PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 01 SUKAAGUNG BARAT KECAMATAN BULOK

(1)

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SDN 01 SUKAAGUNG BARAT KECAMATAN BULOK

Oleh ISWANDI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SDN 01 SUKAAGUNG BARAT KECAMATAN BULOK

Oleh Iswandi

Berdasarkan hasil observasi awal pembelajaran IPS di kelas IV SDN 01 Sukaagung Barat diketahui aktivitas dan prestasi belajar siswa masih rendah. Pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa pasif. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPS melalui metode inkuiri.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, yang berlangsung dalam 2 siklus. Rancangan masing-masing siklus terdiri 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan pemberian tes pada setiap siklus. Data dianalisis dengan data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPS. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa dari 39 orang, hanya mendapat kreteria cukup dan pada siklus II meningkat menjadi baik. Sedangkan ditinjau dari ketuntasan prestasi belajar siswa pada siklus I belajar sebesar 30,76% dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 87,61%.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ……….. . vi

DAFTAR TABEL ……… vii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Teori Belajar... 8

2.2 Pengertian Teori Belajar ... 10

2.2.1 Teori Belajar konstruktivis ... 10

2.3 Metode Inkuiri ... 12

2.4 Pengertian Aktivitas Belajar ... 14

2. 5 Pengertian Prestasi Belajar ... 16

2.6 Hipotesis Tindakan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Model Penelitian ... 20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.3 Subjek Penelitian ... 20

3.4 Prosedur Tindakan ... 21

3.5 Rincian Prosedur Penelitian ... 22

3.6 Tehnik Pengumpulan Data ... 25

3.7. Alat Pengmpulan Data ... 25

3.8. Tehnik Analisis Data ... 26


(7)

4.2 Hasil Penelitian ... 29

A. Siklus I ... 29

B. Siklus II ... 39

4.3Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

1.1 Kesimpulan ... 53

1.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1.1 Distribusi nilai ulangan harian IPS Semester ganjil TP 2012/2013 3

3.1 Presentase kinerja guru ………..………... 26

3.2 Presentase aktivitas siswa ………. 27

4.1. Data aktivitas siwa siklus I ………... 32

4.2. Kinerja guru siklus I ………... 34

4.3 Rekapitulasi kinerkja guru ………... 35

4.4 Data hasil belajar siswa ………... 37

4.5. Data aktifitas siwa siklus II ………... 42

4.6. Kinerja guru siklus II ………... 44

4.7 Rekapitulasi kinerkja guru siklus II ………... 45

4.8 Data hasil belajar siswa siklus II ………... 47

4.9. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa selama penelitian... 49

4.10. Rekapitulasi kinerkja guru selama penelitian…………... 50


(9)

Halaman Gambar 1. Siklus penelitian ……… 16


(10)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Izin Penelitian dari Fakultas ………... 58

2. Izin penelitian dari SD ………... 59

3. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 60

4. Keterangan telah melaksanakan penelitian dari SD ... 61

5. Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus 1... 62

6. Uji kompetensi (Tes Formatif) siklus 1 ... 67

7. Kunci jawaban siklus 1 ... ….. 69

8. Data aktivitas siswa siklus 1 ... ….. 70

9. Hasil belajar siklus I ……… 71

10.Rencana Perbaikan Pembelajaran siklus 2 ... 72

11.Uji kompetensi (Tes Formatif) siklus 2 ... 77

12.Kunci jawaban siklus 2 ... …… 79

13.Data aktivitas siswa siklus 2 ... 80

14.Hasil belajar siklus 2 …... 81

15.Aktivitas Belajar siklus 2 ... …….. 82

16.Rekapitulasi Hasil belajar siklus selama penelitian ... 83


(11)

BAB 1 PE NDAH ULUAN

1.1 Lata r B el akang Ma salah

Salah satu tujuan negara Republik Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV adalah mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh karena itu pemerintah memiliki kewajiban untuk mengusahakan rakyatnya hidup maju sejajar dengan negara lain. Pemerintah harus memperhatikan pendidikan sekaligus merencanakan sistem pendidikan nasional yang merupakan implementasi dari tujuan negara tersebut.Dalam pendidikan dasar diberikan berbagai macam pelajaran, baik mata pelajaran wajib maupun muatan lokal yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki tiap-tiap siswa.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu bidang studi pokok yang dipelajari di sekolah Dasar. Mata pelajaran IPS berfungsi sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Mata Pelajaran IPS mempelajari tentang ilmu yang berkaitan dengan gejala sosial kemasyarakatan, dari keluarga sebagai lingkup sosial terkecil sampai dengan negara-negara di dunia. dengan menguasai IPS anak akan mampu berpikir secara logis, rasional, kritis, bersosialisasi, cermat, jujur, efektif, dan efisien. (Winataputra : 2005 9.3)


