PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN ( DISCOVERY LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFATCAHAYA.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN ( DISCOVERY LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR
KREATIF SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFATCAHAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
FITRI APRIYANI
0903294PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG 2013
(2)
Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etikan keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,
FITRI APRIYANI NIM. 0903294
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR DIAGRAM ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfat Penelitian ... 7
E. Batasan Istilah ... 8
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Pengertian Sains ... 11
B. Hakikat Sains ... 12
C.Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar ... 12
1. Hakikat Pembelajaran Sains di sekolah Dasar ... 12
2. Memberdayakan Siswa Melalui Pembelajaran Sains ... 13
D.Berpikir Kreatif... 14
1. Pengertian Berpikir Kreatif ... 14
2. Kreativitas ... 14
3. Ciri-Ciri Berpikir Kreatif ... 18
4. Perilaku Siswa dalam Berpikir Kreatif ... 18
5. Indikator Berpikir Kreatif ... 19
E. Hasil Belajar Siswa ... 22
1. Hakikat Hasil Belajar ... 22
2. Hasil Belajar Siswa di SD ... 23
F. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery learning) ... 24
1. Pengertian Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)…….. ... 24
2. Tujuan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) 25 3. Tahapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) 25
(4)
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan
(Discovery Learning) . ... . 26
G.Pembelajaran Sifat-Sifat Cahaya ... 28
1. Cahaya Merambat Lurus ... 28
2. Cahaya Menembus Benda Bening ... 28
3. Cahaya Dapat Dipantulkan ... 29
4. Cahaya Dapat Dibiaskan ... 30
5. Cahaya Dapat Diuraikan ... 31
H.Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 33
B. Desain Penelitian ... 33
C.Subjek Penelitian ... 34
1. Populasi ... 34
2. Sampel ... 35
D.Prosedur dan Alur Penelitian ... 35
1. Tahap Persiapan ... 35
2. Tahap Pelaksanaan ... 36
3. Tahap Akhir ... 36
E. Instrumen Penelitian ... 38
1. Tes Hasil Belajar ... 38
2. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 38
F. Analisis Instrumen Penelitian ... 39
1. Validitas Instrumen ... 39
2. Reliabilitas Instrumen ... 42
3. Tingkat Kesukaran Soal Tes ... 44
4. Daya Pembeda Soal Tes ... 46
G.Analisis Data ... 51
BAB VI HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A.Analisis Data Hasil Pretest ... 56
1. Pretest Hasil Belajar ... 56
a. Uji Normalitas ... 59
b. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 62
2. Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif ... 63
a. Uji Normalitas ... 66
b. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 69
B. Analisis Data Hasil Postest ... 70
1. Postest Hasil Belajar ... 71
a. Uji Normalitas ... 74
b. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 76
(5)
a. Uji Normalitas ... 80
b. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 83
C.Analisis Peningkatan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sifat-Sifat Cahaya ... 84
1. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 85
a. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 87
1) Uji Normalitas ... 87
2) Uji Perbedaan Rata-Rata ... 90
b. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen 91 1) Uji Normalitas ... 91
2) Uji Perbedaan Rata-Rata ... 94
2. Analisis Peningkatan Berpikir Kreatif Siswa ... 95
a. Analisis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 98
1) Uji Normalitas ... 98
2) Uji Perbedaan Rata-Rata ... 101
b. Analisis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen... 102
1) Uji Normalitas ... 102
2) Uji Perbedaan Rata-Rata ... 105
D.Analisis Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sifat-Sifat Cahaya ... 106
1. Analisis Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sifat-Sifat Cahaya ... 107
a. Uji Normalitas ... 107
b. Uji Homogenitas ... 110
c. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 111
2. Analisis Perbedaan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sifat-Sifat Cahaya ... 113
a. Uji Normalitas ... 113
b. Uji Homogenitas ... 116
c. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 117
E. Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah ... 119
1. Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah ... 119
2. Perbedaan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah ... 121
F. Hasil Temuan dan Pembahasan ... 123
1. Hasil Belajar Siswa... 123
(6)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan... 130
2. Saran ... 131
DAFTAR PUSTAKA ... 132
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 135
