PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS, BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN DI SMA NEGERI 5 LANGSA.

(1)

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS, BERPIKIR TINGKAT

TINGGI DAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN DI SMA NEGERI 5 LANGSA

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memenuhi Gelar Megister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

OLEH

RAHMAT SURYA S

NIM.8146174035

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Rahmat Surya S: Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Proses Sains, Berpikir Tingkat Tinggi dan Keterampilan Bertanya pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa. Tesis Program Pascasarjana UNIMED 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model discovery

learning berbantuan multi media terhadap: (1) Keterampilan proses sains pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa; (2) berpikir tingkat tinggi pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa; (3) keterampilan bertanya pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan sampel sebanyak tiga kelas dengan

menggunakan teknik cluster random sampling. Kelas XI MIA 1 menggunakan

model discovery learning; Kelas XI MIA 2 menggunakan model discovery

learning berbantuan multimedia dan; kelas XI MIA 3 menggunakan model direct interaction (kontrol). Instrumen penelitian berupa soal uraian untuk menguji keterampilan proses sains dan berpikir tingkat tinggi dan lembar observasi untuk melihat keterampilan bertanya siswa. Teknik analisa data menggunakan uji

ANACOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey's pada taraf signifikansi α = 0,05

dengan SPSS 21,0. Hasil penelitian menunjukan: (1) terdapat pengaruh signifikan

model discovery learning berbantuan multimedia (92,057±5,585), discovery

learning (81,458±11,647), dan direct interaction (73,417±13,682) terhadap keterampilan proses sains dengan nilai F=24,080, p=0,000; (2) terdapat pengaruh

signifikan model discovery learning berbantuan multimedia (87,499±10,03),

discovery learning (79,703±10,79), dan direct interaction (73,897±13,38)

terhadap berpikir tingkat tinggi dengan nilai F=11,485, p=0,000; (3) Adanya

pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap keterampilan

bertanya peserta didik, pada model discovery learning berbantuan multimedia

lebih banyak yang bertanya dibandingkan dengan model pembelajaran discovery

learning dan direct interaction pada materi sistem pernapasan di kelas XI SMA Negeri 5 Langsa.

Kata Kunci : Keterampilan Proses Sains, Berpikir Tingkat Tinggi, Keterampilan Bertanya, Model Discovery Learning, Berbantuan Multimedia.


(6)

ii ABSTRACT

Rahmat Surya S: Effect of discovery learning model assisted multimedia to Science Process Skill, high order thinking and the ability to Asking of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system. Thesis. Postgraduate Program, State University Of Medan (UNIMED). 2016

This research is aimed to study effect of discovery learning model assisted multimedia on: (1) Science Process Skill of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system; (2) high order thinking of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system; (3) the ability to Asking of students SMA Negeri 5 Langsa at Topic Respiratory system. This quasi experiment with a sample of three classes using cluster random sampling technique. Class XI MIA 1 used a model of discovery learning; Class XI MIA 2 used discovery learning assisted multimedia; class XI MIA 3 used a direct instruction model (control). The research instrument is a matter of description to test the science process skills and high order thinking and observation sheet format for the ability to asking. The technique of data analiysis was ANACOVA followed by Tukey's test at the level

of significance α=0,05 by using SPSS 21,0. The research result showed: (1) There

was significant effect of discovery learning model assisted multimedia (92,057±5,585), discovery learning model (81,458±11,647), direct interaction (73,417±13,682) to Science Process Skill with F=24,080, p=0,000; (2) There was

significant effect of discovery learning model assisted multimedia

(87,499±10,03), discovery learning model (79,703±10,79), direct interaction (73,897±13,38) to high order thinking with F=11,485, p=0,000; (3) There was significant effect asking the learning model, the model of discovery learning model assisted multimedia more participants were asked compared with discovery learning and Direct interaction model.

Keywords: Science Process Skill, high order thinking, ability to Asking, discovery learning model, assisted multimedia


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkat dan anugerah Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia trhadap keterampilan proses sains , berpikir tingkat tinggi dan keterampilan bertanya pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Biologi pada Program Pascasarjana Negeri Medan.

Peneliti Menyadari bahwa proses penulisan tesis ini tidak berjalan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada.

1. Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Mufti Sudibyo, M.Si Sebagai Dosen Pembimbing II yang sejak awal telah banyak membimbing, mengkritisi, mengarahkan dan memotivasi peneliti sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.Sc, Bapak Dr. Syahmi Edi, M.Si, Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si, Selaku penguji sekaligus Ketua Prodi Pendidikan Biologi yang telah banyak mengkritisi dan mengarahkan peneliti.

3. Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyantim M.Si, Bapak Drs. Zulkifli Simatupang. M.Pd, dan Bapak Wasis W.W. Brata, S.Pd, M.Pd sebagai validator materi yang telah meluangkan waktu dalam mmbimbing dan membantu peneliti dalam penelitian. 4. Kedua Orangtua tercinta saya Mahkamah Siregar dan Almh. Ratna, S.Pd , ibu


(8)

iv

seluruh keluarga besar peneliti yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dimana telah banyak berjasa berjasa dan selalu mendukung, memotivasi serta memberikan bantuan baik moril maupun moral pada masa perkuliahan sampai akhir penyelesaian tesis ini.

5. Kepada Bapak Bukhari M, S.Pd, Rizal, S.Pd, Guminto, S.Pd, Awaludin, S.Pd, Andri Yusman Persada,S.Pd, Beni Alfajar, S.Pd, M.Sc, Iskandar, S.T, serta Guru dan Pegawai SMP Negeri 9 Langsa yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dimana telah memotivasi serta memberikan bantuan baik moril maupun moral pada masa perkuliahan sampai akhir penyelesaian tesis ini .

6. Bapak Kepala Sekolah dan Ibu guru bidang study biologi sertas siswa-siswi SMA Negeri 5 Langsa yang telah memberikan izin dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

7. Rekan-rekan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Negeri Medan Kelas A dan B.

Peneliti menyadari bahwa dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki peneliti menyebabkan proses penyelesaian tesis ini jauh dari kesempurnaan, karena itu peneliti sangat mengharapkan saran-saran dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata semoga tesisini dapat memberi manfaat bagi pendidikan umumnya dan bagi mahasiswa Program Pasca Sarjana Biologi pada khususnya.

