EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS MEDIA KOMPUTER TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.
EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS
MEDIA KOMPUTER TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ANDAR M. HUTAGALUNG
NIM : 8106176028
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS
MEDIA KOMPUTER TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ANDAR M. HUTAGALUNG
NIM : 8106176028
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
i
EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS
MEDIA KOMPUTER TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA
ANDAR M. HUTAGALUNG (8106176028)
ABSTRAK
Pembelajaran fisika di sekolah kurang meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dan keterampilan proses siswa, walaupun pembelajaran di sekolah menggunakan
metode praktikum, tetapi tetap saja kurang mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan keterampilan proses sains siswa. Mulai dari persiapan, melaksanakan
dan menyelesaikan masalah, siswa masih dibantu oleh guru. Dari keadaan ini guru
yang seharusnya hanya sebagai fasilitator dan pembimbing siswa tidak tercapai.
Dari berbagai fakta tersebut telah dilakukan penelitian ini dengan tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses
sains dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapankan model
pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer, dengan penerapan
model pembelajaran Inquiry Training.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen atau
perlakuan terhadap dua variabel (kelas), satu kelas sebagai kelas eksperimen yang
diberikan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training
berbasis media komputer dan kelas yang lain sebagai kelas kontrol melalui
penerapan model pembelajaran Inquiry Training.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran Inquiry
Training berbasis media komputer secara signifikan dapat lebih meningkatkan
keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan
dengan model pembelajaran Inquiry Training. Data hasil penelitian mendapatkan
N-gain keterampilan proses sains kelas eksperimen sebesar 0,84 (kategori tinggi)
dan N-gain kelas kontrol sebesar 0,68 (kategori sedang). Sedangkan pada
keterampilan berpikir kritis siswa N-gain kelas eksperimen sebesar 0,75 (kategori
tinggi) dan N-gain kelas kontrol sebesar 0,67 (kategori sedang). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan model pembelajaran Inquiry training berbasis media
komputer yang diterapkan pada kelas eksperimen secara signifikan dapat lebih
meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa
dibandingkan dengan model pembelajaran inquiry training yang diterapkan pada
kelas kontrol.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Media Komputer,
Model Pembelajaran Inquiry Training, Keterampilan Proses Sains, Keterampilan
Berpikir Kritis
ii
THE EFFECT OF USING INQUIRY TRAINING’S MODEL OF
COMPUTER MEDIA ON THE SKILL OF SCIENCE
PROCESS AND STUDENT’S THINKING
ABILITY CRITICALLY
ANDAR M. HUTAGALUNG (8106176028)
ABSTRACT
The learning of physic in school has not efficient yet in increasing the skill of the
science process and the student’s thinking ability critically. Although the study in
school uses practicum method, but it has not efficient yet in increasing the skill of
the science process and the student’s thinking ability critically. Start from
preparation, doing and solving problem, student still needs teacher’s helping,
therefore the goal of teacher as facilitator cannot be achieve. The purpose of the
research is to know if there is any difference between the skill of the science
process and the student’s thinking ability critically using inquiry training’s model
of computer media.
The method used in the research is quasi experiment or conducting two variables
(classes), one class as experiment given use inquiry training’s model of computer
media and the other class as a control class use of inquiry training’s model
The result of the research using inquiry training’s model of computer media
significantly can increase the skill of the science process and the student’s
thinking ability critically, it is compared with inquiry training’s model learning.
The result data of science class research are N-gain experiment class 0.84 (high
category) and N-gain control class 0.68 (medium category). On the contrary based
on the student’s thinking ability critically of N-gain experiment class 0.75 (high
category) and N-gain control class 0.67 (medium category). Based on the result it
can be concluded that the inquiry training’s model of computer media in
experiment class significantly can increase the science process and the student’s
thinking ability critically, it is compared with inquiry training’s model conducted
in control class.
Keys: inquiry training’s model of computer media, inquiry training’s model, the
skill of process science, the skill of thinking critically.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
”Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Media Komputer
Terhadap
Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa”. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika.
Tesis ini dapat diselesaikan berkat adanya bimbingan, arahan dan motivasi
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dosen pembimbing I yaitu Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D dan dosen
pembimbing II yaitu Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S yang
selalu memberi bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal penulisan
hingga selesainya tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.M., M.S, Ibu Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.Si,
dan Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku narasumber yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan
penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
4. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang
telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
iv
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Pascasarjana, Program Studi Pendidikan
Fisika Universitas Negeri Medan atas kerja sama dan kekeluargaan yang
penulis alami selama menempuh pendidikan.
6. Bapak Drs. Joslan Simanjuntak selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3
Balige yang telah memberikan dukungan moril serta memberikan
kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi kepada
penulis.
7. Teristimewa kepada ayahanda Eben Hutagalung, S.Pd, Ibunda Rusmaida
Napitupulu, dan seluruh keluarga serta Kekasih Penulis Fitri Ernawati
Sitorus, SE yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa bagi
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tesis ini
lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan kaya
ilmiah dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap tesis ini
memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan,
Penulis,
Andar M. Hutagalung
NIM. 8106176028
2013
v
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak
i
Kata Pengantar
iii
Daftar Isi
v
Daftar Gambar
vii
Daftar Tabel
viii
Daftar Lampiran
x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
9
1.3. Batasan Masalah
9
1.4. Rumusan Masalah
10
1.5. Tujuan Penelitian
10
1.6. Manfaat Penelitian
11
1.7. Defenisi Operasional
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
13
2.1.1. Konsep Dasar Media Pembelajaran
13
2.1.2. Multimedia Interaktif
14
2.1.3. Media Interaktif Berbasis Komputer
16
2.1.4. Keterampilan Proses Sains
20
2.1.5 Keterampilan Berpikir Kritis
22
2.1.6. Model Pembelajaran Inquiry Training
25
2.1.7. Listrik Dinamis
33
2.1.7.1. Arus Listrik dan Beda Potensial Listrik
33
2.1.7.2. Hukum Ohm
35
2.1.7.3. Hambatan, Konduktor, Semikonduktor, dan Isolator
37
vi
2.1.7.4. Hukum I Kirrchoff
41
2.1.7.5. Rangkaian Hambatan
45
2.1.7.6. Penerapan Hukum Ohm dan Hukum I Kirrchoff
46
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
48
2.3. Kerangka Konseptual
49
2.4. Hipotesis
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
52
3.2. Populasi dan Sampel
52
3.3. Variabel Penelitian
52
3.4. Jenis dan Desain Instrumen
53
3.5. Prosedur Penelitian
55
3.6. Instrumen Penelitian
56
3.7. Analisis Butir Soal
58
3.8. Teknik Analisis Data
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Coba Instrumen
69
4.1.1 Validitas Tes
69
4.1.2 Reliabilitas Tes
71
4.1.3 Daya Pembeda
71
4.1.4 Tingkat Kesukaran
73
4.2 Tes Keterampilan Proses Sains
74
4.3 Tes Kemampuan Berpikir Kritis
83
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
91
5.2 Saran
92
DAFTAR PUSTAKA
93
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains
21
Tabel 2.2 Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
24
Tabel 2.3. Sintaks Inquiry Model Latihan Penelitian
28
Tabel 2.4. Hambatan Jenis Suatu Bahan