(7)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Model Untuk Mendorong Belajar Kreatif Menurut Treffinger ... 16
Tabel 2.2 Perilaku Siswa Dalam Keterampilan Kognitif Kreatif ... 18
Tabel 2.3 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif... 19
Tabel 2.4 Tahapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) .... 25
Tabel 3.1 Data Jumlah Siswa Kelas V pada Gugus 2 Kecamatan Sumedang Utara ... 34
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r ... 40
Tabel 3.3 Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 40
Tabel 3.4 Validitas Tiap Butir Soal Tes Berpikir Kreatif Siswa... 41
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r ... 42
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai �11 ... 43
Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Objektif ... 44
Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Subjektif ... 44
Tabel 3.9 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Soal Pilihan Ganda 45
Tabel 3.10 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Soal Uraian ... 46
Tabel 3.11 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 46
Tabel 3.12 Kriteria Daya Pembeda ... 47
Tabel 3.13 Daya Pembeda Tes Hasil Belajar Soal Pilihan Ganda ... 48
Tabel 3.14 Daya Pembeda Tes Hasil Belajar Soal Uraian ... 48
Tabel 3.15 Daya Pembeda Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 49
Tabel 3.16 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Tes Hasil belajar ... 49
Tabel 3.17 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 50
Tabel 4.1 Data Pretest Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Kontrol ... 56
Tabel 4.2 Data Pretest Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 57
Tabel 4.3 Uji Kolgomorov-Smirnov ... 61
Tabel 4.4 Analisis Data UJi-U pada Data Pretest ... 63
Tabel 4.5 Data Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Kelas Kontrol ... 64
Tabel 4.6 Data Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 65
Tabel 4.7 Uji Kolgomorov-Smirnov ... 68
Tabel 4.8 Analisis Data UJi-U pada Data Pretest ... 70
Tabel 4.9 Data Postest Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Kontrol ... 71
Tabel 4.10 Data Postest Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 72
Tabel 4.11 Uji Kolgomorov-Smirnov ... 75
Tabel 4.12 Analisis Data UJi-U pada Data Postest ... 77
Tabel 4.13 Data Postest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Kelas Kontrol ... 78
(8)
Tabel 4.14 Data Postest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Kelas
Eksperimen ... 79
Tabel 4.15 Uji Kolgomorov-Smirnov ... 82
Tabel 4.16 Analisis Data UJi-U pada Data Postest ... 84
Tabel 4.17 Uji Kolgomorov-Smirnov ... 89
Tabel 4.18 Analisis Data UJi-U pada Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 91
Tabel 4.19 Uji Kolgomorov-Smirnov ... 93
Tabel 4.20 Analisis Data UJi-U pada Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 95
Tabel 4.21 Uji Kolgomorov-Smirnov ... 100
Tabel 4.22 Analisis Data UJi-U pada Peningkatan Keterampilan Siswa Kelas Kontrol ... 102
Tabel 4.23 Uji Kolgomorov-Smirnov ... 104
Tabel 4.24 Analisis Data UJi-U pada Peningkatan Keterampilan Berpikir kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 106
Tabel 4.25 Uji Kolgomorov-Smirnov ... 109
Tabel 4.26 Uji Homogenitas Levene’s Test ... 111
Tabel 4.27 Independent Sample T-Test Perbedaan N-Gain Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 112
Tabel 4.28 Uji Kolgomorov-Smirnov ... 115
Tabel 4.29 Uji Homogenitas Levene’s Test ... 117
Tabel 4.30 Independent Sample T-Test Perbedaan N-Gain Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 118
Tabel 4.31 Descriptives Uji One Way Anova ... 120
Tabel 4.32 Uji One Way Anova... 120
Tabel 4.33 Descriptives Uji One Way Anova ... 122
(9)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Uji Normalitas Q-Q Plot Tes Awal Kelas Kontrol ... 60
Gambar 4.2 Uji Normalitas Q-Q Plot Tes Awal Kelas Eksperimen... 60
Gambar 4.3 Perbandingan Normalitas Data Pretest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 62
Gambar 4.4 Uji Normalitas Q-Q Plot Tes Awal Kelas Kontrol ... 67
Gambar 4.5 Uji Normalitas Q-Q Plot Tes Awal Kelas Eksperimen... 67
Gambar 4.6 Perbandingan Normalitas Data Pretest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 69
Gambar 4.7 Uji Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir Kelas Kontrol ... 74
Gambar 4.8 Uji Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 74
Gambar 4.9 Perbandingan Normalitas Data Postest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 76
Gambar 4.10 Uji Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir Kelas Kontrol... 81
Gambar 4.11 Uji Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 81
Gambar 4.12 Perbandingan Normalitas Data Postest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 83
Gambar 4.13 Rata-Rata Nilai Pretest Postest ... 85
Gambar 4.14 Hasil Perhitungan Gain yang Dinormalisasi ... 86
