13
Gambar 2. 4. Jaringan ESS yang terdiri dari beberapa Jaringan BSS [8]
2.3. Internal Wireless Roaming
Wireless roaming
adalah keadaan dimana seorang klien dapat berpindah dari satu
access point
ke
access point
yang lain dan masih dalam
subnet
yang sama tanpa harus melakukan konfigurasi ulang.
Mobile station
MS menemukan AP terbaik kemudian memutuskan kapan untuk berpindah ke AP yang lain dan
melakukan asosiasi dan otentikasi apapun yang diperlukan sesuai kamanan dan kebijakan yang berlaku, semua proses tersebut membutuhkan waktu dalam
pemilihan AP terbaik. Pemindaian dan pengambilan keputusan adalah bagian dari proses
roaming
yang memungkinkan klien untuk menemukan AP baru pada saluran yang cocok ketika pengguna berpindah tempat. Ketika ini terjadi, kllien harus mengasosiasikan
dengan AP baru. [8]
14
Gambar 2. 5. Wireless Roaming [9]
Pada gambar 2.5. terlihat proses perpindahan dari satu AP ke AP yang lain untuk menganbil
service
dari AP tersebut. Dalam jaringan
wireless, roaming
antara dua jaringan terdiri dari
internal roaming
dan
external roaming. Internal raoming
terjadi jika
mobile station
berpindah ke jaringan lain melalui satu AP ke AP yang lain tetapi masih dalam satu ISP
.
Sedangkan
external roaming
terjadi jika
mobile station
sudah berpindah antar ISP jaringan yang digunakan. [9]
2.4. Hotspot
Hotspot
adalah sebuah wilayah terbatas yang dilayani oleh satu atau sekumpulan
access point
standar 802.11abgn. Di mana pengguna
user
dapat masuk ke dalam
access point
secara bebas dan
mobile
dengan menggunakan perangkat sejenis notebook, laptop, pda. Biasanya
hotspot
dioperasikan di tempat umum, seperti
cafe
,
mall
, dan kampus.
Access point
yang digunakan umumnya tidak dimodifikasi antenanya, sehingga kemampuannya memang dibatasi hanya
untuk ruangan terbatas saja. [10]
15
Wifi
, kependekan dari
wireless fidelity
, adalah standar yang dibuat oleh konsorium perusahaan produsen peranti WLAN; wireless ethernet communication
alliance untuk mempromosikan kompatibilitas standar
wifi
. [10]
2.5.
Access Point
Sesuai namanya,
access point
bertindak sebagai penghubung agar
client
dapat bergabung ke dalam sistem jaringan.
Access point
dapat menghubungkan
client- client wireless
dengan jaringan kabel dan
aceess point
lainnya. [6] Dalam implementasinya, kita dapat membentuk
access point
ke dalam 3 mode, yakni :
2.5.1. Mode
Root
Mode digunakan ketika
access point
dihubungkan ke jaringan kabel melalui
interface Ethernet
. Kebanyakan
access point
yang mendukung mode
root
menjadikannya sebagai mode
default
. Selain dengan
client wireless
,
access point
bermode
root
dapat pula berkomunikasi dengan
access point
, bermode
root
lainnya. Kemudian,
aceess point
dapat saling berkoordinasi dalam melakukan fungsi
roaming
. Dengan demikian,
wireless client
masih dapat berkomunikasi melalui
cell
berbeda. [6]
16
Gambar 2. 6. Access Point berperan sebagai root [6]
2.5.2. Mode Repeater
Di dalam mode
repeater
,
access point
mempunyai kemampuan menyediakan sebuah jalur
upstream wireless
ke jaringan kabel seperti gambar berikut.
Gambar 2. 7. Access Point berperan sebagai repeater [6]
Penggunaan
access point
dengan mode
repeater
tidak disarankan. Mode demikian hanya digunakan jika benar-benar diperlukan karena
antar-
17
cell
harus saling membentuk irisan minimum 50. Akibatnya, konfigurasi demikian mengurangi jangkauan
access point
terhadap
client wireless
. [6] 2.5.3.
Mode Bridge
Pada mode
bridge
,
access point
bertindak seperti
bridge wireless
.
Device bridge wireless
berfungsi menghubungkan dua atau beberapa jaringan kabel secara
wireless
. [6]
Gambar 2. 8. Access Point berperan sebagai bridge [6]
18
2.6. TCPIP
TCPIP adalah suatu protokol yang memungkinkan terjadinya komunikasi antar komputer yang memiliki perbedaan karakteristik dari segi
hardware
ataupun
software
. TCPIP merupakan protokol yang paling sering digunakan dalam operasi jaringan. TCPIP terdiri dari dua protokol utama, yaitu
Transmission Control Protocol
dan
Internet Protocol[26] .
2.6.1.
Transmission Control Protocol
TCP
TCP Transmission Control Protocol adalah
protokol process-to- process
program-to-program. TCP seperti halnya UDP, juga menggunakan
port number
. Tidak seperti UDP, TCP termasuk dalam protokol
connection oriented
, yang menciptakan koneksi virtual antara dua
Gambar 2. 9 Lapisan Protokol TCPIP[26]
19 TCP untuk mengirim data. TCP juga menggunakan mekanisme
flow
dan
error control
di level
transport
[28]. Karateristik TCP
Meskipun
software
TCP selalu melihat segment yang di kirim maupun diterima, tidak ada
field
yang berisi nomor
segment
di
header segment
. Namun ada dua
field
yang disebut
sequence number
dan
acknowledgement number
. Dua
field
tersebut merujuk pada
byte number
dan bukan
segment number
. TCP memberi nomor pada setiap
byte
data yang dikirim dalam sebuah koneksi. Penomoran tersebut bebas dilakukan pada
setiap arah. Ketika TCP menerima
byte
data dari proses, data tersebut akan dimasukkan ke dalam
sending buffer
dan penomoran data dimulai. Penomoran tidak harus dimulai dari 0. TCP membuat nomor secara acak
antara 0 sampai 2
32
-1 untuk penomoran pertama pada
byte
data. Sebagai contoh, jika nomor acak yang dipilih adalah 1057 dan total data yang
dikirim adalah 6000 byte, byte tersebut akan diberi nomor dari 1057 sampai 7056. Penomoran tersebut nantinya akan digunakan untuk
flow
dan
error
control[28]. Setelah semua byte diberi nomor, TCP membuat
sequence number
pada setiap
segment
yang dikirim.