Medan, Juli 2016 Peneliti


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi masalah ... 8

1.3 Batasan Masalah ... 9

1.4. Rumusan Masalah ... 9

1.5 Tujuan penelitian ... 10

1.6. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 12

2.1. Kerangka Teoritis ... 12

2.1.1 Model Pembelajaran Discovery Learning ... 12

2.1.2 Langkah-langkah Operasional Implementasi Dalam Proses Pembelajaran ... 12

2.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning ... 18

2.2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Interaction) ... 18

2.2.1. Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct Interaction) .... 18

2.2.2. Karakteristik Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) ... 20

2.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) ... 21

2.3. Multimedia ... 23

2.3.1. Pengertian Multimedia ... 23

2.3.2. Jenis-jenis Multimedia ... 25

2.3.3. Penggunaan Multimedia Dalam Pembelajaran ... 26

2.3.4. Kelebihan Multimedia ... 27

2.4. Keterampilan Proses Sains ... 27

2.4.1. Hakikat Keterampilan Proses Sains ... 27

2.4.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 28

2.5. Berpikir Tingkat Tinggi ... 30

2.6. Keterampilan Bertanya ... 36

2.6.1 Pengertian Kemampuan Bertanya ... 36

2.6.2. Pertanyaan dapat meningkatkan kemampuan ... 36

2.6.3. Bentuk-bentuk Kemampuan Bertanya ... 37

2.6.4. Tujuan Bertanya ... 38

2.6.5. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom ... 39

2.7. Kerangka Berpikir ... 40

2.7.1. Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia dan Model pembelajaran Langsung (Direct Instruction) terhadap Keterampilan proses sains ... 40

2.7.2. Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia dan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap Berpikir Tingkat Tinggi ... 42


(10)

vi

2.7.3. Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia dan

Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap

Keterampilan Bertanya ... 43

2.8. Penelitian Relevan ... 44

2.9. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

3.2 Populasi dan Sampel ... 46

3.2.1 Populasi ... 46

3.2.2 Sampel ... 46

3.3 Jenis dan Desain Penelitian ... 46

3.4 Variabel Penelitian ... 47

3.5 Definisi Operasional ... 48

3.6 Prosedur Pelaksanaan Perlakuan ... 49

3.7 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 54

3.7.1.Teknik pengumpulan data ... 54

3.7.2. Instrumen Pengumpulan Data ... 54

3.8 Pengontrolan Variabel ... 56

3.8.1 Validasi internal ... 56

3.8.2. Validasi Eksternal ... 56

3.9 Uji Coba Instrumen ... 57

3.9.1 Validitas Instrumen ... 57

3.9.2 Reliabilitas Tes ... 58

3.10. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Hasil Penelitian ... 62

4.1.1 Deskripsi Data Keterampilan Proses sains ... 62

4.1.2 Deskripsi Data Berpikir Tingkat Tinggi ... 63

4.2 Pengajuan Persaratan ... 64

4.2.1 Uji Normalitas ... 64

4.2.2 Uji Homogenitas ... 65

4.3 Pengujian Hipotesis ... 66

4.3.1 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Proses Sain ... 66

4.3.2 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 67

4.3.3 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Keterampilan Bertanya ... 68

4.4 Pembahasan ... 69

4.4.1 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Proses Sain ... 69

4.4.2 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 74

4.4.3 Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Keterampilan Keterampilan Bertanya ... 76


(11)

vii

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 79

5.1 Simpulan ... 79

5.2 Implikasi ... 79

5.3 Saran ... 81


(12)

viii DAFTAR TABEL

Tabel ... Halaman

21. Sintak Pembelajaran Discovery ... 16

3.1 Pretest-Postest Control Group Design ... 47

3.2. Kisi-kisi Soal Keterampilan Proses Sains ... 54

3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 55

3.4 Pengamatan Keterampilan Bertanya ... 56

4.1. Nilai Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa ... 62

4.2. Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Siswa ... 62

4.3 Nilai Pretes Berpikir Tingkat Tinggi Siswa ... 63

4.4 Nilai Postes Berpikir Tingkat Tinggi Siswa ... 63

4.5 Hasil Uji Normalitas Kelas Discovery ... 64

4.6 Hasil Uji Normalitas Kelas Discovery Berbantuan Multimedia ... 64

4.7 Hasil Uji Normalitas Kelas Direct Interaction ... 65

4.8 Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 65


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Tabel ... Halaman 3.1 Bagan Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 53

4.1 Pengaruh model discovery learning, discovery learning berbantuan

multimedia dan direct interaction terhadap keterampilan proses sains (F=24,080 ; P=0,000). Huruf yang berbeda di atas diagram berarti berbeda signifikan (Uji Tukey) ... 66

4.2 Pengaruh model discovery learning, discovery learning berbantuan

multimedia dan direct interaction terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi (F=11,485; P=0,000). Huruf yang berbeda di atas diagram berarti berbeda signifikan (Uji Tukey). ... 67

4.9 Pengamatan Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas model discovery learning ... 88

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas model discovery learning berbantuan multimedia ... 96

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas model direct interaction... 104

4. Kisi-kisi tes keterampilan proses sains (KPS) ... 110

5. Instrumen penelitian tes keterampilan proses sains (KPS) ... 115

6. Jawaban instrumen keterampilan proses sains (KPS) ... 117

7. Kisi-kisi tes kemampuan berpikir tingkat tinggi ... 120

8. Instrumen penelitian tes kemampuan tingkat tinggi ... 121

9. Kunci jawaban tes kemampuan tingkat tinggi ... 122

10.Lembar pengamatan keterampilan bertanya ... 130

11.LKS Pratikum 1 ... 131

12.LKS Pratikum 2 ... 133

13.LKS Pratikum 3 ... 135

14.Data Hasil Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Model Discovery Learning ... 137

15.Data Hasil Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Model Discovery Learning Berbantuan Multimedia ... 138

16.Data Hasil Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Model Direct Interaction ... 139

17.Deskripsi Data Penelitian ... 140

18.Uji Normalitas Data ... 146

19.Uji Homogenitas Data ... 149

20. Uji Hipotesis ... 150 21. Dokumentasi Penelitian

22. Surat-surat 23. Riwayat Hidup


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang bermutu dan berkualitas tergantung pada tiga hal yaitu kurikulum, BSNP (2006) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran biologi mampu mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sistem penyelenggaraan pendidikan termasuk pembelajaran dan penilaian hasil belajar diharapkan dapat berubah dari pola berpusat pada guru dan berorientasi materi (subject matter oriented) ke pola lebih berpusat pada peserta didik dan

berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vakasional (Depdiknas, 2003).

