahun 2009-2013 ... 105

22. Biaya tenaga kerja ... 106

23. Biaya penyusutan usaha penggemukan sapi potong Haji Sony... 107

24. Biaya produksi per periode tahun 2009-2013 pada usaha penggemukan sapi potong Haji Sony... 108

25. Data CashFlow usaha penggemukan sapi potong Haji Sony...113

26. Present value jenis sapi peranakan ongole dan brahman cross...115

27. Penyusunan strategi pada usaha penggemukan sapi potong Haji Sony... 116

28. Strategi prioritas berdasarkan visi dan misi usaha penggemukan sapipotong Haji Sony... 124


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Bentuk matrik SWOT ... 28 2. Diagram Analisis SWOT ... 29 3. Bagan Alir Kinerja dan Strategi Pengembangan peternak

penggemukan sapi di Kabupaten Lampung Selatan ... 35

4. Bentuk matrik SWOT ... 56

5. Struktur organisasi peternakan sapi potong Haji Sony ... 58 6. Diagram SWOT usaha penggemukan sapi potong Haji Sony di

Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lmapung

Selatan ... 90 7. Analisis SWOT usaha penggemukan sapi potong Haji Sony di

Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lmapung


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani, tetapi sekaligus dapat mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (Iqbal dan Sudaryanto, 2008). Sektor pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar dalam

pembangunan ekonomi di Indonesia, hal ini juga menarik perhatian pemerintah untuk menitikberatkan sektor pertanian agar terwujud pertanian yang tangguh. (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2008)

Pembangunan pertanian meliputi banyak sektor diantaranya subsektor peternakan yang harus diperhatikan dan ditingkatkan, mengingat peternakan memiliki

peranan penting dalam memberikan devisa melalui komoditas ekspor seperti sapi, babi, domba, kambing, dan ayam. Salah satu usaha dalam sektor peternakan yaitu usaha penggemukan sapi potong. Usaha ini sangat potensial untuk dikembangkan, dikarenakan usaha ini memiliki peluang keberhasilan bisnis yang tinggi.

Usaha penggemukan sapi di Indonesia saat ini sangat berkembang yang dapat dilihat dari semakin banyaknya masyarakat maupun daerah yang mengusahakan


(16)

penggemukan sapi. Hal ini terkait akan kesadaran masyarakat terhadap manfaat daging sapi yang sangat besar bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani sehingga permintaan terhadap daging sapi semakin tinggi.

Menurut Dinas Peternakan Provinsi Lampung (2011), populasi ternak sapi di Provinsi Lampung saat ini mencapai 742.776 ekor, yang sebagian besar tersebar di pedesaan. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung (2012), populasi ternak sapi di Provinsi Lampung tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi ternak sapi di Provinsi Lampung Tahun 2007-2011

Tahun Sapi Jantan (ekor)

Sapi Betina (ekor)

Jumlah Total Populasi Ternak Sapi (ekor)

2007 139.333 270.836 410.169

2008 144.55 280.976 425.526

2009 157.29 305.742 463.032

2010 168.512 327.554 496.066

2011 242.367 500.409 742.776

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2012

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa populasi ternak sapi di Provinsi Lampung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan di

Provinsi Lampung termasuk sentra penggemukan sapi impor dan daerah penghasil daging sapi nasional sehingga usaha ternak sapi dapat memberikan prospek yang cerah untuk Provinsi Lampung.

Kabupaten Lampung Selatan menempati urutan ketiga tertinggi dalam populasi ternak sapi potong di Provinsi Lampung. Pada Tabel 2 dapat dilihat Populasi ternak sapi potong di Provinsi Lampung per kabupaten/ kota Tahun 2007-2011.


(17)

Tabel 2. Populasi ternak sapi potong di Provinsi Lampung per Kabupaten/ Kota Tahun 2007-2011

No. Kabupaten/Kota Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2007 (ekor) 2008 (ekor) 2009 (ekor) 2010 (ekor) 2011 (ekor) 1 Lampung Barat 15.284 15.492 25.552 26.297 18.527 2 Tanggamus 14.968 15.436 6.488 7.15 4.414

3 Lampung Selatan 47.968 48.337 49.640 50.966 108.896

4 Lampung Timur 59.245 75.171 80.806 95.823 152.17 5 Lampung Tengah 138.433 140.579 150.401 163.019 288.449 6 Lampung Utara 19.307 19.892 20.46 22.079 33.279 7 Waykanan 26.422 26.566 27.15 27.383 35.185 8 Tulang Bawang 77.332 70.892 27.079 27.667 28.363 9 Pesawaran 7.751 9.45 12.877 13.041 17.916

10 Pringsewu - - 9.612 10.093 14.402

11 Mesuji - - 14.468 15.891 9.358

12 Tulang bawang Barat - - 34.837 33.048 24.484 13 Bandar Lampung 1.253 1.334 1.384 1.272 1.688

14 Metro 2.202 2.377 2.278 2.337 5.645

Jumlah 410.165 425.526 463.032 496.066 742.776 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Lampung, 2012

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa Kabupaten Lampung Selatan memiliki potensi pengembangan penggemukan sapi potong yang cukup besar, hal ini disebabkan oleh populasi ternak sapi di Kabupaten Lampung Selatan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Potensi bibit/bakalan yang belum digunakan saat ini masih tersisa 89,76 sedangkan luas potensi bibit/bakalan yang baru digunakan saat ini hanya 10,24 persen, sehingga membuka peluang investasi sektor

peternakan sapi di daerah tersebut karena potensi yang tersedia masih sangat besar (Rusyana, 2012).


(18)

Populasi ternak sapi di Kabupaten Lampung Selatan dapat ditingkatkan karena potensi pengembangan di daerah ini masih tersedia cukup luas. Untuk mewujud -kan potensi itu dibutuhkan budidaya peternakan sapi yang perlu dikembangkan di setiap kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan tahun 2011

No. Kecamatan 2010 (ekor) 2011 (ekor)

1 Natar 5.915 17.656

2 Jati Agung 6.602 20.469

3 Tanjung Bintang 12.564 7.129

4 Tanjung Sari 4.295 4.198

5 Katibung 3.986 7.192

6 Merbau Mataram 1.238 6.623

7 Way Sulan 1.994 1.710

8 Sidomulyo 4.167 20.186

9 Candipuro 1.698 5.310

10 way Panji 2.083 3.097

11 Kalianda 1.585 6.069

12 Rajabasa 2.520 97

13 Palas 1.304 2.637

14 Sragi 875 1.891

15 Penengahan 526 270

16 Ketapang 1.620 3.181

17 Bakauheni 263 181

Jumlah 80.806 108.896

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Selatan, 2012

Kecamatan Jati Agung tahun 2010 memiliki populasi ternak sapi sebanyak 6.602 ekor sedangkan tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 20.469 ekor sapi. Populasi ternak sapi di Jati Agung terdiri dari peternakan kecil skala rumah tangga


(19)

dan peternakan perusahaan skala besar. Perusahaan peternakan berskala besar di Kecamatan Jati Agung hanya terdapat perusahaan Haji Sony.

B. Perumusan Masalah

Peternakan sapi potong Haji Sony merupakan salah satu peternakan yang berada di Kecamatan Jati Agung. Perkembangan populasi sapi di peternakan Haji Sony tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Populasi ternak sapi potong di Peternakan Haji Sony Tahun 2009-2013

No Tahun Populasi Sapi (ekor)

1 2009 680

2 2010 721

3 2011 579

4 2012 1.024

5 2013 833

Jumlah 3.837

Sumber : Informasi sinder peternakan Haji Sony

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 populasi sapi mengalami penurunan dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Menurut informasi sinder peternakan Haji Sony, penurunan ini dikarenakan tingginya harga pakan ternak sapi dan harga bibit/bakalan sapi serta menurunnya kinerja perusahaan*). Penurunan harga sapi menyebabkan kerugian yang cukup besar untuk usaha penggemukan sapi potong Haji Sony. Hal ini mengakibatkan perubahan sistem managemen pakan peternakan, dimana peternakan sapi Haji Sony mulai memberikan pakan berupa konsentrat.