(12)

2

Tujuan pendidikan IPS di SD/MI menurut Permendiknas no. 22 Tahun 2006 adalah a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; b) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan d) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Pembelajaran IPS di sekolah dasar hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan IPS di SD/MI sebagaimana Permendiknas no. 22 tahun 2006. Pada proses pembelajarannya dapat melibatkan seluruh siswa dan dapat menggali potensi yang dimiliki siswa. Setelah proses pembelajaran IPS, siswa diharapkan dapat lebih peka terhadap gejala sosial yang ada di sekitarnya.

Kemampuan dan minat dalam mengikuti pelajaran IPS siswa kelas IV berbeda-beda. Banyak siswa yang masih pasif dalam mengikuti pelajaran, mereka hanya mendengarkan dan kurang memberikan tanggapan apa yang sudah dijelaskan guru. Siswa masih bersikap masa bodoh, dan akibatnya kurang memahami materi yang diberikan guru. Dalam memberikan materi, guru menyampaikan materi dengan dibacakan atau mencatat di papan tulis tanpa berusaha untuk mengggali kemampuan siswa. Guru hanya berorientasi pada ketuntasan pemberian materi yang disampaikan pada siswa, dan bukan pada kemampuan dan keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS. Hal ini dapat menyebabkan prestasi belajar IPS tiap-tiap siswa juga beragam.


(13)

Mata pelajaran IPS juga biasanya kurang disukai siswa, karena banyak siswa menganggap bahwa mata pelajaran IPS banyak sekali hafalannya. Kondisi serupa juga terjadi pada SDN 01 Sukaagung Barat, guru masih menerapkan sistim pembelajaran yang konvensional. Guru menerangkan materi, dan siswa hanya disuruh mendengarkan, mencatat, kemudian diberi soal latihan. Siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya maupun berpendapat. Dengan demikian, tampak pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa pasif.

Berdasarkan penelusuran lebih lanjut tentang hasil belajar siswa, diketahui ketuntasan hasil belajar siswa rendah, selengkapnya sbb:

Tabel 1.1 Distribusi nilai ulangan harian mata pelajaran IPS semester ganjil TP 2012/2013

No. Nilai Frekuensi ∑ % Keterangan

1. 35 2 70 5,13 Belum Tuntas

2. 40 8 320 20,52 Belum Tuntas

3. 45 5 225 12,82 Belum Tuntas

4. 50 6 300 15,38 Belum Tuntas

5. 55 3 165 7,69 Belum Tuntas

6. 60 3 180 7,69 Belum Tuntas

7. 65 2 130 5,13 Tuntas

8. 70 3 210 7,69 Tuntas

9. 75 2 150 5,13 Tuntas

10. 80 2 160 5,13 Tuntas

11. 85 3 255 7,69 Tuntas

jumlah 39 2165 100

rerata 55,5

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 39 orang jumlah siswa, terdapat 27 orang atau 69,23% belum tuntas belajar, dan hanya 12 orang atau 30,77 % yang telah tuntas.


(14)

4

Hasil tersebut diduga disebabkan oleh, (1) Rendahnya aktivitas belajar siswa, (2) Guru dalam belajar mengajar kurang mampu memotivasi aktivitas belajar siswa dengan baik dan kurang tepat dalam memilih strategi pembelajaran. Yang demikian itu tentu banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Para siswa sebenarnya memiliki kemampuan awal yang telah diterima di kelas sebelumnya. Kemampuan awal siswa ini harus digali agar siswa lebih belajar mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka akan mengkaitkan dengan pelajaran baru. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih mendekatkan pada lingkungan siswa dan lebih kontekstual. Konsep-konsep yang dikembangkan sebaiknya berhubungan dengan alam sekitar agar menjadi konteks pembelajaran yang bermakna. Meskipun demikian mengaitkan konteks lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dengan isi materi bukan pekerjaan yang mudah, karena perlu waktu dan proses yang panjang. Namun kenyataannya guru cendrung mengikuti isi kurikulum dan anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar bermakna.

Sementara Oemar Hamalik (2003:50) berpendapat, bahwa unsur-unsur dinamis yang terkait dalam proses belajar terdiri dari (1) motivasi siswa; (2) bahan belajar; (3) alat bantu belajar; (4) suasana belajar; dan (5) kondisi subyek yang belajar. Kelima unsure inilah menurutnya yang bersifat dinamis, yang sering berubah menguat atau melemah, dan yang mempengaruhi proses belajar tersebut.


