2.2 Morfometri Daerah Aliran Sungai DAS
DAS adalah wilayah yang dibatasi dan dikelilingi oleh topografi berupa pegunungan atau punggungan, dimana presipitasi yang jatuh di atasnya mengalir
melalui titik keluar tertentu outlet yang akhirnya bermuara ke danau atau laut Ramdan, 2006. Karakteristik DAS pada umumnya tercermin dari penggunaan
lahan, jenis batuan dan tanah, topografi, kemiringan, panjang lereng, serta pola aliran yang ada. DAS terbagi menjadi beberapa sub DAS. Sub Daerah Aliran
Sungai Sub DAS adalah bagian dari DAS dimana air hujan diterima dan dialirkan melalui anak sungai ke sungai utama. Sub DAS dapat terbagi menjadi
beberapa sub-sub DAS, dan apabila diperlukan dapat dipisahkan lagi menjadi sub- sub-sub DAS, dan demikian seterusnya.
Untuk mengetahui karakteristik setiap DAS, diperlukan kajian mengenai karakterisitik morfometri DAS. Morfometri didefinisikan sebagai aspek
kuantitatif suatu bentuklahan Van Zuidam, 1985. Mengacu pada definisi tersebut, maka morfometri DAS dapat diartikan sebagai aspek kuantitatif DAS
atau parameter karakteristik DAS yang dapat diukur dan dihitung. Aspek morfometri DAS dikelompokan ke dalam empat kategori
Morisawa, 1959, yaitu: - Aspek Panjang atau Ukuran
Aspek panjang dapat dinyatakan dalam satuan meter m atau kilometer km, meliputi panjang sungai, keliling atau perimeter basin,
panjang dan lebar maksimum basin, panjang aliran limpasan dan panjang ke pusat gravitasi DAS.
- Aspek Luas atau Bentuk Aspek luas atau bentuk meliputi luas basin yang dinyatakan dalam
satuan m
2
atau km
2
, bentuk DAS yang tidak dinyatakan dalam satuan, kerapatan alur dan kerapatan sungai. Bentuk DAS mempunyai arti penting
dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan terpusat aliran. Hal tersebut akan berhubungan dengan
kemungkinan banjir yang terjadi di suatu daerah. Kerapatan pengaliran D
d
adalah suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Kerapatan
pengaliran menggambarkan penyimpanan kapasitas air permukaan dalam cekungan yang mengalir di suatu DAS. Nilai D
d
mencerminkan hubungan kondisi geologi dengan iklim. Dalam kondisi iklim yang sama, batuan
yang kedap air akan menghasilkan nilai D
d
yang lebih besar dari nilai D
d
pada batuan yang menyerap air. - Aspek Relief
Aspek relief meliputi kekasaran DAS, kemiringan lereng atau gradien dan kemiringan dasar sungai. Kemiringan lereng merupakan
ukuran kemiringan relatif terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng akan
mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. - Aspek Non Dimensi
Aspek non dimensi meliputi orde sungai, rasio cabang sungai, rasio cabang sungai rata-rata dan pola alur sungai. Orde sungai adalah posisi
percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian, makin banyak jumlah orde sungai
akan semakin luas pula DASnya dan akan semakin panjang pula alur sungainya. Penentuan orde menurut Stahler 1952 Gambar 2.3 yang
merupakan modifikasi dari metode Horton, yaitu orde ke-1 merupakan segmen yang tidak memiliki percabangan. Ketika dua segmen orde ke-1
bergabung, maka akan terbentuk orde ke-2. Dua segmen orde ke-2 akan membentuk orde ke-3. Dua orde ke-3 akan membentuk orde ke-4, dan
seterusnya. Setiap segmen dapat ditempel oleh orde dengan nilai yang lebih kecil namun tidak akan merubah atau meningkatkan nilai ordenya.
Gambar 2.3 Sistematika pembagian orde sungai menurut Strahler 1952
Nilai rasio cabang sungai atau R
b
Bifurcation Ratio suatu DAS merupakan pola jaringan yang berkembang karena adanya perulangan
pembagian satu saluran menjadi dua bagian. Nilai R
b
pada beberapa DAS dengan kondisi geologi yang homogen akan memiliki range antara 3.0 –
5.0.
Pola alur sungai atau pola pengaliran merupakan suatu jaringan yang terbentuk antara anak sungai dengan induk sungai. Pola pengaliran
umumnya dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan penyusun, struktur geologi, jenis dan kerapatan vegetasi, serta
kondisi alam.
2.3 Sistem Informasi Geografis SIG