Gambar 4.15 Hasil Perhitungan Gain yang Dinormalisasi ... 86
Gambar 4.16 Uji Normalitas Q-Q Plot Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 87
Gambar 4.17 Uji Normalitas Q-Q Plot Postest Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 88
Gambar 4.18 Perbandingan Normalitas Data Pretest dan Postest Hasil Belajar Siswa pada Kelas Kontrol... 90
Gambar 4.19 Uji Normalitas Q-Q Plot Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 92
Gambar 4.20 Uji Normalitas Q-Q Plot Postest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 92
Gambar 4.21 Perbandingan Normalitas Data Pretest dan Postest Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen ... 94
Gambar 4.22 Rata-Rata Nilai Pretest Postest Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 96
Gambar 4.23 Hasil Perhitungan Gain yang Dinormalisasi ... 96
Gambar 4.24 Hasil Perhitungan Gain yang Dinormalisasi ... 97
Gambar 4.25 Uji Normalitas Q-Q Plot Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 98
Gambar 4.26 Uji Normalitas Q-Q Plot Postest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 99
(10)
Gambar 4.27 Perbandingan Normalitas Data Pretest dan Postest
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas Kontrol ... 101 Gambar 4.28 Uji Normalitas Q-Q Plot Pretest Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 103 Gambar 4.29 Uji Normalitas Q-Q Plot Postest Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 103 Gambar 4.30 Perbandingan Normalitas Data Pretest dan Postest
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas Eksperimen .. 105 Gambar 4.31 Uji Normalitas Q-Q Plot N-Gain Kelas Kontrol ... 108 Gambar 4.32 Uji Normalitas Q-Q Plot N-Gain Kelas Eksperimen ... 108 Gambar 4.33 Perbandingan Normalitas N-Gain Tes Hasil Belajar Siswa
pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 110 Gambar 4.34 Uji Normalitas Q-Q Plot N-Gain Kelas Kontrol ... 114 Gambar 4.35 Uji Normalitas Q-Q Plot N-Gain Kelas Eksperimen ... 114 Gambar 4.36 Perbandingan Normalitas N-Gain Tes Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas
(11)
DAFTAR DIAGRAM
Halaman Diagram 4.1 Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 59 Diagram 4.2 Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 59 Diagram 4.3 Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 66 Diagram 4.4 Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen 66 Diagram 4.5 Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 73 Diagram 4.6 Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 73 Diagram 4.7 Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 80 Diagram 4.8 Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen 80
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN A
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 135
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol... 153
A.3 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 162
A.4 Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ... 169
LAMPIRAN B B.1 Kisi-Kisi Hasil Belajar Siswa ... 170
B.2 Tes Hasil Belajar Siswa ... 171
B.3 Kisi-Kisi Keterampilan Berpikir Kreatif... 176
B.4 Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 178
LAMPIRAN C C.1 Validitas Instrumen Hasil Belajar ... 186
C.2 Validitas Instrumen Keterampilan Berpikir Kreatif... 212
C.3 Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar ... 234
C.4 Reliabilitas Instrumen Keterampilan Berpikir Kreatif ... 238
C.5 Analisis Daya Pembeda Instrumen Tes Hasil Belajar ... 240
C.6 Analisis Daya Pembeda Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 244
C.7 Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 245
C.8 Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Keterampilan Berpikir Kreatif.. 246
LAMPIRAN D D.1 Indeks Gain Tes Hasil Belajar ... 247
D.2 Indeks Gain Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 249
LAMPIRAN E E.1 Data Siswa Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah Tes Hasil Belajar Siswa ... 251
E.2 Data Siswa Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 253
LAMPIRAN F F.1 Hasil Pretest Hasil Belajar Siswa ... 255
F.2 Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 263
F.3 Hasil Postest Hasil Belajar Siswa ... 271
F.4 Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 279
(13)
F.6 Foto- Foto ... 294
LAMPIRAN G G.1 Uji Kolgomorov Smirnov ... 298
G.2 Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji U) ... 300
G.3 Uji Homogenitas Leavene’S Test ... 302
G.4 Independent Sample T-Test ... 303
G.5 Uji One Way Anova ... 304
LAMPIRAN H H.1 Surat Keputusan Pembimbing ... 306
H.2 Surat Ijin Penelitian ... 307
H.2 Surat Laporan Pelaksanaan Penelitian ... 308
LAMPIRAN I I.1 Daftar Monitoring... 309
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenal, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada peserta didik.
