EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA PHET TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 40 MEDAN.

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN
MEDIA PhET TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 40 MEDAN

TESIS

Oleh :

FAJRUL WAHDI GINTING
NIM. 8136175005

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015


iii

ABSTRAK

FAJRUL WAHDI GINTING (NIM: 8136175005). Efek Model Pembelajaran
Inquiry Training Menggunakan Media PhET Terhadap Keterampilan Proses
Sains Siswa dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Kelas VIII SMP Negeri
40 Medan. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) keterampilan proses sains dan
kemampuan berpikir logis siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry
training menggunakan media PhET (2) keterampilan proses sains dan
kemampuan berpikir logis siswa yang menggunakan model pembelajaran
konvensional; dan (3) perbedaan keterampilan proses sains dan kemampuan
berpikir logis siswa yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Training
menggunakan media PhET dan model pembelajaran konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Pemilihan sampel
dilakukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas yaitu kelas
VIII-E dan kelas VIII-B, dimana kelas VIII-E diajarkan dengan model
pembelajaran Inquiry Training menggunakan media PhET dan kelas VIII-B

dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes
keterampilan proses sains berupa tes essay dan tes kemampuan berpikir logis
berupa tes pilihan berganda. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains fisika yang
menggunakan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media PhET
berbeda dan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional, dan kemampuan berpikir logis siswa yang
menggunakan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media PhET
berbeda dan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional, serta terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir
logis dan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran
Inquiry Training menggunakan media PhET dan model pembelajaran
konvensional.

Kata-kata kunci : Inquiry Training, Media PhET, Keterampilan Proses Sains,
Kemampuan Berpikir Logis

iv


ABSTRACT

Fajrul Wahdi Ginting. The effect of Inquiry Training Model use the media PhET
Against Science Process Skills and Logical Thinking Skills Grade VIII Students
SMP Negeri 40 Medan. Thesis. Medan: Postgraduate Program, State University of
Medan, 2015.

The Purpose of The study: (1) science process skills and logical thinking ability of
students who use inquiry learning model training using PhET media (2) science
process skills and logical thinking ability of students who use conventional
learning model; and (3) the difference science process skills and logical thinking
ability of students to use learning model Inquiry Training using PhET media and
conventional learning models.
This research is a quasi experimental. Sample selection is done by cluster random
sampling are two classes of classes VIII-E and class VIII-B, where the class VIIIE is taught by inquiry training model using media PhET and VIII-B with
conventional learning model. The instrument used consisted of tests science
process skills such as essay tests and tests of the ability to think logically in the
form of multiple-choice tests. The data were analyzed using t test.
The results showed that physics science process skills use Inquiry Training
models using PhET media is different and showed better results compared with

conventional learning model, and logical thinking skills students use Inquiry
Training model using PhET media is different and show better results compared
with conventional learning, and there is a difference between the ability to think
logically and science process skills of students who use Inquiry Training model
using PhET media and conventional learning models.
Keywords: Inquiry Training, PhET Media, Science Process Skills, Logical Thinking
Skills

v

KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis mengucapkan puji dan Syukur Alhamdulillah ke
hadirat Allah Subhanawata’ala Tuhan yang Mahas Esa atas Rahmat, Hidayah dan
Inayah-Nya

sehingga

tesis

yang


berjudul

“Efek

Penggunaan

Model

Pembelajaran Inquiry Training menggunakan media PhET Terhadap
Keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis siswa kelas VIII
SMP Negeri 40 Medan” dapat diselesaikan dengan segala keterbatasannya.
Selanjutnya salawat dan salam disampaikan ke hadirat Nabi Muhammad SAW,
sebagai Rasul pilihan dengan harapan semoga kita mendapat syafaat-Nya di hari
kemudian.
Sudah barang tentu, penulis tesis ini tidak akan terwujud disebabkan
berbagai kelemahan yang penulis miliki, oleh sebab itu pada kesempatan ini
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas andil dan bantuan dari berbagai
pihak, terutama kepada Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai pembimbing I, Ibu
Dr. Betty M. Turnip, M.Pd sebagai Pembimbing II , Bapak Prof. Dr. Sahyar,