Sequence number
pada setiap
segment
adalah nomor dari
byte
pertama yang dibawa
segment
tersebut.
20
Flow Control
Perbedaan TCP dengan UDP adalah pada TCP terdapat
flow control
. Penerima receiver data akan mengontrol jumlah data yang akan dikirim
oleh pengirim. Hal ini dilakukan untuk mencegah penerima mengalami kebanjiran data. Penomoran yang dilakukan TCP memungkinan TCP untuk
menggunakan
flow control
berorientasi byte[28].
Error Control
Untuk menyediakan layanan yang baik, TCP menggunakan mekanisme
error control
.
Error control
terdiri dari sebuah segment sebagai unit data untuk mendeteksi kesalahan.
Error control
merupakan
byte- oriented
[28].
Congestion Control
Tidak seperti UDP, TCP memperhitungkan kongesi pada jaringan. Jumlah data yang dikirim oleh pengirim tidak hanya dikendalikan oleh
penerima
flow control
, tetapi juga ditetapkan oleh tingkat kongesi pada jaringan[28].
Congestion Policy
Kebijakan umum TCP untuk menangani
congestion
didasarkan pada tiga tahap :
slow start, congestion avoidance, and congestion detection
.
Slow Start
: Algoritma ini didasarkan pada gagasan bahwa ukuran kemacetan window cwnd dimulai dengan satu ukuran segmen maksimum
21 MSS. MSS adalah ditentukan selama pembentukan koneksi dengan
menggunakan opsi dengan nama yang sama.
Congestion avoidance
: Untuk menghindari kemacetan sebelum itu terjadi, seseorang harus memperlambat pertumbuhan eksponensial ini. TCP
mendefinisikan algoritma lain disebut
congestion avoidance.
Bila ukuran jendela kemacetan mencapai slow-start ambang batas, lambat-start fase
berhenti dan fase aditif dimulai. Dalam algoritma ini, setiap kali seluruh window segmen diakui satu putaran.
Congestion detection
:
Multiplicative
turun ketika
congestion
terjadi dan
congestion window size must be decreased
. Satu-satunya cara pengirim dapat menebak kemacetan yang memiliki terjadi adalah dengan kebutuhan
untuk memancarkan kembali segmen. Terjadinya
Congestion control
ketika : - Adanya
time out,
ini adalah alasan yang kuat terjadinya
congestion.
Kemungkinan
segment
di drop pada jaringan tersebut, dan tidak ada berita tentan
segmen
yang dikirim -
If three ACKs are received
, adalah kemungkinan yang rendah. Segmen mungkin telah drop, tetapi beberapa
segment
telah tiba. Hal ini disibut dengan fast transmission and fast recovery.
22
Gambar 2. 10 Congestion Control
Sebagai contoh maksimum
window size
adalah 32
segment
.
threshold
dibuat 16 segment setengah dari maksimum
window size
. Dalam
fase slow start, window size
dimulai dari 1 dan bertambah dengan cepat sampai mencapai
threshold
. setelah mencapai
threshold
, prosedur
congestion avoidance
mengijinkan
window size
bertambah secara teratur sampai sampai waktu habis
atau maximum window size
tercapai. Pada gambar 2.10, time out terjadi ketika window size 20. Pada saat ini, prosedur
multiplicative decrease
mengambil alih dan mengurangi
threshold
sampai setengah
dari window size
sebelumnya
. window size
sebelumnya adalah 20 saat time out terjadi jadi
threshold
yang baru adalah 10. TCP kembali ke
slow start
dan dimulai dengan
window size
1, dan TCP akan melakukan prosedur
congestion avoidance
ketika
threshold
yang baru tercapai. ketika window size 12 , 3 ACK terjadi. Prosedur
multiplicative decrease
akan mengambil alih kembali.
threshold
kemudian akan berubah menjadi 6 dan TCP akan mengalami
fase additive
23
increase.
TCP akan tetap pada fase ini sampai time out atau 3 ACK yang lain terjadi.
2.6.2. IP
IP Internet Protocol merupakan metode yang digunakan untuk mengirim data dari satu komputer ke komputer lain melintasi jaringan.
Setiap komputer dikenal dengan host memiliki paling tidak satu IP address yang berguna untuk memperkenalkan dirinya ke komputer lain di
internet[26].