(15)

Berdasarkan beberapa fakta tersebut diatas, salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan sebagai solusi dalam meningkatkan hasil belajar konsepr persebaran sumber daya alam adalah menggunakan metode inkuiri. Ada beberapa keunggulan dari metode ini, diantaranya: lebih menantang, kontekstual, siswa sendiri yang menemukan, dan menumbuhkan semangat kemendirian siswa. Hal yang terpenting adalah siswa merasa perlu untuk mencari jawaban dari soal /problem yang ditemuinya yang benar-benar terjadi di lingkungannya dan melatih bagaimana proses menemukan jawaban tersebut secara ilmiah dan sisttematis.

Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri ini, siswa dihadapkan pada sebuah masalah yang sulit sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan didalam masalah itu melalui proses penelitian Gulo (2009:84). Untuk itu dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Aktivitas siswa rendah.

b. Kemampuan dan prestasi belajar IPS siswa yang masih rendah. c. Pembelajaran masih berpusat pada guru.


(16)

6

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah penelitian tersebut maka rumusan masalah penelitian yaitu: “

1. Bagaimanakah penerapan metode Inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 01 Sukaagung Barat Kecamatan Bulok?”

2. Bagaimanakah penerapan metode Inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 01 Sukaagung Barat Kecamatan Bulok?”

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. .Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.

2. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.


(17)

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan yang bermanfaat bagi :

1. Siswa

- Siswa memperoleh pembelajaran langsung yang lebih bermakna sehingga materi pembelajaran yang disampaikan akan berkesan dan mudah untuk dipahami.

2. Guru

- Sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPS.

3. Sekolah

- Meningkatkan hasil belajar IPS, akan meningkat juga kualitas pendidikan di sekolah.


(18)

8

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar

Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kata menguasai disini mengisyaratkan bahwa siswa tidak sekedar tahu dan hafal tentang konsep yang diajarkan guru, tetapi siswa juga harus memahami konsep-konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep-konsep lainnya. Pada tingkat sekolah dasar pembelajaran haruslah dipusatkan pada pemberdayaan siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Hal ini berkaitan berat dengan cara guru menyampaikan proses pembelajaran, baik selama pembelajaran berlangsung maupun pada saat melakukan evaluasi dalam mengembangkan pelajaran IPS dikelas, sehingga siswa dituntut lebih aktif dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. ( Winataputra, dkk, 2005 : 9.3)

Sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalaran disamping aspek nilai dan moral banyak memuat materi sosial dan bersifat hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk hafalan. Materi pembelajaran IPS berkaitan


(19)

dengan berbagai fenomena kehidupan sehari-hari. Produk IPS terdiri atas fakta, konsep, prinsip, teori dan hokum. Dari segi proses makna Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki keterampilan proses yaitu : mengamati dengan indra , menggolongkan/mengelompokkan, menerapkan konsep/prinsif , menggunakan alat dan bahan, berkomunikasi, berhipotesis, menafsirkan data, melakukan percobaan dan mengajukan pertanyaan . Winataputra, dkk, 2005 : 9.3). Untuk itu siswa perlu mengembangkan sikap-sikap sebagai berikut, Sikap ingin tahu, rasa ingin tahu ditandai dengan tingginya minat keingintahuan siswa terhadap prilaku alam sekitarnya. Anak sering mengamati benda disekitarnya, melakukan ekspolorasi pada benda-benda yang ditemuinya dan mencoba beberapa pengalaman baru. Sikap ingin tahu biasanya ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan.

Sikap luwes terhadap gagasan baru, konsep yang dibangun anak untuk memahami lingkungannya senantiasa berubah sejalan dengan penambahan pengalaman dan bukti baru. Pengalaman dan bukti baru ini seringkali bertentangan dengan konsep yang telah dipegang sebelumnya. Pemahaman suatu konsep ilmiah sering berlangsung secara bertahap. Kondisi ini memerlukan sikap luwes untuk membangun gagasan baru yang lebih baik.


(20)

10

Sikap merenung secara kritis, dalam kegiatan IPS anak sengaja dibiasakan dengan sikap untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan yang sudah dilaksanakan.

Dalam pembelajaran sehari-hari sikap ini diwujutkan melalui komentar kritis terhadap diri nya sendiri. Karena itu perlu mengulangi percobaan padabagian-bagian tertentu. Anak juga perlu menggunakan cara alternative lainnya sewaktu akan memecahkan suatu permasalahan.

