PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY), KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI, KETERAMPILAN PROSES SAINS, DAN SIKAP ILMIAH BIOLOGI SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN DI KELAS XI SMA NEGERI 1

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (Guided Discovery) DAN KOOPERATIF TIPE Jigsaw TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI,

KETERAMPILAN PROSES SAINS, DAN SIKAP ILMIAH BIOLOGI SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN DI

KELAS XI SMA NEGERI 1 SIBOLGA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

MHD. RAFI’I MA’ARIF TARIGAN NIM : 8146174028

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Mhd. Rafi’i Ma’arif Tarigan. Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery), Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Keterampilan Proses Sains, dan Sikap Ilmiah Biologi Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan di Kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran terhadap: (1) kemampuan berpikir tingkat tinggi; (2) keterampilan

proses sains; dan (3) sikap ilmiahsiswa di kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga. Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan sampel penelitian

sebanyak 3 kelas yang ditentukan secara total sampling. Kelas XI MIA-4 dibelajarkan dengan dengan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery), kelas XI MIA-5 dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan kelas XI MIA-6 (kontrol) dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian menggunakan instrument tes hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi, instrument keterampilan proses sains dengan menggunakan tes essay test, dan instrument tes sikap ilmiah siswa dengan menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan Analisis Kovariat (ANAKOVA) pada taraf signifikan α = 0,05 dengan bantuan SPSS 21.0. Hasil penelitian menunjukkan: (1) ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran terhadap hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (F= 14,792; P= 0,000). Hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang dibelajarkan dengan model penemuan terbimbing (Guided Discovery) (90,2 ± 5,1) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan model kooperatif tipe jigsaw (87,2 ± 4,5), maupun model konvensional (83,9 ± 5,0); (2) ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran terhadap keterampilan proses sains (F= 15,271; P= 0,000). Keterampilan proses sains yang dibelajarkan dengan penemuan terbimbing (Guided Discovery) (89,4 ± 5,2) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan model kooperatif tipe jigsaw (85,9 ± 5,8), maupun model konvensional (82,9 ± 4,0); (3) ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran terhadap sikap ilmiah siswa (F= 21,096; P= 0,000). Sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran terbimbing (Guided Discovery) (82,7 ± 3,2) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan model kooperatif tipe jigsaw (80,7 ± 2,9); maupun model konvensional (78,0 ± 3,1). Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini diharapkan kepada guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) pada materi sistem pencernaan makanan dalam upaya meningkatkan hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi, keterampilan proses sains, dan sikap ilmiah siswa.

Kata kunci: Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery), Kooperatif Tipe Jigsaw, Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah.


(6)

ii ABSTRACT

Mhd. Rafi’i Ma’arif Tarigan. The Effect of Guided Discovery Model, and Cooperative Learning of Jigsaw on the Higher order Thinking, Science Process Skills and Scientific Attitude Biology of The Student the material Digestive System in SMA Negeri 1 Sibolga.Thesis. Postgraduated Program State University of Medan. 2016.

This research was aimed to determine the effect of the learning model on: (1) higher order thinking, (2) science process, and (3) scientific attitudein SMANegeri 1 Sibolga. The research applied experimental queasy method research with 3 classes which were choosing by using total sampling technique. The class XI MIA-4 learn with guided discovery model, class XI MIA-5 with cooperative learning of Jigsaw, and while class XI MIA-6 (control) with conventional model. The research instrument was the test of higher order thinking, science process skills in essay test and scientific attitude in questionnaire. The data analysis technique used Covariat Analysis at the level of significance α = 0.005 by using SPSS 21.0. The results showed that: (1) there was significant effect of learning model on students’ higher order thinking (F= 14.792; P= 0.000). The learning outcomes learn by guided model (90.2 ± 5.1) is significant higher than cooperative learning of Jigsaw model(87.2 ± 4,5), and conventional model (83.9 ± 5.0); (2) There was significance effect of learning model on students’science process skills (F= 15.271; P= 0.000). The students’ science process skill learn by guided model(89.4 ± 5.2)is significant higher than cooperative learning of jigsaw model(85.9 ± 5.8),), and conventional model(82.9 ± 4.0); (3) There was significant effect of learning model on scientific attitude (F= 21.096; P= 0.000),the students’ scientific attitude skills by learn guided discovery(82.7 ± 3.2) is significance higher than cooperative learning of jigsaw(80.7 ± 2.9); and conventional model(78.0 ± 3.1). As the follow up of these research results, it is expected to the teachers to be able to conduct guided discovery model in material digestive system in human as the effort to improve the students’ higher order thinking, science process skills and scientific attitude. Keywords: Guided Discovery, Type Cooperative Learning of Jigsaw, Higher


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji sykur kehadirat Allah swt. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery), Kooperatif TipeJigsaw Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Biologi Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan di Kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga” dengan baik. Tesis ini disusun guna memperoleh gelas Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Selawat dan Salam kepada Nabi Muhammad saw. yang selalu memberi rahmat kepada kita semua.

Dalam kesempatan ini, penulis dengan kerendahan hati menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. rer.nat. Binari Manurung, M.Si., selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Mufti Sudibyo, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah tulus dan gigih membimbing serta memberi motivasi yang kuat dalam penyususn tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.Sc, Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si, Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd., selaku narasumber yang telah banyak memberikan masukan dan sumbangan pemikiran sehingga menambah wawasan pengetahuan penulis dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.

3. Bapak Drs. Zulkifli Simatupang, M.Pd, Ibu Dr. Melva Silitonga, MS dan Ibu Dr. Martina Restuati, M.Si selaku validator ahli instrumen kemampuan berpikir tingkat tinggi, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah yang telah banyak memberi masukan dan saran untuk kesempurnaan instrumen penelitian ini.