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Perancangan Sistem
Mulai
Menentukan Sepesifikasi Alat
Menentukan Topologi Jaringan
Konfigurasi Software dan Alat Pengujian
Menghitung Throughput Menghitung reliability
Berfungsi
Analisis Data
Selesai Ya
Tidak
Gambar 3. 1 Diagram Alir Perancangan Sistem
25
3.2. Spesifikasi Alat
Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis sistem jaringan
hotspot
yang menggunakan sistem
internal wireless roaming
pada saat
handover
. Pengujian dilakukan dengan menggunakan perangkat sebagai berikut :
3.2.1. Spesifikasi Hardware
3.2.1.1. RB951Ui-2HnD
RB951Ui-2HnD digunakan sebagai server hotspot yang berfungsi untuk menyebarkan alamat ip ke AP
access point
. Spesifikasi RB951Ui- 2HnD adalah sebagai berikut[24]:
Details Product code
RB951Ui-2HnD CPU nominal frequency
600 MHz CPU core count
1 Size of RAM
128 MB 10100 Ethernet ports
5 101001000 Ethernet ports
MiniPCI slots MiniPCI-e slots
Wireless chips model AR9344-DC3A
Wierless standarts 802.11bgn
Number if USB ports 1
Power Jack 1
802.3af support No
PoE in Yes
Voltage Monitor No
PCB temperature monitor No
CPU temperature monitor No
Dimensions 113x138x29mm
Operating System RouterOS
Operating temperature range -20C .. +50C
License level 4
Antenna gain DBI 2.5
Current Monitor No
26 CPU
AR9344-DC3A Max Power consumption
Up to 7W SFP ports
SFP+ ports USB slot type
USB type A Number of chains
2 Serial ports
None Suggested price
59.95
Tabel 3. 1 Spesifikasi RB951Ui-2HnD[24]
3.2.1.2. TP-Link WR740N
TL-WR740N digunakan sebagai
access point
yang berfungsi untuk menerima alamat ip dari server. Spesifikasi TL-WR740N adalah sebagai
berikut[25]: HARDWARE FEATURE
Interface 4 10100Mbps LAN Ports
1 10100Mbps WAN Ports
Button Quick Setup Security Button WPS
Compatible Reset Button
Power OnOff Button
External Power Supply
9VDC 0.6A Wireless Standards
IEEE 802.1n, IEEE 802.11g, IEEE 802.11b Antenna
5dBi Fixed Omni Directional Dimensions W x D x
H 6.9 x 4.6 x 1.3 in. 174 x 118 x 33 mm
WIRELESS FEATURES Frequency
2.4 – 2.4835 GHz
Signal Rate 11n: Up to 150Mbps dynamic
11g: Up to 54Mbps dynamic 11b: Up to 11Mbps dynamic
EIRP 20dBm EIRP
Reception Sensitivity 130M: -68dBm10 PER
108M: -68dBm10 PER 54M: -68dBm10 PER
11M: -85dBm10 PER 6M: -88dBm10 PER
1M: -90dBm10 PER
27 Wireless Functions
EnableDisable Wireless Radio, WDS Bridge, WMM, Wireless Statistics
Wireless Security 64128152-bit WEP WPA WPA2,WPA-
PSK WPA2-PSK
SOFTWARE FEATURE WAN Type
Dynamic IPStatic IPPPPoEPPTPDual AccessBigPound
DHCP Server, Client, DHCP Client List, Address
Reservation Quality of Service
WMM, Bandwitdth Control Port Forwarding
Virtual Server, Port Triggering, UPnP, DMZ Dynamic DNS
DynDns, Comexe, NO-IP VPN Pass-Throgh
PPTP, L2TP, IPSec ESP Head Access Control
Parental Control, Local Management Control, Host List, Access Shcedule, Rule Management
Firewall Security DoS, SPI Firewall
IP Address FilterMAC Address FilterDomain Filter
IP and MAC Address Binding
Management Access Control
Local Management Remote Management
OTHERS Certification
CE, FCC, RoHS Package Contents
TL-WR740N 1 fixed omni directional antennas
Power supply unit Resource CD
Quick Installation Guide
System Requirements Microsoft® Windows® 98SE, NT, 2000, XP,
Vista
TM
or Windows 7, MAC® OS, NetWare®, UNIX® or Linux
Environment Operating Temperature: 0ºC~40ºC
32ºF~104ºF Storage Temperature: -40ºC~70ºC -
40ºF~158ºF Operating Humidity: 10~90 non-
condensing Storage Humidity: 5~90 non-condensing
Warranty 2 years limited warranty. Advanced
replacement service is available
Tabel 3. 2 Spesifikasi TP-Link WR740N[25]
28
3.2.2. Spesifikasi Software
3.2.2.1. Inssider
Insider adalah software yang digunakan untuk memindai dan mengcapture jaringan dengan parameter utama SSID dalam jangkauan
antena Wi-Fi pada laptop komputer, melacak kekuatan sinyal dari waktu ke waktu secara real time, dan melihat pengaturan keamanan mereka apakah
dilindungi oleh password atau tidak[20].
Gambar 3. 2 Inssider
3.2.2.2. Bandwidth Monitor
Bandwidth Monitor di install dan digunakan di komputer. Perangkat lunak ini menampilkan real-time kecepatan
download
dan
upload
dalam bentuk grafis dan numerik, pencatatan penggunaan bandwidth, dan
menyediakan pencatatan penggunaan bandwidth harian, laporan penggunaan
29 bandwidth mingguan dan bulanan. Bandwidth monitor memonitor semua
koneksi jaringan pada komputer, seperti koneksi jaringan LAN, modem, ISDN, DSL, ADSL, modem kabel, kartu Ethernet, wireless, VPN, dan
banyak lagi. Bandwidth monitor kompatibel dengan Windows 98, Windows Me, Windows NT 4.0, Windows 2000, Windows XP, Windows 2003,
Windows Vista, Windows 7, dan Windows 8[21].
Gambar 3. 3 Bandwidth Monitor[21]
3.2.2.3. Commview for wifi
CommView for WiFi merupakan aplikasi jaringan nirkabel yang baik dan dapat memantaumeng-analyzer jaringan pada frekuensi 802.11 abgn.
Dibuat dengan fitur yang mudah dan lengkap, CommView for WiFi mampu menggabungkan kinerja dan fleksibilitas[22].
Kegunaan dari aplikasi ini, yaitu :
Scan the air for WiFi stations and access points.
Capture 802.11a, 802.11b, 802.11g, and 802.11n WLAN traffic.
Specify WEP or WPA keys to decrypt encrypted packets.
View detailed per-node and per-channel statistics.
30
View detailed IP connections statistics: IP addresses, ports, sessions, etc.
Reconstruct TCP sessions.
Configure alarms that can notify you about important events, such as suspicious packets, high bandwidth utilization, unknown
addresses, rogue access points, etc.
View protocol pie charts.
Monitor bandwidth utilization.
Browse captured and decoded packets in real time.
Search for strings or hex data in captured packet contents.
Log individual or all packets to files.
Load and view capture files offline.
Import and export packets in Sniffer®, EtherPeek™, AiroPeek™,
Observer ®, NetMon, Tcpdump, hex, and text formats.
Export any IP address to SmartWhois for quick, easy IP lookup
.
CommView for WiFi dapat berjalan di : Pentium III atau lebih tinggi.
Windows 2000XP2003Vista20087 both 32- or 64-bit editions 256 MB RAM
10 MB of free disk space.
31
Gambar 3. 4 Commview for wifi
3.2.2.4. Wireshark
Wireshark merupakan salah satu dari sekian banyak tool Network Analyzer yang banyak digunakan oleh Network administrator untuk
menganalisa kinerja jaringannya terrmasuk protokol didalamnya. Wireshark banyak disukai karena interfacenya yang menggunakan
Graphical User Interface
GUI atau tampilan grafis. Wireshark mampu menangkap paket-paket data atau informasi yang
melintas dalam jaringan. Semua jenis paket informasi dalam berbagai format protokol pun akan dengan mudah ditangkap dan dianalisa. Wireshark mampu
menangkap paket-paket data atau informasi yang berjalan dalam jaringan yang terlihat dan semua jenis informasi ini dapat dengan mudah dianalisa
32 yaitu dengan memakai sniffing , dengan sniffing diperoleh informasi penting
seperti password email account lain. Wireshark merupakan software untuk melakukan analisa lalu-lintas
jaringan komputer, yang memiliki fungsi-fungsi yang amat berguna bagi professional jaringan, administrator jaringan, peneliti, hingga pengembang
piranti lunak jaringan[23].