2.2 Pengertian Belajar

Penelitian ini dilandasi oleh suatu pandangan teori konstuktivisme. Dalam hal ini Herpratiwi (2009:71-75) menjelaskan teori belajar diatas yaitu :

2.2.1. Teori Belajar Konstruktivisme

Dalam teori belajar konstruktivisme siswa harus menemukan sendiri dan mentrasformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya bila tidak lagi sesuai bagi siswa, agar siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah. Lebih lanjut dijelaskan guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan, guru dapat memberikan kemudahan memberi kesempatan siswa untuk menerapkan ide siswa untuk menemukan, teori konstruktivisme juga memberikan kebebasan kepada manusia yang ingin belajar dengan bantuan orang lain.


(21)

Berdasarkan teori konstruktivisme diatas belajar adalah merupakan kegiatan aktif dimana sibelajar membangun sendiri pengetahuanya, subyek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari dan merupakan proses bagaimana menjadi tahu tentang sesuatu, proses belajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru kesiswa, tetapi sesuatu kegiatan yang memungkinkan siswa merekonstruksi sendiri pengetahuannya, juga usaha manusia dalam rangka merubah pola piker dan tingkah lakunya berdasarkan pengetahuannya, pengalaman, dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga terjadi perubahan keterampilan, pemahaman, pengetahuan, nilai dan sikap yang bersifat permanen dan membekas dan diharapkan dapat hidup mandiri, karena untuk membangun sesuatu pengetahuan baru siswa akan menyesuaikan informasi baru atau pengetahuan yang disampaikan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki melalui berinteraksi social dengan teman, guru, dan sumber belajar.

Ciri dan prinsip pendekatan belajar konstruktivisme, Herpratiwi. (2009:77) yaitu:

1. Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena focus belajar mereka pada proses integrasi pengetahuan yang baru dengan pengalaman pengetahuan mereka yang lama.

2. Setiap pandangan yang berbeda akan dihargai dan sekaligus diperlukan, siswa-siswa didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.

3. Proses pembelajaran harus mendorong adanya kerjasama, tetapi bukan untuk bersaing. Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk memungkinkan siswa mengingat lebih lama.

4. Kontrol kecepatan dan focus siswa ada pada siswa, cara ini akan lebih memberdayakan siswa.


(22)

12

5. Pendekatan konsrtuktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas dari dunia nyata

2.3 Metode Inkuiri

Metode Inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Sanjaya (2008:196)

Menurut Sanjaya (2008:201), secara umum langkah-langkah proses pembelajaran Inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Orientasi, yaitu mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.

2. Merumuskan masalah, yaitu langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu jawaban sementara dan suatu permasalahan yang sedang dikaji dengan berlandaskan pada berfikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan bersifat rasional dan logis.

4. Mengumpulkan data, yaitu aktivitas penjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

5. Menguji hipotesis, yaitu proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6. Merumuskan kesimpulan, yaitu proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil penguji hipotesis

Menurut Roestiyah (2008: 75), Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di dalam kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas.

2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan.


(23)

3. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya didalam kelompok,

4. Kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.

Menurut Sanjaya (2008: 208), keunggulan strategi pembelajaran Inkuiri adalah:

1. Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

2. Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3. Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.

Menurut Roestiyah (2008: 76-77), keunggulan dari metode inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consepi” pada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Mendorong siswa untuk berfikir inkuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

5. Memberi kepuasan yang bersifat intristik.

6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. 8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.


(24)

14

9. Siswa dapat menghindari belajar secara tradisional.

10.Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

2.4 Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan keaktifan; kegiatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007: 23). Aktivitas terbagi menjadi (1) aktivitas fisik adalah siswa giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, dan (2) aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani, 2004: 6). Hal tersebut diperkuat oleh pandangan tentang aktivitas dikemukakan Piaget (Rohani, 2004: 7) bahwa seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Tampa berbuat anak tidak berpikir, agar berpikir sendiri (aktif) ia harus diberikan kesempatan untuk berbuat sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan siswa dalam belajar baik fisik atau phisikis untuk mencapai hasil belajar.

Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Proses pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Siddiq, (2008) menyatakan yang disebut aktivitas belajar adalah aktivitas mental dan emosional dalam upaya terbentuknya perubahan prilaku yang lebih maju. Pintrich Schunk dalam Nurmalawati (2009) berpendapat aktivitas merupakan aspek yang penting yang mempengaruhi perhatian, belajar, berfikir, dan berprestasi.


(25)

Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dalam belajar merupakan keaktifan siswa dalam pembelajaran seperti bertanya, menanggapi, membuat rangkuman, mengadakan diskusi dan sebagaimana yang merupakan bentuk aktivitas mental dan emosional siswa dalam upaya terbentuknya prilaku yang lebih maju.