M.S, M.M sebagai ketua Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan (UNIMED), sekaligus sebagai narasumber dan penguji,
Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd dan Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, MS
sebagai narasumber dan penguji, Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd
sebagai Direktur Program Pascasarjana Unimed, Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom,
M.Si sebagai Rektor Universitas Negeri Medan, Ibu Kepala SMP Negeri 40
Medan, Ibu Dra. Filmarenny dan Seluruh Civitas Akademika Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan
dorongan sehingga siapnya penelitian ini. Akhirnya terimakasih dan tesis ini saya
persembahkan kepada kedua orangtua saya, Ayah saya Darwinta Ginting, dan Ibu
saya Hartati Sitepu, dan seluruh teman teman di kelas Fisika Dik A Reguler 2013
dan minta maaf kepada mereka yang mungkin salama pendidikan hak-hak meraka
sering terabaikan dan terlupakan.
Medan
Penulis,

Juni 2015

FAJRUL WAHDI GINTING
NIM : 8136175005


vi

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK .......................................................................................

iii

KATA PENGANTAR .....................................................................

v

DAFTAR ISI ....................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................


viii

DAFTAR TABEL ...........................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................

x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..............................................................

1

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................

8

1.3 Batasan Masalah..........................................................................


8

1.4 Rumusan Masalah .......................................................................

8

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................

9

1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................

10

1.7 Defenisi Operasional ...................................................................

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis ........................................................................

11

2.1.1 Model Pembelajaran Inquiry Training .....................................

11

2.1.2 Media Simulasi PhET ..............................................................

19

2.1.3 Kemampuan Berpikir Logis .....................................................

22

2.1.4 Keterampilan Proses Sains .......................................................

26


2.2 Teori Belajar yang Mendukung ..................................................

31

2.3 Penelitian yang Relevan ..............................................................

34

2.4 Bahan Ajar ..................................................................................

35

2.5 Kerangka Konseptual ..................................................................

40

2.6 Hipotesis Penelitian.....................................................................

46

vii

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................

47

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................

47

3.3 Variabel Penelitian ......................................................................

47

3.4 Jenis dan Desain Penelitian .........................................................

48

3.5 Prosedur Penelitian......................................................................

49

3.6 Instrumen Penelitian....................................................................

50

3.7 Analisis Validitas Tes .................................................................

52

3.8 Reliabilitas ..................................................................................

55

3.9 Teknik Analisis Data ...................................................................

56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ...........................................................

62

4.2 Deskripsi Data Pretes ..................................................................

62

4.3 Pemberian Perlakuan Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

67

4.4 Deskripsi Data Postes..................................................................

71

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................

78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................

87

5.2 Saran ............................................................................................

87

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

89

ix

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Fase-fase Model Pembelajaran Inquiry Training ..........

17

Tabel 3.1. Control Group Pretest-Postest Design ...........................

48

Tabel 3.2. Spesifikasi Tes Kemampuan Berpikir Logis .................

51

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Tes ...................................................

51

Tabel 4.1. Ringkasan Data Pretes ...................................................

62

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Prestes ...........................................

65

Tabel 4.3. Homogenitas Dua Varians Pretes ..................................

66

Tabel 4.4. Uji t Tes Awal (Pretes)...................................................

67

Tabel 4.5. Ringkasan Data Postes ...................................................

71

Tabel 4.6. Uji Normalitas Data Postes ............................................

73

Tabel 4.7. Homogenitas Dua Varians Postes ..................................

74

Tabel 4.8. Uji t Postes Keterampilan Proses Sains .........................

75

Tabel 4.9. Uji t Postes Kemampuan Berpikir Logis .......................

77

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 4.1. Hasil Pretes KPS Siswa Tiap Indikator ......................

63

Gambar 4.2. Hasil Pretes KBL Siswa Tiap Indikator .....................

64

Gambar 4.3. Hasil Observasi KPS Siswa Setiap Pertemuan ..........

69

Gambar 4.4. Hasil Lembar Kerja Siswa Setiap Pertemuan ............

70

Gambar 4.5. Hasil Postes KPS Siswa Tiap Indikator .....................

72

Gambar 4.6. Hasil Pretes KBL Siswa Tiap Indikator .....................

72

Gambar 4.7. Hubungan KPS Dengan Model Pembelajaran ...........