(20)

Kemajuan suatu perusahaan dapat dinilai dari kinerja perusahaan tersebut. Data yang ada dapat dilihat bahwa produksi peternakan Haji Sony berfluktuasi

sehingga kinerja mengalami kenaikan dan penurunan, berdasarkan fluktuasi yang cenderung menurun di tahun tersebut populasi yang dihasilkan menunjukkan bahwa pengaruh terhadap kinerja dari pengalaman usaha, penurunan bibit/bkalan sapi, pakan hijuauan, curahan tenaga kerja dan luas kandang berpengaruh

terhadap kinerja usaha penggemukan sapi, oleh karena itu perlu ada pengukuran terhadap kinerja apakah sudah baik atau belum, dimana penilaian kinerja

peternakan sapi potong Haji Sony dapat dilihat dari aspek produktivitas dan pendapatan

Peternakan sapi potong dalam mengembangkan usahanya mengalami kendala yang berasal dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan dari dalam perusahaan berupa variabel-variabel yang merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan sedangkan lingkungan eksternal adalah lingkungan dari luar perusahaan berupa variabel-variabel yang merupakan peluang dan ancaman bagi peternakan sapi potong.

Kendala lingkungan internal yang dihadapi peternakan adalah kurangnya

keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga kerja dikarenakan hanya mampu memanfaatkan ilmu yang sudah diwariskan oleh orang tuanya. Kendala lain yang juga harus dipegang peternakan adalah bagaimana mengenal tipe sapi potong saat membeli bibit/bakalan sapi. Pengetahuan ini diberikan agar peternak dapat memilih bibit tipe sapi potong yang berkualitas.


(21)

Kendala lingkungan eksternal yang dihadapi oleh peternak adalah pasokan pakan untuk sapi yang dipengaruhi oleh musim, apabila musim hujan pasokan pakan akan melimpah dan beraneka ragam sebaliknya pasokan pakan sapi akan

berkurang pada musim kemarau. Kendala lain dalam lingkungan eksternal yaitu lokasi yang harus menempuh jarak yang cukup jauh dari jalan raya karena lokasi peternakan yang berada di dalam pedesaan dengan kondisi jalan yang kurang baik untuk dilintasi.

Peternakan sapi potong Haji Sony memiliki pesaing dari peternak kecil skala rumah tangga dan perusahaan peternak skala besar yang berada di luar kecamatan Jati Agung. Persaingan yang ketat dalam usaha penggemukan sapi menyebabkan peternakan sapi potong Haji Sony perlu menerapkan strategi untuk usahanya. Strategi yang sesuai dengan kondisi peternakan sapi akan mampu meningkatkan pendapatan dengan potensi yang telah dimiliki oleh peternakan sapi potong Haji Sony tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan :

1. Bagaimana kinerja usaha penggemukan sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan? 2. Faktor internal dan faktor eksternal apakah yang dapat digunakan untuk

penentuan strategi pengembangan usaha penggemukan sapi potong Haji Sony ?

3. Bagaimanakah strategi pengembangan usaha penggemukan sapi Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung


(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mempelajari kinerja usaha peternakan penggemukan sapi potong Haji

Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan

2. Mengidentifikasikan faktor internal dan faktor eksternal sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan

3. Merumuskan strategi pengembangan usaha penggemukan sapi Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Bagi Pemerintah dan Instansi terkait, sebagai informasi dalam penentuan kebijakan mengenai usaha penggemukan sapi di daerah pedesaan

khususnya desa Karang Anyar kecamatan Jati Agung.

2. Bagi peternak, sebagai informasi dan masukan untuk pengembangan usaha peternak penggemukan sapi

3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan perbandingan dan referensi pada waktu yang akan datang.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka 1) Usaha Ternak Sapi

Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Semakin meningkatnya pendapatan penduduk maka permintaan produk-produk peternakanakan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan meningkatnya pendapatan seseorang maka konsumsi terhadap sumber karbohidrat akan menurun dan konsumsi berbagai macam makanan yang kaya akan protein akan meningkat. Subsektor peternakan memiliki peranan penting dalam menopang perekonomian regional maupun nasional. Masalah peternakan ini sudah tidak dapat dinomorduakan karena hal tersebut akan dominan ikut menentukan kelangsungan hidup suatu negara ataupun bangsa (Saragih, 2008).

Usaha peternakan, khususnya peternakan sapi potong di Indonesia umumnya masih dikelola secara tradisional, yang bercirikan dengan usaha hanya sebagai usaha keluarga atau sebagai usaha sampingan. Menurut Santosa, Warsito, Andoko (2012), tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, dan di klasifikasikan ke dalam kelompok berikut :


(24)

1) Peternakan sebagai usaha sambilan, dimana ternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri (subsistence). Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak kurang dari 30 persen.

2) Peternakan sebagai cabang usaha, dimana petani peternak mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan ternak sebagai cabang usaha. Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak 30 – 70 persen (semi komersial atau usaha terpadu).

3) Peternakan sebagai usaha pokok, dimana peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dan komoditi dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha sambilan (single komodity), dengan tingkat pendapatan usaha ternak 70– 100 persen.

4) Peternakan sebagai usaha industri, dimana komoditas ternak diusahakan secara khusus (specialized farming) dengan tingkat pendapatan usaha ternak100 persen (komoditas pilihan).

Menurut Williamson (1993), setidaknya ada tiga tipe peternakan sapi di daerah tropis yaitu peternak rakyat atau subsisten, peternak spesialis, dan produsen skala besar. Prawirokusumo (1990), berdasarkan tingkat produksi, macam teknologi yang digunakan, dan banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di Indonesia dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu :

1. Usaha yang bersifat tradisional, yang diwakili oleh petani dengan lahan sempit, yang mempunyai 1 – 2 ekor ternak, baik ternak ruminansia besar, ruminansia kecil bahkan ayam kampung.


(25)

2. Usaha backyard yang diwakili peternak ayam ras dan sapi perah yang telah memakai teknologi seperti kandang, manajemen, pakan komersial, bibit unggul, dan lain– lain.

3. Usaha komersial adalah usaha yang benar – benar menerapkan prinsip – prinsip ekonomi antara lain untuk tujuan keuntungan maksimum. Pengembangan suatu usaha peternakan sangat bergantung pada

ketersediaan sumberdaya, baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya pendukung lainnya.

Dalam usaha peternakan, lahan merupakan basis untuk usaha peternakan atau merupakan faktor produksi sebagai sumber makanan ternak pokok berupa rumput, limbah maupun produk utama pertanian (Suparini, 2000).

Menurut Mubyarto (1989), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang baru, dalam hal ini hasil-hasil pertanian. Modal petani di luar tanah adalah ternak beserta

kandangnya, cangkul, bajak, dan alat-alat pertanian lain, pupuk, bibit, hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih di sawah dan lain.

Manajemen peternakan merupakan suatu seni mengelola peternakan yang berfungsi membantu tercapainya tujuan memperoleh keuntungan dengan cara mengatur semua aktivitas dalam peternakan agar sejalan dengan tujuan tersebut. Manajemen itu sendiri terdiri dari beberapa unsur yaitu: a) perencanaan, b) pengorganisasian, c) pengarahan, d) pengoordinasian, dan e) pengendalian. Tujuannya adalah agar dapat mengendalikan peternakan, mendeteksi penyakit


(26)

sedini mungkin, dan mencegah pemborosan serta berperan dalam menentukan kebijakan usaha yang tepat (Rasyaf, 1999).

2.Usaha Penggemukan Sapi

Sugeng (2000), menyatakan bahwa penggemukan sapi sebaiknya dilakukan pada ternak sapi usia 12 – 18 bulan atau paling tua umur 2,5 tahun. Pembatasan usia ini dilakukan atas dasar bahwa pada usia tersebut ternak tengah mengalami fase pertumbuhan dalam pembentukan kerangka maupun jaringan daging, sehingga bila pakan yang diberikan itu jumlah kandungan protein, mineral dan vitaminnya mencukupi, sapi dapat cepat menjadi gemuk. Pemeliharaan sapi potong di

Indonesia dilakukan secara ekstensif, semi-intensif, intensif. Pemeliharaan secara intensif, hampir sepanjang hari berada di dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk. Selanjutnya dikatakan bahwa sapi – sapi yang dipelihara secara ekstensif, dilepaskan di padang penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari, mulai dari pagi hingga sore.

Menurut Siregar (1999), penggemukan sapi dapat dilakukan secara perseorangan maupun secara perusahaan dalam skala usaha besar. Namun ada pula yang mengusahakan penggemukan sapi secara kelompok dalam kandang yang berkelompok pula. Ada beberapa sistem penggemukan yang digunakan untuk sapi, pada prinsipnya perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan dan ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukkan.