Dalam proses pembelajaransaat ini guru hanya bertugas menyediakan bahwa pembelajaran tetapi yang mencerna dan mengolah adalah siswa sendiri sesuai dengan karaktristik siswa sehingga akan tampak aktivitas yang dilakukan.

Adapun aktivitas yang diamati selama proses pembelajaran dalam penelitian adalah:

1. Kegiatan visual meliputi memperhatikan penjelasan guru

2. Kegiatan lisan mengemukakan pendapat dan kemampuan siswa dalam menyatukan pemikiran secara individu.

3. Kegiatan mental kemampuan siswa dalam menggunakan alat peraga/model untuk memecahan soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa.

Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa aktivitas merupakan unsure yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar yang dilakukan adalah kegiatan yang mendukung pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru memiliki tanggung jawab untuk memberikan dorongan kepada siswa dalam membangun pemahamannya.


(26)

16

2.5 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah istilah yang diambil dari bahasa belanda yaitu prestaie yang berarti hasil dari usaha. Kata prestasi dalam berbagai penggunaan selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu. Gagne (1992: 65) mengemukakan bahwa dalam setiap proses akan selalu mendapat hasil yang nyata yang dapat diukur sebagai hasil belajar seseorang. Belajar adalah suatu aktivitas yang melibatkan bukan hanya penguasaan kemampuan akedemik baru saja, melainkan juga perkembangan emosional, interaksi social dan perkembangan kepribadian. Pengalaman berupa pelajaran akan menghasilkan perubahan (pematangan atau pendewasaan) pola tingkah laku, perubahan system nilai dan dapat memperoleh perbedaan konsep-konsep serta dalam kekayaan informasi tingkah laku setelah individu mendapat berbagai pengalaman dalam situasi belajar mengajar yang diberlakukan atasnya. Pengalaman-pengalaman tersebut akan menyebabkan proses perubahan pada diri seseorang. Dengan kata lain, bahwa proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman yang diperoleh. Sadiman (1996: 45) mengatakan bahwa belajar dapat diartikan suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup.

Belajar adalah terminology yang akan digunakan untuk menggambarkan proses meliputi perubahan melalui pengalaman. Proses perubahan tersebut secara relative untuk memperoleh perubahan permanen dan pemahaman, sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan keterampilan melalui pengalaman. Melalui proses tersebut seseorang mengubah tingkah lakunya


(27)

dengan cara latihan, baik latihan yang dipersiapkan secara khusus dilaboratorium maupun latihan yang terjadi secara alamiah dimana individu berinteraksi dengan lingkunganya.

Kaitannya dengan belajar tersebut, Dalyono (2005: 49 ) mengemukakan beberapa prinsip yang berkaitan dengan belajar, yaitu :

1. Belajar pada hakekatnya potensi manusia dan prilakunya.

2. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri pada siswanya.

3. Belajar akan lebih mantap dan efektif apabila didorong dengan motivasi.

4. Perkembangan pengalaman siswa akan banyak mempengaruhi kemampuan belajarnya.

Prinsip-prinsip tersebut perlu dipahami untuk dapat memberikan penjelasan tentang usaha pencapaian tujuan belajar itu sendirimmelalui kondisi belajar yang kondusif. Prinsip-prinsip tersebut menunjukan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan fisiologis dan perubahan kematangan. Perubahan terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan pengetahuan, kebiasaan, kecakapan atau yang lebih dikenal aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.


(28)

18

Berdasarkan penjelasan diatas, yang dimaksud belajar dalam penelitian ini adalah proses perubahan tingkah laku individu yang berlangsung selama satu masa tertentu, meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap melalui pengalaman yang didapatnya di lingkungan situasi belajar itu berlangsung. Adapun prestasi belajar berbagai pendapat sesuai dengan sudut pandang masing-masing ahli. Muhibin ( 1997: 141 ) menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajarimateri pelajaran disekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh darihasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Pendapat-pendapat diatas menunjukan bahwa prestasi belajar dipergunakan untuk menyebut berbagai macam hasil kegiatan atau usaha. Hal ini sesuai dengan kenyataan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Istilah prestasi belajar sering digunakan untuk menyebut hasil yang dicapai dalamberbagai kegiatan misalnya prestasi olahraga, prestasi seni, prestasi kinerja, prestasi belajar, prestasi usaha dan sebagainya.

Pada proses pembelajaran, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil dari pembelajaran yang meliputi penguasaan, perubahan emosional, dan perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes obyektif maupun tes uraian. Dengan demikian prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) adalah prestasi belajar siswa pada tes ujian akhir semester atau pada kompetensi dasar pelajaran IPS.