Hakikat pembelajaran Sains (Biologi) yaitu mengacu pada tiga aspek: produk, proses, dan sikap ilmiah. Menurut Carin dan Evans (dalam Sudarisman,

2010) pembelajaran sains setidaknya meliputi empat hal, yaitu: produk (content),

proses, sikap dan teknologi. Berdasarkan tujuan tersebut, guru semestinya kreatif memilih pembelajaran yang dapat memupuk kemampuan berpikir dan sikap peserta didik. Guru yang efektif antara lain ditandai dengan lima pokok karakter perilaku yaitu kejelasan dalam memberikan materi pelajaran, menguasai teknik penyampaian materi, berorientasi kepada perkembangan siswa, menekankan kepada proses pembelajaran (keaktifan siswa), dan berorientasi pada kesuksesan


(16)

2

siswa. Proses pembelajaran harus mampu mengembangkan segenap potensi

peserta didik.Pendidik yang kurang memahami peserta didik akan menyebabkan

terjadi praktik-praktik pembelajaran yang kurang memberikan kemungkinan terhadap pengembangan potensi peserta didik. Akibatnya potensi peserta didik

akan terabaikan tersia-siakan. Mashari (2014) menyatakan pembelajaran yang

sering dilakukan oleh guru adalah pembelajaran ekspositori (exspository learning)

yang merupakan proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered).

Pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik kurang optimal dan hal ini tidak sesuai dengan standar kompetensi lulusan menurut Peraturan Menteri No 23 Tahun 2006.

Seiring dengan berkembangnya penggunaan teori konstruktivisme dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, menuntut perubahan peran dan cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dengan prinsip belajar konstruktivisme, guru diharapkan berfungsi sebagai fasilitator siswanya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.Kemajuan TIK diharapkan dapat dimanfaatkan guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran yang dilaksanakan. Paradigma baru menuntut pembelajaran berpusat pada siswa, interaktif, bersifat menyelidiki, konteks dunia nyata, berbasis tim (kooperatif), stimulasi ke segala indera, dan alat multimedia dengan memanfaatkan berbagai teknologi pendidikan. Sebagaimana pendapat Yeoman (2014) menyatakan guru harus jeli memanfaatkan teknologi informasi sebagai media pembelajaran dalam menggunakan model pembelajaran karena mengimplementasikan multimedia berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.


(17)

3

Hasil riset yang dilakukan oleh Proramme for International Student

Assessment (PISA) pada tahun 2015. Survey ini mengikutkan siswa yang berusia 15 tahun dari 76 negara, yang tergolong dalam negara maju dan negara berkembang Indonesia menduduki peringkat 69. Survey Trend International Mathematics Science (TIMSS) tahun 2011 melaporkan tentang nilai rata-rata sains pada domain kognitif yang merupakan aspek penting dalam kemampuan pemecahan masalah. Indonesia berada pada tingkat 53 dari 60 negara di dunia. Indonesia memperoleh skor Mathematic adalah 386, science adalah 406 dan yang dibawah skor rata-rata TIMSS, yaitu 500. Sedangkan data dari Dinas Pendidikan Provinsi Aceh diperoleh nilai Ujian Nasional tahun 2014-2015 untuk pelajaran IPA menduduki peringkat paling bawah dibandingkan mata pelajaran lain dengan rincian Bahasa Indonesia 65,31, Bahasa Inggris 65,21, Matematika 65,82 sedangkan IPA 62,68.

Hal ini dapat terjadi karena kecenderungan pembelajaran IPA/Sains di Indonesia yang dikemukakan oleh Depdiknas (2007), bahwa: (1) Pembelajaran hanya berorientasi pada tes/ujian; (2) Pengalaman belajar yang diperoleh dikelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standart kompetensi dan kompetensi dasar; (3) pembelajaran lebih bersifat teacher centered; (4) siswa hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah dan tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya; (5) cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain affektif dan psikomotor; (6) alasan yang sering dikemukakakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah siswa per kelas terlalu banyak ; dan (7)


(18)

4

evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai proses.

Berdasarkan observasi awal, diperoleh gambaran bahwa keterampilan proses sains, berpikir tingkat tinggi dan keterampilan bertanya di SMA Negeri di Kota Langsa masih rendah. Peserta didik belum mampu menemukan sendiri konsep biologi yang telah dipelajari. Proses pembelajaran di SMA Negeri di Kota Langsa belum sepenuhnya berpusat pada peserta didik. Guru hanya menyajikan materi secara teoritik dan abstrak sedangkan peserta didik pasif, siswa hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang kreatif, antusiasme rendah, kerjasama dalam kelompok tidak optimal. Beberapa keterampilan proses peserta didik yang lain seperti bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi, menanggapi, memecahkan masalah, menganalisis, mengambil keputusan tidak tampak selama proses belajar mengajar berlangsung. Kurang optimalnya penggunaan multimedia yang tersedia di sekolah serta kurang bervariasi model pembelajaran yang diterapkan guru, sebagai salah satu penyebab rendahnya keterampilan proses sains, berpikir kritis dan keterampilan bertanya yang mengakibatkan rendahnya hasil akhir belajar peserta didik.