Gambar 3. 5 Wireshark
3.2.2.5. Winbox
Winbox adalah
software
untuk melakukan remote GUI ke Router Mikrotik melalui operating system windows. Semua fungsi antarmuka
Winbox dibuat sedekat mungkin dengan fungsi Console: semua fungsi Winbox persis dalam hierarki yang sama di Terminal Konsol dan sebaliknya
33 kecuali
fungsi-fungsi yang
tidak diimplementasikan
dalam Winbox. Seperti perubahan alamat MAC pada sebuah
interface
.
Gambar 3. 6 Winbox
3.2.2.6. Iperf
Iperf dikembangkan oleh
National Laboratory for Advanced Network Research
NLANR sebagai alternatif modern untuk mengukur
bandwidth
TCP dan kinerja UDP. Iperf memungkinkan
tuning
berbagai parameter dan karakteristik UDP. Iperf melaporkan hasil
bandwidth
, delay
jitter
dan
loss
datagram disetiap hasil pengukurannya[19]. Berikut ini adalah gambar dari iperf.
34
Gambar 3. 7 Iperf
35
3.3. Menentukan Topologi
Topologi jaringan yang dibangun disesuaikan dengan konsep
internal wireless roaming
dengan arsitektur tipe
External Service Set
ESS. Gambar dibawah ini memperlihatkan topologi jaringan yang dibangun.
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER SERVER HOTSPOT
SERVER
Client 192.168.10.2
– 192.168.10.254
Gambar 3. 8 Topologi
36
3.3.1. Penjelasan Topologi
3.3.1.1. Server
Server ini memiliki fungsi sebagai berikut : 1.
Simulasi internet, alasan penulis simulasi internet adalah ketika penulis melakukan pengujian terhadap
reliability,
penulis men-
download file
tanpa terputus koneksinya. 2.
Computer server,
penulis menggunakan
computer server
untuk mendapatkan data
throughput.
Pada
computer server,
penulis menjalankan
server iperf
dan pada
client
menjalankan
client iperf
.
3.3.1.2. Router
Router pada gambar diatas adalah RB 951Ui-2hnd. Penggunaan
router
ini diharapkan dapat memaksimalkan penggunaan sebagai DHCP
server
.
3.3.1.3. Access Point
Access point pada gambar diatas adalah TP-Link model TL- WR740N, yang akan diinstal firmware DD-WRT bertujuan agar
konsep internal wireless roaming yang dibangun dapat tercapai dan juga berfungsi sebagai DHCP
forwarder
.
3.3.1.4. Mobile Station Client
Perangkat
mobile station
yang akan digunakan adalah notebooklaptop. Penggunaan laptop sebagai mobile station agar
dapat memperlihatkan kuat sinyal dari masing-masing AP serta
37 perpindahan ketika terjadi roaming. Selain itu dengan menggunakan
laptop maka bandwith yang didapatkan dapat terlihat dengan jelas. Mobile station ini juga dapat dikatakan sebagai alat
sniffer
. 3.3.2.
Skenario Pengujian
Dalam proses pengambilan data pada penelitian ini, penulis menggunakan skenario pengujian sebagai berikut :
1. Penulis melakukan pengujian dengan 6 skenario, dengan
menggunakan channel 1 dan 10 pada semua skenario. 2.
Penulis melakukan pengujian dengan menjalankan aplikasi iperf pada server dan client.
3. Penulis menggunakan aplikasi
wireshark, insider, bandwidth monitor
dan
commview for wifi
. Semua aplikasi tersebut berfungsi sebagai
sniffer
dan pengukuran dalam penelitian ini.
38
3.3.2.1. Skenario Pengujian 1 Area AP1
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 9 Skenario Pengujian 1 Area AP 1
Pengujian dilakukan di area AP1 dengan menjalankan iperf di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi
server iperf dan client iperf dengan TCP
windows size
sebesar 100Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali dengan tabel
sebagai berikut : Percobaan di Area AP1
No 100mb
1 2
10
Tabel 3. 3 Percobaan 1 di Area AP1
39 Keterangan :
1. Pengujian menggunakan 1 buah RB951Ui-2HnD yang dijadikan
router server. 2.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai server iperf.
3. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
client iperf. 4.
Pengujian dilakukan di area tanpa interferensi
3.3.2.2. Skenario Pengujian 2 Area AP 1
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 10 Skenario Pengujian 2 Area AP 1
Pengujian dilakukan di area AP1 dengan menjalankan iperf di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi
server iperf dan client iperf dengan TCP
windows size
sebesar
40 100Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali dengan tabel
sebagai berikut : Percobaan di Area AP1
No 100mb
1 2
10
Tabel 3. 4 Percobaan 1 di Area AP1
Keterangan : 1.
Pengujian menggunakan 1 buah RB951Ui-2HnD yang dijadikan router server.
2. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
server iperf. 3.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai client iperf.
4. Pengujian dilakukan di area interferensi
41
3.3.2.3. Skenario Pengujian 3 Area AP2
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 11 Skenario Pengujian 3 Area AP 2
Pengujian dilakukan di area AP2 dengan menjalankan iperf di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi
server iperf dan client iperf dengan TCP
windows size
sebesar 100Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali dengan tabel
sebagai berikut : Percobaan di Area AP2
No 100mb
1 2
10
Tabel 3. 5 Percobaan di Area AP2
Keterangan :
42 1.
Pengujian menggunakan 1 buah RB951Ui-2HnD yang dijadikan router server.
2. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
server iperf. 3.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai client iperf.