(29)

2.6 Hipotesis Tindakan

Jika pembelajaran IPS di kelas IV SDN 01 Sukaagung Barat Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus menggunakan metode inkuiri dengan langkah-langkah yang tepat maka aktivitas dan prestai belajar siswa akan meningkat.


(30)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sehingga hasil belajar siswa meningkat (dalam Wardhani. 2009:1.3).. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus, secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui (Suharsimi:2007), yaitu: (1) perencanan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN 01 Sukaagung Barat Kecamatn Bulok dimulai pada 17 Desember 2012 – 28 Maret 2013.

3.3Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 01 Sukaagung Barat Kecamatan Bulok sebanyak 39 orang. Seluruh siswa dijadikan subjek penelitian dengan harapan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri ini akan berdampak pada seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran.


(31)

3.4Prosedur Tindakan

Penelitian dilakukan dalam beberapa siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Adapun prosedur tindakan sebagai berikut: Gambar 1. Siklus penelitian

Secara operasional tahap-tahap kegiatan penelitian dalam siklus dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan 1 Dalam perencan

Gambar 1. Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) diadopsi dari Suhardjono, (2006: 74)

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan Tindakan Observasi

Rencana Tindakan

Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan Tindakan Observasi

Rencana Tindakan


(32)

22

3.5Rincian Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terjadi dalam 4 tahap. Tahap-tahap tersebut adalah: tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhardjono (2006 : 73 ).

1. Perencanaan

1) Membuat perangkat pembelajaran yang akan diterapkan.

2) Menyusun scenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diberikan.

3) Mempersiapkan lembar observasi.

2. Pelaksanaan 1) Siklus I

a. Sebagai orientasi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan tanya jawab tentang aktivitas yang dilakukan siswa sehari-hari.

b. Untuk merumuskan masalah, guru menyampaikan materi pembelajaran sumber daya alam dan jenis-jenisnya kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab.

c. Membagi siswa dalam kelompok dengan cara berhitung 1 sampai 6 sehingga terbentuk 6 kelompok.

d. Untuk merumuskan hipotesis, guru membagi tugas kelompok untuk mendiskusikan menentukan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan oleh guru.


(33)

e. Dalam pengumpulan data, setiap kelompok berdiskusi mengenai sumber daya alam.

f. Guru mengamati diskusi dan kerja kelompok dengan memberi bimbingan jika perlu.

g. Untuk menguji hipotesis. Setiap kelompok berdiskusi mengenai jenis persebaran sumber daya alam berdasarkan tempat kemudian membuat catatan laporan hasil diskusi kelompok.

h. Merumuskan kesimpulan, setiap kelompok secara bergantian 4saling menanggapi. Kemudian guru bersama-sama siswa menyimpilkan hasil diskusi dan kerja kelompok.

i. Siswa mengerjakan evaluasi tugas individu.

j. Apabila ada siswa yang memperoleh hasil yang kurang dari harapan maka dijelaskan kembali materi yang dianggap sulit.

3. Observasi

Pengamatan dilakukan sejak proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas yang diamati oleh guru, dan lembar aktivitas yang telah disiapkan.

4. Refleksi

Refleksi meliputi kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan hasil pengamatan setelah siklus I dilaksanakan, peneliti mengevaluasi kelebihan dan kekurangan yang didapat pada siklus I, peneliti merencanakan untuk melakukan perbaikan kembali dengan menentukan perbaikan untuk siklus II.


(34)

24

Siklus II

Pada dasarnya tahap demi tahap pembelajaran pada siklus kedua sama seperti pada siklus pertama, hanya saja dalam pelaksanaan siklusII ini akan diawali dengan perbaikan dari rekomendasi yang dihasilkan pada kegiatan refleksi siklus I. Materi pembelajaran pada siklus II adalah potensi sumber daya alam. Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang telah dilakukan guru dan mengkaji aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus berikutnya.

1. Observasi

Pengamatan dilakukan sejak proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas yang diamati oleh guru, dan lembar aktivitas yang telah disiapkan

2. Refleksi

Refleksi meliputi kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan hasil pengamatan setelah siklus II dilaksanakan, peneliti mengevaluasi kelebihan dan kekurangan yang didapat pada siklus II.


(35)

3.6Tekhnik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Data Kualitatif

Yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses belajar mengajar berlangsung dibantu oleh rekan sejawat dengan mengisi lembar observasi.

2. Data Kuantitatif

Yaitu data yang diperoleh dari hasil tes setiap akhir siklus berupa lembar kerja siswa.