Selama ini, guru sudah menggunakan model pembelajaran langsung (direct instructions) dalam pembelajaran. Hal ini adalah baik karena sudah melalui hasil penelitian dan telah terbukti keefektifannya khususnya membantu peserta didik mempelajari pengetahuan deklaratif dan keterampilan dasar (Arends, 2012). Tetapi kenyataan hasil belajar peserta didik masih rendah. Kegiatan pembelajaran di kelas cenderung kaku, kelas kurang dinamis dan peserta didik dibuat menjadi


(19)

5

pendengar guru yang sedang ceramah, sekali-kali tanya jawab terjadi jika guru letih berceramah. Dari fakta tersebut perlu diadakan analisis dan mencari suatu model yang tepat yang dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu upaya yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah merancang proses pembelajaran berbantuan eksperimen dan penemuan. Mengapa selalu nilai belajar dalam pembelajaran biologi rendah adalah karena guru cenderung hanya menyampaikan konten kurikulum, tetapi tidak menumbuhkan kreativitas yang diharapkan dan tidak dapat memunculkan daya nalar yang tinggi bagi peserta didik (Nuh, 2013).

Pembelajaran biologi di SMA mempunyai kecenderungan dalam pembelajarannya banyak pengembangan konsep dalam kehidupan sehari-hari di samping juga pengembangan kegiatan ilmiahnya. Didalam konsep biologi tetsebut dalam pembelajarannya masih dominan aktivitas pada guru, sehingga timbul kesan biologi diajarkan dalam definisi-definisi atau pengertian-pengertian saja. Hal tersebut yang menjadikan pembelajaran biologi menimbulkan kesan kurang bermakna bahkan tidak menarik bagi peserta didik sehingga menjadikan kelas belajar tidak efektif. Kondisi pembelajaran yang efektif harus mencakup tiga faktor penting yaitu motivasi belajar, tujuan belajar dan kesesuaian pembelajaran (Sani, 2013).

Dalam pemilihan model pembelajaran, guru harus menganalisis indikator dari kompetensi dasar yang akan diajarkan. Salah satu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pembelajaran aktif dalam memperoleh konsep adalah model perolehan konsep (concept attaintment) (Sani, 2013). Model


(20)

6

discovery learning rnerupakan satu komponen penting di dalam pendekatan konstruktivisme (Kemdilkbud, 2013) sehingga model ini tepat digunakan dalam pembelajaran .

Model discovery learning merupakan salah satu model instruksiona kognitif yang sangat berpengaruh untuk mencapai pengetahuan konseptual yang

ditemukan oleh Bruner (1966 dalam Kemdikbud, 2013). Discovery learning

adalah model belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pembelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Konsep dasar pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah bahwa guru harus memfasilitasi instruksi yang memungkinkan peserta didik untuk menemukan hasil yang telah ditentukan sesuai dengan tingkat belajar yang diperlukan oleh standar kurikulum (Champina et al 2009).

Dalam kurikulum 2013 selain menekankan menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning) melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar dan menyaji juga menggiring peserta didik untuk menemukan konsep yang sedang dipelajari melalui deduksi, diajak untuk mencari tahu bukan diberi tahu. Di samping lebih menekankan metode eksperimen, namun tidak sekedar pembelajaran praktik melainkan lebih menekankan pada penemuan konsep oleh peserta didik melalui berbagai aktivitas kognitif selama pengamatan terhadap suatu fakta berlangsung. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kreativitas peserta didik. Proses pembelajaran yang mendukung kreativitas

peserta didik menurut Dyers et al (2011) bahwa dua pertiga dari kemampuan


(21)

7

genetik. Kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui observing

(mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting

(mencoba) dan networking (membentuk jejaring).

Penelitian yang dilakukan oleh Swaak et al (2004) menyatakan bahwa jenis pembelajaran yang meminta tanggungjawab yang besar pada peserta didik seperti discovery learning lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional seperti ekspositori. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balim

(2009) menyatakan bahwa model discovey learning merupakan salah satu model

yang meningkatkan keberhasilan peserta didik dan ketrampilan belajar dibanding pembelajaran tradisional.

Beberapa saran dari peneliti sebelumnya agar model ini berhasil diusahakan dengan mengimplementasikan alat-alat bantu pembelajaran sebagaimana hasil penelitian Yunginger (2007) menyatakan penerapan model pembelajaran yakni integrasi e-learning dan discovery learning pada penyajian mata kuliah termodinamika dapat meningkatkan hasil belajar, dimana pada siklus III basil belajar mahasiswa 87% yang menguasai materi dan sudah memenuhi indikator keberhasilan secara klasikal. Alasan untuk mendukung rekomendasi ini ialah bahwa alat-alat bantu audiovisual (audiovisual aids) dalam penelitian ini yaitu multimedia memerlukan kreativitas peserta didik dan pengalaman langsung atau

pengalaman-pengalaman vicarious (pengganti) dan dapat memfasilitasi

pembentukan konsep-konsep pada diri peserta didik. Hal ini secara langsung berhubungan dengan saran Bruner bahwa sekuensi instruksional paling baik adalah sekuensi yang berproses seperti apa yang dipelajari peserta didik untuk


(22)

8

merepresentasikan dunianya yaitu dari enactive ke iconic, dan akhirnya ke

symbolic.

Berdasarkan dari fakta, kondisi, dan data hasil penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran seperti yang diuraikan diatas, maka kegiatan pembelajaran biologi harus lebih diarahkan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk memperoleh berbagai macam kemampuan yang dapat dianggap relevan untuk meningkatkan keterampilan proses sains, kemampuan berpikir tingkat

tinggi dan keterampilan bertanya siswa diantara model discovery learning

berbantuan multimedia dan direct interaction.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran biologi di sekolah, antara lain:

1. Mayoritas pembelajaran biologi masih didominasi keaktifan guru (teacher

centered) dan guru dalam menjalankan tugasnya cenderung sebagai kegiatan rutinitas, kurang kreativitas dan inovatif dalam perencanaan ataupun pelaksanaan pembelajaran, sehingga kesan guru kurang profesional.

2. Kurangnya kesempatan guru dalam mengembangkan model pembelajaran

guna menciptakan pembelajaran yang bermutu bagi peserta didik.

3. Guru merasa kerepotan dalam persiapan perangkat pembelajaran (Program

tahunan, Program semester, RPP dan LKS).

4. Keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan multimedia sebagai alat


(23)

9

5. Kurangnya kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk

mengemukakan pendapatnya atau bertanya.