76

Gambar 4.8. Hubungan KBL Dengan Model Pembelajaran...........

78

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..........................

91

Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa ...................................................

113

Lampiran 3. Kisi-kisi Keterampilan Proses Sains...........................

122

Lampiran 4. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis ..................

128

Lampiran 5. Perhitungan Validitas Intrumen Tes ...........................

132

Lampiran 6. Perhitungan Uji Reliabilitas........................................

135

Lampiran 7. Tabulasi Data Keterampilan Proses Sains ..................

139

Lampiran 8. Tabulasi Data Kemampuan Berpikir Logis ................

143

Lampiran 9. Rekap Data Hasil Penelitian .......................................

147

Lampiran 10. Daftar Nama Siswa Sampel Penelitian .....................

148

Lampiran 11. Deskripsi Data Hasil Penelitian ................................

149

Lampiran 12. Uji Normalitas Data ..................................................

161

Lampiran 13. Uji Homogenitas Data ..............................................

162

Lampiran 14. Uji Hipotesis Data ....................................................

164

Lampiran 15. Lembar Validasi Isntrumen Tes Keterampilan Proses Sains 167
Lampiran 16. Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains ...........

170

Lampiran 17. Rekap Observasi Aktifitas Keterampilan Proses Sains

172

Lampiran 18. Rekap nilai lembar kerja siswa .................................

175

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa
terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan marupakan suatu hal yang
mimiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan tidak diperoleh
begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses
pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses yang
dilalui, oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola dengan baik secara kualitas
dan juga kuantitas. Proses pembelajaran yang terencana dan berjalan dengan baik
akan memudahkan dan membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang ada
pada diri siswa, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat diraih. Salah satu bentuk
usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan melaksanakan
kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, karena sekolah sebagai suatu
lembaga pendidikan formal secara sistematis merencanakan lingkungan
pendidikan untuk melakukan berbagai kegiatan pembelajaran.
Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pendidikan
sains tersebut tidak hanya terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang dapat
dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran
dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum diterangkan. Dengan
demikian, tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan sains
menjadi suatu keharusan (Depdiknas, 2003). Sains sebagai sebuah produk karena

1

2

terdiri dari sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip dan hukum tentang gejala alam. Sains sebagai sebuah proses, karena
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terstruktur dan sistematis yang
dilakukan untuk menemukan konsep, prinsip dan hokum tentang gejala alam
termasuk di dalamnya adalah kemampuan berpikir untuk menyusun dan
menemukan konsep-konsep baru. Sedangkan sains sebagai suatu sikap, karena
diharapkan mampu menimbulkan karakter bagi siswa sesuai dengan nilai siswa.
Bhaskara (2012: 24) mengungkapkan bahwa sains memiliki ciri-ciri tertentu,
beberapa ciri sains diantaranya memiliki objek kajian berupa benda-benda
konkret,

mengembangkan

pengalaman-pengalaman

empiris,

menggunakan

langkah-langkah sistematis, menggunakan cara berpikir logis, dan hukum-hukum
yang dihasilkan bersifat universal. Belajar sains merupakan suatu proses
psikologis berupa tindakan atau upaya seseorang untuk mengkonstruksi dan
memahami suatu gejala alam.
Fisika merupakan bagian dari sains dan dimuat sebagai salah satu materi
pelajaran pada kurikulum yang diterapkan di sekolah. Belajar fisika pada
dasarnya, merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu gejala alam yang
terjadi. Pelajaran fisika pada sekolah diajarkan untuk membekali siswa
pengetahuan, pemahaman, konsep dan kemampuan untuk mamasuki jenjang
pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Paradigma baru dalam pembelajaran sains fisika adalah pembelajaran
dimana siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak mempelajari konsepkonsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis, hafalan, pengenalan rumusrumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui serangkaian latihan secara verbal,