38
Tabel 2.5. Hubungan Antara Bahan Konduktor, Semiknduktor,
Isolator, dan Nilai Konduktivitasnya
41
Tabel 2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan
48
Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian
53
Tabel 3.2. Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Terikat
54
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains
56
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis
57
Tabel 4.1 Validitas Butir Soal Keterampilan Proses Sains
70
Tabel 4.2 Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis
70
Tabel 4.3 Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains dan Kemempuan
Berpikir Kritis
71
Tabel 4.4 Analisis Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains
72
Tabel 4.5 Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis
72
Tabel 4.6 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains
73
Tabel 4.7 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
73
Tabel 4.8 Hasil Pretes, Postes, Dan N-Gain Keterampilan Proses
ix
Sains Kelas Kontrol
74
Tabel 4.9 Hasil Pretes, Postes, Dan N-Gain Keterampilan Proses
Sains Kelas Eksperimen
76
Tabel. 4.10 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas terhadap Skor
Pretes Kedua Kelas
77
Tabel 4.11 Rekapitulasi Skor Tes Keterampilan Proses Sains
78
Tabel 4.12. Tests of Normality
79
Tabel 4.13 Test of Homogeneity of Variance
80
Tabel 4.14 Independent Samples Test
81
Tabel 4.15 Hasil Pretes, Postes, dan N-gain Kemampuan Berpikir
Kritis Kelas Kontrol
83
Tabel 4.16 Hasil Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen
84
Tabel. 4.17 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas terhadap Skor
Pretes Kedua Kelas
86
Tabel 4.18 Rekapitulasi Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis
86
Tabel 4.19 Tests of Normality
87
Tabel 4. 20 Test of Homogeneity of Variance
88
Tabel 4.21 Independent Samples Test
89
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Konsep Multimedia
19
Gambar 2.2. Grafik V terhadap I
36
Gambar 2.3. Berbagai Simbol Hambatan
38
Gambar 2.4. Rangkaian Listrik Terbuka
42
Gambar 2.5. Rangkaian Listrik Tertutup
42
Gambar 2.6. Tiga Hambatan Disusun Seri
42
Gambar 2.7. Tiga Hambatan Disusun Paralel
43
Gambar 2.8. Rangkaian Seri Tiga Hambatan
45
Gambar 2.9. Rangkaian Paralel Tiga Hambatan
46
Gambar 2.10. Rangkaian Sederhana
47
Gambar 3.1. Tahap-Tahap Penelitian
55
Gambar 4.1 Grafik Skor Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains
Kelas Kontrol
75
Gambar 4.2 Grafik Skor Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains
Kelas Eksperimen
76
Gambar 4.3 Grafik Skor Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Kontrol
84
Gambar 4.4 Grafik Skor Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Kontrol
85
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
96
Lampiran 2. Bahan Ajar
114
Lampiran 3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
122
Lampiran 4. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains
127
Lampiran 5. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis
133
Lampiran 6. Lembar Validasi
137
Lampiran 7A. Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Proses Sains
141
Lampiran 7B. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis
143
Lampiran 7C. Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan
Tingkat Kesukaran Keterampilan Proses Sains
145
Lampiran 7D. Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan
Tingkat Kesukaran Kemampuan Berpikir Kritis
157
Lampiran 7E. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas dengan
Menggunakan SPSS
Lampiran 8A. Skore Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol
164
168
Lampiran 8B. Skore Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen 170
Lampiran 8C. Skore Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol
172
Lampiran 8D. Skore Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen
Lampiran 9A. Uji Normalitas
174
176
xi
Lampiran 9B. Uji Homogenitas
180
Lampiran 9C. Data Pretes Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Eksperimen
181
Lampiran 9D. Data Postes Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Eksperimen
187
Lampiran 9E. Data N-gain Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Eksperimen
Lampiran 9F. Pengujian Hipotesis
193
198
Lampiran 9G. Uji Paired Sample Test Keterampilan Proses Sains dan
Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan
Eksperimen
200
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai
proses. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003)
bahwa sains sebagai produk berarti dalam sains terdapat fakta-fakta, hukumhukum, teori-teori yang sudah diterima kebenarannya dan sains sebagai proses
berarti seluruh kegiatan dan sikap untuk mendapatkan dan mengembangkan
pengetahuan.
IPA-Fisika adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah
dalam prosesnya. Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan hanya
memahami konsep-konsep fisika semata, melainkan juga mengajar siswa berpikir
konstruktif melalui fisika sebagai keterampilan proses sains, sehingga pemahaman
siswa terhadap hakikat fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai
produk.
Keterampilan proses sains sangat penting dimiliki siswa karena sebagai
persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat
sebab siswa dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah. Gage
(Wartono, 2003) mengungkapkan bahwa dalam mengembangkan keterampilan
proses sains anak harus dibuat kreatif, ia akan mampu mempelajari IPA ditingkat
yang lebih tinggi dalam waktu yang singkat.
2
Semiawan (1996) mengemukakan empat alasan yang melandasi perlunya
diterapkan keterampilan proses sains dalam proses belajar dan pembelajaran bagi
siswa adalah sebagai berikut:
1. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian
mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.
2. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis
lebih mudah memahami konsep, apalagi yang sulit, bila disertai dengan
contoh-contoh kongkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang
dihadapi. Piaget mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau
aktivitas, baik fisik maupun mental.
3. Ilmu pengetahuan boleh dikatakan bersifat relatif, artinya, suatu kebenaran
teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi
dengan situasi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih
baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan
diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap
ilmiah. Wajar kiranya kalau anak-anak atau siswa sejak dini sudah
ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap kritis ini. Dengan
menggunakan keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas
diterima.
4. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh
artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi,
3
pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan
memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan sikap dan mental.
Agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru haruslah
melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam
memecahkan suatu permasalahan. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang
mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkontruksi argumen serta
mampu memecahkan masalah dengan tepat (Spliter dalam Redhana, 2003). Siswa
yang berpikir kritis akan mampu menolong dirinya atau orang lain dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengorganisasi, menganalisis
dan mengevaluasi argumen, proses mental, strategi dan representasi seseorang
yang diguanakan untuk memecahkan masalah, membuat keputusan dan
mempelajari konsep baru, dan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau
berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang akan dikerjakan
dan diyakini.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang akan digunakan
untuk mengintegrasikan konsep yang diterima dari proses pembelajaran di
sekolah dengan masalah yang akan dihadapi pada kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, sekolah sebaiknya tidak hanya menekankan pada pemahaman konsep
siswa tetapi juga keterampilan berpikirnya.
Keterkaitan antara keterampilan proses sains dengan kemampuan berpikir
kritis adalah jika peserta didik memiliki keterampilan proses sains maka peserta
didik tersebut akan mampu untuk berpikir kritis, hal ini sesuai dengan yang
4
dikemukakan Gega (dalam Muhfahroyin, 2009) bahwa dalam pengembangan
keterampilan proses juga termasuk pemberdayaan kemampuan berpikir kritis.
Dalam
memberdayakan
keterampilan
proses
dapat
dilakukan
bersama
pemberdayaan kemampuan berpikir kritis. Asesmen kemampuan berpikir kritis
dapat digunakan secara bersama untuk mengukur keterampilan proses,
sebagaimana halnya pada penguasaan konsep yang juga dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis..