(27)

Menurut Rianto dan Purbowati (2010), sistem penggemukan ada tiga,yakni sistem pasture fattening, sistem dry lot fattening (sistem kereman), dan kombinasi sistem pasture fattening, sistem dry lot fattening. Penggemukan sistem dry lot fattening (sistem kereman) adalah sistem penggemukan dimana sapi berada terus menerus dalam kandang dan tidak di gembalakan ataupun dipekerjakan. Sapi bakalan yang dipergunakan pada dry lot fattening umumnya sapi – sapi jantan yang telah berumur 2-3 tahun dalam kondisi kurus dan sehat dengan lama penggemukan sekitar 4 – 6. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3 kilogram per hari dengan kenaikan berat badan rata – rata 0,33 kilogram per hari. Sistem

pasture fattening memerlukan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 8 – 10 bulan, dengan sapi bakalan yang digunakan pada pasture fattening adalah sapi jantan atau betina dengan umur minimal sekitar 2,5 tahun. Sapi jantan mempunyai pertumbuhan relatif cepat dibandingkan sapi betina sehingga waktu

penggemukannya yang relatif lebih singkat.

Kombinasi sistem pasture fattening, sistem dry lot fattening (sistem kereman) dapat dilakukan dengan dua cara yakni, pada musim penghujan saat hijaun belimpah sapi digembalakan dipadangan. Sementara musim kemarau, sapi dikandangkan dan dipelihara secara dry lot. Pada siang hari, sapi digembalakan dipadangan, sementara dimalam hari sapi dikandangkan dan diberi pakan konsentrat.

Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Enam ciri-ciri bakalan yang baik adalah :


(28)

1) berumur sekitar 2,5 tahun, 2) jenis kelamin jantan,

3) bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm,

4) tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan,bukan karena sakit),

5) pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus, dan 6) kotoran normal.

Syarat yang paling penting untuk seleksi sapi potong yaitu sapi harus sehat,usia masih muda, dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit yang membahayakan. Direktorat Jenderal Peternakan (2007) mengemukakan bahwa pemilihan bibit ternak sapi potong biasanya menyangkut tentang (1) asal usul atau silsilah ternak termasuk bangsa ternak, (2) kapasitas produksi (umur, pertambahan berat badan, produksi daging, dan lemak), (3) kasitas reproduksi (kesuburan ternak, jumlah anak lahir dan hidup normal, umur pertama kawin, siklus birahi, lama bunting, keadaan waktu melahirkan, kemampuan membesarkan anak, dan sebagainya), (4) tingkat kesejahteraan anak.

3. Kinerja

Kinerja perusahaan adalah keadaan perusahaan selama periode waktu tertentu yang merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki (Srimindarti, 2004).

Pengertian kinerja menurut Mahmudi (2007) kinerja adalah mengacu pada suatu yang berhubungan dengan kegiatan untuk melakukan pekerjaan yang dilihat dari


(29)

hasil yang dicapai dalam pekerjaannya. Kinerja merupakan suatu konstruk yang bersifat multidimensional, pengukurannya bervariasi tergantung pada

kompleksitas faktor-faktor yang membentuk kinerja. Penilaian kinerja aktivitas perusahaan dibagi dalam tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas dan waktu. Penilaian kinerja sendiri memiliki beberapa pengertian yaitu suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang karyawan dan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang, sehingga karyawan, organisasi, dan masyarakat semuanya memperoleh manfaat (Schuler & Jackson, 1996).

Menurut Prasetya dan Fitri (2009) mengemukakan bahwa ada enam tipe pengukuran kinerja, yaitu produktivitas, kapasitas, kualitas, kecepatan pengiriman, fleksibel dan kecepatan proses.

a. Produktivitas

Produktivitas adalah suatu ukuran seberapa naik kita mengonversi input

dari proses transformasi ke dalam output.

input output tas

produktivi

b. Kapasitas

Kapasitas adalah suatu ukuran yang menyangkut kemampuan output

dari suatu proses.

Capacity

Design

Output Actual n

Utilizatio


(30)

c. Kualitas

Kualitas dari proses pada umumnya diukur dengan tingkat ketidasesuaian dari produk yang dihasilkan.

d. Kecepatan Pengiriman

Kecepatan pengiriman ada dua ukuran dimensi, pertama jumlah waktu antara produk ketika dipesan untuk dikirimkan ke pelanggan, kedua adalah variabilitas dalam waktu pengiriman.

e. Fleksibel

Fleksibel yaitu mengukur bagaimana proses transformasi menjadi baik dengan membutuhkan kinerja disini. Ada tiga dimensi dari fleksibel, pertama bentuk dari fleksibel menandai bagaimana kecepatan proses dapat masuk dari memproduksi satu produk atau keluarga produk untuk yang lain. Kedua adalah kemampuan bereaksi untuk berubah dalam volume. Ketiga, kemampuan dari proses produksi yang lebih dari satu produk secara serempak.

f. Kecepatan Proses

Kecepatan proses adalah perbandingan nyata melalui waktu yang diambil dari produk untuk melewati proses yang dibagi dengan nilai waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi produk atau jasa.

time added Value time put through Total Velocity   Proses

Menurut Amin et al, dalam Arisandi (2011) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja salah satunya yaitu produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut :


(31)

Produktivitas peternakan sapi potong

Untuk mengetahui produktivitas peternakan sapi potong menggunakan rata-rata pertumbuhan harian (ADG) dihitung menggunakan rumus:

ADG =

keterangan: ADG = rata–rata pertumbuhan harian (%) wo = berat awal (kg/ekor)

wt = berat akhir (kg/ekor) t = waktu pemeliharaan (hari)

Standar nilai produktivitas bibit/bakalan sapi potong yang sudah baik adalah 1,0 – 1,2 kg/ekor/hari.

Menurut Cole (1972), dalam Kuncoro (2005) penilaian kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan salah satu data untuk melakukan penilaian kinerja

perusahaan adalah laporan keuangan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan dapat menggunakan penilaian buku yaitu berdasarkan rasio-rasio laporan

keuangan contohnya Return On Assets dan Return On Equity. ROE menganalisis tingkat profitabilitas perusahaan dan membahas trade-off antara return dan risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Cara menghitung komponen-komponen rasio yang membentuk perhitungan ROE :

ROE =

ROE menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income. Semakin tinggi return adalah semakin baik karena dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai


(32)

ROA =

ROA menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki. Untuk mendapatkan ROE juga dapat dilakukan dengan menghubungkan ROA dengan Equity Multiplier (EM) dengan rumus sebagai berikut :

ROE =

x

= ROA x EM

4. Pendapatan Usaha penggemukan sapi

Pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap perusahaan tanpa ada pendapatan tidak mungkin akan didapat penghasilan atau earnings. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau disebut penjualan, penghasilan jasabunga, dividen, royalti dan sewa.

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Di berbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input production factor

dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain (Soekartawi, 1997).

Pendapatan peternak dipengaruhi oleh faktor permintaan dan harga jual. Harga akan naik ketika permintaan terhadap suatu komoditas meningkat. Penerimaan yang akan diperoleh peternak tergantung pada jenis usaha ternaknya baik sebagai


(33)

ternak potong. Pendapatan bersih usaha ternak sapi diperoleh dari hasil

pengurangan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi/ penerimaan

Analisis pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha. Pendapatan dapat didefenisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

π = TR-TC

Dimana:

π: Keuntungan (Benefit)

TR : Penerimaan Total (Total Revenue) TC : Biaya Total (Total Cost)

Biaya produksi dalam jangka pendek dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (Fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya investasi yang besarnya tidak pernah berubah meskipun perolehan hasil produksinya berubah, terrmasuk dalam biaya tetap ini adalah sewa lahan, penyusutan kandang, dan perawatan. Biaya variabel jumlahnya dapat berubah sesuai hasil produksi atau harga di pasaran pada waktu itu yang termasuk biaya variabel adalah sapi bakalan, pakan, tenaga kerja, dan bunga modal/bunga bank jika meminjam dari bank (Sudarmono dan Sugeng, 2009). Menurut Muktiani (2011), tujuan utama penggemukan sapi adalah untuk memperoleh kenaikan bobot badan setinggi mungkin dalam waktu yang relatif singkat. Ada beberapa faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap tujuan tersebut antara lain bangsa sapi, jumlah dan mutu makanan yang diberikan, umur atau bobot badan sapi bakalan, kondisi tubuh sapi dan lama periode penggemukan.