4. Bapak Gunung Lubis, S.Pd, M.M selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sibolga yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian do sekolah yang beliau pimpin termasuk dalam pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah, serta guru-guru dan staf administrasi yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

5. Ucapan sebesar-besarnya kepada teman-teman seperjuangan pendidikan Biologi B angkatan XXIV Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan


(8)

iv

6. Terimakasih yang takterhinggabesarnyakepadaayahandaDr. H. Mardinal Tarigan, MA danIbu Dra. Paini, MA yang telahbanyakmemberikansemangatdandorongansertadoa demi penyelesaiantesisini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang bersifat positif konstruktif demi kesempurnaan tesis ini. Keberkahan dan Ridha Allah swt. bersama kita, semoga kita semua berhasil dan diberikan yang terbaik oleh-Nya. Amin. Wassalam.

Medan, April 2016 Penulis


(9)

v

DAFTAR ISI

Hal LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK………... i

ABSTRACT……… ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah ... 1

1.2. IdentifikasiMasalah ... 7

1.3. PembatasanMasalah ... 8

1.4. RumusanMasalah ... 8

1.5. TujuanPenelitian ... 8

1.6. ManfaatPenelitian ... 9

BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. KerangkaTeoritis ... 10

2.1.1. HakikatBelajar ... 10

2.1.2. Proses Belajar Mengajar ... 11

2.1.3. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 12

2.1.4. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 16

2.1.5. Sikap Ilmiah... 18

2.1.6. Model Pembelajaran ... 19

2.1.6.1 Model Pembelajaran Discovery ... 21

2.1.6.2 Macam-macam Discovery………. ... 23

2.1.6.3 Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)………... ... 24

2.1.6.4 Langkah-langkah Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)... ... 25

2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif……… 26

2.1.7.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 27

2.1.8 Model Pembelajaran Konventional... 32

2.2. Kerangka Berpikir………... 33

2.2.1. Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi……… 33

2.2.2. Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Keterampilan Proses Sains ……… 35


(10)

vi

2.2.3 Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap

Sikap Ilmah……… ... . 36

2.3. Penelitian Relevan. ... 36

2.4. Hipotesis Penelitian………. 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

3.2. Populasi dan Sampel……… 39

3.2.1. Populasi ... 39

3.2.2 Sampel ... 39

3.3. Jenis dan Desain Penelitian ... 40

3.4. Analisis Data... 41

3.5. Variabel Penelitian ... 42

3.6. Definisi Operasional ... 42

3.7. Prosedur Pelaksanaan Perlakuan ... 43

3.8. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 46

3.8.1. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.8.2. Instrumen Pengumpulan Data ... 46

3.9. Pengontrolan Variabel ... 49

3.9.1. Validasi Internal ... 49

3.9.2. Validasi Eksternal ... 50

4.9. Uji Coba Instrumen.. ... 50

5.0. Teknik Analisis Data... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 53

4.1 Hasil Penelitian………. 53

4.1.1 Analisis Deskriftif……… ... . 53

4.1.2 Analisis Data……… ... . 56

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 59

4.3 Keterbatasan Penelitian……… 62

BAN V SIMPULAN, IMPILKASI, DAN SARAN……… 64

5.1 Simpulan……….. 64

5.2 Implikasi……….. 65

5.3 Saran……… 66

DAFTAR PUSTAKA……….. 67


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya ... 17

Tabel 2.2. Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah ... 19

Tabel 2.3. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 32

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian ... 40

Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 47

Tabel 3.3. Kisi-kisi Soal Keterampilan Proses Sains ... 48

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Sikap Ilmiah Siswa ... 49

Tabel 4.1 Data Pretes dan Postes Kelas XI SMA Tentang Sistem Pencernaan Makanan... 53


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1. Tingkatan Kognitif Domain Taksnomi Bloom ... 14

Gambar 2.2. Tahapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)………. 25

Gambar 2.3. Ilustrasi Kelompok Jigsaw……… 28

Gambar 2.4. Tahap Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw………... 30

Gambar 3.1. Bagan Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 45

Gambar 4.1. Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery), Kooperatif Tipe Jigsaw, dan Konvensional Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa (F hitung = 14,792 dan p = 0,000)………. ... 57

Gambar 4.2. Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery), Kooperatif Tipe Jigsaw, dan Konvensional Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa (F hitung = 14,786 dan p = 0,000)………. ... 58

Gambar 4.3. Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery), Kooperatif Tipe Jigsaw, dan Konvensional Terhadap Sikap Ilmiah Siswa (F hitung = 21,096 dan p = 0,000)………. ... 59


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran Jelajah Alam Sekitar ... 85

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) JAS dengan Metode Investigasi Kelompok... 90

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) JAS dengan Metode Penemuan Terbimbing ... 97

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Konvensional .... 106

Lampiran 5. Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Biologi ... 112

Lampiran 6. Instrumen Soal Tes Keterampilan Proses Sains ... 115

Lampiran 7. Tes Hasil Belajar Siswa pada Materi Ekosistem ... 121

Lampiran 8. Hasil Validitas Tes Keterampilan Proses Sains ... 131

Lampiran 9. Hasil Validitas Tes Hasil Belajar Biologi ... 132

Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains ... 133

Lampiran 11. Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar Biologi ... 135

Lampiran 12. Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains ... 138

Lampiran 13. Daya Pembeda Tes Hasil Belajar Biologi ... 139

Lampiran 14. Indeks Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains ... 140

Lampiran 15. Indeks Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Biologi ... 141

Lampiran 16. Tabel Nilai Instrumen Minat Siswa Pretes ... 142

Lampiran 17. Tabel Nilai Instrumen Minat Siswa Postes... 145

Lampiran 18. Data Pretes dan Postes Minat Belajar Siswa ... 148

Lampiran 19. Data Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains ... 149