1.3 Batasan Masalah

Identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukan bahwa banyak permasalahan yang perlu dicari pemecahannya sehubungan dengan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran biologi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian ini membatasi permasalahan pada ruang lingkup:

1. Pengaruh Model Discovery learning berbantuan multimedia terhadap

keterampilan proses sains pada peserta didik.

2. Kemampuan berpikir tingkat tinggi dibatasi pada ranah kognitif taksonomi

Bloom C4 sampai C6 pada materi sistem pernapasan.

3. Keterampilan bertanya yang dimaksud adalah kemampuan bertanya

diperlukan dalam membaca kritis, ketika seseorang tidak hanya membatasi diri pada soal mengerti dan mengingat keterangan yang ada, tetapi juga menilai bahan yang dibaca. Pada tahap keterampilan bertanya peserta didik menggunakan pertanyaan berupa pertanyaan sintesa (Synthesis Question) dan pertanyaan evaluasi (Evaluation Question).

1.4. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan multimedia


(24)

10

direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5

Langsa?

2. Apakah ada pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan multimedia

terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA

Negeri 5 Langsa?

3. Apakah ada pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan multimedia

terhadap kemampuan bertanya peserta didik dengan model pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan

multimedia terhadap keterampilan proses sains peserta didik dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA

Negeri 5 Langsa.

2. Untuk mengetahui pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan

multimedia terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dengan model pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA Negeri 5 Langsa.

3. Untuk mengetahui pengaruh model discovery learning (DL) berbantuan

multimedia terhadap kemampuan bertanya peserta didik dengan model

pembelajaran direct instruction (DI) pada materi sistem pernapasan di SMA


(25)

11

1.6. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis (1) sebagai bahan referensi yang dapat

digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh model discovery

learning (DL) berbantuan multimedia terhadap keterampilan proses sains, berpikir tingkat tinggi danketerampilan bertanya peserta didik dengan model pembelajaran

direct instruction (DI); (2) Sebagai bahan pertimbangan, landasan empiris

maupun kerangka acuan bagi penelitian yang relevan di masa mendatang untuk

mengembangkan lebih mendalam tentang penggunaan model discovery learning

berbantuan multimedia; (3) Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran biologi pada keterampilan proses sains, berpikir tingkat tinggi dan keterampilan bertanya.

Manfaat Praktis antara lain: (1) Memberikan sumbangan pemikiran terhadap upaya peningkatan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran (mutu

pendidikan); (2) Memberikan gambaran implementasi model discovery learning

berbantuan multimedia dalam pembelajaran; (3) Sebagai umpan balik bagi guru biologi dalam upaya peningkatan terhadap keterampilan proses sains, berpikir

tingkat tinggi dan keterampilan bertanya melalui model discovery learning

berbantuan multimedia; dan (4) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran biologi di tingkat SMA.


(26)

79

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan:

1. Ada pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap

keterampilan proses sains di SMA Negeri 5 Langsa. Keterampilan proses sains di kelas yang menggunakan discovery learning berbantuan multimedia

(92,057±5,585), discovery learning (81,458±11,647), dan direct interaction

(73,417±13,682) dengan nilai F=24,080, p=0,000.

2. Ada pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap

berpikir tingkat tinggi siswa pada materi sistem pernapasan di kelas XI SMA Negeri 5 Langsa. Berpikir tingkat tinggi siswa yang menggunakan discovery learning berbantuan multimedia (87,499±10,03), discovery learning

(79,703±10,79), dan direct interaction (73,897±13,38) terhadap berpikir

tingkat tinggi dengan nilai F=11,485, p=0,000.

3. Adanya pengaruh model discovery learning berbantuan multimedia terhadap

keterampilan bertanya peserta didik, pada model discovery learning

berbantuan multimedia lebih banyak yang bertanya dibandingkan dengan model pembelajaran discovery learning dan direct interaction pada materi sistem pernapasan di kelas XI SMA Negeri 5 Langsa.

5.2. Implikasi

Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMA memiliki peranan penting untuk menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang


(27)

80

mampu berpikir kritis, kreatif, logis, berinisiatif dan terampil menanggapi isu dan permasalahan yang muncul di lingkungan masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas manusia sehari-hari. Oleh karena itu untuk mempelajari mata pelajaran IPA seperti biologi diperlukan adanya kemampuan dan keterampilan pada diri siswa agar dapat mempelajari materi biologi dengan mudah dan mampu menyelesaikan masalah berdasarkan aturan, pola, atau logika tertentu.

Maka seorang guru dituntut untuk dapat merancang perencanaan dan memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi sehingga siswa dapat ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi. Untuk mengoptimalkan siswa aktif dalam belajar, maka kegiatan pembelajaran harus berorientasi kepada siswa, sehingga guru dapat menggunakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa aktif diantaranya adalah discovery learning.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan adanya perbedaan hasil keterampilan proses sains dan berpikir ti

ngkat tinggi siswa yang dibelajarkan menggunakan model discovery

learning berbantuan multimedia . hal ini memberi penjelasan dan penegasan

bahwa model discovery learning berbantuan multimedia merupakan salah satu

faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan keterampilan proses sains, berpikir tingkat tinggi dan keterampilan bertanya siswa dalam materi sistem pernapasan.

Hal ini dapat dimaklumi karena melalui penerapan pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran sehingga keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran akan tercapai, dengan


(28)

81

demikian konsekuensinya apabila penerapan pembelajaran yang kurang tepat dalam proses belajar mengajar maka tentu akan berakibat berkurangnya pula partisipasi siswa dala belajar.

5.3. Saran

Berdasarkan simpulan yang sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan, disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan model discovery learning berbantuan multimedia dapat

diterapkan sebagai bahan referensi untuk memperoleh gambaran terhadap keterampilan proses sains, berpikir tingkat tinggi dan keterampilan bertanya.

2. Diharapkan para guru dalam kegiatan belajar mengajar dapat memilih model

pembelajaran yang tepat agar memicu keterampilan proses sains, berpikir tingkat tinggi dan keterampilan siswa, seperti penerapan model discovery learning berbantuan multimedia yang dapat menciptakan gairah suasana pembelajaran.

3. Melalui penerapan model discovery learning berbantuan multimedia, guru

harus bersikap sebagai fasilitator bukan sebagai informator, sehingga siswa dapat merasakan bahwa pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil dari suatu proses.

4. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjut

mengenai penggunaan model pembelajaran discovery learning berbantuan multimedia hendaknya dalam pelaksanaan pembelajaran siswa dibimbing terlebih dahulu agar lebih siap sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa dapat mengikuti dengan aktif dan antusias.


(29)

82

5. Bagi guru biologi maupun mahasiswa yang berkeinginan mengembangkan

penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran discovery learning berbantuan multimedia disarankan untuk mempertimbangkan karakter siswa dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai

6. dalam meneliti keterampilan proses sains hendaknya guru disarankan untuk

menggunakan model pembelajaran seperti model pembelajaran discovery

learning yang berbantuan multimedia pada materi sistem pernapasan sebagai usaha menarik minat dan motivasi siswa untuk meningkatkan keterapilan proses sains, berpikir tingkat tinggi dan keteramapilan bertanya siswa.


(30)

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, R. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Arends, R.I. (2001a). Exploring Teaching: An Introduction to Education. New

York : McGraw-Hill

Arends, R I. (2012b). Learning to Teach ninth edition. New York : McGraw-Hill. Arikunto, S, (2003), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksar.

Arikunto, S, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azhar, Arsyad. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada. Balim, A. G. (2009). The Effect of Discovery Learning on Students Success an

Inquiry Skills. Eurasian Journal of Educational Research/Issue 35, 1-21.

BNSP, (2006), Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA, Jakarta:

Badan Standar Nasional Pendidikan.

Cohen, L.D, Townsend, R.R, (2008), In the Clinic Hypertension, Available from: (www.annals.org/intheclinic/. Diakses 16 Oktober 2015).

Dahar, R., W. (2011), Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga.

Depdiknas, (2003), Pendidikan Kontextual Teaching and Learning, Jakarta:

Depdiknas.

Depdiknas, (2006), Berbagai Penekatan dan Model dalam Pembelajaran, Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Depdiknas, (2007), Panduan Pembuatan Multimedia Pembelajaran, Jakarta:

Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan nasional Republik Indonesia,

Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas

Dimyanti, (2006a), Belajar dan Pembelajara, Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono, (2010b), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka

Cipta.


(31)

84

Dwyer, Francis and Huifen Lin, (2010), The Effect of static and animated

visualization: a perspective of instructional effectiveness and Efficiency. Pennsylvania: The ennsylvania State University.

Dwyer, Tim. 2010. Media Convergence: Issues in Cultural and Media Studies. McGraw Hill & Open University Press. London.

Dyers, J.H. et al. (2011). Innovators DNA: Mastering the Five Skilss of Disruptive Innovators, Harvard Business Review.

Febriani, H, (2013), Pengaruh Metode Discovery Learning dalam tatanan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar biologi dan kecakapan sosial siswa SMP Swasta PGRI 2 Medan.Jurnal Pendidikan Biologi, 2 (3): 116-124

Fisher, A, (2009), Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, Terjemahan Oleh

Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga.

Freeman, J, dan Utami M, (2001), Cerdas dan Cemerlang, Jakarta: Gramedia. Gronlund, Norman E, (1973), Preparing Criterion-Referenced Test for Classroom

Instruction. New York: The Macmillan Publishing Company. Hamalik, O, (2001), Proses Belajar Mengajar, Jakata: Bumi Aksara.

Heong, Y. M.,Othman, W.D.,Md Yunos, J., Kiong, T.T., Hassan, R., & Mohamad, M.M. (2011). The Level of Marzano Higher Order Thinking

Skills Among Technical Education Students. International Journal of

Social and humanity, 1(2): 121-125.

Ismu, R, Pramudiyanti, Yolida, B. (2012). Pengaruh Penggunaan Media ICT Melalui Metode Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains,14 (2):102-112

Joice, B. & Weil, M, (1972), Conceptual Complexity Teaching Stle and Models of Teaching, Columbia University.

Kawuwung, F, (2011), Profil Guru, Pemahaman Kooperatif NHT, dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi di SMP Kabupaten Minahasa Utara, Jurnal El-hayah, 1(4): 157-166.

King, F.J, Goodson, L., & Rohani, F. (2006), Higher Order Thinking Skills: Definition, Teaching Strategies, and Assesment, London: A publication of the Edu-cational Services Program.

Krathwohl, D. R.(2002). A revision of Bloom’s Taxonomy: an overview- Theory


(32)

85

Learning to think, thinking to learn: (www.purdue.edu/geri diakses 14 Oktober 2015).

Krathwohl, D.R. & Anderson, L.W.(2001). A Taxonomy For Learning, Teaching,

And Assesing; A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Education Objective:

(www.purdue.edu/geri diakses 14 Oktober 2015).

Meiria Sylvi Astuti, (2015), Peningkatan Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Slungkep 03 Menggunakan Model Discovery Learning, Scholaria, 5 (1): 10-23.

Mullis, Et.al. (1999). TIMSS 2007: International Mathematic Report. Boston:

TIMSS & PILRS International Study Center

Mulyati, (2005), Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Munandar U. (2003), Psikologi & Pengembangan Diri. Jakarta: Rineka Cipta. Munandar, S.C. Utami, 2003, Pengembangan Krativitas Anak Berbakat, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Munandar, U, (2002), Kreativitas & Keberhasilan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Munandar, Utami. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak berbakat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nila Alia, Supriyono, (2013), Penerapan Model Direct Instruction Dengan

Menggunakan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Bangkalan Pada Materi Pokok Azas Black, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 02 (03): 50-54.

Nuh, M (2013), Menyambut Kurikulum 2013, Jakarta: Kompas.

Nuh, Muhammad. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

OECD. (2012). PISA Results:What Students Know and Can Do- student

performance in mathematics, reading and science (volume 1). (www.oecd.org/pisa/pisaproducts/48852548.pdf diakses 14 Oktober 2015). Rahayu, E., H. Susanto, dan D. Yulianti, (2011), Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,


(33)

86

Rustaman, (2007b), Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: Universitas

Negeri Malang.

Rustaman, (2009), Keterampilan Proses Sains, Bogor: Ghalia Indonesia.