(34)

5. Analisis Strategi Pengembangan

Menurut David (2003), strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi bisnis dapat termasuk perluasan geografis,

diversifikasi, pengembangan produk, penetrasi pasar dan menciptakan keunggulan bersaing. Hal tersebut membuktikan bahwa diperlukannya suatu analisis untuk membuktikan apakah strategi tersebut tepat diterapkan pada peternakan sapi potong Haji Sony sehingga peternakan tersebut tidak mengalami kemunduran.

Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah intensifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengambilan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada pada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT.

Kinerja suatu perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang mempengaruhi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Faktor


(35)

mempengaruhi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Faktor internal dan faktor eksternal tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) serta lingkungan eksternal peluang (opportunities) dan ancaman(threats) yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses).

5.1 Lingkungan Internal dan Eksternal Peternakan Sapi Potong

Analisis SWOT dapat diterapkan dengan menganalisis berbagai aspek yang ada di dalam lingkungan internal dan eksternal.

b. Lingkungan Internal

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang berasal dari dalam organisasi atau peternakan penggemukan sapi potong.

Menurut Gaspersz (2012), kekuatan dan kelemahan yang dimiliki peternakan penggemukkan sapi potong adalah sebagai berikut :

1) Sumber daya manusia (SDM)

Kemajuan suatu peternakan penggemukan sapi potong didukung dengan adanya sumber daya manusia yang memiliki mutu kerja tinggi. Sumber daya manusia mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja yang efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawaan,dan masyarakat. Tujuannya adalah agar peternakan mendapatkan laba yang lebih besar dari presentase tingkat bunga sedangkan karyawan bertujuan mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya serta masyarakat yang memperoleh daging sapi


(36)

yang berkualitas baik dengan harga yang wajar dan selalu tersedia dipasar (Hasibuan, 2003).

Karyawan yang memiliki mutu kerja rendah dapat merugikan peternakan penggemukan sapi potong sehingga sulit untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sumber daya manusia khususnya karyawan peternakan sapi potong dilihat dari segi kuantitas dinilai cukup memadai, tetapi dari segi kualitas masih perlu ditingkatkan. Hal ini merupakan kelemahan peternakan sapi potong, oleh karena itu perusahaan berupaya meningkatkan kualitas karyawan dengan mengadakan program-program latihan, penempatan dan memberikan imbalan demi menunjang keberhasilan peternakan sapi potong.

2) Produk yang dihasilkan

Peternakan penggemukan sapi potong dipengaruhi beberapa faktor yang mampu menghambat dan mendukung perkembangan usaha penggemukan sapi potong seperti tipe sapi potong dan pakan sapi yang berkualitas. Kualitas Tipe sapi potong lokal memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

lingkungan karena itu, jenis sapi lokal lebih mudah dipelihara oleh peternak indonesia.

Tingkat pertambahan bobot badan harian sapi lokal cenderung lebih rendah dibandingkan sapi impor. Sapi impor memiliki pertambahan bobot badan harian dengan resiko pemberian pakan lebih banyak dan bermutu sehingga biaya pemeliharaannya menjadi lebih tinggi (Santosa, dkk., 2012). Peternakan sapi potong sangat memperhatikan tentang kualitas sapi yang dihasilkan sehingga konsumen tidak merasa kecewa untuk membeli sapi dari


(37)

peternakannya. Hal ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh peternakan, akan tetapi harga bibit/bakalan sapi yang berfluktuasi bahkan selalu

meningkat sehingga menjadi kelemahan bagi peternakan sapi potong.

3) Pendanaan dan pencatatan

Pencapaian tujuan peternakan penggemukan sapi potong didukung dengan adanya pendanaan dan pencatatan yang terencana. Pencatatan dan pendanaan yang terencana dengan baik dapat membantu keberlangsungan peternakan penggemukan sapi potong karena dapat mengetahui kondisi usaha tersebut.

Usaha peternakan sapi potong merupakan usaha perseorangan, sehingga untuk pengambilan keputusan tergantung pada pendanaan yang dimiliki oleh peternakan sapi potong (Sudarmono dan Sugeng, 2009).

Pendanaan merupakan kekayaan yang dinyatakan dalam jumlah suatu

kesatuan uang dan modal. Semua dana yang dimiliki peternakan sapi potong berasal dari keuntungan yang diperoleh, sehingga modal yang dimiliki oleh peternakan sapi potong terbatas. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dari peternakan sapi untuk lebih mengembangkan usahanya karena

keterbatasan modal.

4) Investasi (sarana dan prasarana)

Perkembangan peternakan penggemukan sapi potong didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai dalam meningkatkan produksi.

Tersedianya kandang sapi, gudang pakan, dan alat transportasi yang memadai merupakan investasi yang mampu mengembangkan usaha peternakan


(38)

Kandang sapi yang luas mengakibatkan kemudahan dalam proses

penggemukan sapi dan sapi yang dikelola dapat lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan kandang sapi yang sempit. Gudang pakan sangat berpengaruh dalam penyimpanan pakan sapi karena sebagian besar dalam proses penggemukan sapi keberhasilannya tergantung dengan adanya pakan. Alat transportasi yang jumlahnya cukup banyak memberi kemudahan dalam segala kegiatan peternakan serta penyediaan air dan alat penerangan

merupakan kebutuhan utama makhluk hidup dengan demikian penggunaan air harus memperhatikan baku mutu air yang sehat dapat diminum oleh ternak tersedia sepanjang tahun (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).

5) Lokasi peternakan

Lokasi peternakan sapi akan berpengaruh terhadap kedudukan peternakan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup. Letak lokasi peternakan penggemukan sapi potong yang terlalu jauh dari perkotaan menyulitkan konsumen untuk datang ke lokasi tersebut, sehingga mampu menurunkan tingkat penjualan. Selain itu, dalam pemilihan lokasi usaha peternakan sapi potong sebaiknya letaknya jauh dari pemukiman penduduk serta letak dan ketinggian lokasi harus diperhatikan terhadap lingkungan sekitar sehingga tidak mencemari pemukiman penduduk. Hal ini merupakan kekuatan bagi peternakan (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).

a. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal yang berasal dari luar organisasi atau peternakan penggemukan sapi potong terdiri dari variabel-variabel (ancaman, tantangan,


(39)

maupun hambatan) yang memberikan kesempatan dan peluang bagi peternakan penggemukan sapi potong. Ancaman, tantangan maupun hambatan yang ada harus dihindari atau ditanggulangi karena dapat membahayakan peternakan penggemukan sapi potong. Menurut Gaspersz (2012), ancaman dan peluang yang dimiliki peternakan penggemukan sapi potong adalah sebagai berikut :

(1) Ekonomi, sosial dan budaya

Lingkungan sosial yang tidak mendukung seperti adanya kecemburuan sosial dan ketidaksenangan terhadap usaha penggemukan sapi potong yang mampu menjadi ancaman bagi peternakan penggemukan sapi. Tingkat kecemburuan dan ketidaksenangan terhadap usaha tersebut dapat memicu kesenjangan antara pelaku penggemukan sapi dan masyarakat sekitar. Pemanfaatan daging sapi untuk hampir semua keperluan perayaan, resepsi atau perhelatan. Hal ini merupakan peluang bagi peternakan sapi potong untuk memperluas pemasaran Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat penghasilan menengah ke atas merupakan konsumen daging sapi yang potensial. Di samping potensi sebagai peluang, perusahaan juga perlu mewaspadai adanya isu tentang penyakit yang menyerang ternak potong seperti penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot), penyakit sapi gila (mad cow), penyakit diare, penyakit mulut dan kuku, dan anthraks semuanya dapat menyebabkan

keraguan konsumen untuk membeli daging sapi (Muktiani, 2011).

(2) Pasar

Pertumbuhan permintaan masyarakat yang terus meningkat terhadap daging sapi memungkinan peternakan penggemukan sapi potong mampu menguasai pasar baik di tingkat lokal maupun kawasan regional. Pasar sapi potong di


(40)

Indonesia umumnya masih bersifat tradisional. Pasar tradisional ini, sapi-sapi yang berasal dari peternak dipasarkan oleh blantik (perantara peternak dan pembeli). Dominasi blantik dalam pemasaran sapi potong hingga saat ini sangat nyata, baik di pasar-pasar desa maupun kecamatan, bahkan sampai ke Kabupaten atau Kota (Santosa, dkk., 2012). Kualitas yang baik mampu meningkatkan harga jual sapi potong sehingga usaha penggemukan sapi potong memiliki posisi pasar yang baik dan mampu meraih pangsa pasar.