4. Pengujian dilakukan di area interferensi.
3.3.2.4. Skenario Pengujian 4 Roaming
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 12 Skenario Pengujian 4 pada Saat Roaming
Pengujian dilakukan
pada saat
Roaming dengan
menjalankan iperf di Server dan di Client selama 120 detik dengan 3 kali
roaming
. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf
43 dengan TCP
windows size
sebesar 100Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali dengan tabel sebagai berikut :
Percobaan pada saat Roaming No
100mb 1
2 10
Tabel 3. 6 Percobaan pada Saat Roaming
Keterangan : 1.
Pengujian menggunakan 1 buah RB951G-2HnD yang dijadikan router server.
2. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
server iperf. 3.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai client iperf.
4. Pengujian dilakukan di area interferensi.
5. Pengujian dilakukan dengan 3 kali
roaming.
44
3.3.2.5. Skenario Pengujian 5 Roaming
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 13 Skenario Pengujian 5 pada Saat Roaming
Pengujian dilakukan
pada saat
Roaming dengan
menjalankan iperf di Server dan di Client selama 120 detik dengan 1 kali
roaming
. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf dengan TCP
windows size
sebesar 100Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali dengan tabel sebagai berikut :
Percobaan pada saat Roaming No
100mb 1
2 10
Tabel 3. 7 Percobaan pada Saat Roaming
Keterangan :
45 1.
Pengujian menggunakan 1 buah RB951G-2HnD yang dijadikan router server.
2. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
server iperf. 3.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai client iperf.
4. Pengujian dilakukan di area interferensi.
5. Pengujian dilakukan dengan 1 kali
roaming.
3.3.2.6. Skenario Pengujian 6 menjauhi AP1
AP 1 SWITCH
ROUTER SERVER
Client
Gambar 3. 14 Skenario Pengujian 6 Menjauh dari AP 1
46 Pengujian dilakukan di area AP1 dengan menjalankan iperf
di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf dengan TCP
windows size
sebesar 100Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali dengan tabel
sebagai berikut : Percobaan di Area AP1
No 100mb
1 2
10
Tabel 3. 8 Percobaan 6 di Area AP1
Keterangan : 1.
Pengujian menggunakan 1 buah RB951Ui-2HnD yang dijadikan router server.
2. Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai
server iperf. 3.
Pengujian menggunakan 1 buah laptop yang berfungsi sebagai client iperf.
4. Pengujian dilakukan di area interferensi
5. Pengujian dilakukan dengan berjalan menjauhi AP1
47
3.3.2.7. Skenario Pengujian 7 Reliability
AP 1 AP 2
SWITCH ROUTER
SERVER
Client
Gambar 3. 15 Skenario Pengujian Reliability
Reliability
jaringan yang dimaksud adalah dimana seorang
client
yang terkoneksi dengan AP1 tidak perlu melakukan konfigurasi ulang ketika terjadi perpindahan ke AP2. Secara
otomatis MS berpindah menuju
access point
yang lain tanpa melakukan konfigurasi ulang. Pengujian dilakukan pada saat
Roaming dengan men-
download Ubuntu-13.04-desktop-amd64.iso.
48
BAB IV
ANALISA DAN PENGAMBILAN DATA
4.1. Konfigurasi Alat Pengujian
Pada konfigurasi alat pengujian, penulis melakukan proses instalasi
firmware
DD-WRT pada
access point
dilakukan melalui dua tahap. Pertama melakukan
upgrade
dengan mengguakan
firmware
DD-WRT versi
factory-to-ddwrt.bin
. Setelah proses
upgrade firmware
tersebut berhasil, kemudian dilakukan
upgrade firmware
DD-WRT menggunakan versi tl-wr740n-webflash.bin. Setelah berhasil melakukan instalasi
tl-wr740n-webflash.bin
maka
firmware
DD-WRT terlihat pada gambar 4.1. Kemudian penulis melanjutkan mengkonfigurasi
access point
.
Gambar 4. 1 Tampilan Awal Firmware DD-WRT
49
4.1.1. Konfigurasi
Access Point
Beberapa konfigurasi harus diterapkan pada setiap
access point
agar didapatkan sistem seperti yang diharapkan. Dalam pembuatan
wireless roaming, access point
yang digunakan dibuat sama untuk mempermudah proses konfigurasi. Langkah-langkah konfigurasinya adalah sebagai berikut :
Gambar 4. 2 Konfigurasi IP Address AP 1
Gambar 4.2 menjelaskan konfigurasi awal yang dilakukan pada
access point
pertama. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberi nama pada
access point,
dalam hal ini
access point
pertama diberi nama AP 1 dengan IP
address
192.168.1.1 dan
subnet mask
255.255.255.0. Kemudian WAN
connection type
di-
disable,
begitu juga konfigurasi yang harus dilakukan pada
access point
kedua. Gambar 4.3 menujukkan konfigurasi IP
address
pada
access point
kedua.
50
Gambar 4. 3 Konfigurasi IP Address AP 2
Pada gambar 4.3 menujukkan konfigurasi DHCP untuk setiap
access point. Access point
tidak berfungsi sebagai DHCP
server
melainkan berfungsi sebagai DHCP
forwarder
yang meneruskan IP DHCP dari
router
yang memiliki fungsi sebagai DHCP
server
.
51
Gambar 4. 4 DHCP Forwarder
Gambar 4. 5 Konfigurasi SSID pada Access Point 1
Gambar 4.5 menujukkan konfigurasi pemberian nama SSID dan
wireless channel
yang digunakan oleh
Access Point
AP pertama. SSID yang digunakan adalah “windy”.
52
Gambar 4. 6 Konfigurasi SSID pada Access Point 2
Pada gambar 4.6 menjelaskan konfigurasi SSID pada AP kedua. Konfigurasi pada AP kedua tidak jauh berbeda dengan AP pertama. Pemberian
nama pada SSID haruslah sama di semua AP karena DHCP
forwarder
bekerja berdasarkan SSID yang sama, sedangkan
wireless channel
harus berbeda agar tidak terjadi interferensi antar frekuensi.
53
Gambar 4. 7 Konfigurasi Security untuk Setiap Access point
Langkah selanjutnya adalah konfigurasi
security
yang akan digunakan di setiap AP. Untuk WPA
shared key
yang digunakan adalah “windy123” seperti yang terlihat pada gambar 4.7.