Lampiran 20. Data Pretes dan Postes Hasil Belajar Biologi ... 150

Lampiran 21. Hasil Uji Normalitas Data Pretes Minat Belajar Siswa ... 151

Lampiran 22. Hasil Uji Normalitas Data Postes Minat Belajar Siswa ... 152

Lampiran 23. Hasil Uji Homogenitas Data Pretes Minat Belajar Siswa ... 154

Lampiran 24. Hasil Uji Homogenitas Data Postes Minat Belajar Siswa ... 155

Lampiran 25. Hasil Uji Anacova Minat Belajar Siswa ... 156

Lampiran 26. Hasil Uji Normalitas Data Pretes Keterampilan Proses Sains ... 159

Lampiran 27. Hasil Uji Normalitas Data Postes Keterampilan Proses Sains ... 160

Lampiran 28. Hasil Uji Homogenitas Data Pretes Keterampilan Proses Sains ... 162

Lampiran 29. Hasil Uji Homogenitas Data Postes Keterampilan Proses Sains ... 163

Lampiran 30. Hasil Uji Anacova Keterampilan Proses Sains... 164

Lampiran 31. Hasil Uji Normalitas Data Pretes Hasil Belajar Biologi ... 167

Lampiran 32. Hasil Uji Normalitas Data Postes Hasil Belajar Biologi ... 168

Lampiran 33. Hasil Uji Homogenitas Data Pretes Hasil Belajar Biologi ... 170

Lampiran 34. Hasil Uji Homogenitas Data Postes Hasil Belajar Biologi ... 171

Lampiran 35. Hasil Uji Anacova Hasil Belajar Biologi ... 172

Lampiran 36. Dokumentasi Penelitian ... 175 Halaman


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan survei Trends in International Mathematics and Science Study)

(TIMSS), siswa Indonesia menempati peringkat 40 pada bidang sains. Hasil penelitian tersebut masih relatif rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Sedangkan pada PISA 2006, capaian sains untuk Indonesia berada pada peringkat ke-50 dari 57 negara dengan skor 393. Sedangkan pada PISA 2009, menunjukkan skor Indonesia kembali turun menjadi 383 dan menduduki peringkat ke-60 dari 65 negara. Pencapaian siswa Indonesia masih banyak berada pada level kemampuan dasar belum sampai pada level kemampuan yang lebih tinggi. Indonesia menduduki urutan ke-35 dari 49 negara, hasil PISA 2013 yang lebih memperhatinkan, Indonesia menempati urutan dua terbawah dari 65 negara (Anonim, 2013).

Hasil belajar biologi yang dicapai peserta didik belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) rata-rata yang ditetapkan sekolah SMA Negeri 1 Sibolga yaitu 70, terutama materi sistem pencernaan makanan yang dipelajari di kelas XI, yaitu pada tahun pelajaran 2011/2012 KKM yang ditetapkan sekolah 70, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 65; pada tahun pelajaran 2012/2013 KKM yang ditetapkan sekolah masih 70, nilai rata-rata siswa adalah 67; pada tahun 2013/2014 KKM yang ditetapkan sekolah masih 70, nilai rata-rata siswa adalah 68. Sumber diperoleh dari Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMA Negeri 1 Sibolga Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil Ujian Nasional (UN) juga dapat terlihat dari nilai rata-rata Ujian Nasional mata pelajaran biologi yang


(15)

dicapai siswa SMA Negeri 1 Sibolga pada tiga tahun terakhir yaitu pada tahun pelajaran 2011/2012 nilai rata-rata UN siswa adalah 7,85, pada tahun pelajaran 2012/2013 nilai rata-rata UN siswa adalah 4,07 dan pada tahun pelajaran 2013/2014 nilai rata-rata UN siswa adalah 7,65. Sumber diperoleh dari Dokumen SMA Negeri 1 Sibolga.

Hasil belajar biologi peserta didik yang tergolong rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi yaitu guru. Guru adalah pengajar yang mendidik. Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar apabila guru tidak memenuhi syarat sebagai seorang pendidik. Seorang guru dituntut harus dapat mendidik para siswa dengan baik, baik dengan cara belajar siswa atau sikap siswa di dalam kelas.Karena suasana belajar yang membosankan dan pasifnya siswa dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor yang kedua adalah fasilitas. Di sekolah, hal yang paling diutamakan adalah sarana dan prasarana sekolah.Prasarana pembelajaran meliputi sarana olahraga, gedung sekolah ruang belajar, tempat ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, perpusatakaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah. Hal ini didukung dengan pernyataan William & Mary (2008) bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasarana pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar yang berhasil dengan baik. Faktor yang ketiga adalah faktor keselarasan antara tuntutan dan kebutuhan. Di sekolah, siswa dituntut untuk selalu belajar dan mencari informasi baik di dalam ruangan kelas maupun di luar ruangan kelas tapi kebutuhan yang ada di sekolah tidak cukup memadai. Kebutuhan yang lain juga terdapat di


(16)

lingkungan peserta didik sendiri. Kebutuhan siswa dalam belajar di rumah tidak mendukung sepenuhnya dalam belajar. Misalnya : buku, alat tulis sekolah dan seragam sekolah yang minim dimiliki peserta didik.