(3) Pesaing

Adanya pesaing baru yang memiliki kualitas sama dengan harga lebih rendah dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan usaha penggemukan sapi potong. Peternakan penggemukan sapi potong yang tidak dapat mengatasi hal tersebut dapat mengalami kerugian dan akhirnya bangkrut. Persaingan antar perusahaan dalam peternkan sapi potong akan saling mempengaruhi

peternakan tersebut. Perusahaan-perusahaan besar menggemukan sapi yang serba cepat. Semakin meningkatnya persaingan terhadap usaha penggemukan sapi merupakan suatu ancaman terhadap peternakan sapi potong.

(4) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Peternakan penggemukan sapi potong menggunakan peralatan yang modern dalam proses penggemukan sapi potong dan mampu meningkatkan hasil produksi dengan waktu yang tidak terlalu lama. Mengikuti perkembangan teknologi yang semakin modern tentunya akan menggunakan biaya tinggi.

Biaya untuk membeli mesin-mesin modern tersebut bagi peternakan sapi potong sulit dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki oleh peternakan.


(41)

Hal ini menjadi ancaman bagi peternakan dalam pengembangan usahanya. Kemajuan ilmu pengetahuan secara tidak langsung akan membawa pengaruh baik terhadap perubahan pola makanan yang banyak mengandung protein. Hal ini meningkatkan permintaan daging, khususnya daging sapi (Sudarmono dan Sugeng, 2009).

5.2 Tahap Analisis SWOT

Penggunaan bentuk analisis lingkungan internal dan ekternal meliputi langkah-langkah antara lain: (1) daftarkan item-item EFAS dan IFAS yang paling penting dalam kolom faktor strategis, (2) tinjaulah bobot yang diberikan untuk faktor-faktor dalam tabel EFAS dan IFAS mencapai 1,00, (3) masukkan pada kolom peringkat, peringkat yang diberikan manajemen perusahaan terhadap setiap faktor dari tabel EFAS dan IFAS, (4) kalikan bobot dengan peringkat untuk


(42)

Menurut Gaspersz (2012), hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, kemudian dipetakan ke dalam kuadran SWOT, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.

STRENGHT (S) WEAKNESSES (W)

OPPORTUNITIES (O)

Strategi SO :

Menggunakan kekuatan untuk menciptakan kesempatan

Strategi WO:

Menciptakan kesempatan dengan menghilangkan kelemahan

THREATS (T) Strategi ST:

Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi WT: Menghilangkan kelemahan-kelemahan dan menghindari ancaman

Gambar 1. Bentuk matrik SWOT

Apabila strategi dalam Gambar 1 dikaitkan dengan strategi bisnis, maka pilihan-pilihan strategi bisnis yang perlu dilakukan sebagai berikut :

1. Strategi SO (Strenghts-Opportunities), dalam situasi ini perusahaan perlu melakukan pengembangan bisnis yang agresif, yaitu memanfaatkan kekuatan yang substansial untuk menciptakan bisnis baru atau mengembangkan bisnis yang ada. Strategi dalam kuadran SO disebut sebagai strategi agresif.

2. Strategi ST (Strengts-Threats), dalam situasi ini perusahaan perlu melakukan diversifikasi produk atau bisnis, melalui mengembangkan produk-produk unggul. Strategi dalam kuadran ST disebut sebagai strategi diversifikasi.


(43)

3. Srategi WO (Weaknesses-Opportunities), dalam situasi ini manajemen harus melakukan analisis terhadap kelemahan sehingga mampu menghilangkan kelemahan utama itu. Strategi dalam kuadaran WO disebut sebagai strategi balik arah.

4. Strategi WT (Weaknesses-Threats), dalam situasi ini manajemen harus melakukan analisis terhadap kelemahan utama yang ada sekaligus

menghindari ancaman. Strategi pada kuadran WT disebut sebagai strategi bertahan. Setelah menganalisis keseluruhan variabel di atas, kemudian faktor strategi internal dan strategi faktor eksternal dituangkan dalam diagram Analisis SWOT seperti disajikan pada Gambar 2.

3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi

turn around agresif

4. Mendukung strategi 2. Mendukung strategi defensif diversivikasi

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT KELEMAHAN

INTERNAL

BERBAGAI ANCAMAN

KEKUATAN INTERNAL BERBAGAI PELUANG


(44)

Keterangan gambar :

Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih mamiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi

(produk/pasar).

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran ini mirip dengan question Mark pada BCG matrik. Focus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Menurut Tisnawati (2005), untuk melakukan strategi dilakukan proses penyusunan strategi yang didasarkan pada 3 fase, yaitu :


(45)

a. Penilaian keperluan penyusunan strategi

Sebelum strategi disusun, perlu dipertanyaan apakah penyususnan strategi perlu dilakukan atau tidak. Kaitannya yaitu apakah strategi yang akan dilakukan memang sesuai dengan tuntutan perubahan di lingkungan ataukah sebaliknya lebih baik mempertahankan strategi yang ada

b. Analisis situasi

Berdasarkan analisis ini perusahaan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman dari perusahaan. Analisis ini biasanya dikenal dengan analisis SWOT. Berdasarkan analisis SWOT, kekuatan dan kelemahan berhubungan dengan faktor internal dari perusahaan sedangkan peluang dan ancaman berdasarkan faktor eksternal perusahaan.

c. Pemilihan strategi

Setelah dilakukan analisis terhadap faktor internal dan juga eksternal maka dilakukan pemilihan strategi dari analisis tersebut manakah yang paling baik digunakan.

6. Penelitian-penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiraharjo (2011) tentang analisis profitabilitas usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang menunjukkan nilai rata-rata R/C rasio, BEP, kualitas termasuk dalam kategori baik. Rata-rata kepemilikan sapi potong peternak yang menjadi responden adalah 2,89 ST. Pendapatan rata-rata peternak sapi potong pada anggota KTT di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang selama enam bulan


(46)

pemeliharaan adalah sebesar Rp 1.551.538,00. Nilai rata-rata profitabilitas pada usaha penggemukan sapi potong sebesar 7,76 persen, sehingga usaha

penggemukan sapi potong layak untuk dikembangkan karena dapat menghasilkan keuntungan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iryanti (2010) tentang analisis kinerja, nilai tambah dan strategi pengembangan agroindustri kecil kelanting menunjukkan kinerja produksi agroindustri kelanting secara keseluruhan sudah baik, di mana antara output yang dihasilkan, pendapatan dan produktivitas berkorelasi positif. Nilai rata-rata R/C rasio atas biaya total sebesar 1,42, produktivitas sebesar 11,49 kg/HOK dan kapasitas sebesar 0,91 atau 91 persen. Usaha agroindustri kelanting ini adalah usaha yang menguntungkan. Nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp 1.061,44 per kilogram bahan baku ubi kayu atau sebesar 41,74 persen.

Agroindustri kelanting berada pada kuadran I (Growth) yaitu pada fase pertumbuhan.

Penelitian yang dilakukan oleh Adinata (2012) menunjukkan bahwa alternatif strategi utama yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban antara lain: mengoptimalkan dan

mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia; pengenalan mengenai teknologi pengolahan pakan dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat, menjalin usaha kemitraan bersama pemerintah dan pihak ketiga dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan dan memperkuat kelembagaan peternak sehingga peternak memiliki daya tawar yang kuat.


(47)

Penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah (2010) tentang analisis kinerja dan pemasaran ayam pedaging (broiler) di PT. Sutipratama. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging PT.

Sutipratama masih kurang baik/belum efisien, karena nilai nisbah R/C 1,03 yang artinya dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan sebesar Rp 100.000,00 menjadi Rp 103.000,00 atau untung sebesar 3 persen. Walaupun demikian, dengan R/C 1,03 tersebut telah memberikan keuntungan sebesar Rp 4.958.099,54 selama satu tahun ( 6 kali proses produksi ).

B. Kerangka Pemikiran

Usaha penggemukan sapi merupakan salah satu usaha yang mempunyai peranan sebagai usaha peternak yang dapat menggerakkan potensi sumber daya ekonomi sehingga dapat membantu meningkatkan pembangunan ekonomi. Penelitian usaha penggemukan sapi yang dilakukan berada di peternakan Haji Sony berpotensi untuk membangun perekonomian khususnya di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Namun pada kenyataannya banyak usaha peternak

penggemukan sapi mengalami kemunduran karena tidak mampu bersaing dengan usaha peternak penggemukan sapi yang lain sehingga diperlukannya peningkatan kinerja usaha dan strategi pengembangan terhadap usaha peternak penggemukan sapi Haji Sony di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Pengembangan penggemukan sapi memiliki dua aspek yaitu aktivitas dan lingkungan, dari proses aktivitas dimulai dari adanya masukan. Masukan yang digunakan tersebut adalah pakan, tenaga kerja, peralatan, bibit, obat-obatan yang termasuk ke dalam biaya produksi. Keluaran merupakan hasil dari penggunaan


(48)

masukan tersebut dimana nantinya diperoleh penerimaan, sehingga pendapatan peternak sapi dapat diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya produksi.