3.7. Alat Pengumpulan Data 1. Lembar Observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru mitra. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran dikelas selama penelitian tindakan berlangsung. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi langsung terhadap aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung dengan menggunakan lembar aktivitas siswa.

2. Tes Hasil Belajar

Instrumen ini digunakan untuk mengambil data kuantitatif mengenai peningkatan prestasi belajar siswa khususnya mengenai penguasaan tiap siklus.


(36)

26

3.8Tekhnik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data hasil observasi yang digunakan untuk menjaring aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi pembelajaran.

1. Data Kualitatif ini diperoleh dari data non-tes yaitu lembar panduan observasi. Data hasil observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dan kinerja guru setelah diterapkan metode inkuiri. Data tersebut diperoleh berdasarkan prilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Data diperoleh dengan pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran.

Ketercapaian aktivitas siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran dianalisis dengan menentukan nilai rata-rata yang dihitung dengan menggunakan rumus:

Tingkat Keberhasilan= x

Tabel 3.1 : Persentase Kinerja Guru

Rentang Nilai Aktivitas Kreteria

85% - 100% Baik Sekali

75% - 84% Baik

65% - 74% Cukup

45% - 64% Kurang

≤44% Kurang Sekali


(37)

Tabel 3.2 : Persentase Aktivitas Siswa

Rentang Nilai Aktivitas Kreteria

85% - 100% Aktif Sekali

75% - 84% Aktif

65% - 74% Cukup

45% - 64% Kurang

≤44% Kurang Sekali

(Modifikasi: Arikunto, 2007: 44)

2. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan siklus II dengan memperhatikan aspek ketuntasan, yaitu nilai KKM 65. Dat kuantitatif ini didapat dengan menghitungnilai rata-rata kelas dan hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

Rumus: X =

Keterangan:

X = Rata-rata Hitung Nilai N = Banyak Siswa

X1 = Nilai Siswa


(38)

28

3.9 Kriteria Keberhasilan

Dalam penelitian tindakan kelas ini, penelitian dikatakan berhasil jika aktivitas siswa dalam pembelajaran mencapai ≥ 80 %, dan hasil belajar siswa dengan ketuntasan klasikal minimal 80 %, dengan KKM 65.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai peningkatan prestasi belajar IPS melalui metode inkuiri pada siswa kelas IV SDN 01 Sukaagung Barat, maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa, sehingga siswa lebih aktif dan bersemangat dalam pembelajaran.

2. Penggunaan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar.

B. Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan, penulis memberikan beberapa saran:

1. Siswa, agar dalam pembelajaran siswa memperhatikan supaya prestasi belajar meningkat.

2. Guru, Guru yang mengajar IPS di sekolah ini belum memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai. Guru bidang studi IPS sebagai pelaksana perlu meningkatkan kemampuan profesionalnya agar dapat menyelenggarakan kegiatan pembelajaran IPS dengan baik. Upaya meningkatkan kemampuan profesional guru dapat dilakukan melalui pembinaan rutin dari kepala


(40)

54

sekolah, pengawas, membaca buku-buku sumber dan buku penunjang serta mengikuti kursus atau pendidikan dan latihan yang sesuai..

3. Kepala sekolah, agar kepala sekolah melengkapi sarana prasarana penunjang pembelajaran. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah buku-buku penunjang, tempat praktek yang memadai, peralatan praktek yang lengkap, bahan-bahan praktek dan lain-lain.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2007. Penilaian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Dalyono, 2005 prestasi belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta Gagne dan Berliner. 1992. Belajar Behavioristik dan penerapan dalam

pembelajaran. (online) http://www.maziatul.com/2013/07/teori-belajar-behavioristik-dan.html. diakses tanggal 23 Januari 2013

Gulo W, 2009. Strategi Belajar Mengajar. Grasindo. Jakarta

Herpratiwi, 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta Muhibin Syah, 1997. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Remaja

Rosdakarya. Bandung

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Narbuko dan ahmadi. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Nurmalinawati. 2009. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajat Siswa dengsn Menggunakan Metode Inkuiri. Universitas Lampung. Jakarta Roestiyah NK. 2008. Sterategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajar. Rineka Cipta. Jakarta Sanjaya, Wina. 2008. Sterategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


(42)

56

Sadiman, S, dkk. 1996. Media Pendidikan; pengertian; pengembangan dan Pemanfaatannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Siddiq, Djauhar, M. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Bumi Aksara. Jakarta

Suharsimi, dkk 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta . Universitas Terbuka Suhardjono, Agus. 2006. Pengenalan Bangun Ruang dan Sifat-sifatnya. Jakarta.