Ramos (2013) mengemukakan dalam sebuah jurnal “Higher order thinking

basically means thinking that is taking place in the higher-levels of the hierarchy of cognitive processing. The most widely accepted hierarchical arrangement of this sort in education is Bloom Taxonomy, viewing a continuum of thinking skills starting with knowledge-level thinking to evaluation-level of thinking.” Artinya, berpikir tingkat tinggi pada dasarnya berarti pemikiran yang terjadi pada tingkatan hirarki pada proses kognitif. Hal yang paling banyak diterima dalam hirarki pendidikan adalah Taksnomi Bloom, dilihat dari sebuah kontinum kemampuan berpikir itu dimulai dari tingkatan pengetahuan berpikir dan tingkat evaluasi pemikiran. Hal ini didukung dengan pernyataan Anderson & Krathwold (2001) bahwa konsep berpikir tingkat tinggi diturunkan dari Taksnomi Bloom. Sistem ini mengidentifikasi kemajuan hierarki yang melibatkan analisis, evaluasi dan mencipta dianggap sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Salah satu komponen kemampuan berpikir adalah berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran keterampilan berpikir memiliki beberapa kendala. Salah satunya adalah terlalu dominannya peran guru atau sumber ilmu, sehingga siswa hanya dianggap sebagai wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain adalah adanya perubahan kurikulum. Hal ini didukung dengan penelitian jurnal Ramberg (2014) mengungkapkan bahwa perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 membuat guru-guru terkejut karena banyak perubahan pembelajaran yang harus diterapkan oleh guru. Dalam kurikulum 2013, guru


(17)

diwajibkan untuk menyelesaikan tugas mengajar dengan sebaik mungkin untuk sekali pertemuan, guru juga harus mampu menyampaikan tujuan pembelajaran. Di dalam kurikulum 2013, siswa juga dibebani mata pelajaran sebanyak-sebanyaknya. Sehingga siswa itu terbebani dengan banyaknya tugas dari sekolah. Dalam hal ini, guru juga dibebani dengan jam mata pelajaran lebih banyak dan beban tugas sekolah yang banyak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi SMA Negeri 1 Sibolga bernama ibu Darwati Waruwu, S.Pd, M.M, diperoleh bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi belum pernah dilatihkan pada siswa. Guru juga tidak tahan mengajarkan cara berpikir tingkat tinggi kepada siswa karena tidak adanya kesempatan guru untuk mengarahkannya karena guru dibebani dengan jam mata pelajaran lebih banyak dan beban tugas sekolah yang banyak.

Studi kasus di sekolah yang ada di Sibolga terutama di sekolah SMA Negeri 1 Sibolga bahwa siswa belum mampu berpikir tingkat tinggi, peneliti mengobservasi langsung ke sekolah bahwa guru-guru tersebut kebanyakan menggunakan metode ceramah dan lebih menekankan model menghafal. Peneliti melihat ada salah satu guru menyuruh salah satu siswa menulis ke papan tulis dengan mencatat isi materi sampai habis. Hal ini membuat peserta didik jenuh, bosan, dan tidak bisa berpikir secara kritis maupun berpikir tingkat tinggi. Hal ini didukung dengan pernyataan Wirtha & Rapi (2008) mengungkapkan bahwa masih banyak siswa belajar hanya menghafal konsep-konsep, mencatat apa yang diceramahkan guru, pasif, dan jarang menggunakan pengetahuan awal sebagai dasar perencanaan pembelajaran.


(18)

Menurut Semiawan (1996) bahwa keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Pengklasifikasian keterampilan proses sains terbagi menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar dan terpadu. Keterampilan proses dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan proses terpadu terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, meyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefisinisikan variabel dan operasional, merancang penelitian dan melaksanakan ekperimen.

Pembelajaran discovery merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntun peserta didik menemukan pengetahuan sendiri. Dalam discovery terbimbing guru berfungsi sebagai fasilitator. Sebagaimana hasil penelitian yang dikemukakan Mayer (2004), bahwa pembelajaran penemuan terbimbing dapat membantu siswa dalam pembelajaran yang efektif di sekolah dan membantu dalam pembelajaran biologi.

Selain menekankan pada kemampuan kognitif, pendidikan sains melalui pembelajaran biologi juga dihadapkan kepada pengembangan karakter siswa sebagai manusia yang memiliki tenggang rasa terhadap sesama yang dapat berpikir tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun juga kemampuan berinteraksi

dengan lingkungan sosialnya. Untuk itu, melalui pendekatan discovery baik secara


(19)

investigasi kelompok diharapkan dapat melatih dan menumbuhkan afektif siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Rustaman, 2009).

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dengan

aktivitas yang dilakukan siswa, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menjadi

relavan pula untuk digunakan dalam meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dan dalam teknik ini guru harus memperhatikan pengetahuan dan pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman itu agar bahan-bahan pelajaran menjadi lebih bermakna (Lie, 2002).

Lord (2001) mengemukakan bahwa pendekatan kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada keseluruhan materi yang dipelajari. Kemudian Colosi (dalam Tanner 2003) mengemukakan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada satu

metodologi dalam satu kelompok belajar. Kooperatif tipe Jigsaw juga dapat

mengembangkan keahlian siswa dalam mempromosikan pengajaran dan belajar bersama diantara siswa. Selanjutnya, Slish (2005), menyimpulkan bahwa siswa

yang menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw hasil belajarnya lebih tinggi jika

dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional. Lebih lanjut Amstrong (2007) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menolong siswa dalam meningkatkan pengetahuan mereka pada materi pembelajaran, lebih baik dari pada bentuk pembelajaran konvensional. Sebagai tambahan, siswa menunjukkan aktivitas pembelajaran kooperatif yang sangat baik.


(20)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat didentifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain : (1) Rendahnya nilai literasi sains siswa Indonesia yang berada pada peringkat 60 dari 65 negara; (2) Hasil belajar biologi peserta didik yang tergolong rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu guru, fasilitas di sekolah dankeselarasan antara tuntutan dan kebutuhan; (3) Hasil belajar Biologi siswa masih dibawah KKM; (4) Proses pembelajaran biologi di kelas, guru selalu mengarahkan siswa untuk menghafal dan mencatat isi materi buku; (5) Guru juga tidak tahan mengajarkan cara berpikir tingkat tinggi kepada siswa karena tidak adanya kesempatan guru untuk mengarahkannya karena guru dibebani dengan jam mata pelajaran lebih banyak dan beban tugas sekolah yang banyak.