Selanjutnya dilakukan analisis kinerja usaha dari peternakan sapi tersebut.Kinerja ini dapat dilihat berdasarkan produktivitas, kapasitas dan pendapatan. Kinerja perusahaan peternakan sapi akan berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan yang secara langsung mempengaruhi pendapatan yang akan diterima oleh perusahaan. Jadi, perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja peternakan sapi.

Analisis mengenai lingkungan peternakan sapi akan dilakukan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Analisis lingkungan internal meliputi produksi, manajemen dan pendanaan, sumber daya manusia, lokasi dan pemasaran,

sedangkan analisis lingkungan eksternal meliputi aspek ekonomi, sosial dan budaya, teknologi, pesaing, iklim dan cuaca serta kebijakan pemerintah. Dari lingkungan internal akan diketahui kelemahan dan kekuatan sedangkan dari lingkungan eksternal akan diketahui peluang dan ancaman.

Variabel internal dan eksternal tersebut kemudian diringkas dan dijabarkan dalam matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan matriks

Eksternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS). Matriks IFAS untuk mengidentifikasi faktor internal sedangkan matriks EFAS untuk faktor eksternal, dan hasil dari kedua matriks tersebut dimasukkan ke dalam diagram SWOT. Selanjutnya dari hasil analisis SWOT dapat ditentukan strategi untuk

meningkatkan kinerja perusahaan. Kerangka pemikiran analisis kinerja dan strategi pengembangan usaha peternakan penggemukan sapi di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Gambar 3


(49)

Gambar 3. Bagan Alir Kinerja dan Strategi Pengembangan peternak penggemukan sapi di Kabupaten Lampung Selatan Peternakan Sapi H.Sony

Pengembangan Penggemukan Sapi

Kinerja Perusahaan aktivitas

Masuka Keluaran 1.Pakan 2.Tenaga Kerja 3.Peralatan 4.Bibit 5.obat-obatan Penerimaan Lingkungan Lingkungan Internal: 1. Produksi

2. Manajemen dan pendanaan 3. Sumber daya manusia

4. Lokasi 5. Pemasaran

Lingkungan Eksternal: 1.Ekonomi,sosial, Budaya

2. Teknologi 3. Pesaing 4. Iklim, cuaca 5.KebijakanPemerintah

Kekuatan Kelemahan

Matriks IFAS

Peluang Tantangan

Matriks EFAS Analisis SWOT 1.Produktivitas 2.Pendapatan Biaya produksi sapi Pendapatan Strategi Pengembangan Proses Harga Harga masukan


(50)

(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Peternakan sapi adalah suatu kegiatan usaha dalam meningkatkan manfaat kekayaan biotik berupa ternak sapi yang dilakukan oleh pengusaha peternakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal dalam mengelola peternakan sapi yang dilakukannya.

Usaha penggemukan sapi adalah kegiatan pemeliharaan sapi yang sudah dewasa tetapi dalam keadaan masih kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat yaitu sekitar 3-6 bulan.

Kinerja perusahaan merupakan sejauh mana keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan tertentu dalam periode tertentu. Kinerja perusahaan diukur berdasarkan produktivitas, kapasitas, pendapatan

Produktivitas sapi adalah rata-rata pertumbuhan harian (ADG) dalam suatu proses produksi sapi sebelum dan setelah digemukkan. Produktivitas dihitung


(52)

berdasarkan berat akhir (kg/ekor) dikurangi berat awal (kg/ekor) terhadap waktu pemeliharaan (hari).

Proses produksi ternak sapi merupakan suatu proses yang dilakukan dalam usaha ternak sapi yang telah digemukkan badannya.

Masukan (Input) merupakan suatu alat dan barang yang digunakan dalam proses produksi ternak sapi. Input berupa tenaga kerja, pakan, peralatan, bibit, obat-obatan.

Keluaran (output) merupakan hasil dari proses produksi berupa sapi yang telah digemukkan diukur dalam satuan kilogram (kg).

Jumlah tenaga kerja merupakan jumlah dari tenaga kerja yang dimiliki oleh peternak sapi baik dari dalam keluarga maupun luar keluarga yang digunakan dalam proses produksi yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).

Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari hasil penjualan sapi yang diukur dalam satuan rupiah dalam satu periode produksi.

Pendapatan usaha ternak sapi potong adalah penerimaan yang diterima dikurangi dengan biaya produksi pada usaha penggemukan sapi potong yang diukur dalam tiga periode penggemukan selama satu tahun.

Bakalan sapi adalah bibit sapi potong yang berumur 1-2 tahun, baik lokal maupun impor dan sepasang gigi serinya sudah tanggal.


(53)

Biaya pakan adalah jumlah uang yang dikeluarkan peternak untuk membeli pakan guna keperluan konsumsi ternak, diukur dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).

Biaya ternak penggemukan sapi adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan peternak untuk melakukan usaha penggemukan sapi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya obat-obatan adalah jumlah uang yang dikeluarkan peternak untuk membeli obat-obatan, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Luas lahan adalah tempat yang digunakan untuk beternak pada berbagai macam ternak diatas bidang tanah yang diukur dalam satuan hektar.

Biaya produksi atau biaya total adalah jumlah yang dikeluarkan karena

terpakainya faktor-faktor produksi dalam suatu proses produksi (biaya tunai dan biaya diperhitungkan) yang diukur dalam satuan rupiah.

Average daily growth (ADG) adalah rata-rata pertumbuhan harian sapi yang diperoleh dari selisih antara berat awal dan berat akhir yang diukur dalam satuan kg/ekor

Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang

menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.

Strategi pengembangan merupakan suatu rencana yang akan menentukan tindakan-tindakan pada masa yang akan datang dengan maksud untuk


(54)

meningkatkan kualitas kerja dan kemampuan teknis sehingga akan tercapai tujuan dari usaha ternak sapi dengan hasil yang optimal.

Lingkungan internal usaha ternak sapi merupakan sumber daya dan sarana yang ada dalam usaha ternak sapi dimana secara langsung dapat mempengaruhi

perkembangan dan kemajuan usaha tersebut. Lingkungan internal yaitu produksi, manajemen dan pendanaan, sumberdaya manusia, lokasi, dan pemasaran.

Lingkungan eksternal usaha ternak sapi adalah sumber daya dan sarana yang berada di luar ausaha ternak sapi dimana secara tidak langsung dapat

mempengaruhi perkembangan dan kemajuan usaha itu sendiri. Lingkungan eksternal berupa ekonomi sosial dan budaya, teknologi, pesaing, iklim dan cuaca, Pemerintah.

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau yang ingin dilayani oleh peternakan

Kelemahan adalah keterbatasan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan ternak sapi.

Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan ternak sapi.

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan ternak sapi.


(55)

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Haji Sony Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa peternakan Haji Sony

Kecamatan Jati Agung merupakan salah satu peternakan sapi potong yang paling besar di daerah ini dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Responden dalam penelitian ini adalah beberapa orang yang memiliki kontribusi besar dalam peternakan Haji Sony yaitu pemilik, mandor, penanggung jawab kandang peternakan Haji Sony, masyarakat mandiri, dan salah satu tenaga kerja peternakan di Lampung Tengah. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan wawancara langsung dengan tujuan agar mendapatkan data yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya serta pertanyaan yang diajukan terstruktur dan lengkap. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Juni 2014.

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pihak peternakan sapi potong Haji Sony dan pengamatan serta pencatatan langsung tentang keadaan di lapangan. Data sekunder diperoleh melalui analisis dokumen-dokumen atau dengan studi dokumentasi, yaitu mempelajari dan mengamati dokumen/catatan tertulis/arsip yang relevan dengan masalah kajian, yang terkait melalui Dinas Peternakan Provinsi Lampung, Badan Pusat Statistik dan perusahaan peternakan sapi Haji Sony.


(56)

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua cara yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai pendekatan metode analisis data penelitian.