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman di lapangan yang
dilakukan di SMP Negeri 3 Balige, model pembelajaran yang digunakan oleh
guru fisika selama ini cenderung menggunakan model konvensional dengan
urutan ceramah, tanya jawab dan penugasan. Dalam proses pembelajaran guru
tidak menyesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran. Dengan metode ini
siswa hanya memperoleh sejumlah informasi yang bersumber dari guru saja.
Informasi dan komunikasi yang terjadi satu arah ini menyebabkan siswa lebih
banyak menunggu tanpa berbuat sesuatu untuk menemukan sendiri konsepkonsep fisika. Guru lebih banyak berbuat, sementara siswa hanya menunggu
informasi yang disampaikan. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan suasana
belajar menjadi kurang interaktif dan menimbulkan sifat pasif pada siswa.
Permasalahan lain dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah
kurangnya usaha pengembangan
berpikir yang menuntun siswa untuk
memecahkan suatu permasalahan. Proses ini lebih banyak mendorong siswa agar
dapat menguasai materi pelajaran supaya dapat menjawab semua soal ujian yang
diberikan. Kenyataan menunjukkan siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar.
5
Siswa lebih banyak mendengar dan menulis apa yang diterangkan atau ditulis oleh
guru di papan tulis. Berdasarkan hasil penelitian dari pusat kurikulum (dalam
Kaswan, 2004), ternyata metode ceramah dengan guru menulis di papan tulis
merupakan metode yang paling sering digunakan. Hal ini menyebabkan isi mata
pelajaran fisika dianggap sebagai bahan hafalan, sehingga siswa tidak menguasai
konsep.
Keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa akan lebih
berhasil jika diterapkan model pembelajaran sesuai yang dapat membuat siswa
mencari, menemukan dan memahami fisika itu sendiri sehingga siswa dapat
membangun konsep-konsep fisika atas dasar nalarnya sendiri yang kemudian
dikembangkan atau mungkin diperbaiki oleh guru yang mengajar. Salah satu
model yang cocok untuk pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis adalah
model Inquiry salah satunya adalah dengan menggunakan model inquiry training.
Menurut Joyce (2011) model pembelajaran inquiry training dirancang
untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihanlatihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu
yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan
mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan
pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.
Model pembelajaran inquiry training pada hakikatnya merupakan
pembelajaran yang mempersiapkan anak untuk melakukan eksperimen sendiri,
dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin
6
menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri,
menghubungkan
penemuan
yang
satu
dengan
penemuan
yang
lain,
membandingkan apa yang ditemukan dengan apa yang ditemukan orang lain.
Model pembelajaran inquiry training ini, selain dapat mencapai tujuan
sebuah pokok bahasan juga dapat
meningkatkan
Keterampilan
proses
(mengamati, mengumpulkan dan mengolah data), pelajar aktif dan mandiri,
pengungkapan verbal, toleransi terhadap keadaaan yang ambigu (memiliki dua
arti) dan juga ketekunan, berfikir logis, sikap bahwa semua pengetahuan itu
sifatnya sementara.
Hasil pembelajaran utama dari inquiry training adalah proses-proses yang
melibatkan
aktifitas
observasi,
mengumpulkan
dan
mengolah
data,
mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis,
merumuskan penjelasan, dan menggambarkan kesimpulan. Hal ini sesuai dengan
pencapaian indikator pada keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir
kritis.
Pengembangan model pembelajaran inquiry training yang inovatif
berbasis riset diantaranya dengan mengembangkan teknologi informasi.
Perkembangan teknologi informasi memungkinkan dihasilkannya multimedia
interaktif dalam pembelajaran yang memudahkan dan membangkitkan motifasi
belajar siswa dalam mempelajari fisika.
Multimedia interaktif berbasis komputer pada saat ini dikembangkan
dengan pemanfaatan komputer sebagai panduan (computer assisted instruction).
Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat saat ini sangat memungkinkan
7
guru mendesain pembelajaran yang dapat meminimalkan kehadiran guru. Guru
sebagai fasilitator dapat mengkonstruksi pembelajaran berbasis komputer yang
dapat dilakukan secara mandiri oleh siswa. Melalui media interaktif berbasis
komputer siswa segera mendapat feedback melalui komputer dan latihan dapat
dilakukan berulang sesuai dengan kemampuan siswa. Media pembelajaran
interaktif
dengan
panduan
komputer
melibatkan
pengguna
dalam
aktivitasaktivitas yang menuntut proses mental didalam pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran berbasis teknologi informasi harus didukung
oleh orientasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Proses
pembelajaran sendiri merupakan interaksi komunikasi aktif antara peserta didik
dengan guru dalam kegiatan pendidikan yang di dalamnya teradapat kegiatan
belajar peserta didik dan kegiatan mengajar guru yang berlangsung bersamaan
dalam kurun waktu yang sama (Arifin, 2003).
Salah satu materi fisika yang terkait erat dengan kehidupan sehari-hari
namun sulit dipahami oleh siswa adalah listrik dinamis. Konsep kelistrikan ini
merupakan konsep yang cukup penting dalam kurikulum pembelajaran fisika.
Namun kenyataannya, tidak sedikit siswa mengalami kesulitan terutama dalam
mengaplikasikan listrik dinamis dalam berbagai permasalahan. Hal ini
dikarenakan dalam pengajarannya di sekolah, siswa tidak dilibatkan secara
langsung dalam menemukan konsep yang tepat,
sehingga begitu siswa
dihadapkan pada permasalahan yang membutuhkan analisis, siswa mengalami
kesulitan untuk memecahkan dan mencari solusi mengapa sesuatu itu bisa terjadi.
Sehubungan dengan itu Robert (dalam Hamalik, 2004) mengatakan penemuan
8
terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Seorang siswa harus
menggunakan segenap kemampuannya, dan bertindak sebagai seorang ilmuwan
(scientist) yang melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental
berinquiry yang digambarkan dengan tahapan-tahapan yang dilalui.
Rendahnya kemampuan siswa dalam mata pelajaran fisika terjadi di SMP
Negeri 3 Balige. Konsep-konsep fisika yang disampaikan masih kurang dipahami
siswa, hal ini terlihat dari ulangan harian siswa pokok bahasan listrik dinamis
yang memperoleh nilai rata-rata 62,25 pada tahun pelajaran 2011/2012. Dari nilai
ulangan harian ini hanya 6 dari 24 orang siswa yang tuntas, yakni mencapai nilai
≥ 75 secara klasikal. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dirancang
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga mampu menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
keterampilan kritis dan keterampilan proses sains.
Pada penelitian ini topik yang diambil adalah Listrik Dinamis. Topik ini
mempelajari konsep yang sulit dijelaskan kepada siswa, karena pada topik ini
menjelaskan konsep yang abstrak sehingga dalam penjelasannya memerlukan
bantuan media lain. Salah satu media yang dapat digunakan adalah multimedia
komputer.
Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu dilakukan suatu
penelitian mengenai model pembelajaran inquiry training berbasis teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan
kemampuan berpikir kritis siswa pada topik Listrik Dinamis.
9
1.2 Identifikasi Masalah
Dari hasil investigasi awal sesuai latar belakang di atas, masalah-masalah
yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Keterampilan proses sains siswa masih lemah
2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika masih kurang.
3. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
4. Salah satu materi Fisika yang sulit dipahami oleh siswa adalah materi listrik
dinamis.
5. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan kurang tepat dengan
karakteristik materi pelajaran.
6. Kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang.
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang
menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
inquiry training media komputer.
2. Hal yang akan diteliti mengenai keterampilan proses sains dan
kemampuan berpikir kritis.
3. Materi pembalajaran yang diajarkan adalah listrik dinamis.
10
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh
model pembelajaran inquiy training berbasis media komputer terhadap
keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa?”
Berdasarkan permasalahan tersebut, pertanyaan penelitian terfokus pada:
1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa dengan penerapan
model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer, dengan
penerapan model pembelajaran Inquiry Training?
2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan
model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer, dengan
penerapan model pembelajaran Inquiry Training?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model
pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer terhadap keterampilan
proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pembelajaran listrik
dinamis. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1
Mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa dengan
penerapan model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer,
dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training?
2
Mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan
penerapan model pembelajaran Inquiry Training media komputer, dengan
penerapan model pembelajaran Inquiry Training?
11
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris tentang model
pembelajaran inquiry training berbasis media komputer untuk meningkatkan
keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik
listrik dinamis yang berguna bagi siapa saja yang berkepentingan.
2. Model pembelajaran inquiry training ini dapat menjadi pertimbangan bagi
guru-guru fisika dalam upaya perbaikan PBM, karena model ini
mengutamakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sebagai upaya
meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis
siswa.
3. Bagi siswa diharapkan dengan model pembelajaran inquiry training ini dapat
memperoleh pengalaman berinkuiri dalam pembelajaran.
1.7 Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah model pembelajaran yang
bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan
keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin tahuan mereka,
yang dikemukakan oleh Joyce (2011).
12
2.
Model pembelajaran berbasis media komputer didefenisikan sebagai model
pembelajaran dimana penyampaian materi, diskusi dan kegiatan pembelajaran
lainnya dilakukan melalui media komputer.
3. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini ialah mengamati, menafsirkan,
mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan, membuat hipotesis,
merancang penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip, dan mengajukan
pertanyaan, yang dikemukakan Rustaman (2003)
4. Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini meliputi kemampuan siswa
menganalisis,
mensintesis,
mengenal
dan
memecahkan
masalah,
menyimpulkan suatu pernyataan, yang dikemukakan Angelo dalam (Arif,
2007).
91
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Inquiry training berbasis media komputer yang
diterapkan pada kelas eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan
keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan model pembelajaran
inquiry training yang diterapkan pada kelas kontrol, hal ini dapat dilihat pada
nilai Ngain kelas eksperimen 0,75 (kategori tinggi) lebih besar daripada
Ngain kelas kontrol 0,67 (kategori sedang).
2. Model pembelajaran Inquiry training berbasis media komputer yang
diterapkan pada kelas eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran
inquiry training yang diterapkan pada kelas kontrol, hal ini dapat dilihat pada
nilai Ngain kelas eksperimen 0,84 (kategori tinggi) lebih besar daripada
Ngain kelas kontrol 0,68 (kategori sedang).
92
5.2 . SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran, antara
lain:
1. Model pembelajaran Inquiry training berbasis media komputer dapat
dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Pemilihan simulasi tidak hanya menekankan pada kesesuaian simulasi dan
konsep saja, melainkan perlunya pertimbangan akan sampainya pesan
simulasi tersebut terhadap pengguna.
3. Perlunya membiasakan anak melakukan kegiatan percobaan baik dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis media komputer
maupun model lain yang menggunakan laboratorium nyata, karena hakekat
dari pendidikan IPA bukan hanya produk, tetapi proses dan sikap perlu juga
diasah dengan membiasakan siswa pada kegiatan percobaan.
4. Sebelum diberikan tes akhir, siswa terlebih dahulu dilatih dengan berbagai
soal yang berbeda tetapi masih dalam konsep yang sama sehingga ketika
mengerjakan soal tes akhir, siswa mampu mengerjakan dengan baik.
5. Dalam menerapkan model pembelajaran Inquiry Training, sebaiknya
perhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai
terlalu banyak dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa
dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.
93
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1987). Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan
Inquiry Bagian I. Jakarta : Depdikbud
Arif, A. (2007). Memahami Berpikir Kritis.
http://researchangius.net/1007arief3.httml. [4 Mei 2012]
Arifin, Mulyani. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian ; suatu pendekatan praktik.
Jakarta : Reineka Cipta.
Brotosiswoyo, S. (2001). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi.
Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed).
Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria :
ASCD. 54-57.
Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Darmadi, I, Wayan. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Web untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains
Mahasiswa Calon Guru Pada Materi Termodinamika.Tesis SPs UPI
Bandung : Tidak diterbitkan.
Dikmejur. (2003). Kerangka Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan Depdiknas
Ennis, (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river.
Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Ganawati, D., Sudarmana. & Radyuni, W. (2008). Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Terpadu dan Kontekstual untuk SMP/MTS Kelas IX.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Hamalik. (2004). Inovasi Pendidikan: Perwujudannya Dalam Sistem Pendidikan
Nasional. Bandung: YP. Permindo
Haris, Mudjiman. (2006). Belajar Mandiri. Surakarta: LPP UNS dan UPT UNS
94
Joyce, B. (2011). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Karyadinata, R. (2006). Aplikasi Multimedia Interaktif Dalam Pembelajaran
Matematika Sebagai Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir
Matematik Tingkat Tinggi Siswa SMA. Disertasi SPs UPI. Bandung : Tidak
diterbitkan.
Kaswan. (2004). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Pokok
Bahasan Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis Pada SPs UPI Bandung:
Tidak Diterbitkan
Kurniawan, D. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan
Website Pada Konsep Fluida Statis Untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI. Tesis Pada SPs
UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Kuswanti, Nur. (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan
Alam Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk
Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan
Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Bandung : FMIPA UPI.
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui
Pendidikan Sains. Naskah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Ilmu Pendidikan IPA pada Fakultas PMIPA UPI : Bandung.
Molenda, M., Smaldino, Sharon. (2005). Intructional Technology and Media of
Learning. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall.
Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis.
http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html [19 September
2012]
Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung: Alfabeta
Prastati, Trini., Irawan, P. (2001). Media Sederhana. Jakarta: PAU-PPAI
Universitas Terbuka
Redhana, I Wayan. (2003). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah.
Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran XXXVI.
95
Riyana, Cepi. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtakpen FIP
UPI
Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung :
IKIP Bandung Press.
Rusman., Kurniawan, D. & Riyana, C. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rustaman, N. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama.
Sanjaya, W, (2006), Pembelajaran Dalam Implementasi KBK, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Semiawan, C, dkk. (1996). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT.
Gramedia
Sudibyo, E., Widodo, W., Wasis., & Suhartanti, D. (2008). Mari Belajar IPA
3Untuk SMP/MTS Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suherman, E, Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evalusasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah.