Menurut H. Horne (Mulyasana, 2011: 5) menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar instelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia.
Pemaparan di atas sesuai dengan yang diungkapkan oleh prof. H. Mahmud Yunus (Ririn: 2012) menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat menghantarkan anak kepada tujuannya yang paling tinggi.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani dan jasmani.
Dalam proses pendidikan kita harus melihat berbagai aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Teroptimalnya peran kegiatan pembelajaran akan menentukan suksesi proses pendidikan. Ketika menjalankan aktivitas pembelajaran perlu rencana dan strategi serta panduan agar berjalan sesuai dengan visi yang telah dibuat. Panduan dan rencana yang disusun harus dalam komposisi yang matang. Panduan dan rencana itu dinamakan kurikulum.
(15)
2
Penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan upaya untuk menyesuaikan pembelajaran dalam kurikulum nasional dengan keadaan lingkungan setempat (lingkungan alam, sosial dan budaya) agar proses dan hasil belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pendidikan. Penyempurnaan tersebut menghendaki adanya perbaikan penyelenggaraan pendidikan pada proses pembelajaran dimana peserta didik harus dijadikan sebagai subjek pembelajaran, bukan menjadi objek pembelajaran. Isi kurikulum pendidikan dasar memuat sepuluh mata pelajaran. Salah satu pelajaran tersebut adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA berasal dari kata natural science. Secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola pikir yang logis atau disebut juga pola pikir ilmiah. IPA tidak hanya dipandang sebagai kumpulan pengetahuan tetapi juga dapat dipandang sebagai suatu metode. Metode ini berkaitan dengan upaya berupa observasi, eksperiman, penggunaan alat dan berbagai perhitungan matematik. Hal ini sejalan dengan pendapat Carin and Sund ( Djuanda 2010 : 242 ) mengemukakan bahwa :
Science is the system of knowing about the universe through data collected by observation and controlled experimentation. As data are collected, theories are advanced to explain and account for what has been observed.
Menurut Carin and Sund, IPA merupakan sistem untuk mengetahui alam, dan IPA juga dianggap sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang berfungsi untuk menjelaskan apa yang diperoleh. Pendidikan IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat memberikan pengalaman belajar yang memadai, pembelajaran perlu diciptakan sedemikian rupa sehingga potensi siswa dapat berkembang
(16)
optimal. Pembelajaran harus memfasilitasi terjadinya diskusi, serta mendorong siswa untuk aktif memberikan ide dan pendapat.
Seorang guru seringkali sulit untuk menemukan model pembelajaran yang dianggap paling tepat untuk menyampaikan suatu konsep pembelajaran, karena setiap model pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan tergantung pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah pembelajaran. Pembelajaran selama ini lebih mengutamakan pada bagaiamana cara mengisi pikiran siswa. Proses pembelajaran lebih banyak dilakukan dengan memberikan konsep-konsep yang utuh tanpa melalui pengolahan potensi yang ada pada diri siswa maupun yang ada di lingkungan sekitarnya, pembelajaran lebih bersifat hapalan sehingga kemampuan berpikir siswa kurang dibangun.
Dalam pelaksanaannya seharusnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) tidak hanya menekankan pada produk yang akan dihasilkan tetapi bagaimana proses pembelajaran IPA (sains) tersebut berlangsung. Para siswa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran yaitu dalam mengajukan hipotesis, mengumpulkan dan menggunakan bukti, merancang suatu penyelidikan melalui kegiatan percobaan dan proses-prosesnya,serta mengutamakan keingintahuan dan kreativitas siswa.