54
4.1.2. Konfigurasi Server Mikrotik
Konfigurasi mikrotik bertujuan untuk membuat
server
dan dapat memenuhi syarat tercapainya jaringan
hotspot
yang menggunakan
internal wireless roaming
. Langkah-langkah konfigurasinya adalah sebagai berikut :
1. Penulis masuk terminal dengan bantuan
software winbox
. 2.
Penulis memberi nama pada
router server.
Pemberian nama ini untuk mempermudah penulis mengidentifikasi file, ketika
router
di-
reset
. Dengan memasukkan perintah :
system identity set name= RouterServer
3. Penulis memberi nama “
Backbone
” pada
interface ether1.
Perintah yang dimasukkan pada mikrotik adalah :
interface set name= Backbone ether1
4. Penulis mengkonfigurasi
interface Backbone
yang berfungsi sebagai DHCP
Client.
Perintah yang dimasukkan pada mikrotik adalah :
ip dhcp-client add interface= Backbone disabled= no
5. Penulis mengkonfigurasi
interface ether2
m emberian nama “
Hotspot
”. Pada
interface Hotspot
ini berfungsi sebagai
server hotspot
untuk memberi IP pada
client.
Perintah yang dimasukkan pada mikrotik adalah:
interface set name= Hotspot ether2
55 6.
Penulis menambahkan
ip address
pada
interface Hotspot
dengan perintah :
ip address add address= 192.168.10.124 interface= Hotspot
7. Penulis mengkonfigurasi
hotspot setup
dengan perintah sebagai berikut :
56
4.2. Analisa Proses Roaming 4.2.1.
Proses Roaming Client ke AP
Radio Information Radio Information
Probing Req Probing Res
Authentication Authentication
Association Req Association Res
EAPOL EAPOL
Client AP 1
AP 2
Gambar 4. 8 Proses Roaming Client ke AP
Gambar 4.8 menunjukkan proses
roaming,
dimana terdapat beberapa proses sebelumnya. Berikut penjelasan dari proses-proses terjadinya
roaming[27]
. 1.
Radio Information
, data yang tertera pada proses terjadinya
roaming
ini berisi 802.11
radio information
meliputi
data rate, channel
dan
signal
.
57
Gambar 4. 9 Data 802.11 radio information
2.
Probing,
probes digunakan oleh
Wireless LAN client
untuk menemukan jaringan
network
dengan mengirimkan permintaan
probe request
pada
access point
. Kemudian
access point
menjawab dengan mengirimkan
probe response
yang berisi
ssid
dari
access point
tersebut.
Gambar 4.10 menunjukkan
client
dengan
mac address
c4:46:19:22:66:c0 mengirimkan
broadcast
.
Gambar 4. 11 Probe Request Gambar 4. 10 Probe Request
58 Gambar 4.11 menunjukkan respon dari
access point
dengan
mac address
10:fe:ed:e0:75:6e yang memeberikan informasi nama
ssid access point
tersebut kepada
client
yang memiliki
mac address
c4:46:19:22:66:c0. 3.
Authentication,
sebuah proses yang ditentukan oleh standar 802.11.
authentication
802.11 pada dasarnya dikembangkan dengan dua mekanisme
authentication
. Mekanisme yang pertama disebut
open authentication
, yang merupakan
authentication null
dimana
client
meminta untuk di-
authentication
dan
access point
menanggapi permintaan tersebut. Mekanisme autentikasi yang kedua berdasarkan kunci yang dibagi antara
klien dan akses point yang disebut Equivalency Protection WEP key. Ide
Gambar 4. 11 Probe Response
59 dari pembagian WEP key membuat link wireless memiliki privasi dari link
yang disediakan. 4.
Association, client
mempelajari
BSSID
yang merupakan
mac address access point
dan
port
pada
access point
yang diketahui sebagai
association identifier
AID ke
client
. AID sama dengan
port
pada sebuah
switch.
5.
EAPOL,
pada proses ini terjadi pemberian informasi
key
.
Gambar 4. 12 Capture Wireshark Proses Roaming
Ada beberapa metode mengukur waktu
roaming
. Metode yang lain dapat diterapkan pada skenario yang lainnya, tetapi hal yang terpenting adalah
menjaga konsistensi dalam pengambian dan perhitungan data. Berikut adalah metode yang umum digunakan untuk menghitung durasi yang diperlukan
client
untuk terkoneksi dari satu AP ke AP lainnya[27]. Penghitungan
latency
dari
Probe Request
sampai EAPoL-Key atau Association Response. Metode ini berfokus pada
wireless latency
. Penghitungan dimulai ketika client melakukan
probing
untuk mencari AP yang
60 dapat melakukan
roaming
, dan berakhir sampai
frame EAPoL-Key
terakhir tetapi bisa saja berbeda tergantung tipe roaming yang dilakukan; sebagai
contoh Fast BSS Transition menggunakan
frame Assosiation Response
sebagai frame terakhir untuk melakukan
roaming
.
61
4.2.2. Proses Roaming menggunakan wireless N 150 USB Adapter
Pada proses ini. Penulis melakukan percobaan
roaming
, dengan menggunakan
iperf
dan konfigurasi seperti berikut : 1.
Jalankan iperf Pada comserver, dengan konfigurasi -
Iperf.exe –s -
dan tekan enter 2.
Sedangkan pada comclient, buka iperf, dengan konfigurasi : -
Iperf.exe –c ipserver –fkb –t120 –i1 –w100mb -
dan tekan enter.
Gambar 4. 13 Capture Paket Wireshark menggunakan D-Link
62 Pada gambar 4.13 menjelaskan paket yang tertangkap ketika penulis
melakukan proses
roaming.
Namun ketika penulis melakukan proses
roaming
dengan konfigurasi
iperf.exe
–
c ipserver
–
fkb
–
t120
–
i1
–
w100mb
,
client
tidak dapat mengalami
handover.
Hal ini dikarenakan traffic terbanjiri oleh paket tcp. Data yang digunakan untuk proses handover tidak lengkap dan tidak bekerja
secara maksimal sehingga proses
handover
tersebut tidak dapat terjadi.
Gambar 4. 14 Capture Paket Wireshark menggunakan D-Link
Pada gambar 4.14 menjelaskan paket yang tertangkap ketika penulis melakukan proses
roaming.