1. Kinerja Usaha

Metode analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di Kecamatan Jati Agung adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan melihat produktivitas dan pendapatan pada perusahaan tersebut. Data diperoleh melalui survai lapangan dengan mandor dan pemilik peternakan sapi di Kecamatan Jati Agung. Kinerja dapat dilihat dari produktivitas dan pendapatan dapat

diperhitungkan sebagai berikut :

a. Produktivitas peternakan sapi potong

Untuk mengetahui produktivitas peternakan sapi potong menggunakan rata-rata pertumbuhan harian (average daily growth), dihitung menggunakan rumus:

ADG =

keterangan: ADG = rata–rata pertumbuhan harian (%) wo = berat awal (kg/ekor)

wt = berat akhir (kg/ekor) t = waktu pemeliharaan (hari) (Amin et al., dalam Arisandi 2011)

Standar nilai produktivitas bibit/bakalan sapi potong yang sudah baik, yaitu 1. Jenis sapi potong peranakan ongole (PO) sebesar 0,6 – 0,9 kg/ekor/hari.


(57)

2. Jenis sapi potong Brahman cross sebesar 0,83 – 1,5 kg/ekor/hari. (Muktiani, 2011)

b. Pendapatan peternakan sapi potong

Pendapatan ini dihitung dari selisih antara penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan selama satu tahun. Rumus dari pendapatan ini yaitu :

BTT Px

X Py

Yi i

 .

.

 Keterangan :

π = Pendapatan (Rp) Y = Produksi (Kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp/Kg)

ΣXi = Jumlah faktor produksi ke i ( i = 1,2,3,….n) Px = Harga produksi ke i (Rp)

BTT= Biaya tetap total (Rp)

Selanjutnya dilakukan analisis apakah peternakan menguntungkan atau tidak menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya dengan rumus sebagai berikut :

BT PT C

R/ 

Keterangan :

R/C = Nisbah antara penerimaan dengan biaya PT = Penerimaan total


(58)

Jika R/C > 1, maka peternakan memperoleh keuntungan Jika R/C < 1, maka maka peternakan mengalami kerugian.

Jika R/C ratio = 1, maka usaha penggemukan sapi yang dilakukan berada pada kondisi tidak untung dan tidak rugi (berada pada titik impas).

2. Analisis Strategi Pengembangan

Analisis SWOT dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha penggemukan sapi. Berdasarkan penjelasan di atas, ditemukan beberapa variabel yang akan menentukan strategi pengembangan peternakan penggemukan sapi tersebut.

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu :

a. Strengths (kekuatan)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

b. Weakness (kelemahan)

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

c. Opportunities(peluang)

Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau


(59)

konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

d. Threats (ancaman)

Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Proses penyusunan strategi pengembangan melalui beberapa tahapan analisis, adalah sebagai berikut;

a. Daftarkan item- item faktor strategis eksternal (EFAS) dengan faktor strategis internal (IFAS) yang paling penting dalam kolom faktor strategis. b. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 0

(tidak penting) sampai 100 (paling penting). Perhitungan bobot masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Berdasarkan pengaruh komponen-komponen faktor tersebut terhadap posisi strategi. c. Peternakan sapi (semua bobot tersebut harus berjumlah 100% yang akan

menjadi bobot untuk keseluruhan lima faktor yang akan di analisis). d. Menghitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala

mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi peternakan sapi yang bersangkutan.

e. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh total skor dalam kolom 4.


(60)

f. Kalikan bobot dengan peringkat untuk menghasilkan jumlah pada kolom skor berbobot. Matrik evaluasi internal dan ekternal analisis SWOT untuk mengetahui kondisi peternakan sapi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Matriks evaluasi faktor internal dan eksternal

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

1. ... 2. ... 3. ...

Kelemahan

1. ... 2. ... 3. ...

TOTAL

Faktor eksternal Bobot Rating Skor

Peluang

1. ... 2. ... 3. ...

Ancaman

1. ... 2. ... 3. ...

TOTAL

Analisis Lingkungan Internal

Cara-cara penentuan faktor strategi eksternal :

1) Menentukan komponen-komponen faktor dalam kolom 2. a. Produksi

Pemberian bobot untuk komponen produksi sebesar 40 persen dengan kekuatan produk yang dihasilkan berkualitas memiliki sedikit kadar lemak. Bobot tertinggi ini diperoleh dari diskusi langsung oleh pihak peternakan sapi potong Haji Sony dan wawancara langsung dengan partisipan yang memiliki praktisi dan keahlian tentang usaha penggemukan sapi, Selain itu didukung oleh kelebihan produk sapi yang dimiliki peternakan Haji Sony.


(61)

Kelebihan sapi potong Haji Sony berkualitas baik memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan memiliki bobot badan harian sapi yang lebih rendah dibandingkan dengan sapi impor. Komponen produksi untuk kelemahan diberi bobot tertinggi sebesar 40 persen dengan kelemahan harga bibit/bakalan sapi berfluktuasi. Pemberian bobot pada komponen ini

berdasarkan literatur dan informasi partisipan tentang harga bibit/bakalan yang berfluktuasi disebabkan karena sulitnya mendapatkan bibit/ bakalan sapi saat sesudah hari-hari besar keagamaan dan dipengaruhi oleh tinggi

rendahnya permintaan pasar.

b. Manajemen dan pendanaan

Bagaimana manajemen di dalam peternakan sapi diterapkan dalam

peternakan sapi tersebut kemudian bagaimana permodalan atau ketersediaan modal baik dari dalam maupun dari luar peternakan sapi. Pemberian bobot untuk komponen manajemen dan pendanaan sebesar 15 persen, komponen ini disesuaikan dengan kondisi di peternakan Haji Sony. Selain itu peternakan Haji Sony berperan ganda sebagai pengepul sapi di daerah peternakannya, sebagai pengusaha rumah potong hewan (RPH) untuk pengolahan daging bakso, dan pemasar sapi potong di dalam dan di luar kota. Komponen manajemen dan pendanaan untuk kelemahan diberi bobot sebesar 20 persen dengan kelemahan semua pencatatan keuangan menggunakan proses manual dan tidak lengkap. komponen didapatkan dari diskusi langsung oleh pihak peternakan sapi potong Haji Sony dan wawancara langsung dengan partisipan yang memiliki praktisi.


(62)

c. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia mencakup bagaimana kualitas kinerja dari pemilik maupun karyawan. Pemberian bobot untuk Sumber daya manusia

sebesar 15 persen, komponen ini disesuaikan dengan kondisi di peternakan Haji Sony. Tenaga kerja yang digunakan di peternakan sapi potong Haji Sony lebih banyak menggunakan tenaga kerja sekitar lingkungan peternakan sapi yang sudah berpengalaman. Komponen Sumber daya manusia untuk kelemahan diberi bobot terendah sebesar 5 persen dengan kelemahan tingkat pendidikan tenaga kerja rendah sehingga sering terjadi kesalahan dalam melakukan pekerjaannya. Komponen ini didapatkan dari diskusi langsung oleh pihak peternakan sapi potong Haji Sony.

d. Lokasi peternakan sapi

Apakah peternakan sapi tersebut berada dalam lokasi yang strategis atau tidak. Komponen lokasi untuk kekuatan diberikan bobot sebesar 10 persen, komponen ini disesuaikan dengan kondisi di peternakan Haji Sony. Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony sudah memenuhi

persyaratan yaitu letaknya berada jauh dengan pemukiman penduduk dengan jarak 70 meter, sehingga tidak mengganggu masyarakat sekitar terhadap bau yang tidak sedap yang ditimbulkan dalam proses penggemukan sapi potong. Komponen lokasi untuk kelemahan diberikan bobot sebesar 15 persen. Bobot ini didapatkan dari kondisi lokasi peternakan Haji Sony yang kurang strategis jauh dari perkotaan dan harus melewati jalan yang rusak, sehingga pembeli mengalami kesulitan untuk datang ke lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony.


(63)

e. Pemasaran

Apakah peternakan sapi tersebut berdekatan dengan pasar atau tidak. Dengan asumsi bahwa keberadaan peternakan sapi dengan pasar mempermudah dalam proses pemasaran. Pemberian bobot untuk komponen pemasaran sebesar 20 persen dengan kekuatan kemudahan dalam memasarkan ternak sapi potong. Pemberian bobot ini diperoleh dari diskusi langsung oleh pihak peternakan sapi potong Haji Sony dan wawancara langsung dengan partisipan yang memiliki praktisi dan keahlian tentang usaha penggemukan sapi.