Rustaman, (2009a), Model-model Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Depok: Raja Grafindo.

Sanjaya, W, (2006a), Metode Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W, (2006b), Strategi pembelajaran berorientasi standar proses

pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sari, N, I Darmadi W, dan Saehan, S, (2015), Perbedaan Hasil Belajar Fisika

Antara Siswa yang Belajar Melalui Model Pembelajaran Discovery

Berbantuan Simulasi Komputer Dengan Model Konvensional di SMA Negeri 7 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 3 (4): 12-16. Sudarisman, Suciati, (2010), Membangun Karakter Peserta Didik Melalui

Pembelajaran Biologi Berbasis Keterampilan Proses.dalam Sajidan (edt). Proceeding Seminar Nasional VII Pendidikan Biologi FKIP UNS Tema : Biologi, Sains, Lingkungan dan Pembelajarannya. Surakarta : 31: 237-243.

Sudjana, (1992), Metode Statistika. Edisi kelima, Bandung: Tarsito.

Sulastri, Meti Indrowati, Nurmiyati, (2013), Perbandingan Kemampuan Berpikir

Tingkat Tinggi Antara Penerapan Model Discovery Learning dengan

Memanfaatkan Potensi Ekosistem Pesisir dan Pembelajaran Konvensional

pada Siswa Kelas X SMA N 1 Tanjungsari, Pendidikan Biologi FKIP

UNS.

Sumarni W, Sudarmin, Kadarwati S , (2013). Pembelajaran Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kimia Dan Keterampilan Berpikir Mahasiswa, Jurnal Ilmu Pendidikan, 19(1): 69-77.

Supardi ,(2013), Aplikasi Statatistika Dalam Penelitian ‘’Konsep Statistika Yang

Lebih Komprehensif’’. Jakarta Selatan: Adikita.

Suyanto M, (2005), Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Swaak, et al. (2004). The efecsts of discovery learning and expository instruction on acquisition of definitional and intuitive knowledge. Journal of computer assisted learning, 20: 225-234.


(34)

87

Swaak, J., & De Jong, T. (2001a). Discovery simulations and the assessment of intuitive knowledge. Journal of Computer Assisted Learning, 17(3): 284-294.

Swaak, J., De Jong, T., & Van Joolingen, W. R. (2004b). The effects of discovery learning and expository instruction on the acquisition of definitional and intuitive knowledge. Journal of Computer Assisted Learning, 20(4): 225-234.

Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wijayanti R, Widoretno S, Santos S, (2013), Peningkatan Keterampilan Bertanya (Posing Question) melalui Penerapan Discovery Learning pada Materi Ekosistem di Kelas X Imersi 1 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014, Bio-Pedagogi, 3(2): 41-53

Yunginger, R. (2009). Integrasi E-Learning dan Discovery Learning dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Termodinamika.Gorontalo: UNG

Yurahly D, Darmadi I W, dan Darsikin, (2014), Model Pembelajaran Guided

Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains

Siswa SMA Negeri 4 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT),


(1)

5. Bagi guru biologi maupun mahasiswa yang berkeinginan mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran discovery learning berbantuan multimedia disarankan untuk mempertimbangkan karakter siswa dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai

6. dalam meneliti keterampilan proses sains hendaknya guru disarankan untuk menggunakan model pembelajaran seperti model pembelajaran discovery learning yang berbantuan multimedia pada materi sistem pernapasan sebagai usaha menarik minat dan motivasi siswa untuk meningkatkan keterapilan proses sains, berpikir tingkat tinggi dan keteramapilan bertanya siswa.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, R. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Arends, R.I. (2001a). Exploring Teaching: An Introduction to Education. New York : McGraw-Hill

Arends, R I. (2012b). Learning to Teach ninth edition. New York : McGraw-Hill. Arikunto, S, (2003), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksar.

Arikunto, S, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azhar, Arsyad. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada. Balim, A. G. (2009). The Effect of Discovery Learning on Students Success an

Inquiry Skills. Eurasian Journal of Educational Research/Issue 35, 1-21. BNSP, (2006), Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA, Jakarta:

Badan Standar Nasional Pendidikan.

Cohen, L.D, Townsend, R.R, (2008), In the Clinic Hypertension, Available from: (www.annals.org/intheclinic/. Diakses 16 Oktober 2015).

Dahar, R., W. (2011), Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga. Depdiknas, (2003), Pendidikan Kontextual Teaching and Learning, Jakarta:

Depdiknas.

Depdiknas, (2006), Berbagai Penekatan dan Model dalam Pembelajaran, Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Depdiknas, (2007), Panduan Pembuatan Multimedia Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan nasional Republik Indonesia, Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas

Dimyanti, (2006a), Belajar dan Pembelajara, Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono, (2010b), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.


(3)

Dwyer, Francis and Huifen Lin, (2010), The Effect of static and animated visualization: a perspective of instructional effectiveness and Efficiency. Pennsylvania: The ennsylvania State University.

Dwyer, Tim. 2010. Media Convergence: Issues in Cultural and Media Studies. McGraw Hill & Open University Press. London.

Dyers, J.H. et al. (2011). Innovators DNA: Mastering the Five Skilss of Disruptive Innovators, Harvard Business Review.

Febriani, H, (2013), Pengaruh Metode Discovery Learning dalam tatanan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar biologi dan kecakapan sosial siswa SMP Swasta PGRI 2 Medan.Jurnal Pendidikan Biologi, 2 (3): 116-124

Fisher, A, (2009), Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, Terjemahan Oleh Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga.

Freeman, J, dan Utami M, (2001), Cerdas dan Cemerlang, Jakarta: Gramedia. Gronlund, Norman E, (1973), Preparing Criterion-Referenced Test for Classroom

Instruction. New York: The Macmillan Publishing Company. Hamalik, O, (2001), Proses Belajar Mengajar, Jakata: Bumi Aksara.

Heong, Y. M.,Othman, W.D.,Md Yunos, J., Kiong, T.T., Hassan, R., & Mohamad, M.M. (2011). The Level of Marzano Higher Order Thinking Skills Among Technical Education Students. International Journal of Social and humanity, 1(2): 121-125.