1.3 Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut : (1) Model

pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran Penemuan

Terbimbing (Guided Discovery) dan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawuntuk kelompok eksperimen, sedangkan untuk kelompok kontrol

menggunakan model pembelajaran Konvensional; (2) Materi yang diajarkan pada

penelitian ini adalah sistem pencernaan makanan; (3) karakter yang dianalisis kemampuan berpikir tingkat tinggi, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa; (4) Subyek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga; (5) Kemampuan berpikir tingkat tinggi biologi dibatasi pada ranah kognitif taksnomi


(21)

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran (Penemuan

terbimbing (Guided Discovery), Kooperatif Tipe Jigsaw, dan konvensional)

terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi pada materi sistem pencernaan makanan di kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga?

2. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran (Penemuan

terbimbing (Guided Discovery), Kooperatif Tipe Jigsaw dan konvensional)

terhadap keterampilan proses sains pada materi sistem pencernaan makanan di kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga?

3. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran (Penemuan

terbimbing (Guided Discovery, Kooperatif Tipe Jigsaw, dan konvensional)

terhadap sikap ilmiah pada materi sistem pencernaan makanan di kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran (Penemuan

terbimbing (Guided Discovery), Kooperatif Tipe Jigsaw dan konvensional)

terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi pada materi sistem pencernaan makanan di kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga.

2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran (Penemuan

terbimbing (Guided Discovery), Kooperatif Tipe Jigsaw dan konvensional)

terhadap keterampilan proses sains pada materi sistem pencernaan makanan di kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga.


(22)

3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran (Penemuan

terbimbing (Guided Discovery), Kooperatif Tipe Jigsaw, dan konvensional)

terhadap sikap ilmiah pada materi sistem pencernaan makanan di kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai tambahan literature dan informasi ilmiah bagi guru.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai bahan penyederhanaan dalam pengajaran dan pendalaman dalam pemahaman materi oleh guru. Manfaat bagi siswa adalah untuk merangsang/memacu siswa dalam berpikir kritis, berpikir tingkat tinggi, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah bagi siswa.


(23)

(24)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil-hasil temuan penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan

terbimbing (Guided Discovery). Kooperatif tipe Jigsaw dan konvensional terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi sistem pencernaan makanan kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga. Hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) 90,2 ± 5,1 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan hasil kemampuan berpikir tinggi siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe jigsaw 87,2 ± 4,5 maupun siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional 83,9 ± 4,0.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan

terbimbing (Guided Discovery). Kooperatif tipe Jigsaw dan konvensional terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi sistem pencernaan makanan kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga. Hasil keteram;ilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) 89,4 ± 5,2 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan hasil ketarmpilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe jigsaw 85,9 ± 5,8 maupun siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional 82,9 ± 4,0.


(25)

3. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery). Kooperatif tipe Jigsaw dan konvensional terhadap sikap ilmiah siswa pada materi sistem pencernaan makanan kelas XI SMA Negeri 1 Sibolga. Hasil sikap ilmiah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) 82,7 ± 3,2 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan hasil sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe jigsaw 80,7 ± 2,9 maupun siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional 78,0 ± 3,1

5.2 Implikasi

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh model penemuan terbimbing (Guided Discovery) dan kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa. Hal ini member penjelasan dan penegasan bahwa model penemuan terbimbing (Guided Discovery) dan kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Hal ini dapat dimaklumi karena melalui penerapan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran sehingga keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran akan tercapai.

Dengan demikian konsekuensinya apabila penerapan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran maka tentu akan berakibat berkurang pula partisipasi siswa dalam pembelajaran. Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) lebih baik dari pada model kooperatif


(26)

tipe jigsaw dan konvensional. Sedangkan rata-rata hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada model konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran penemuan terbimbing efektif untuk meningkatkan hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa, karena model penemuan menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi guru khususnya guru biologi diharapkan untuk menggunakan model pembelajaran seperti model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) dan kooperatif tipe jigsaw ataupun model-model pembelajaran yang lain selain proses belajar mengajar dalam upaya membangkitkan motivasi, minat dan perhatian siswa dalam belajar.

2. Bagi mahasiswa calon guru diharapkan menggunakan model-model

pembelajaran lain selain model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) dan Kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih bervariasi.


(27)

67

DAFTAR PUSTAKA

Afifudn, A. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Menggambar Bentuk di SMA Negeri 3

Tuban. Jurnal Pendidikan Seni Rupa 2(3): 117-126.

Akibobola, A. O & Afolabi, F. O. 2010. Constructivist Practices Through Guided Discovery Approach. The Effect on Studen’t Cognitive Achievement in

Nigerian Senior Secondary School Physics. Eurasian Journal of

Physics and Chemistry Education 2 (1) : 16-25.

Altiparmark, M. 2009. Hands on Group Work Paper Model for Teaching DNA

Structure, Central Dogma, Recombinant DNA. Journal US-China

Education Review 6 (1): 21-28.

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching,

and Assesing. NewYork: Longman.

Anonim. 2013. Buku Pedoman Guru Biologi Edisi Ke-4. Jakarta: Penerbit PT.

Indeks.

Armstrong, Nshu-Mei Chang & Marguerite Bricman. 2007. Cooperative Learning

in Industrial-Sized Biology Classes. CBE-Life Sciences Education 6 (2):

163-171.

Ansberry, R. K. 2005. Picture-Perfect Science Lessons Using Children’s Book to

Qiude Inquiry. Virginia: NSTA.

Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal

Pelangi Ilmu, (Online), 2 (5), (http://ejurnal.ung.ac.id/index.

Php/JPI/article/view/593. Diakses 16 Oktober 2015).

Arends, R.I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Edisi Dua,

(Penerjemah: Helly Prayitno Soetjipto dan Sri Mulyantino Soetijipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Colosi, J.C adn Charlotte Rappe Zales. 1998. Jigsaw Cooperative Learning

Improve Biology lab Courses. Bioscience.

Dahar, R., W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terjemahan Oleh Benyamin


(28)

68

Febriani, H. 2010. Pengaruh Pembelajaran Discovery dan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa dan Keterampilan Sosial Siswa SMP Swasta PGRI 2 Medan.Tesis.

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Gholamin, A. 2013. Studying the Effect of Guided Dicovery Learning on Reinforcing the Creative Thinking of Sixth Grade Girl Students in Qom

During 2012-2013 Academic Year. Journal of Applied Science and

Agriculture8(5): 576-584.

Hamalik. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Harahap, M.D. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah, dan Hasil Belajar IPA Siswa SMP Negeri 8

Padangsidempuan. Tesis. Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Hartman, B., K. 2009. Effecttiveness of Problem Based Learning in Introductory

Business Courses. Journal of Instructional Pedagogies1(4): 1-9.

Heong, Y. 2011. TheLevel ofMarzano Higher OrderThinkingSkills Among

Technical Education Students .InternationalJournal of Social and

humanity1 (2): 121-125.

Ida. 2012. Implementasi Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar

Biologi ditinjau dari Intelligence Quotient (IQ). Tesis.Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning, Mengembangkan Kemampuan Berkelompok.

Bandung: Alfabeta.

Jacobsen, D. A. 2009. Methood for Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Joice, B. & Weil, M. 1972. Conceptual Complexity Teaching Stle and Models of

Teaching. Columbia University.

Kawuwung,F. 2011.”Profil Guru, Pemahaman Kooperatif NHT, danKemampuan

Berpikir Tingkat Tinggidi SMP Kabupaten MinahasaUtara”. Jurnal El-hayah 1(4): 23-27.

Krathwohl,D.R.& Anderson,L.W.2001.ATaxonomy ForLearning,Teaching,And

Assesing; ARevisionOfBloom’s Taxonomy OfEducationObjective:

(tersediadi www.purdue.edu/geri.Diakses 14 Oktober2015).

Krathwohl, D. R.2002.A revision ofBloom’s Taxonomy: an overview-Theory

IntoPractice, Collegeof Education, TheOhio StateUniversityPohl.

2000.Learning to think, thinking to learn:(tersediadi

www.purdue.edu/geri. Diakses 14 Oktober 2015).


(29)

69

Lord, T.R. 2001. 101 Reasons for Using Cooperative Learning in Biology

Teaching. The American Biology Teacher 63 (1) : 30-35.

Martomidjojo, R. 2009. Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains. Tersedia pada:

http//russamimartowidjojocentre.blogspot.com. Diakses tanggal 14 Oktober 2015.

Mayer, R.E. 2004. Should There Be a There-Strikes Rule Against Pure Discovery

Learning. American Psychologist59 (1) :14-19.

Mirasi, W. 2013. Comparing Guided Discovery and Exposition-with-Interaction

Methods in Teaching Biology in Secondary Schools. Mediterranean

Journal of Social Science4(14): 81-87.

Mfon, E. U. 2010. Effect of Guided-Discovery, Student-Centered Demostration and the Ekpository Instructional Strategies on Student’s Performance in

Chemistry. African Journals Online 4(4): 389-398.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004, (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Penerbit

PT. Grasindo.

Opara, A. J. & Oguzor, S.N. 2010. Inquiry Instructional Method and School

Science Curiculum. Currend Research Joernal Science. 3 (2):188-198.

Rahayu, S. 2004. Implikasi Pembelajaran Kooperatif dalam Mata Pelajaran IPA

Bersarkan Kurikulum 2004. Makalah disajikan dalam Seminar dan

Workshop Calon Fasilitator Kaloborasi dengan UM-MGMP MIPA Kota Malang. 19-20 Maret 2004.

Ramos, L. J. 2013. Higher Order Thinking Skills and Academic Performance in

Physics of College Students: A Regression Analysis. International

Journal of Innovative Interdisiciplinary Research 4(4): 48-60.

Ramberg, R.M. 2014. What Makes Reform Work?-School-Based Conditions as Predictors of Teacher’s Changing Practice after a National Curriculum

Reform. International Education Studies7(6): 46-65.

Rezak, C.J. 2006. Improving Corporate Training Results with Discovery Learning

Methodolog. Florida: p.11.

Robert, E. S. 2008. Cooperative learning . Bandung: Nusa media.

Rusche, S.N. & K. Jason. 2011. “You Have to Absorb Yourself in It”. Using Inquiry and Reflection to Promote Student Learning and

Self-knowledge. Teaching Sociology 39 (4) 338-353, American Sociological

Association 2011, DOI: 10.1177/0092055X114418685, (Downloaded from tso.sagepub.com at ASA-American Sociological Association on October 17, 2011).


(30)

70

Rustaman.2007.StrategiBelajarMengajarBiologi,Malang:Universitas Negeri

Malang.

Rustaman. 2009. Keterampilan Proses Sains. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Depok: Raja Grafindo.

Saefuddin, A & Berdiati, I. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Sani,R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. 2006. Metode Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Sarosa. 2004. Penggunaan Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar dan

Pengembangan ilmu pengetahuan. Jurnal Bioginesis2 (1): 50-57.