Selama proses pembelajaran tersebut, siswa mendapatkan sejumlah keterampilan berpikir kreatif atau kreativitas yang dapat membangun sikap-sikap ilmiah sains. Kreativitas (berpikir kretif atau berpikir divergen) merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar 2004:25). Jika siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran maka keterampilan berpikir kreatif siswa dapat terbangun.
Namun yang tampak saat ini proses-proses pemikiran tingkat tiggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih. Tes atau soal evaluasi yang digunakan di sekolah
(17)
4
biasanya berupa tes intelegensi tradisional yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam belajar, dan tes prestasi belajar yang digunakan untuk menilai kemajuan siswa selama program pendidikan. Baik tes intelegensi maupun tes prestasi belajar kebanyakan hanya meliputi tugas-tugas yang harus dicari satu jawaban yang benar (berpikir konvergen). Kemampuan berpikir divergen dan kreatif, yaitu menjajaki berbagai kemungkinan jawaban atas suatu masalah jarang diukur.
Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain, sebagaimana diungkapkan oleh Guilford (Munandar, 2004: 7) dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden dari American Psychological Association, bahwa:
Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru.
Pada proses belajar, siswa harus mengalami sendiri apa yang dipelajarinya melalui pengalaman nyata sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa dapat terbangun. Oleh sebab itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya serta menemukan konsep, prinsip dan pemecahan masalah untuk menjadi miliknya lebih daripada sekedar menerimanya atau pendapatnya dari seorang guru atau sebuah buku. Hal ini sesuai dengan teori belajar kontruktrivisme yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto 2007: 13). Model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) karena model pembelajaran discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pada paham kontruktivisme.
(18)
Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) sebagaimana diungkapkan oleh Moedjiono (1991: 86 ) yang menyatakan bahwa:
Model pembelajaran penemuan merupakan suatu prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan atau pengkondisian objek dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat.
Model pembelajaran ini memungkinkan para siswa menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan intruksional. Hal ini berimplikasi terhadap peranan guru sebagai penyampai informasi ke arah peran guru sebagai pengelola interaksi belajar mengajar di kelas.
Menurut Moedjiono (1992: 87 ) model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) memberikan peluang diperhatikannya proses dan hasil kegiatan belajar siswa, karena model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) memiliki tujuan yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar.
2. Mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup.
3. Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh para siswa.
4. Melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah tuntas digali.
Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif . Oleh karena itu discovery learning menuntut peserta didik untuk berpikir kreatif. Model ini melibatkan peserta didik dalam kegiatan intelektual, sikap, keterampilan psikomotorik dan menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning ) Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sifat-Sifat Cahaya.”
(19)
6
B.Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, penulis ingin melihat apakah model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan bepikir kreatif siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada materi sifat-sifat cahaya. Secara lebih rinci dapat dinyatakan sebagai berikut ini.
1. Apakah model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya?
2. Apakah model pembelajaran penemuan (Discovery learning) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi sifat-sifat cahaya?
3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada kelompok tinngi, sedang, dan rendah?
4. Bagaimana pengaruh model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dibandingkan sengan pembelajaran konvensional pada materi sifat-sifat cahaya. Secara lebih rinci dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Untuk melihat adanya pengaruh model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya.
(20)
2. Untuk melihat adanya pengaruh model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi sifat-sifat cahaya.
3. Untuk melihat bagaimana pengaruh model penemuan (Discovery Learning) terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
4. Untuk melihat bagaimana pengaruh model penemuan (Discovery Learning) terhadap peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Bagi siswa
a) Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan prestasi belajar siswa.
b) Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran terutama pada materi sifat-sifat cahaya.
c) Meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terutama pada materi sifat-sifat cahaya.
d) Dapat memupuk rasa peduli terhadap lingkungan sekitar alam sekitar dimanapun mereka berada dan peka terhadap Sains (IPA).
2. Bagi Guru
a) Dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengembangkan pola pembelajaran dengan menggunakan penerapan strategi yang lainnya sebagai usaha dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. b) Bertambahnya wawasan dan pemahaman baru mengenai penerapan
(21)
8
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sifat-sifat cahaya.
3. Bagi Penulis
Penulis dapat melihat adanya pengaruh model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sifat-sifat cahaya.
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji lebih mendalam lagi berkenaan dengan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) di Sekolah Dasar.