Sukmadinata, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Suparman, Atwi (1991). Desain Instruksional. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Uno, H dan Lamatenggo, N. (2010). Teknologi komunikasi dan informasi
pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Jurusan Fisika
FPMIPA UNM
MEDIA KOMPUTER TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ANDAR M. HUTAGALUNG
NIM : 8106176028
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS
MEDIA KOMPUTER TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ANDAR M. HUTAGALUNG
NIM : 8106176028
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
i
EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS
MEDIA KOMPUTER TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA
ANDAR M. HUTAGALUNG (8106176028)
ABSTRAK
Pembelajaran fisika di sekolah kurang meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dan keterampilan proses siswa, walaupun pembelajaran di sekolah menggunakan
metode praktikum, tetapi tetap saja kurang mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan keterampilan proses sains siswa. Mulai dari persiapan, melaksanakan
dan menyelesaikan masalah, siswa masih dibantu oleh guru. Dari keadaan ini guru
yang seharusnya hanya sebagai fasilitator dan pembimbing siswa tidak tercapai.
Dari berbagai fakta tersebut telah dilakukan penelitian ini dengan tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses
sains dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapankan model
pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer, dengan penerapan
model pembelajaran Inquiry Training.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen atau
perlakuan terhadap dua variabel (kelas), satu kelas sebagai kelas eksperimen yang
diberikan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training
berbasis media komputer dan kelas yang lain sebagai kelas kontrol melalui
penerapan model pembelajaran Inquiry Training.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran Inquiry
Training berbasis media komputer secara signifikan dapat lebih meningkatkan
keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan
dengan model pembelajaran Inquiry Training. Data hasil penelitian mendapatkan
N-gain keterampilan proses sains kelas eksperimen sebesar 0,84 (kategori tinggi)
dan N-gain kelas kontrol sebesar 0,68 (kategori sedang). Sedangkan pada
keterampilan berpikir kritis siswa N-gain kelas eksperimen sebesar 0,75 (kategori
tinggi) dan N-gain kelas kontrol sebesar 0,67 (kategori sedang). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan model pembelajaran Inquiry training berbasis media
komputer yang diterapkan pada kelas eksperimen secara signifikan dapat lebih
meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa
dibandingkan dengan model pembelajaran inquiry training yang diterapkan pada
kelas kontrol.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Media Komputer,
Model Pembelajaran Inquiry Training, Keterampilan Proses Sains, Keterampilan
Berpikir Kritis
ii
THE EFFECT OF USING INQUIRY TRAINING’S MODEL OF
COMPUTER MEDIA ON THE SKILL OF SCIENCE
PROCESS AND STUDENT’S THINKING
ABILITY CRITICALLY
ANDAR M. HUTAGALUNG (8106176028)
ABSTRACT
The learning of physic in school has not efficient yet in increasing the skill of the
science process and the student’s thinking ability critically. Although the study in
school uses practicum method, but it has not efficient yet in increasing the skill of
the science process and the student’s thinking ability critically. Start from
preparation, doing and solving problem, student still needs teacher’s helping,
therefore the goal of teacher as facilitator cannot be achieve. The purpose of the
research is to know if there is any difference between the skill of the science
process and the student’s thinking ability critically using inquiry training’s model
of computer media.
The method used in the research is quasi experiment or conducting two variables
(classes), one class as experiment given use inquiry training’s model of computer
media and the other class as a control class use of inquiry training’s model
The result of the research using inquiry training’s model of computer media
significantly can increase the skill of the science process and the student’s
thinking ability critically, it is compared with inquiry training’s model learning.
The result data of science class research are N-gain experiment class 0.84 (high
category) and N-gain control class 0.68 (medium category). On the contrary based
on the student’s thinking ability critically of N-gain experiment class 0.75 (high
category) and N-gain control class 0.67 (medium category). Based on the result it
can be concluded that the inquiry training’s model of computer media in
experiment class significantly can increase the science process and the student’s
thinking ability critically, it is compared with inquiry training’s model conducted
in control class.
Keys: inquiry training’s model of computer media, inquiry training’s model, the
skill of process science, the skill of thinking critically.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
”Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Media Komputer
Terhadap
Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa”. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika.
Tesis ini dapat diselesaikan berkat adanya bimbingan, arahan dan motivasi
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dosen pembimbing I yaitu Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D dan dosen
pembimbing II yaitu Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S yang
selalu memberi bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal penulisan
hingga selesainya tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.M., M.S, Ibu Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.Si,
dan Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku narasumber yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan
penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
4. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang
telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
iv
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Pascasarjana, Program Studi Pendidikan
Fisika Universitas Negeri Medan atas kerja sama dan kekeluargaan yang
penulis alami selama menempuh pendidikan.
6. Bapak Drs. Joslan Simanjuntak selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3
Balige yang telah memberikan dukungan moril serta memberikan
kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi kepada
penulis.
7. Teristimewa kepada ayahanda Eben Hutagalung, S.Pd, Ibunda Rusmaida
Napitupulu, dan seluruh keluarga serta Kekasih Penulis Fitri Ernawati
Sitorus, SE yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa bagi
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tesis ini
lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan kaya
ilmiah dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap tesis ini
memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan,
Penulis,
Andar M. Hutagalung
NIM. 8106176028
2013
v
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak
i
Kata Pengantar
iii
Daftar Isi
v
Daftar Gambar
vii
Daftar Tabel
viii
Daftar Lampiran
x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
9
1.3. Batasan Masalah
9
1.4. Rumusan Masalah
10
1.5. Tujuan Penelitian
10
1.6. Manfaat Penelitian
11
1.7. Defenisi Operasional
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
13
2.1.1. Konsep Dasar Media Pembelajaran
13
2.1.2. Multimedia Interaktif
14
2.1.3. Media Interaktif Berbasis Komputer
16
2.1.4. Keterampilan Proses Sains
20
2.1.5 Keterampilan Berpikir Kritis
22
2.1.6. Model Pembelajaran Inquiry Training
25
2.1.7. Listrik Dinamis
33
2.1.7.1. Arus Listrik dan Beda Potensial Listrik
33
2.1.7.2. Hukum Ohm
35
2.1.7.3. Hambatan, Konduktor, Semikonduktor, dan Isolator
37
vi
2.1.7.4. Hukum I Kirrchoff
41
2.1.7.5. Rangkaian Hambatan
45
2.1.7.6. Penerapan Hukum Ohm dan Hukum I Kirrchoff
46
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
48
2.3. Kerangka Konseptual
49
2.4. Hipotesis
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
52
3.2. Populasi dan Sampel
52
3.3. Variabel Penelitian
52
3.4. Jenis dan Desain Instrumen
53
3.5. Prosedur Penelitian
55
3.6. Instrumen Penelitian
56
3.7. Analisis Butir Soal
58
3.8. Teknik Analisis Data
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Coba Instrumen
69
4.1.1 Validitas Tes
69
4.1.2 Reliabilitas Tes
71
4.1.3 Daya Pembeda
71
4.1.4 Tingkat Kesukaran
73
4.2 Tes Keterampilan Proses Sains
74
4.3 Tes Kemampuan Berpikir Kritis
83
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
91
5.2 Saran
92
DAFTAR PUSTAKA
93
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains
21
Tabel 2.2 Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
24
Tabel 2.3. Sintaks Inquiry Model Latihan Penelitian