Penulis melakukan konfigurasi
iperf.exe
–
c ipserver
–
fkb
–
t120
–
i1
. Pada percobaan kali ini terjadi proses
handover
. Hal itu dibuktikan terdapat paket
handover
yang lengkap. Tidak seperti pada gambar 4.13, pada percobaan ini paket
handover
tidak tertutup oleh paket TCP.
63
4.3. Analisa dan Grafik
4.3.1. Analisa dan grafik Skenario Pengujian 1, 2 , 3 dan 4.
No Area tanpa Interferensi
Area Interferensi AP1 Kb
AP1 Kb AP2 Kb
Roaming Kb Rata-rata
25036.5 19240.1
19143.7 9834.9
Tabel 4. 1 Rata-rata Throughput Upload
Keterangan : 1.
Pada tabel 4.1 dilakukan pengujian di area AP1 dengan menjalankan iperf di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi
server iperf dan client iperf dengan TCP windows size sebesar 100 Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali di area tanpa interferensi.
Pengujian tersebut menghasilkan rata-rata
throughput
sebesar 25036.5 Kb.
2. Pengujian dilakukan di area AP1 dengan menjalankan iperf di Server
dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf dengan TCP windows size sebesar 100 Mb. Pengujian ini
dilakukan sebanyak 10 kali. 3.
Pengujian dilakukan di area AP2 dengan menjalankan iperf di Server dan di Client selama 60 detik. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan
client iperf dengan TCP
windows size
sebesar 100 Mb. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali.
4. Pengujian dilakukan di area Roaming dengan menjalankan iperf di
Server dan di Client selama 120 detik. Penulis mengkonfigurasi server iperf dan client iperf dengan TCP
windows size
sebesar 100Mb. Penulis
64 melakukan
handover
sebanyak 3 kali dengan kecepatan jalan. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali.
Dari data tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa roaming t
hroghput
yang menurun disebabkan oleh sinyal yang menurun akibat
client
berpindah tempat dari AP1 ke AP2 dan sebaliknya. Dengan adanya jarak yang lebih panjang
antara
client
dengan AP maka
throughput
akan menurun karena sinyal AP juga melemah. Namun saat terjadi
handover
,
throughput
akan segera naik seiring dengan mendekatnya
client
ke AP yang lainnya. Sedangkan pengujian
throughput
pada AP1 dan AP2 dilakukan dekat dengan AP sehingga tidak ada faktor jarak.
Pada percobaan kali ini dapat diketahi bahwa saat
roaming
dan
client
berada dekat dengan AP,
throughput
relatif besar. Namun saat menjauh dari AP maka
throughput
menurun.
Throughput
akan kembali naik setelah terjadi
handover
dan saat
client
mulai mendekat ke AP yang lainnya. Tepat setelah
handover, throughput
tidak serta merta stabil, namun terjadi lonjakan yang kemudian berangsur stabil. Penjelasan ini dapat dilihat pada gambar 4.15.
65
Gambar 4. 15 Throughput Roaming
Pada gambar 4.15 menunjukkan bahwa pada awal nya
throughput
tinggi karena berada dekat dengan salah satu AP, namun
throughput
menurun karena
client
berpindah tempat menuju
roaming area
. Kemudian saat terjadi
handover
dengan ditandai turunnya
throughput
secara drastis, namun
throughput
kembali naik tetapi belum stabil. Kemudian
throughput
berangsur naik dan stabil ketika
client
mendekati AP. Penulis menandai gambar 4.15 menggunakan persegi panjang warna merah dengan maksud menunjukan pada kondisi tersebut
terjadinya
handover.
66
Grafik 4. 1 Roaming Throughput
Grafik 4.1 menunjukkan data
throughput
saat
client roaming
dan saat
client
statis. Penulis mencoba membandingkan
throughput
pada area tanpa interferensi dengan
thoughput
pada area interferensi. Dari grafik 4.1 tersebut dapat dilihat perbedaan
throughput
yang signifikan di area tanpa interferensi AP1 dan pada area interferensi AP1. Rata-rata
throughput
yang dihasilkan pada area tanpa interferensi AP1 adalah 25036.5 Kb, sedangkan Rata-rata
throughput
yang dihasilkan pada area interferensi AP1 adalah 19240.1 Kb. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa
throughput
yang dihasilkan setara setiap pecobaan. Hal ini menandakan bahwa
roaming
mempengaruhi
throughput
karena faktor jarak antara AP dengan
client.
Jarak yang menjauh membuat sinyal AP yang diterima
client
menjadi lemah. Hal ini membuat
throughput
juga melemah. Penulis mencoba menjelaskan lebih lanjut pada analisa Skenario Pengujian 6 menjauhi AP1.
AP1 Kb AP1 Kb
AP2 Kb Roaming Kb
Area tanpa Interferensi
Area Interferensi
25036.5 19240.1
19143.7 9834.9
THROUGHPUT UPLOAD
67
4.3.2. Analisa dan grafik skenario 6 menjauhi AP1
No Area Interferensi
AP1 Menjauh dari AP1
Rata-rata 19240.1
14320.9
Tabel 4. 2 Throughput pada AP1
Pada tabel 4.2 menunjukkan
throughput
yang dihasilkan pada skenario AP1 dengan keaadaan
client
statisdiam yang menghasilkan rata-rata
throughput
sebesar 19240.1Kb. Sedangkan
throughput
yang dihasilkan pada skenario menjauh dari AP1 adalah 14320.9Kb.
Grafik 4. 2 Throughput pada AP1
Pada grafik 4.2 menujukkan perbedaan rata-rata
throughput
yang dihasilkan pada percobaan statis di AP1 dan menjauhi AP1. Dari grafik tersebut dapat
dilihat bahwa rata-rata
throughput
yang dihasilkan AP1 lebih besar dibandingkan
throughput
yang dihasilkan dari skenario percobaan menjauh dari AP1, ini menandakan bahwa
roaming
mempengaruhi
throughput
karena faktor
AP1 Kb Menjauh dari AP1 Kb
Area Interferensi
19240.1 14320.9
TROUGHPUT AP1
68 jarak antara AP dengan
client.
Jarak yang menjauh membuat sinyal AP yang diterima
client
menjadi lemah. Hal ini membuat
throughput
juga melemah.
