BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antropometri
Antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia. Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang
terutama dalam konteks antropologi. Antropometri berkembang sebagai ilmu yang mempelajari klasifikasi dan identifikasi perbedaan ras manusia dan efek dari diet
serta kondisi lingkungan hidup pada pertumbuhan. Dewasa ini antropometri menjadi sangat penting dan berkembang ke wilayah ilmu ergonomi, ilmu yang menyesuaikan
mesin dan lingkungan kerja untuk orang yang menggunakannya Kurniawan, 2009. Antropometri meliputi penggunaan secara hati-hati dan teliti dari titik titik
pada tubuh untuk pengukuran, posisi spesifik dari subjek yang ingin diukur dan penggunaan alat yang benar. Pengukuran yang dapat dilakukan pada manusia secara
umum meliputi pengukuran massa, panjang, tinggi, lebar, dalam, circumference putaran, curvatur busur, pengukuran jaringan lunak lipatan kulit. Pada intinya
pengukuran dapat dilakukan pada pada tubuh secara keseluruhan contoh: stature maupun membagi tubuh dalam bagian yang spesifik contoh: panjang tungkai
Kurniawan, 2009. Pengukuran tubuh digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk
pediatrics, orthopedics, dentistry, orthodontics, physical education, pengetahuan umum, kedokteran olahraga, ilmu kesehatan masyarakat, forensik, dan status nutrisi
Kurniawan, 2009.
Dalam Ilmu Kedokteran Forensik, dikenal suatu istilah yaitu Forensik Antropologi. Menurut American Board of Forensic Anthropology, Forensik
Universitas Sumatera Utara
Antropologi adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari antropologi fisik untuk proses hukum. Identifikasi dari kerangka, atau sediaan lain dari sisa-sisa jasad dugaan
manusia yang tidak teridentifikasi penting untuk alasan kemanusiaan. Forensik antropologi mengaplikasikan tehnik sains sederhana yang berdasarkan antropologi
fisik untuk mengidentifikasi sisa-sisa jasad manusia dan mengungkap tindak kejahatan. Pemeriksaan dapat dilakukan sebagai langkah pertama untuk menentukan
apakah sisa-sisa jasad tersebut berasal dari manusia dan selanjutnya dapat menentukan jenis kelamin, perkiraan usia, bentuk tubuh, dan pertalian suku bangsa.
Peemeriksaan juga dapat memperkirakan waktu kematian, penyebab kematian dan riwayat penyakit terdahulu atau luka yang pada saat hidup menimbulkan jejas pada
struktur tulang. Beberapa tahun terakhir, pemeriksaan antropologi forensik semakin berkembang seiring dengan pemeriksaan kejahatan yang menjadi lebih kompleks.
2.2. Identifikasi
Sudah menjadi hal yang paling penting diketahui mengenai identifikasi kehidupan seseorang oleh pihak polisi, dimana hal tentang identifikasi tersebut
berhubungan dengan kriminalitas. Untuk dapat mengetahui dan dapat membantu proses penyidikan, maka
dalam perkara pidana yang menyangkut tubuh, kesehatan, dan nyawa manusia diperlukan pengetahuan khusus, yaitu Ilmu Kedokteran Forensik istilah lain yang
sering dipakai: Ilmu Kedokteran Forensik, Forensic Medicine, Legal Medicine dan Medical Jurisprudence. Proses penegakan hukum dan keadilan adalah suatu usaha
ilmiah dan bukan sekedar common-sense, nonscientific belaka. Dengan demikian
dalam perkara pidana yang menyangkut tubuh, kesehatan, dan nyawa manusia, bantuan dokter dengan Ilmu Kedokteran Forensik yang dimilikinya sebagaimana
tertuang dalam Visum et Repertum yang dibuatnya adalah mutlak diperlukan Idries, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi korban yang sudah meninggal paling banyak terjadi karena kematian yang tiba-tiba dan tidak terduga, seperti: kebakaran, bom, kecelakaan lalu-
lintas, kecelakaan pesawat udara, dan lain-lain. Dan semua itu memerlukan konsep medikolegal yang tepat Idries, 2008.
Selain bantuan Ilmu Kedokteran Forensik tersebut tertuang dalam bentuk Visum et Repertum, maka bantuan dokter dengan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya sangat diperlukan didalam upaya mencari kejelasan dan kebenaran materil yang selengkap-lengkapnya tentang suatu perbuatantindak pidana yang
telah terjadi. Dengan demikian, dalam melakukan pemeriksaan ditempat kejadian perkara, interogasi, dan rekonstruksi, bantuan dokter dengan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya sangat diperlukan Idries, 2008. Baik secara tersendiri yaitu pemahaman serta penguasaan prinsip-prinsip
dasar Ilmu Kedokteran Forensik oleh penyidik, maupun secara keseluruhan dalam arti bantuan dokter dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya merupakan
sumbangan yang besar artinya dalam penyidikan demi terwujudnya tujuan itu sendiri, yaitu membuat terang dan jelas suatu perkara Tjiptomartono, 2008.