28
Tabel 2.4. Hambatan Jenis Suatu Bahan
38
Tabel 2.5. Hubungan Antara Bahan Konduktor, Semiknduktor,
Isolator, dan Nilai Konduktivitasnya
41
Tabel 2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan
48
Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian
53
Tabel 3.2. Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Terikat
54
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains
56
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis
57
Tabel 4.1 Validitas Butir Soal Keterampilan Proses Sains
70
Tabel 4.2 Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis
70
Tabel 4.3 Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains dan Kemempuan
Berpikir Kritis
71
Tabel 4.4 Analisis Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains
72
Tabel 4.5 Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis
72
Tabel 4.6 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains
73
Tabel 4.7 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
73
Tabel 4.8 Hasil Pretes, Postes, Dan N-Gain Keterampilan Proses
ix
Sains Kelas Kontrol
74
Tabel 4.9 Hasil Pretes, Postes, Dan N-Gain Keterampilan Proses
Sains Kelas Eksperimen
76
Tabel. 4.10 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas terhadap Skor
Pretes Kedua Kelas
77
Tabel 4.11 Rekapitulasi Skor Tes Keterampilan Proses Sains
78
Tabel 4.12. Tests of Normality
79
Tabel 4.13 Test of Homogeneity of Variance
80
Tabel 4.14 Independent Samples Test
81
Tabel 4.15 Hasil Pretes, Postes, dan N-gain Kemampuan Berpikir
Kritis Kelas Kontrol
83
Tabel 4.16 Hasil Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen
84
Tabel. 4.17 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas terhadap Skor
Pretes Kedua Kelas
86
Tabel 4.18 Rekapitulasi Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis
86
Tabel 4.19 Tests of Normality
87
Tabel 4. 20 Test of Homogeneity of Variance
88
Tabel 4.21 Independent Samples Test
89
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Konsep Multimedia
19
Gambar 2.2. Grafik V terhadap I
36
Gambar 2.3. Berbagai Simbol Hambatan
38
Gambar 2.4. Rangkaian Listrik Terbuka
42
Gambar 2.5. Rangkaian Listrik Tertutup
42
Gambar 2.6. Tiga Hambatan Disusun Seri
42
Gambar 2.7. Tiga Hambatan Disusun Paralel
43
Gambar 2.8. Rangkaian Seri Tiga Hambatan
45
Gambar 2.9. Rangkaian Paralel Tiga Hambatan
46
Gambar 2.10. Rangkaian Sederhana
47
Gambar 3.1. Tahap-Tahap Penelitian
55
Gambar 4.1 Grafik Skor Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains
Kelas Kontrol
75
Gambar 4.2 Grafik Skor Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains
Kelas Eksperimen
76
Gambar 4.3 Grafik Skor Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Kontrol
84
Gambar 4.4 Grafik Skor Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Kontrol
85
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
96
Lampiran 2. Bahan Ajar
114
Lampiran 3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
122
Lampiran 4. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains
127
Lampiran 5. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis
133
Lampiran 6. Lembar Validasi
137
Lampiran 7A. Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Proses Sains
141
Lampiran 7B. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis
143
Lampiran 7C. Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan
Tingkat Kesukaran Keterampilan Proses Sains
145
Lampiran 7D. Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan
Tingkat Kesukaran Kemampuan Berpikir Kritis
157
Lampiran 7E. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas dengan
Menggunakan SPSS
Lampiran 8A. Skore Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol
164
168
Lampiran 8B. Skore Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen 170
Lampiran 8C. Skore Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol
172
Lampiran 8D. Skore Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen
Lampiran 9A. Uji Normalitas
174
176
xi
Lampiran 9B. Uji Homogenitas
180
Lampiran 9C. Data Pretes Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Eksperimen
181
Lampiran 9D. Data Postes Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Eksperimen
187
Lampiran 9E. Data N-gain Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan Eksperimen
Lampiran 9F. Pengujian Hipotesis
193
198
Lampiran 9G. Uji Paired Sample Test Keterampilan Proses Sains dan
Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol dan
Eksperimen
200
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai
proses. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003)
bahwa sains sebagai produk berarti dalam sains terdapat fakta-fakta, hukumhukum, teori-teori yang sudah diterima kebenarannya dan sains sebagai proses
berarti seluruh kegiatan dan sikap untuk mendapatkan dan mengembangkan
pengetahuan.
IPA-Fisika adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah
dalam prosesnya. Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan hanya
memahami konsep-konsep fisika semata, melainkan juga mengajar siswa berpikir
konstruktif melalui fisika sebagai keterampilan proses sains, sehingga pemahaman
siswa terhadap hakikat fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai
produk.
Keterampilan proses sains sangat penting dimiliki siswa karena sebagai
persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat
sebab siswa dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah. Gage
(Wartono, 2003) mengungkapkan bahwa dalam mengembangkan keterampilan
proses sains anak harus dibuat kreatif, ia akan mampu mempelajari IPA ditingkat
yang lebih tinggi dalam waktu yang singkat.
2
Semiawan (1996) mengemukakan empat alasan yang melandasi perlunya
diterapkan keterampilan proses sains dalam proses belajar dan pembelajaran bagi
siswa adalah sebagai berikut:
1. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian
mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.
2. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis
lebih mudah memahami konsep, apalagi yang sulit, bila disertai dengan
contoh-contoh kongkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang
dihadapi. Piaget mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau
aktivitas, baik fisik maupun mental.
3. Ilmu pengetahuan boleh dikatakan bersifat relatif, artinya, suatu kebenaran
teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi
dengan situasi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih
baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan
diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap
ilmiah. Wajar kiranya kalau anak-anak atau siswa sejak dini sudah
ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap kritis ini. Dengan
menggunakan keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas
diterima.
4. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh
artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi,
3
pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan
memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan sikap dan mental.
Agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru haruslah
melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam
memecahkan suatu permasalahan. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang
mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkontruksi argumen serta
mampu memecahkan masalah dengan tepat (Spliter dalam Redhana, 2003). Siswa
yang berpikir kritis akan mampu menolong dirinya atau orang lain dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengorganisasi, menganalisis
dan mengevaluasi argumen, proses mental, strategi dan representasi seseorang
yang diguanakan untuk memecahkan masalah, membuat keputusan dan
mempelajari konsep baru, dan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau
berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang akan dikerjakan
dan diyakini.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang akan digunakan
untuk mengintegrasikan konsep yang diterima dari proses pembelajaran di
sekolah dengan masalah yang akan dihadapi pada kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, sekolah sebaiknya tidak hanya menekankan pada pemahaman konsep
siswa tetapi juga keterampilan berpikirnya.
Keterkaitan antara keterampilan proses sains dengan kemampuan berpikir
kritis adalah jika peserta didik memiliki keterampilan proses sains maka peserta
didik tersebut akan mampu untuk berpikir kritis, hal ini sesuai dengan yang
4
dikemukakan Gega (dalam Muhfahroyin, 2009) bahwa dalam pengembangan
keterampilan proses juga termasuk pemberdayaan kemampuan berpikir kritis.
Dalam
memberdayakan
keterampilan
proses
dapat
dilakukan
bersama
pemberdayaan kemampuan berpikir kritis. Asesmen kemampuan berpikir kritis
dapat digunakan secara bersama untuk mengukur keterampilan proses,
sebagaimana halnya pada penguasaan konsep yang juga dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis..