Ismu, R, Pramudiyanti, Yolida, B. (2012). Pengaruh Penggunaan Media ICT Melalui Metode Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains,14 (2):102-112

Joice, B. & Weil, M, (1972), Conceptual Complexity Teaching Stle and Models of Teaching, Columbia University.

Kawuwung, F, (2011), Profil Guru, Pemahaman Kooperatif NHT, dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi di SMP Kabupaten Minahasa Utara, Jurnal El-hayah, 1(4): 157-166.

King, F.J, Goodson, L., & Rohani, F. (2006), Higher Order Thinking Skills: Definition, Teaching Strategies, and Assesment, London: A publication of the Edu-cational Services Program.

Krathwohl, D. R.(2002). A revision of Bloom’s Taxonomy: an overview- Theory Into Practice, College of Education, The Ohio State University Pohl. 2000.


(4)

Learning to think, thinking to learn: (www.purdue.edu/geri diakses 14 Oktober 2015).

Krathwohl, D.R. & Anderson, L.W.(2001). A Taxonomy For Learning, Teaching,

And Assesing; A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Education Objective:

(www.purdue.edu/geri diakses 14 Oktober 2015).

Meiria Sylvi Astuti, (2015), Peningkatan Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Slungkep 03 Menggunakan Model Discovery Learning, Scholaria, 5 (1): 10-23.

Mullis, Et.al. (1999). TIMSS 2007: International Mathematic Report. Boston: TIMSS & PILRS International Study Center

Mulyati, (2005), Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Munandar U. (2003), Psikologi & Pengembangan Diri. Jakarta: Rineka Cipta. Munandar, S.C. Utami, 2003, Pengembangan Krativitas Anak Berbakat, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Munandar, U, (2002), Kreativitas & Keberhasilan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Munandar, Utami. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nila Alia, Supriyono, (2013), Penerapan Model Direct Instruction Dengan Menggunakan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Bangkalan Pada Materi Pokok Azas Black, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 02 (03): 50-54.

Nuh, M (2013), Menyambut Kurikulum 2013, Jakarta: Kompas.

Nuh, Muhammad. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

OECD. (2012). PISA Results:What Students Know and Can Do- student performance in mathematics, reading and science (volume 1). (www.oecd.org/pisa/pisaproducts/48852548.pdf diakses 14 Oktober 2015). Rahayu, E., H. Susanto, dan D. Yulianti, (2011), Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7 (2): 106-110.


(5)

Rustaman, (2007b), Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: Universitas Negeri Malang.

Rustaman, (2009), Keterampilan Proses Sains, Bogor: Ghalia Indonesia.

Rustaman, (2009a), Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok: Raja Grafindo.

Sanjaya, W, (2006a), Metode Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W, (2006b), Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sari, N, I Darmadi W, dan Saehan, S, (2015), Perbedaan Hasil Belajar Fisika Antara Siswa yang Belajar Melalui Model Pembelajaran Discovery Berbantuan Simulasi Komputer Dengan Model Konvensional di SMA Negeri 7 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 3 (4): 12-16. Sudarisman, Suciati, (2010), Membangun Karakter Peserta Didik Melalui

Pembelajaran Biologi Berbasis Keterampilan Proses.dalam Sajidan (edt). Proceeding Seminar Nasional VII Pendidikan Biologi FKIP UNS Tema : Biologi, Sains, Lingkungan dan Pembelajarannya. Surakarta : 31: 237-243.

Sudjana, (1992), Metode Statistika. Edisi kelima, Bandung: Tarsito.

Sulastri, Meti Indrowati, Nurmiyati, (2013), Perbandingan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Antara Penerapan Model Discovery Learning dengan Memanfaatkan Potensi Ekosistem Pesisir dan Pembelajaran Konvensional pada Siswa Kelas X SMA N 1 Tanjungsari, Pendidikan Biologi FKIP UNS.

Sumarni W, Sudarmin, Kadarwati S , (2013). Pembelajaran Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kimia Dan Keterampilan Berpikir Mahasiswa, Jurnal Ilmu Pendidikan, 19(1): 69-77.

Supardi ,(2013), Aplikasi Statatistika Dalam Penelitian ‘’Konsep Statistika Yang Lebih Komprehensif’’. Jakarta Selatan: Adikita.

Suyanto M, (2005), Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Swaak, et al. (2004). The efecsts of discovery learning and expository instruction on acquisition of definitional and intuitive knowledge. Journal of computer assisted learning, 20: 225-234.


(6)

Swaak, J., & De Jong, T. (2001a). Discovery simulations and the assessment of intuitive knowledge. Journal of Computer Assisted Learning, 17(3): 284-294.

Swaak, J., De Jong, T., & Van Joolingen, W. R. (2004b). The effects of discovery learning and expository instruction on the acquisition of definitional and intuitive knowledge. Journal of Computer Assisted Learning, 20(4): 225-234.

Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wijayanti R, Widoretno S, Santos S, (2013), Peningkatan Keterampilan Bertanya (Posing Question) melalui Penerapan Discovery Learning pada Materi Ekosistem di Kelas X Imersi 1 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014, Bio-Pedagogi, 3(2): 41-53

Yunginger, R. (2009). Integrasi E-Learning dan Discovery Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Termodinamika.Gorontalo: UNG

Yurahly D, Darmadi I W, dan Darsikin, (2014), Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 2(2): 43-47


Dokumen yang terkait

Perbededaan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi antara Siswa yang Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dan Group Investigation (GI)

0 3 435

Pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada materi laju reaksi : kuasi eksperimen di MAN Mauk Kabupaten Tangerang

1 12 0

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DAN DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI SISTEM RESPIRASI PADA MANUSIA SMA NEGERI 2 PEMATANGSIANTAR.

0 2 21

PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMK.

0 3 31

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY), KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI, KETERAMPILAN PROSES SAINS, DAN SIKAP ILMIAH BIOLOGI SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN DI KELAS XI SMA NEGERI 1

0 8 31

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN ( DISCOVERY LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFATCAHAYA.

0 5 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERSTRUKTUR TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGETAHUAN SISTEM PERNAPASAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA.

0 0 1

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA NEGERI 2 PONTIANAK

1 0 12

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DI SEKOLAH DASAR

0 1 7

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS VII MTs NEGERI PAREPARE

0 1 11