Fungsi penyidikan merupakan fungsi teknis kepolisian yang mempunyai tujuan membuat suatu perkara menjadi lebih jelas, yaitu dengan mencari dan
menemukan kebenaran materiil yang selengkap-lengkapnya tentang suatu perubahan atau tindak pidana yang telah terjadi Tjiptomartono, 2008.
Penyidikan itu sendiri adalah suatu proses untuk mempelajari dan mengetahui apa yang telah terjadi dimasa lampau dan kaitannya dengan tujuan dari
penyidikan itu sendiri. Dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepada penyidik, pada umumnya penyidik memanfaatkan sumber-sumber informasi untuk membuat
jelas dan terang suatu perkara Idries, 2008.
2.2.1. Sumber Identifikasi
Universitas Sumatera Utara
Sumber-sumber yang dipakai penyidik untuk mengetahui apa yang telah terjadi adalah:
1. Barang-barang bukti physical evidence, seperti:
a. Anak Peluru
b. Bercak darah
c. Jejas impresion, dari alat, jejas ban dari sepatu, dan lain sebagainya
d. Narkotika
e. Tumbuh-tumbuhan
2. Dokumen dan catatan-catatan, seperti:
a. Cek palsu
b. Surat penculikan
c. Tanda-tanda pengenal diri lainnya
d. Catatan tentang ancaman
3. Orang-orang seperti:
a. Korban
b. Saksi-saksi mata
c. Tersangka pelaku kejahatan
d. Hal-hal lain yang berhubungan dengan korban, tersangka, dan keadaan
di tempat kejadian perkara. Untuk dapat memanfaatkan sumber-sumber informasi yang telah diterima,
tentu dibutuhkan pemahaman dan bantuan dari ilmu-ilmu forensik, seperti kriminalistik, fisika, dan khususnya dalam tindak pidana yang menyangkut tubuh,
kesehatan, dan nyawa manusia, diperlukan pemahaman serta penguasaan prinsip- prinsip dasar dari Ilmu Kedokteran Forensik Tjiptomartono, 2008.
2.2.2. Data pada Proses Identifikasi
Universitas Sumatera Utara
Menurut Nandy, data-data yang penting untuk didapatkan pada proses identifikasi korban adalah: ras, etnis, kebangsaan, agama, jenis kelamin, perawakan,
warna kulit muka, corak kulit, rupa, rambut, mata, kelainan kongenital, tanda lahir, tahi lalat, bekas luka, tato, cacat, penyakit lain, gigi, pengukuran antropometri,
tinggi dan lebar badan, ukuran lingkar kepala, sidik jari, pakaian dan ornamen lain yang dipakai korban Nandy, 2001.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan berbagai kasus yang memerlukan bantuan Kedokteran Forensik. Tidak jarang juga ditemukan kasus-
kasus dimana hanya ditemukan beberapa tulang saja untuk diidentifikasi. Pada proses identifikasi, mengetahui ras, suku bangsa, dan jenis kelamin korban
merupakan hal yang penting. Dalam kasus seperti hanya ditemukan beberapa tulang saja untuk diidentifikasi, mengetahui ras, suku bangsa, etnis dan jenis kelamin dapat
diketahui salah satunya melalui perhitungan sefaliks indeks Nandy, 2001.
2.3. Ras dan Etnis
Identifikasi mengenai ras, etnis dari seorang korban, sering ditemukan pada kasus-kasus kematian yang disebabkan oleh kecelakan, baik itu kecelakaan kereta
api, mobil, maupun pesawat terbang baik lokal maupun internasional. Jika pada suatu kejadian, ditemukan bagian rambut ataupun bagian kulit dari
suatu korban, sangat memungkinkan mendapatkan hasil identifikasi mengenai ras, etnis dari korban tersebut. Orang kulit putih memiliki pigmen kulit yang sedikit
lebih pucat, rambut yang lurus ataupun bergelombang yang berwarna kecoklatan, mata dengan berbagai variasi warna dari biru sampai coklat tua. Orang Cina,
Amerika, India, Jepang dan beberapa orang yang memiliki kesamaan pigmen kulit yaitu kuning kecoklatan sampai coklat kemerah-merahan, rambut panjang yang
Universitas Sumatera Utara
lurus dan berwarna hitam, mata yang berwarna coklat tua. Orang Negro memiliki kulit yang gelap, rambut hitam yang keriting, mata yang berwarna coklat tua Modi,
1990. Metode paling baik dalam mengidentifikasi korban dimana hanya ditemukan
beberapa tulang saja untuk diidentifikasi adalah pengukuran tulang tengkorak dan pelvis. Panjang, lebar, luas dan lingkar dari kepala harus diukur Modi, 1990
Tabel 2.1 Race determination
Caucasians Mongoloid
Negro 1.
Tengkorak Bulat
Persegi Sempit
dan memanjang.
2. Dahi
Menonjol, cembung
Menonjol Kecil dan tertekan.
3. Muka
Kecil secara proporsional
Besar dan datar. Gigi-gigi tersusun
secara oblik.
Universitas Sumatera Utara
4. Orbit
Triangular Kecil
Persegi 5.
Ekstremitas atas Normal
Kecil Lengan cukup
besar, tangan kecil 6.
Ekstremitas bawah
Normal Kecil
Kaki sampai paha cukup besar, kaki
lebar dan datar. Modi, 1990
2.4. Seks