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman di lapangan yang
dilakukan di SMP Negeri 3 Balige, model pembelajaran yang digunakan oleh
guru fisika selama ini cenderung menggunakan model konvensional dengan
urutan ceramah, tanya jawab dan penugasan. Dalam proses pembelajaran guru
tidak menyesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran. Dengan metode ini
siswa hanya memperoleh sejumlah informasi yang bersumber dari guru saja.
Informasi dan komunikasi yang terjadi satu arah ini menyebabkan siswa lebih
banyak menunggu tanpa berbuat sesuatu untuk menemukan sendiri konsepkonsep fisika. Guru lebih banyak berbuat, sementara siswa hanya menunggu
informasi yang disampaikan. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan suasana
belajar menjadi kurang interaktif dan menimbulkan sifat pasif pada siswa.
Permasalahan lain dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah
kurangnya usaha pengembangan
berpikir yang menuntun siswa untuk
memecahkan suatu permasalahan. Proses ini lebih banyak mendorong siswa agar
dapat menguasai materi pelajaran supaya dapat menjawab semua soal ujian yang
diberikan. Kenyataan menunjukkan siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar.
5
Siswa lebih banyak mendengar dan menulis apa yang diterangkan atau ditulis oleh
guru di papan tulis. Berdasarkan hasil penelitian dari pusat kurikulum (dalam
Kaswan, 2004), ternyata metode ceramah dengan guru menulis di papan tulis
merupakan metode yang paling sering digunakan. Hal ini menyebabkan isi mata
pelajaran fisika dianggap sebagai bahan hafalan, sehingga siswa tidak menguasai
konsep.
Keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa akan lebih
berhasil jika diterapkan model pembelajaran sesuai yang dapat membuat siswa
mencari, menemukan dan memahami fisika itu sendiri sehingga siswa dapat
membangun konsep-konsep fisika atas dasar nalarnya sendiri yang kemudian
dikembangkan atau mungkin diperbaiki oleh guru yang mengajar. Salah satu
model yang cocok untuk pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis adalah
model Inquiry salah satunya adalah dengan menggunakan model inquiry training.
Menurut Joyce (2011) model pembelajaran inquiry training dirancang
untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihanlatihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu
yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan
mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan
pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.
Model pembelajaran inquiry training pada hakikatnya merupakan
pembelajaran yang mempersiapkan anak untuk melakukan eksperimen sendiri,
dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin
6
menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri,
menghubungkan
penemuan
yang
satu
dengan
penemuan
yang
lain,
membandingkan apa yang ditemukan dengan apa yang ditemukan orang lain.
Model pembelajaran inquiry training ini, selain dapat mencapai tujuan
sebuah pokok bahasan juga dapat
meningkatkan
Keterampilan
proses
(mengamati, mengumpulkan dan mengolah data), pelajar aktif dan mandiri,
pengungkapan verbal, toleransi terhadap keadaaan yang ambigu (memiliki dua
arti) dan juga ketekunan, berfikir logis, sikap bahwa semua pengetahuan itu
sifatnya sementara.
Hasil pembelajaran utama dari inquiry training adalah proses-proses yang
melibatkan
aktifitas
observasi,
mengumpulkan
dan
mengolah
data,
mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis,
merumuskan penjelasan, dan menggambarkan kesimpulan. Hal ini sesuai dengan
pencapaian indikator pada keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir
kritis.
Pengembangan model pembelajaran inquiry training yang inovatif
berbasis riset diantaranya dengan mengembangkan teknologi informasi.
Perkembangan teknologi informasi memungkinkan dihasilkannya multimedia
interaktif dalam pembelajaran yang memudahkan dan membangkitkan motifasi
belajar siswa dalam mempelajari fisika.
Multimedia interaktif berbasis komputer pada saat ini dikembangkan
dengan pemanfaatan komputer sebagai panduan (computer assisted instruction).
Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat saat ini sangat memungkinkan
7
guru mendesain pembelajaran yang dapat meminimalkan kehadiran guru. Guru
sebagai fasilitator dapat mengkonstruksi pembelajaran berbasis komputer yang
dapat dilakukan secara mandiri oleh siswa. Melalui media interaktif berbasis
komputer siswa segera mendapat feedback melalui komputer dan latihan dapat
dilakukan berulang sesuai dengan kemampuan siswa. Media pembelajaran
interaktif
dengan
panduan
komputer
melibatkan
pengguna
dalam
aktivitasaktivitas yang menuntut proses mental didalam pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran berbasis teknologi informasi harus didukung
oleh orientasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Proses
pembelajaran sendiri merupakan interaksi komunikasi aktif antara peserta didik
dengan guru dalam kegiatan pendidikan yang di dalamnya teradapat kegiatan
belajar peserta didik dan kegiatan mengajar guru yang berlangsung bersamaan
dalam kurun waktu yang sama (Arifin, 2003).
Salah satu materi fisika yang terkait erat dengan kehidupan sehari-hari
namun sulit dipahami oleh siswa adalah listrik dinamis. Konsep kelistrikan ini
merupakan konsep yang cukup penting dalam kurikulum pembelajaran fisika.
Namun kenyataannya, tidak sedikit siswa mengalami kesulitan terutama dalam
mengaplikasikan listrik dinamis dalam berbagai permasalahan. Hal ini
dikarenakan dalam pengajarannya di sekolah, siswa tidak dilibatkan secara
langsung dalam menemukan konsep yang tepat,
sehingga begitu siswa
dihadapkan pada permasalahan yang membutuhkan analisis, siswa mengalami
kesulitan untuk memecahkan dan mencari solusi mengapa sesuatu itu bisa terjadi.
Sehubungan dengan itu Robert (dalam Hamalik, 2004) mengatakan penemuan
8
terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Seorang siswa harus
menggunakan segenap kemampuannya, dan bertindak sebagai seorang ilmuwan
(scientist) yang melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental
berinquiry yang digambarkan dengan tahapan-tahapan yang dilalui.
Rendahnya kemampuan siswa dalam mata pelajaran fisika terjadi di SMP
Negeri 3 Balige. Konsep-konsep fisika yang disampaikan masih kurang dipahami
siswa, hal ini terlihat dari ulangan harian siswa pokok bahasan listrik dinamis
yang memperoleh nilai rata-rata 62,25 pada tahun pelajaran 2011/2012. Dari nilai
ulangan harian ini hanya 6 dari 24 orang siswa yang tuntas, yakni mencapai nilai
≥ 75 secara klasikal. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dirancang
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga mampu menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
keterampilan kritis dan keterampilan proses sains.
Pada penelitian ini topik yang diambil adalah Listrik Dinamis. Topik ini
mempelajari konsep yang sulit dijelaskan kepada siswa, karena pada topik ini
menjelaskan konsep yang abstrak sehingga dalam penjelasannya memerlukan
bantuan media lain. Salah satu media yang dapat digunakan adalah multimedia
komputer.
Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu dilakukan suatu
penelitian mengenai model pembelajaran inquiry training berbasis teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan
kemampuan berpikir kritis siswa pada topik Listrik Dinamis.
9
1.2 Identifikasi Masalah
Dari hasil investigasi awal sesuai latar belakang di atas, masalah-masalah
yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Keterampilan proses sains siswa masih lemah
2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika masih kurang.
3. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
4. Salah satu materi Fisika yang sulit dipahami oleh siswa adalah materi listrik
dinamis.
5. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan kurang tepat dengan
karakteristik materi pelajaran.
6. Kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang.
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang
menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
inquiry training media komputer.
2. Hal yang akan diteliti mengenai keterampilan proses sains dan
kemampuan berpikir kritis.
3. Materi pembalajaran yang diajarkan adalah listrik dinamis.
10
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh
model pembelajaran inquiy training berbasis media komputer terhadap
keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa?”
Berdasarkan permasalahan tersebut, pertanyaan penelitian terfokus pada:
1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa dengan penerapan
model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer, dengan
penerapan model pembelajaran Inquiry Training?
2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan
model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer, dengan
penerapan model pembelajaran Inquiry Training?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model
pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer terhadap keterampilan
proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pembelajaran listrik
dinamis. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1
Mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa dengan
penerapan model pembelajaran Inquiry Training berbasis media komputer,
dengan penerapan model pembelajaran Inquiry Training?
2
Mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan
penerapan model pembelajaran Inquiry Training media komputer, dengan
penerapan model pembelajaran Inquiry Training?
11
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris tentang model
pembelajaran inquiry training berbasis media komputer untuk meningkatkan
keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik
listrik dinamis yang berguna bagi siapa saja yang berkepentingan.
2. Model pembelajaran inquiry training ini dapat menjadi pertimbangan bagi
guru-guru fisika dalam upaya perbaikan PBM, karena model ini
mengutamakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sebagai upaya
meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis
siswa.
3. Bagi siswa diharapkan dengan model pembelajaran inquiry training ini dapat
memperoleh pengalaman berinkuiri dalam pembelajaran.
1.7 Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah model pembelajaran yang
bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan
keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin tahuan mereka,
yang dikemukakan oleh Joyce (2011).
12
2.
Model pembelajaran berbasis media komputer didefenisikan sebagai model
pembelajaran dimana penyampaian materi, diskusi dan kegiatan pembelajaran
lainnya dilakukan melalui media komputer.
3. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini ialah mengamati, menafsirkan,
mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan, membuat hipotesis,
merancang penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip, dan mengajukan
pertanyaan, yang dikemukakan Rustaman (2003)
4. Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini meliputi kemampuan siswa
menganalisis,
mensintesis,
mengenal
dan
memecahkan
masalah,
menyimpulkan suatu pernyataan, yang dikemukakan Angelo dalam (Arif,
2007).
91
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Inquiry training berbasis media komputer yang
diterapkan pada kelas eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan
keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan model pembelajaran
inquiry training yang diterapkan pada kelas kontrol, hal ini dapat dilihat pada
nilai Ngain kelas eksperimen 0,75 (kategori tinggi) lebih besar daripada
Ngain kelas kontrol 0,67 (kategori sedang).
2. Model pembelajaran Inquiry training berbasis media komputer yang
diterapkan pada kelas eksperimen secara signifikan dapat lebih meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran
inquiry training yang diterapkan pada kelas kontrol, hal ini dapat dilihat pada
nilai Ngain kelas eksperimen 0,84 (kategori tinggi) lebih besar daripada
Ngain kelas kontrol 0,68 (kategori sedang).
92
5.2 . SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran, antara
lain:
1. Model pembelajaran Inquiry training berbasis media komputer dapat
dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Pemilihan simulasi tidak hanya menekankan pada kesesuaian simulasi dan
konsep saja, melainkan perlunya pertimbangan akan sampainya pesan
simulasi tersebut terhadap pengguna.
3. Perlunya membiasakan anak melakukan kegiatan percobaan baik dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis media komputer
maupun model lain yang menggunakan laboratorium nyata, karena hakekat
dari pendidikan IPA bukan hanya produk, tetapi proses dan sikap perlu juga
diasah dengan membiasakan siswa pada kegiatan percobaan.
4. Sebelum diberikan tes akhir, siswa terlebih dahulu dilatih dengan berbagai
soal yang berbeda tetapi masih dalam konsep yang sama sehingga ketika
mengerjakan soal tes akhir, siswa mampu mengerjakan dengan baik.
5. Dalam menerapkan model pembelajaran Inquiry Training, sebaiknya
perhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai
terlalu banyak dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa
dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.
93
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1987). Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan
Inquiry Bagian I. Jakarta : Depdikbud
Arif, A. (2007). Memahami Berpikir Kritis.
http://researchangius.net/1007arief3.httml. [4 Mei 2012]
Arifin, Mulyani. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian ; suatu pendekatan praktik.
Jakarta : Reineka Cipta.
Brotosiswoyo, S. (2001). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi.
Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed).
Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria :
ASCD. 54-57.
Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Darmadi, I, Wayan. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Web untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains
Mahasiswa Calon Guru Pada Materi Termodinamika.Tesis SPs UPI
Bandung : Tidak diterbitkan.
Dikmejur. (2003). Kerangka Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan Depdiknas
Ennis, (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river.
Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Ganawati, D., Sudarmana. & Radyuni, W. (2008). Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Terpadu dan Kontekstual untuk SMP/MTS Kelas IX.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Hamalik. (2004). Inovasi Pendidikan: Perwujudannya Dalam Sistem Pendidikan
Nasional. Bandung: YP. Permindo
Haris, Mudjiman. (2006). Belajar Mandiri. Surakarta: LPP UNS dan UPT UNS
94
Joyce, B. (2011). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Karyadinata, R. (2006). Aplikasi Multimedia Interaktif Dalam Pembelajaran
Matematika Sebagai Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir
Matematik Tingkat Tinggi Siswa SMA. Disertasi SPs UPI. Bandung : Tidak
diterbitkan.
Kaswan. (2004). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Pokok
Bahasan Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis Pada SPs UPI Bandung:
Tidak Diterbitkan
Kurniawan, D. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan
Website Pada Konsep Fluida Statis Untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI. Tesis Pada SPs
UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Kuswanti, Nur. (2008). Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan
Alam Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk
Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan
Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Bandung : FMIPA UPI.
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui
Pendidikan Sains. Naskah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Ilmu Pendidikan IPA pada Fakultas PMIPA UPI : Bandung.
Molenda, M., Smaldino, Sharon. (2005). Intructional Technology and Media of
Learning. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall.
Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis.
http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html [19 September
2012]
Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung: Alfabeta
Prastati, Trini., Irawan, P. (2001). Media Sederhana. Jakarta: PAU-PPAI
Universitas Terbuka
Redhana, I Wayan. (2003). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah.
Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran XXXVI.
95
Riyana, Cepi. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtakpen FIP
UPI
Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung :
IKIP Bandung Press.
Rusman., Kurniawan, D. & Riyana, C. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rustaman, N. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama.
Sanjaya, W, (2006), Pembelajaran Dalam Implementasi KBK, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Semiawan, C, dkk. (1996). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT.
Gramedia
Sudibyo, E., Widodo, W., Wasis., & Suhartanti, D. (2008). Mari Belajar IPA
3Untuk SMP/MTS Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suherman, E, Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evalusasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah.
Sukmadinata, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Suparman, Atwi (1991). Desain Instruksional. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Uno, H dan Lamatenggo, N. (2010). Teknologi komunikasi dan informasi
pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Jurusan Fisika
FPMIPA UNM