3

namun hendaknya dalam pembelajaran sains, guru lebih banyak memberikan
pengalaman kepada siswa untuk lebih mengerti dan membimbing siswa agar
dapat menggunakan pengetahuannya tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
Oleh sebab itu, dalam pembelajaran fisika diperlukan kemampuan berfikir.
Dengan demikian, sebagai hasil belajar diharapkan siswa memiliki kemampuan
berfikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya melalui
kerangka berfikir sains. Seperti yang disarankan oleh Bruner dalam Trianto (2009:
87) agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh
pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka
untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Tetapi kenyataannya pembelajaran sains fisika yang diterapkan disekolah
pada umumnya siswa lebih sering mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip
sains hanya melalui penghafalan teori-teori dan rumus-rumus. Siswa kurang
mendapat kesempatan untuk aktif dalam proses pembelajaran dan menemukan
pengalamannya sendiri. Pembelajaran fisika seharusnya merupakan pembelajaran
yang menyenangkan, karena penerapannya berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari. Akan tetapi apa yang diharapkan umumnya berbeda dengan
kenyataan. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan model pembelajaran yang
kurang tepat oleh guru. Guru lebih banyak menanamkan konsep-konsep materi
pelajaran melalui transfer informasi dan pemberian contoh-contoh yang
cenderung dihafal siswa, sehingga tidak membentuk konsepsi yang benar.
Pembelajaran seperti ini tentu akan menciptakan suasana kelas yang monoton,
cenderung statis, dan membosankan. Dengan demikian guru harus berperan dalam

4

menentukan model pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan hasil belajar
dan keterampilan proses siswa.
Peroses Pembelajaran Fisika pada saat ini secara umum belum berdampak
terhadap kemampuan pemahaman dan penguasaan konsep melainkan sebagian
besar hanya menekankan pada penghapalan konsep-konsep atau rumus dan tidak
memberikan kesempatan pada siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran
fisika sehingga tidak dapat menumbuhkan kemampuan berpikir dan sikap ilmiah
siswa. Beberapa penelitian pembelajaran berbasis konstruktivis telah dilakukan
untuk melihat efektivitasnya dalam mengkonstruksi pengetahuan oleh siswa
sendiri dalam menumbuhkan sikap ilmiah dan kemampuan berpikir logis. Hal ini
dilakukan sesuai pendapat Bruner (Dahar, 1991: 103), bahwa selama kegiatan
belajar berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri
makna segala sesuatu yang dipelajari.
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan seorang guru fisika di SMP
Negeri 40 Medan, diperoleh nilai rata-rata hasil ujian fisika semester genap tahun
ajaran 2013/2014 sekitar 60 dengan KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 70.
Dari wawancara dengan guru yang bersangkutan juga didapatkan bahwa
kurangnya variasi model pembelajaran yang diterapkan. Model pembelajaran
yang selama ini paling sering diterapkan adalah model pembelajaran Direct
Instruction. Model pembelajaran yang selama ini digunakan tidak membuat siswa
berpartisipasi secara aktif sehingga kurang memberikan kesempatan pada siswa
untuk ikut menghayati proses penemuan dan penyusunan suatu konsep sebagai
suatu keterampilan proses. Guru yang bersangkutan juga mengungkapkan belum
pernah melaksanakan keterampilan proses sains dan jarangnya melaksanakan

5

kegiatan praktikum bagi siswa sehingga hasil yang diharapkan dari pembelajran
fisika kurang maksimal. Oleh karena itu, diperlukan adanya penerapan suatu
model pembelajaran yang dapat memunculkan keterampilan proses sains siswa.
Model pembelajaran yang dapat mengarahkan terciptanya hal tersebut diantaranya
adalah model pembelajaran inquiry training. (Ginting, 2015)
Menurut Joyce (2011: 201), model pembelajaran Inquiry Training
dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui
latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam waktu
yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan
keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan
menemukan jawabannya berdasarkan rasa keingintahuannya. Joyce (2011: 213)
mengungkapkan salah satu dampak instruksional dari penerapan model
pembelajaran inquiry training adalah keterampilan proses sains siswa.
Keterampilan proses dapat diartikan sebagai keterampilan-keterampilan
intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan
mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Dimyati dan
Mudjiono, 209: 138).