Sartika, D. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Penemuan

Terbimbing Terhadap Pengetahuan Biologi, Sikap Ilmiah dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Diponegoro Kisaran. Tesis. Medan: Pascasarjana Unimed.

Semiawan, C. 1996. Pendekatan ketrampilan proses. Jakarta: PT. Gramedia.

Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:

Penerbit Nusa Media.

Slish, D.F. 2005. Assement of The Use of The Jigsaw Method and Active

Learning in Non-majors, Introductory Biology. Dept of Biological

Science Suny, Plattsburgh 101 Broad Street Plattsburgh, NY 12901.

Supriono, A. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sutikno, M.S. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: PT. Masmedia Buana Pustaka.

Tan, O.S. 2003. Problem Based Learning Innovation. GALE Cengage Learning,

Singapore: Sing Lee Press.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Innovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi


(31)

71

Westwood, P. 2008. What Teachers Need to Know About Teaching Method.

Camberwell, Victoria: ACER Press.

William. & Mary. 2008. The Walls Speak: The Interplay of Quality Facilities,

School Climate, and Student Achievement. Journal of Educational

Administration46(1): 55-73.

Wirtha,I.M.& Rapi,N.K. 2008. Pengaruh Model Pembelajarandan Penalaran FormalTerhadap PenguasaanKonsepFisika dan SikapIlmiah Siswa SMA

Negeri 4 Singaraja.JurnalPenelitian dan Pengembangan Pendidikan

Lembaga Pendidikan Undiksha1(2):15-29.

Yen, S.T. & Halili, H. S. 2015. Effective Teaching of Higher-Order Thinking

(HOT) In Education. The Online Journal of Distance Education and


(1)

tipe jigsaw dan konvensional. Sedangkan rata-rata hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada model konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran penemuan terbimbing efektif untuk meningkatkan hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa, karena model penemuan menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi guru khususnya guru biologi diharapkan untuk menggunakan model pembelajaran seperti model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) dan kooperatif tipe jigsaw ataupun model-model pembelajaran yang lain selain proses belajar mengajar dalam upaya membangkitkan motivasi, minat dan perhatian siswa dalam belajar.

2. Bagi mahasiswa calon guru diharapkan menggunakan model-model pembelajaran lain selain model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) dan Kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih bervariasi.


(2)

67

DAFTAR PUSTAKA

Afifudn, A. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Menggambar Bentuk di SMA Negeri 3

Tuban. Jurnal Pendidikan Seni Rupa 2(3): 117-126.

Akibobola, A. O & Afolabi, F. O. 2010. Constructivist Practices Through Guided Discovery Approach. The Effect on Studen’t Cognitive Achievement in

Nigerian Senior Secondary School Physics. Eurasian Journal of

Physics and Chemistry Education 2 (1) : 16-25.

Altiparmark, M. 2009. Hands on Group Work Paper Model for Teaching DNA

Structure, Central Dogma, Recombinant DNA. Journal US-China

Education Review 6 (1): 21-28.

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching,

and Assesing. NewYork: Longman.

Anonim. 2013. Buku Pedoman Guru Biologi Edisi Ke-4. Jakarta: Penerbit PT.

Indeks.

Armstrong, Nshu-Mei Chang & Marguerite Bricman. 2007. Cooperative Learning

in Industrial-Sized Biology Classes. CBE-Life Sciences Education 6 (2):

163-171.

Ansberry, R. K. 2005. Picture-Perfect Science Lessons Using Children’s Book to

Qiude Inquiry. Virginia: NSTA.

Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal

Pelangi Ilmu, (Online), 2 (5), (http://ejurnal.ung.ac.id/index.

Php/JPI/article/view/593. Diakses 16 Oktober 2015).

Arends, R.I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Edisi Dua,

(Penerjemah: Helly Prayitno Soetjipto dan Sri Mulyantino Soetijipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Colosi, J.C adn Charlotte Rappe Zales. 1998. Jigsaw Cooperative Learning

Improve Biology lab Courses. Bioscience.

Dahar, R., W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terjemahan Oleh Benyamin


(3)

68

Febriani, H. 2010. Pengaruh Pembelajaran Discovery dan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa dan Keterampilan Sosial Siswa SMP Swasta PGRI 2 Medan.Tesis. Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Gholamin, A. 2013. Studying the Effect of Guided Dicovery Learning on Reinforcing the Creative Thinking of Sixth Grade Girl Students in Qom

During 2012-2013 Academic Year. Journal of Applied Science and

Agriculture8(5): 576-584.

Hamalik. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Harahap, M.D. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah, dan Hasil Belajar IPA Siswa SMP Negeri 8

Padangsidempuan. Tesis. Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Hartman, B., K. 2009. Effecttiveness of Problem Based Learning in Introductory

Business Courses. Journal of Instructional Pedagogies1(4): 1-9.

Heong, Y. 2011. TheLevel ofMarzano Higher OrderThinkingSkills Among

Technical Education Students .InternationalJournal of Social and

humanity1 (2): 121-125.

Ida. 2012. Implementasi Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar

Biologi ditinjau dari Intelligence Quotient (IQ). Tesis.Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning, Mengembangkan Kemampuan Berkelompok.

Bandung: Alfabeta.

Jacobsen, D. A. 2009. Methood for Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Joice, B. & Weil, M. 1972. Conceptual Complexity Teaching Stle and Models of

Teaching. Columbia University.

Kawuwung,F. 2011.”Profil Guru, Pemahaman Kooperatif NHT, danKemampuan

Berpikir Tingkat Tinggidi SMP Kabupaten MinahasaUtara”. Jurnal El-hayah 1(4): 23-27.

Krathwohl,D.R.& Anderson,L.W.2001.ATaxonomy ForLearning,Teaching,And

Assesing; ARevisionOfBloom’s Taxonomy OfEducationObjective:

(tersediadi www.purdue.edu/geri.Diakses 14 Oktober2015).

