BAB III TATA CARA DAN HAMBATAN PERIHAL PENANGKAPAN YANG
DILAKUKAN PENYIDIK PADA SUATU PERKARA PIDANA KHUSUSNYA DI WILAYAH HUKUM POLISI SEKTOR KOTA MEDAN BARU
A. Persyaratan Penangkapan
Jangka waktu penangkapan hanya berlaku paling lama untuk jangka waktu 1 hari 24 jam. Sebelum dilakukan suatu penangkapan oleh pihak kepolisian maka terdapat
syarat materiil dan syarat formil yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Yang dimaksud
dengan syarat materiil adalah adanya suatu bukti permulaan yang cukup bahwa terdapat suatu tindak pidana. Sedangkan syarat formil adalah adanya surat tugas, surat
perintah penangkapan serta tembusannya. Apabila dalam waktu lebih dari 1 x 24 jam, tersangka tetap diperiksa dan tidak ada surat perintah untuk melakukan penahanan,
maka tersangka berhak untuk segera dilepaskan. Perintah penangkapan menurut ketentuan pasal 17 KUHAP dilakukan terhadap
seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Berdasarkan penjelasan pasal 17 KUHAP, definsi dari “bukti permulaan yang
cukup”ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
ketentuan pasal 1 butir .Pasal ini menunjukan bahwa perintah penagkapan tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi ditujukan kepada mereka yang betul-betul
melakukan tindak pidana. Disamping itu ada pendapat lain mengenai bukti permulaan yang cukup , yaitu
menurut Darwan Prints, SH, dalam bukunya Hukum Acara Pidana dalam praktek, Penerbit Djambatan dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, cetakan revisi
tahun 2002, halaman 50-51, bukti permulaan yang cukup adalah :
Menurut Surat Keputusan Kapolri SK No. Pol. SKEEP04I1982.
Kapolri dalam surat keputusannya No. Pol.SKEEP04I1982,tanggal 18 Februari menentukan bahwa, bukti permulaan yang cukup itu adalah bukti yang
merupakan keterangan dan data yang terkandung di dalam dua di antara: 1.
Laporan Polisi; 2.
Berita Acara Pemeriksaan di TKP; 3.
Laporan Hasil Penyelidikan; 4.
Keterangan Saksisaksi ahli; dan 5.
Barang Bukti. Yang telah disimpulkan menunjukan telah terjadi tindak pidana kejahatan.
21
Bukti permulaan yang cukup dalam rumusan pasal 17 KUHAP itu harus diartikan sebagai bukti-bukti minimal, berupa alat-alat bukti seperti dimaksud dalam
Pasal 184 1 KUHAP, yang dapat menjamin bahwa Penyidik tidak akan menjadi terpaksa untuk menghentikan penyidikannya terhadap seseorang yang disangka
melakukan tindak pidana setelah terhadap orang tersebut dilakukan penangkapan.
Menurut drs. P. A. F Lamintang, SH
22
Menurut Rapat Kerja MAKEHJAPOL tanggal 21 Maret 1984
21
Din Muhamad, S.H.1987 : 12
22
drs.P.A.F.Lamintang,SH.1984 : 117
Universitas Sumatera Utara
Bukti permulaan yang cukup seyogyanya minimal: Laporan Polisi ditambah salah satu alat bukti lainnya.
23
1. Pejabat polisi Negara RI yang minimal berpangkat inspektur Dua Ipda.
Adapun pihak yang berwenang hak melakukan penangkapan menurut KUHAP adalah: Penyidik yaitu :
2. Pejabat pegawai negeri sipil yang diberi wewenang khusus UU, yang sekurang-
kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I Golongan IIb atau yang disamakan dengan itu.
Penyidik pembantu, yaitu : 1.
Pejabat kepolisian Negara RI dengan pangkat minimal brigadier dua Bripda. 2.
Pejabat pegawai negeri sipil di lingkungan kepolisian Negara RI yang minimal berpangkat Pengatur Muda Golongan IIa atau yang disamakan dengan itu.
Kecuali tertangkap tangan melakukan tindak pidana, warga negara berhak menolak penangkapan atas dirinya yang dilakukan oleh pihak diluar ketentuan diatas.
Warga negara yang diduga sebagai tersangka dalam peristiwa pidana berhak melihat dan meminta surat tugas dan surat perintah penangkapan terhadap dirinya. Hal
ini sebagaimana ketentuan pasal 18 ayat 1 KUHAP yang menyatakan : “Pelaksanaan tugas penangkapan. dilakukan oleh petugas kepolisian negara
Republik Indonesia dan petugas tersebut wajib : 1.
Menyerahkan Surat Perintah Penangkapan kepada tersangka, yang memuat identitas tersangka nama lengkap, umur, pekerjaan, dan agama dan alasan
penangkapan yang dilakukan atas diri tersangka dan uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan, serta tempat tersangka diperiksa.
23
Din Muhamad, S.H.1987 : 12
Universitas Sumatera Utara
2. Menyerahkan tembusan Surat Perintah Penangkapan kepada keluarga tersangka,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 KUHAP, segera setelah penangkapan terhadap tersangka dilakukan.
Saat dilakukan penangkapan terhadap tersangka, tersangka berhak bebas dari segala tindakan penyiksaan ataupun intimidasi dalam bentuk apapun dari aparat yang
menangkapnya. Dalam hal tertangkap tangan, penangkapan dapat dilakukan tanpa Surat Perintah
Penangkapan. Akan tetapi Petugas atau Orang lain yang menangkapnya wajib menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada penyidik atau penyelidik pembantu
terdekat. Penangkapan hanya dapat dilakukan paling lama untuk satu hari 24 jam . Untuk Kasus narkotika dan Psikotropika, status tersangka yang tertangkap tangan
waktunya 1 x 24 jam, dan dapat diperpanjang 2x24 jam, hal ini diatur dalam pasal 67 UU No 22 thn 1997 yang kemudian menjadi tahanan tersangka oleh penyidik 20 hari,
dan perpanjangan untuk kejaksaan 40 hari. Bagi tersangka yang melakukan pelanggaran tidak diadakan penangkapan, kecuali
apabila ia telah dipanggil secara sah dua kali berturut-turut dan tidak mengindahkannya, tanpa alasan yang sah Pasal 9 KUHAP . Sedangkan untuk Tindak
Pidana Khusus seperti Tindak Pidana Narkotika, Tindak Pidana Korupsi Tindak Pidana Ekonomi, dan lain-lain, penangkapan dapat dilakukan oleh jaksa selaku penyidik untuk
paling lama satu tahun.
B. Penahanan tersangka dalam keadaan tertangkap tangan.