Pada pembelajaran fisika dapat dilakukan penerapan

metode praktikum untuk membentuk keterampilan proses pada siswa. Seperti
yang diuraikan oleh Sani (2012: 25), bahwa pelaksanaan praktikum juga
bermanfaat dalam pembentukan keterampilan proses yang dibutuhkan oleh siswa
untuk menyelesaikan permasalahan fisika kontekstual. Keterampilan proses dasar
yang mungkin dikembangkan dengan melakukan praktikum, antara lain: (1)
melakukan pengamatan (observasi). (2) inferensi. (3) mengajukan pertanyaan. (4)
menafsirkan hasil pengamatan (interpretasi). (5) mengelompokkan (klasifikasi).

6

(6) meramalkan (prediksi). (7) berkomunikasi. (8) membuat hipotesis. (9)
merencanakan percobaan atau penyelidikan. (10) menerapkan konsep atau prinsip.
(11) keterampilan menyimpulkan.
Joyce (2011: 213) juga mengungkapkan salah satu dampak pengiring dari
penerapan model pembelajaran inquiry training adalah kemampuan berpikir logis
pada siswa. Berfikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan
cara menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai kepada sebuah
kesimpulan menurut aturan-aturan logika. Rohman (2014: 129) mengungkapkan
bahwa logika mensyaratkan adanya tiga hal sebagai komponen berfikir logis.
Ketiga hal tersebut meliputi; (1) Pengertian (concept). (2) Keputusan (decision).
(3) Penalaran (reasoning).
Penguasaan konsep Fisika oleh siswa akan lebih berhasil jika diterapkan
model pembelajaran yang sesuai yang dapat menuntut siswa menemukan,
mencari, dan memahami konsep Fisika yang dipelajarinya sehingga siswa dapat
membangun konsep berpikirnya sendiri yang kemudian dikembangkan atau
didiskusikan dengan guru atau sesama siswa lainnya. Implementasi model
pembelajaran Inquiry Training baik untuk peningkatan hasil belajar dan maupun
proses berpikir seperti yang telah diteliti sebelumnya oleh Damanik (2013: 94)
menyimpulkan bahwa model pembelajaran Inquiry Training efektif dalam
peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional. Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Legimin (2010:
89) terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang memiliki
keampuan berikir logis rendah dan kemampuan berpikir logis tinggi. Sutama,
(2014: 91) menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis kelompok siswa yang

7

mendapat model pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan dengan kelompok
siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran langsung, dan
juga terdapat perbedaan kinerja ilmiah antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran inkuiri dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran langsung. Purwanto. (2012: 95) mengungkapkan terdapat perbedaan
hasil belajar fisika siswa dengan menerapkan model inquiry training dan hasil
belajar siswa yang menerapkan model konvensional.
Disamping itu juga penggunaan media yang tepat dapat mendukung proses
pembelajaran. Media yang digunakan harus sesuai dengan konsep dan teori yang
ada. Salah satu media yang sesuai digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran fisika adalah Physics Education Technology (PhET). PhET yaitu
media simulasi yang dikeluarkan oleh University of Colorado dan sudah teruji
kebenarannya. Simulasi PhET ini tersedia resmi PhET (http://phet.colorado.edu)
yang menampilkan suatu animasi fisika yang abstrak, seperti: atom, elektron,
foton, dan medan magnet. Dengan menggunakan media simulasi ini siswa
layaknya dapat melakukan kegiatan-kegiatn untuk mendapatkan data dan fakta
seperti pada laboratorim real, sehingga dengan data dan fakta tersebut peserta
didik dapat mengambil kesimpulan tentang konsep-konsep fisika.
Berdasarkan Uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian berjudul Efek Model Pembelajaran Inquiry
Training Menggunakan Media PhET Terhadap Keterampilan Proses Dan
Kemampuan Berpikir Logis Sains Siswa Kelas VIII SMP Negeri 40 Medan.

8

1.2. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang dapat diidentifikasi dari latar belakang di atas adalah:
1. Proses pembelajaran fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek
menghapal prinsip, konsep dan rumus.
2. Keterampilan proses sains fisika belum diterapkan disekolah.
3. Aspek kemampuan berpikir logis belum diperhatikan dalam pembelajaran
fisika
4. Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi.
5. Peran siswa masih kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran
6. Motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran fisika yang masih rendah.