Depdiknas

Winataputra, Udin S. (2005: 9.3) Pendekatan Ekspositoris. Jakarta. Universitas Terbuka


(1)

Tabel 3.2 : Persentase Aktivitas Siswa

Rentang Nilai Aktivitas Kreteria

85% - 100% Aktif Sekali

75% - 84% Aktif

65% - 74% Cukup

45% - 64% Kurang

≤44% Kurang Sekali

(Modifikasi: Arikunto, 2007: 44)

2. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan siklus II dengan memperhatikan aspek ketuntasan, yaitu nilai KKM 65. Dat kuantitatif ini didapat dengan menghitungnilai rata-rata kelas dan hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

Rumus: X = Keterangan:

X = Rata-rata Hitung Nilai N = Banyak Siswa

X1 = Nilai Siswa


(2)

28

3.9 Kriteria Keberhasilan

Dalam penelitian tindakan kelas ini, penelitian dikatakan berhasil jika aktivitas siswa dalam pembelajaran mencapai ≥ 80 %, dan hasil belajar siswa dengan ketuntasan klasikal minimal 80 %, dengan KKM 65.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai peningkatan prestasi belajar IPS melalui metode inkuiri pada siswa kelas IV SDN 01 Sukaagung Barat, maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa, sehingga siswa lebih aktif dan bersemangat dalam pembelajaran.

2. Penggunaan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar.

B. Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan, penulis memberikan beberapa saran:

1. Siswa, agar dalam pembelajaran siswa memperhatikan supaya prestasi belajar meningkat.

2. Guru, Guru yang mengajar IPS di sekolah ini belum memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai. Guru bidang studi IPS sebagai pelaksana perlu meningkatkan kemampuan profesionalnya agar dapat menyelenggarakan kegiatan pembelajaran IPS dengan baik. Upaya meningkatkan kemampuan profesional guru dapat dilakukan melalui pembinaan rutin dari kepala


(4)

54

sekolah, pengawas, membaca buku-buku sumber dan buku penunjang serta mengikuti kursus atau pendidikan dan latihan yang sesuai..

3. Kepala sekolah, agar kepala sekolah melengkapi sarana prasarana penunjang pembelajaran. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah buku-buku penunjang, tempat praktek yang memadai, peralatan praktek yang lengkap, bahan-bahan praktek dan lain-lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2007. Penilaian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Dalyono, 2005 prestasi belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta Gagne dan Berliner. 1992. Belajar Behavioristik dan penerapan dalam

pembelajaran. (online) http://www.maziatul.com/2013/07/teori-belajar-behavioristik-dan.html. diakses tanggal 23 Januari 2013

Gulo W, 2009. Strategi Belajar Mengajar. Grasindo. Jakarta

Herpratiwi, 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta Muhibin Syah, 1997. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Remaja

Rosdakarya. Bandung

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Narbuko dan ahmadi. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Nurmalinawati. 2009. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajat Siswa dengsn Menggunakan Metode Inkuiri. Universitas Lampung. Jakarta Roestiyah NK. 2008. Sterategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajar. Rineka Cipta. Jakarta Sanjaya, Wina. 2008. Sterategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


(6)

56

Sadiman, S, dkk. 1996. Media Pendidikan; pengertian; pengembangan dan Pemanfaatannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Siddiq, Djauhar, M. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Bumi Aksara. Jakarta Suharsimi, dkk 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta . Universitas Terbuka Suhardjono, Agus. 2006. Pengenalan Bangun Ruang dan Sifat-sifatnya. Jakarta.

Depdiknas

Winataputra, Udin S. (2005: 9.3) Pendekatan Ekspositoris. Jakarta. Universitas Terbuka


Dokumen yang terkait

Penerapan metode Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SDN Jeru 01.

0 7 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 01 SUKA AGUNG BARAT KECAMATAN BULOK

1 5 41

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV SDN 1 SUSUNAN BARU BANDAR LAMPUNG

0 6 48

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 2 METRO PUSAT

3 16 69

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 3 MARGADADI KECAMATAN JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 7 68

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN METODE PQRST PADA SISWA KELAS V SDN 01 JATISOBO Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Metode PQRST Pada Siswa Kelas V SDN 01 Jatisobo Kecamatan Jatipuro Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 1 14

Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SDN 01 Sumurbanger 01 Kabupaten Batang.

0 0 104

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DIPADU PERMAINAN TRADISIONAL CINA BUTA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN AMPELDENTO 01 - Repository UNIKAMA

0 0 15

View of Pengaruh Penerapan Metode Diskusi dan Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Pejagan 5 Kecamatan Bangkalan

0 0 14

PENGGUNAAN METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN

0 0 6