Komponen pemasaran untuk kelemahan diberikan bobot sebesar sebesar 20 persen dengan kekuatan. Pemberian bobot pada komponen ini diperoleh dari jalur pemasaran sapi potong Haji Sony dimulai dari pedagang pengumpul, selanjutnya pedagang pengumpul menyalurkan sapi potong kepada konsumen akhir. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung yang dilakukan

peneliti, dominasi margin keuntungan pada umumnya berada pada pedagang besar dan pengumpul, peternakan Haji Sony sebagai produsen ternak sapi hanya mendapatkan margin keuntungan terendah. peternakan

2) Pemberian bobot pada masing – masing faktor tersebut pada kolom 3 dengan skala dari 100 (paling penting) sampai 0 (tidak penting) berdasarkan

pengaruh dari komponen-komponen terhadap posisi strategi peternakan (semua bobot harus berjumlah 100% pada masing-masing faktor).

3) Selanjutnya menghitung rating pada kolom 4 pada masing-masing faktor dengan skala 4 sampai dengan 1 berdasarkan pengaruh dari


(1)

97

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kinerja usaha penggemukan sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kabupaten Lampung Selatan secara keseluruhan dalam kategori baik. Produktivitas rata-rata pertumbuhan harian hidup sapi (ADG) jenis PO sebesar 0,8 kg/ekor/hari dan jenis sapi Brahman Cross sebesar 1,3 kg/ekor/hari dan present value pendapatan tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp 32.173.881.083,73 dengan jumlah populasi sapi sebesar 1.024 ekor dan total R/C sebesar 2,26.

2. Faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh usaha penggemukan sapi potong Haji Sony yaitu: (1) produk yang memiliki sedikit kadar lemak, (2) pengelolaan peternakan sapi oleh pemilik, (3) tenaga kerja yang sudah berpengalaman, (4) lokasi peternakan jauh dari rumah penduduk, (5) kemudahan dalam memasarkan ternak sapi potong. Faktor

kelemahan yang harus diatasi yaitu : (1) harga bibit/bakalan sapi

berfluktuasi, (2) terbatasnya modal dan pembukuan yang tidak lengkap, (3) tingkat pendidikan tenaga kerja rendah, (4) sulitnya menjangkau


(2)

98

lokasi peternakan sapi, (5) peran pengumpul dan pedagang besar yang dominan dalam penentuan harga. Faktor peluang yang dapat diraih yaitu: (1) pertumbuhan penduduk dan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, (2) teknologi yang ada dalam proses penggemukan sapi yang sudah tersedia, (3) pesaing yang masih relatif kecil, (4) musim yang mendukung ketersediaan pakan, (5) kemudahan dalam pemberian izin usaha. Faktor ancaman yang harus diatasi yaitu : (1) kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, (2) teknologi berbiaya tinggi, (3) meluasnya pesaing yang menggunakan sapi potong silangan sebagai indukan, (4) iklim dan cuaca tidak menentu, dan (5) tidak adanya pengurangan kuota import daging sapi.

3. Tiga strategi prioritas usaha penggemukan sapi potong Haji Sony yaitu (a) menghasilkan produk berkualitas yang memiliki sedikit kadar lemak, (b) membuat pembukuan untuk memaksimalkan penggunaan modal, (c) mengadakan pelatihan tenaga kerja dalam membuat pakan.

B. Saran

1. Dalam rangka menghasilkan produk yang berkualitas yaitu memiliki sedikit kadar lemak dalam peternakan sapi potong Haji Sony perlu membuat bibit/bakalan sapi silangan buatan sendiri. Untuk itu perlu merekrut tenaga ahli inseminasi buatan.

2. Strategi kedua yang dipilih adalah membuat pembukuan untuk memaksimalkan penggunaan modal. Sehubungan dengan strategi tersebut maka perlu dilakukan pelatihan tentang cara membuat


(3)

99

pembukuan yang baik pada usaha penggemukan sapi potong Haji Sony. Pelatihan tersebut dapat dilakukan dengan mendatangkan konsultan profesional.

3. Dalam rangka menjamin adanya pakan yang berkualitas, Dinas Peternakan Provinsi Lampung, dan pihak-pihak terkait lainnya, sebaiknya mengadakan pelatihan pengolahan pakan konsentrat sesuai takaran yang baik dan benar.

4. Sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih mendalam oleh peneliti lain terhadap usaha penggemukan sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kabupaten Lampung Selatan seperti aspek-aspek kelayakan dan analisis pemasaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adinata. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kajian Ekonomi Volume 5 No. 1 Ardiansyah. 2010. Analisis Kinerja dan Pemasaran Ayam Pedaging (broiler) di PT.

Sutipratama. Skripsi. Bandar Lampung. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Arisandi. 2011. Pengaruh Sallnitas yang berneda terhadap morfologi. Jurnal Ilmu

Kelautan Volume 16 No 3.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2008. Gambaran umum Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung. BPS Provinsi Lampung.

Budiraharjo. 2011. Analisis Profitabilita Usaha Penggemukan Sapi Potong Di

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 7

No 1

David, F. R. 2003. Strategic Management Concepts and Cases Ninth Edition. Prentice Hall. New Jersey.

Dinas Peternakan Provinsi Lampung. 2011. Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan. Bandar Lampung. 18 hlm.\

Dinas Peternakan Provinsi Lampung. 2012. Buku Saku. Data Base Peternakan Provinsi Lampung.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. 2012. Populasi ternak sapi di Lampung. Bandar Lampung. BPS Provinsi Lampung. Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Selatan. 2012. Buku Saku. Data Base

Peternakan Provinsi Lampung.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Provinsi Lampung

Direktorat Jenderal Peternakan. 2011. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Gasperssz, V. 2012. All In One Stretegic Management. Diterjemahkan oleh T. Herawati. Vinchristo Publication. Bogor. 162 hlm.


(5)

Hasibuan, D. H. M. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Iqbal dan Sudaryanto. 2008. Pembangunan Pertanian Indonesia.

http://blogs.unpad.ac.id/abysanilaras/2010/06/13/pentingnya-pembangunan-pertanian-di-indonesia/

Iryanti, D. 2010 Analisis Kinerja, Nilai Tambah Dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kecil Kelanting (Studi Kasus di Desa Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur). Skripsi. Bandar Lampung. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Kuncoro, M. 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta. Erlangga.

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor public. YKPN Bandung

Menteri Perdagangan. 2013. Ini Alasan Mendag Indonesia harus Impor daging sapi. http//www.

Sindows.com/reading/ini-alasan-mendag-imporsapi/Desember 12, 2013 bisnis.com/index.php. Diakses 18 Maret 2014

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta :BPFE Muktiani. 2011. Usaha Penggemukan Sapi Potong. Pustaka Baru Press.

Yogyakarta.

Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. Yogyakarta : BPFE.

Presetya, H dan L. Fitri. 2009. Manajemen Operasi. Yogyakarta. Media Pressindo.

Purbowati, E. 2012. Sapi Dari Hulu ke Hilir dan Info Mancanegara. Jakarta : Agriflo

Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedakan Kasus Bisnis. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Rasyaf. 1999. Manajemen Peternakan Ayam Petelur. Jakarta : Penebar Swadaya Rianto, E dan E. Purbowati. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Jakarta :

Penebar Swadaya.

Rusyana. 2012. Lampung Selatan Genjot Populasi Ternak Sapi.

http://www.bisnis-sumatra.com/index.php/December 10, 2012/investasi-peternakan-di-lampung-selatan-masih-terbuka/


(6)

Santosa, K., Warsito, dan A. Andoko. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi. PT.Agromedia Pustaka. Jakarta.

Saragih B. 2008. Kumpulan Pemikiran Agribisnis Berbasis Peternakan. USESE Foundation dan Pusat Studi Pembangunan. IPB Bogor.

Schuler, R.S., dan S.E.Jackson. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia

Menghadapi Abad ke 21, Jilid 2, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga. Jakarta. Siregar, S.B. 1999. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Srimindarti, C. 2004. Balanced Scorecard sebagai Alternatif Untuk Mengukur Kinerja. Fokus Ekonomi.

Sudarmono, A.S., dan Y.B.Sugeng. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suparini. 2000. Pengkajian Potensi Wilayah Pengembangan Ternak Sapi Potong. IPB : Bogor Agricultural University

Soekartawi. 1997. Agribisnis Teoridan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sugeng, B. Y. 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. 197 hlm. Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Beternak Sapi Potong.

Nuansa Aulia. Bandung

Tisnawati, E. 2005. Pengantar Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta

Williamson, Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gajahmada University Press. Yogyakarta.