1.3. Batasan Masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dari peneliti waktu yang
tersedia, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Inquiry
Training menggunakan media PhET dan konvensional.
2. Hal yang akan diteliti mengenai kemampuan berpikir logis dan
keterampilan proses sains siswa.
3. Materi pelajaran yang diajarkan adalah bunyi.

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:

9

1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa SMP Negeri 40
Medan dengan penerapan model pembelajaran

Inquiry Training

menggunakan media PhET dengan pembelajaran konvensional ?
2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir logis siswa SMP Negeri 40
Medan dengan penerapan model pembelajaran

Inquiry Training

menggunakan media PhET dengan pembelajaran konvensional?

1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model
pembelajaran Inquiry Training menggunakan media PhET terhadap
keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis pada materi pokok
bunyi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis perbedaan keterampilan proses sains siswa SMP Negeri 40
Medan

dengan penerapan model pembelajaran

Inquiry Training

menggunakan media PhET dengan pembelajaran konvensional.
2. Menganalisis perbedaan kemampuan berpikir logis siswa SMP Negeri 40
Medan

dengan penerapan model pembelajaran

Inquiry Training

menggunakan media PhET dengan pembelajaran konvensional.

1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk model pembelajaran
Inquiry Training yang dapat digunakan oleh guru sehingga dapat
mengembangkan kemampuan berpikir dan hasil belajar siswa.

10

2. Model pembelajaran Inquiry Training dapat menjadi pertimbangan bagi
guru-guru fisika dalam upaya perbaikan proses belajar mengajar.
3. Bagi siswa diharapkan dengan model pembelajaran Inquiry Training dapat
memperoleh pengalaman berinkuiri dalam pembelajaran.

1.7. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah upaya pengembangan para
pembelajar yang mandiri, metodenya mensyaratkan partisipasi aktif siswa
dalam

penelitian

ilmiah.

Model

pembelajaran

Inquiry

Training

memanfaatkan eksplorasi kegairahan alami siswa, memberikan siswa
arahan-arahan khusus sehingga siswa dapat mengeksplorasi bidang-bidang
baru secara efektif. (Joyce, 2009: 202)
2. Berfikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara
menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai kepada sebuah
kesimpulan menurut aturan-aturan logika. (Rohman, 2014 : 129)
3. Keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan intelektual,
sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar
yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. (Dimyati dan Mudjiono,
2009: 138)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1.

Terdapat Perbedaan hasil postes keterampilan proses sains siswa yang
diberi pembelajaran dengan model Inquiry training menggunakan media
PhET dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Kelas
ekperimen memperoleh rata-rata 75,76 dan kelas kontrol memperoleh ratarata 67,68. Model pembelajaran Inquiry training menggunakan media
PhET lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa
daripada pembelajaran konvensional.

2.

Terdapat Perbedaan hasil postes kemampuan berpikir logis siswa yang
diberi pembelajaran dengan model Inquiry training menggunakan media
PhET dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Kelas
ekperimen memperoleh rata-rata nilai 63,68 dan kelas kontrol memperoleh
rata-rata 58,53. Model pembelajaran Inquiry training menggunakan media
PhET lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa
daripada pembelajaran konvensional.

5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian, pengolahan, serta interpretasi data, peneliti
menyarankan:
1.

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang sejenis untuk
memperhatikan persiapan bagian pendukung seperti peralatan untuk

87

88

percobaan ataupun praktikum agar penggunaan waktu selama kegiatan
pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien.
2.

Peneliti selanjutnya diharapkan lebih kreatif dalam menarik perhatian dan
motivasi siswa seperti lebih memaksimalkan pemanfaatan media
pembelajaran saat kegiatan belajar rmengajar.

3.

Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan jumlah siswa dalam
setiap kelompok saat menerapkan model pembelajaran Inquiry Training.
Jumlah siswa yang disarankan peneliti adalah 4 sampai 5 orang setiap
kelompok agar siswa lebih efektif dalam berkeja di kelompoknya dan
peneliti dapat lebih baik dalam memantau aktifitas siswa.