Gambar 4. 16 Throughput pada AP1
Pada gambar 4.16 menunjukkan grafik
throughput
yang dihasilkan dari skenario area AP1 dengan keadaan
client
yang statisdiam serta menggunakan
qualcomm atheros AR9485 wireless network adapter
. Rata-rata
throughput
yang dihasilkan pada skenario ini adalah 19240.1Kb.
Gambar 4. 17 Throughput Menjauh AP1
69 Pada gambar 4.17 menunjukkan grafik
throughput
yang dihasilkan skenario menjauh dari AP1. Turunnya grafik dari gambar 4.17 disebabkan
client
yang menjauh dari AP1 sehingga sinyal yang diterima semakin menurun dan juga
menyebabkan turunnya rata-rata
throughput.
Pada percobaan skenario ini, penulis mendapatkan hasil rata-rata
throughput
sebesar 14320.9Kb.
4.3.3. Analisa dan grafik skenario 4 dan 5
No 3 kali Roaming 1 kali Roaming
Rata-rata 9834.9
10595.7
Tabel 4. 3 Throughput Roaming
Pada tabel 4.3 menunjukkan rata-rata
throughput
sebesar 9834.9Kb yang dihasilkan pada skenario 3 kali
roaming,
maksud dari 3 kali
roaming
adalah
client
berjalan dimulai dari AP1 ---- AP2 ---- AP1 --- AP2 selama 120 detik. sedangkan
throughput
yang dihasilkan pada skenario 1 kali
roaming
adalah 10595.7Kb. Penjelasan dari 1 kali
roaming
adalah
client
berada pada AP1 selama 35 detik dalam keadaan statisdiam, kemudian
client roaming
dengan waktu 50 detik mendekati AP2, kemudian
client
berada pada AP2 dalam keadaan ststisdiam selama 35 detik, total waktu yang dibutuhkan adalah selama
120 detik.
70
Grafik 4. 3 Throughput Roaming
Grafik 4.3 menunjukkan rata-rata
throughput
pada skenario 3 kali
roaming
dan 1 kali
roaming.
Pada skenario 3 kali
roaming
dihasilkan rata-rata
throughput
sebesar 9834.9Kb. Kemudian pada skenario 1 kali
roaming
dihasilkan rata-rata 10595.7Kb.
Gambar 4. 18 Throughput 3 kali Roaming
Pada gambar 4.18 menunjukkan grafik
throughput
3 kali roaming. Kotak merah diatas menunjukkan saat
client
3 kali
roaming
.
9400 9600
9800 10000
10200 10400
10600
3 Kali Roaming Kb 1 Kali Roaming Kb
9834.9 10595.7
Throuhgput Roaming
71
Gambar 4. 19 Throughput 1 Kali Roaming
Pada gambar 4.19 menunjukkan grafik
throughput
1 kali
roaming.
Pada awalnya
throughput
yang dihasilkan pada area AP1 besar kemudian
client
berjalan menjauh dari AP1 dengan ditunjukkan pada penurunan grafik yang ditandai pada kotak merah diatas.
Throughput
kembali naik dan stabil ketika
client
mendekati AP2. Dari analisa skenario 4 dan 5, turunnya
throughput
disebabkan saat
client
menjauh dari AP,
signal
yang didapat oleh
client
juga menurun. Sehingga data rate maximal juga berkurang maka
congestion control
bekerja. Terjadinya
Congestion control
ketika : - Adanya
time out,
ini adalah alasan yang kuat terjadinya
congestion.
Kemungkinan
segment
di drop pada jaringan tersebut, dan tidak ada berita tentan
segmen
yang dikirim -
If three ACKs are received
, adalah kemungkinan yang rendah. Segmen mungkin telah drop, tetapi beberapa
segment
telah tiba. Hal ini disibut dengan fast transmission and fast recovery.
72
4.4. Analisa Relability
Gambar 4.20 menunjukkan
time out
sebanyak 3 kali dikarenkan saat penulis melakukan
roaming
terjadi
handover
. Setiap
handover
ditunjukkan dengan 1 kali RTO
request timed out
pada layar
cmd
.
Gambar 4. 20 RTO pada saat roaming
73
Tabel 4. 4 Reliability
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa saat
handover
ditandai dengan RTO sebanyak 3 kali. Penulis menggunakan
software ping tester
dengan pengaturan sebagai berikut :
1. Test interval 10 miliseconds
2. Send buffer size 2048 Bytes
3. Time out 10 miliseconds
No. Year
Month Day
Hour Minute
Second IP
Host Send Buffer S
Timems TTL Status
1 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 2
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
6 63 ip success
3 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 4
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
10 63 ip success
5 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 5
63 ip success 6
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
4 63 ip success
7 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 8
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
81 63 ip success
9 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 10
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
6 63 ip success
11 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 12
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
3 63 ip success
13 2014
10 7
14 17
53 192.168.30.2 server
2048 3
63 ip success 14
2014 10
7 14
17 53 192.168.30.2
server 2048
4 63 ip success
15 2014
10 7
14 17
54 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 16
2014 10
7 14
17 54 192.168.30.2
server 2048
4 63 ip success
17 2014
10 7
14 17
54 192.168.30.2 server
2048 7
63 ip success 18
2014 10
7 14
17 54 192.168.30.2
server 2048
3 63 ip success
19 2014
10 7
14 17
54 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 20
2014 10
7 14
17 54 192.168.30.2
server 2048
4 63 ip success
21 2014
10 7
14 18
7 192.168.30.2 server
2048 0 Request time
22 2014
10 7
14 18
7 192.168.30.2 server
2048 0 Request time
23 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 0 Request time
24 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 52
63 ip success 25
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
32 63 ip success
26 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 7
63 ip success 27
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
22 63 ip success
28 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 29
63 ip success 29
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
6 63 ip success
30 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 31
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
34 63 ip success
32 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 21
63 ip success 33
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
12 63 ip success
34 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 8
63 ip success 35
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
5 63 ip success
36 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 4
63 ip success 37
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
6 63 ip success
38 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 9
63 ip success 39
2014 10
7 14
18 8 192.168.30.2
server 2048
4 63 ip success
40 2014
10 7
14 18
8 192.168.30.2 server
2048 26
63 ip success
74
Gambar 4. 21 Ping Tester
4.5. Analisa Latency