Krathwohl, D. R.2002.A revision ofBloom’s Taxonomy: an overview-Theory

IntoPractice, Collegeof Education, TheOhio StateUniversityPohl.

2000.Learning to think, thinking to learn:(tersediadi

www.purdue.edu/geri. Diakses 14 Oktober 2015).


(4)

69

Lord, T.R. 2001. 101 Reasons for Using Cooperative Learning in Biology

Teaching. The American Biology Teacher 63 (1) : 30-35.

Martomidjojo, R. 2009. Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains. Tersedia pada: http//russamimartowidjojocentre.blogspot.com. Diakses tanggal 14 Oktober 2015.

Mayer, R.E. 2004. Should There Be a There-Strikes Rule Against Pure Discovery

Learning. American Psychologist59 (1) :14-19.

Mirasi, W. 2013. Comparing Guided Discovery and Exposition-with-Interaction

Methods in Teaching Biology in Secondary Schools. Mediterranean

Journal of Social Science4(14): 81-87.

Mfon, E. U. 2010. Effect of Guided-Discovery, Student-Centered Demostration and the Ekpository Instructional Strategies on Student’s Performance in

Chemistry. African Journals Online 4(4): 389-398.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004, (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Penerbit

PT. Grasindo.

Opara, A. J. & Oguzor, S.N. 2010. Inquiry Instructional Method and School

Science Curiculum. Currend Research Joernal Science. 3 (2):188-198.

Rahayu, S. 2004. Implikasi Pembelajaran Kooperatif dalam Mata Pelajaran IPA

Bersarkan Kurikulum 2004. Makalah disajikan dalam Seminar dan

Workshop Calon Fasilitator Kaloborasi dengan UM-MGMP MIPA Kota Malang. 19-20 Maret 2004.

Ramos, L. J. 2013. Higher Order Thinking Skills and Academic Performance in

Physics of College Students: A Regression Analysis. International

Journal of Innovative Interdisiciplinary Research 4(4): 48-60.

Ramberg, R.M. 2014. What Makes Reform Work?-School-Based Conditions as Predictors of Teacher’s Changing Practice after a National Curriculum

Reform. International Education Studies7(6): 46-65.

Rezak, C.J. 2006. Improving Corporate Training Results with Discovery Learning

Methodolog. Florida: p.11.

Robert, E. S. 2008. Cooperative learning . Bandung: Nusa media.

Rusche, S.N. & K. Jason. 2011. “You Have to Absorb Yourself in It”. Using Inquiry and Reflection to Promote Student Learning and

Self-knowledge. Teaching Sociology 39 (4) 338-353, American Sociological

Association 2011, DOI: 10.1177/0092055X114418685, (Downloaded from tso.sagepub.com at ASA-American Sociological Association on October 17, 2011).


(5)

70

Rustaman.2007.StrategiBelajarMengajarBiologi,Malang:Universitas Negeri

Malang.

Rustaman. 2009. Keterampilan Proses Sains. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Depok: Raja Grafindo.

Saefuddin, A & Berdiati, I. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Sani,R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. 2006. Metode Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Sarosa. 2004. Penggunaan Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar dan

Pengembangan ilmu pengetahuan. Jurnal Bioginesis2 (1): 50-57.

Sartika, D. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Penemuan

Terbimbing Terhadap Pengetahuan Biologi, Sikap Ilmiah dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Diponegoro Kisaran. Tesis. Medan: Pascasarjana Unimed.

Semiawan, C. 1996. Pendekatan ketrampilan proses. Jakarta: PT. Gramedia.

Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:

Penerbit Nusa Media.

Slish, D.F. 2005. Assement of The Use of The Jigsaw Method and Active

Learning in Non-majors, Introductory Biology. Dept of Biological

Science Suny, Plattsburgh 101 Broad Street Plattsburgh, NY 12901.

Supriono, A. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sutikno, M.S. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: PT. Masmedia Buana Pustaka.

Tan, O.S. 2003. Problem Based Learning Innovation. GALE Cengage Learning,

Singapore: Sing Lee Press.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Innovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi


(6)

71

Westwood, P. 2008. What Teachers Need to Know About Teaching Method.

Camberwell, Victoria: ACER Press.

William. & Mary. 2008. The Walls Speak: The Interplay of Quality Facilities,

School Climate, and Student Achievement. Journal of Educational

Administration46(1): 55-73.

Wirtha,I.M.& Rapi,N.K. 2008. Pengaruh Model Pembelajarandan Penalaran FormalTerhadap PenguasaanKonsepFisika dan SikapIlmiah Siswa SMA

Negeri 4 Singaraja.JurnalPenelitian dan Pengembangan Pendidikan

Lembaga Pendidikan Undiksha1(2):15-29.

Yen, S.T. & Halili, H. S. 2015. Effective Teaching of Higher-Order Thinking

(HOT) In Education. The Online Journal of Distance Education and


Dokumen yang terkait

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

PENGARUH KINERJA SISWA PADA METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA

1 31 55

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF, KETERAMPILAN PROSES SAINS, DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI ANIMALIA DI SMA NEGERI 11 MEDAN.

2 4 30

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DAN DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI SISTEM RESPIRASI PADA MANUSIA SMA NEGERI 2 PEMATANGSIANTAR.

0 2 21

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISTEM PENCERNAAN DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA NEGERI 1 LANGSA.

0 2 24

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS, BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN DI SMA NEGERI 5 LANGSA.

0 2 34

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI, KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN SIKAP SOSIAL PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN SISWA KELAS XI SMAN 2 PEMATANGSIANTAR.

0 3 37

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 1 27

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI 1 TANJUNGPURA.

0 1 21

PENGARUH MODEL PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN IPA

0 0 8