89

DAFTAR PUSTAKA
Abungu, Hesbon, Mark I.O. Okere and Samuel W. Wachanga, (2014), The effect
of Science Proccess Skills Teaching Approach on Secondary School
Students’ Achievement in Chemistry in Nyando District, Kenya. Journal
of educational and Social Research. MCSER Publishing, Rome-Italy,
Volume 4, Number. 6, 359-372.
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, R. W. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Damanik, D. P. 2013. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Pada
Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry
Training dan Direct Instruction. Tesis Medan, Program Studi Pendidikan
Fisika Pasca Sarjana Unimed.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Emzir, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Ginting, Fajrul, W. 2015. Studi Pendahuluan Efek Model Pembelajaran Inquiry
Training Menggunakan Media PhET Terhadap Keterampilan Proses
Sains Dan Kemampuan Berpikir Logis SIswa SMP Negeri 40 Medan.
Medan : Tidak dipublikasikan.
Hamalik, O. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hayati, 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Multimedia
dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gerak
Parabola di SMA Negeri 1 Sunggal. Tesis Program Studi Pendidikan
Fisika PascaSarjana UNIMED Medan.
Huda, N. 2012. Pasti Bisa Lolos Tes CPNS & Pegawai BUMN. Jakarta: Cmedia.
Ismail, Z., C., and Jusoh, I. 2001. Relationship Between Science Process Skills
And Logical Thinking Abilities Of Malaysian Students, Journal of
Science and Mathematics Education in s.e. Asia. Volume 25, Number 2.
67-77
Joyce, Bruce. 2009. Models Of Teaching (Model-Model Pengajaran Edisi
Kedelapan). Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. 2009.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

90

Krisno, A. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Kurniawan, W. & Endah, D. 2010. Pembelajaran fisika dengan metode inquiry
Terbimbing untuk mengembangkan Keterampilan proses sains. JP2F,
Volume 1 Nomor 2 September 2010, 149-154.
Legimin, 2010. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Logis
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Kuala. Tesis
Program Studi Pendidikan Fisika PascaSarjana UNIMED Medan.
Mutisya, S., M., and Jackson K. 2014. Performance in Science Process Skills: The
Influence of Subject Specialization, Asian Journal of Social Sciences &
Humanities, Volume 3, Number 1, 179-188.
Ongowo, Richard and Francis Chisakwa Indoshi. 2013. Science Process Skills in
the Kenya Certficate of Secondary Education Biology Practical
Examination, Journal of scientific research, Volume 4. Number.11, 713717.
Purwanto. Andik. 2012. Kemampuan berpikir Logis Siswa SMA Negeri 8 Kota
Bengkulu Dengan Menerapkan Model Inquiry Terbimbing Dalam
Pembelajran Fisika. Jurnal Exacta, Volume. 10, Nomor 2, 133-135.
Purwanto, N. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rahayu, E. 2011. Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Keterampilan Proses
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Volume 7, Nomor 2, 106110.
Ranjabar, J. 2014. Dasar-dasar Logika. Bandung: Alfabeta.
Rao, B. & Kumari, U. N. 2008. Science Proccess Skills of School Students. New
Delhi: Aurora Offset.
Rohman, A. 2014. Epistemologi dan Logika. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Media Persada.
Sani, R. A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press.
Santoso, S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.

91

Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suryabrata, S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sutama, I., N., dan Putu I., B., 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis Dan Kinerja Ilmiah Pada
Pelajaran Biologi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura, e-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi
IPA. Volume 4, Nomor 3, 1-14.
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovativ Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Tanjung, Yulifda. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Just
In Time Teaching dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Fisika Mahasiswa. Tesis Program Studi Pendidikan Fisika
PascaSarjana UNIMED Medan.
Yuliani, H. 2012. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Keterampilan Proses
Dengan Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Sikap
Ilmiah Dan Kemampuan Analisis. Jurnal Inkuiri. Volume 1. Nomor 3, 15.

Dokumen yang terkait

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MIND MAPPING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR FORMAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

1 3 36

EFEK MODEL SCIENTIFIC INQUIRY MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 3 31

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 2 34

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

1 15 33

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN MOTIVASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LABUHAN DELI TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 3 33

EFEK MODEL INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMP.

1 5 29

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 2 28

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA MACROMEDIA FLASH TERHADAP TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA KELAS VIII MTSN BINJAI.

0 2 29

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MEDIA PHET TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS XI IPA.

0 4 34

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS MEDIA KOMPUTER TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 0 33