E. Batasan Istilah
1. Metode penemuan (Discovery Learning) menurut Gilstrap (Moedjiono 1992: 86) adalah komponen dari suatu bagian praktik pendidikan yang seringkali diterjemahkan sebagai mengajar heuruistik, yakni suatu jenis mengajar yang meliputi metode-metode yang dirancang untuk meningkatkan rentangan kreativitas siswa yang lebih besar, berorientasi pada proses, mengarahkan diri sendiri,mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar.
2. Berpikir kreatif adalah pola berpikir yang didasarkan pada suatu cara yang mendorong kita untuk menghasilkan produk yang kreatif. (Zaleha, 2007:50) 3. Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti
program pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar tes tertulis. (Bundu, 2006: 17)
5. Sifat-sifat cahaya adalah dapat merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan dan cahaya dapat diuraikan.
(22)
F. Struktur Organisasi skripsi
Untuk memahami alur pikir dalam penulisan skripsi ini, maka perlu adanya struktur organisasi yang berfungsi sebagai pedoman penyusunan laporan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan alasan peneliti melaksanakan penelitian, pentingnya masalah itu untuk diteliti, dan pendekatan untuk mengatasi masalah. Perumusan masalah menjelaskan tentang rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya. Tujuan penelitian menyajikan mengenai hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan, tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat kerja operasional. Manfaat peneitian diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi siswa, guru, peneliti itu sendiri maupun bagi peneliti lain. Batasan istilah menyajikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini.
Bab II berisi kajian pustaka. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Bab III berisi penjelasan yang rinci mengenai metode penelitian. Komponen dari metode penelitian terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisis data penelitian.
Bab IV berisi hasil penelitian dari analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, serta pembahasan yang dikaitkan dengan kajian pustaka.
Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Penafsiran kesimpulan untuk skripsi berupa butuir demi butir hasil penelitian. saran dapat ditujukan kepada para praktisi pendidikan ataupun kepada peneliti berikutnya.
(23)
10
Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan dalam penelitian skripsi.
Lampiran berisi seluruh dokumen yang digunakan dalam penelitian.
(24)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode true ekperimen yaitu penelitian yang dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai kelas pembanding. Menurut Sugiyono (2012: 112) “Dikatakan true eksperimen karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen”. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran penemuan (Discovery Learning), sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kreatif siswa. Jadi pada penelitian ini peneliti melakukan perlakuan menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dan melihat perubahan yang terjadi pada keterampilan berpikir kreatif siswa, dan hasil belajar siswa.
B.Desain Penelitian
Desain eksperimen pada penelitian ini berbentuk desain kelompok kontrol pretes-postes (control group pretest-postest). Penelitian ini melibatkan dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Dengan demikian desain eksperimen dari penelitian ini menurut Arikunto (2006:86) adalah sebagai berikut:
E O X O K O O Keterangan:
E : Kelompok eksperimen K : Kelompok kontrol
O : Pre-test dan pos-test yaitu tes keterampilan berpikir kreatif siswa
X : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning)
(25)
34
Kelas kontrol dan kelas eksperimen diberi pretest untuk mengukur hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sifat-sifat cahaya. Kemudian diberi treatment untuk kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional sedangankan untuk kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning). Setelah itu siswa diberi posttest dengan soal yang sama dengan prestet.
Pada penelitian ini diasumsikan siswa tidak mendapatkan pembelajaran dari luar dan tidak diberikan pekerjaan rumah. Jadi tidak ada pengaruh lain selain pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol dan pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning) untuk kelas eksperimen.
C.Subjek Penelitian
Dalam mendukung tercapainya tujuan penelitian yang penulis lakukan, peranan populasi dan sampel sangat diperlukan untuk memperoleh sumber data. 1. Populasi
Sugiyono (2012: 117) menyatakan bahwa.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V sekolah dasar pada gugus II Kecamatan Sumedang Utara dengan jumlah 236 siswa yang terdiri dari 6 SD yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1
Data Jumlah Siswa Kelas V pada Gugus 2 Kecamatan Sumedang Utara
No Nama Sekolah Jumlah Siswa
1. SDN Bendungan II 61 siswa
(26)
No Nama Sekolah Jumlah Siswa
3. SDN Lembursitu 40 siswa
4. SDN Padasuka I 38 siswa
5. SDN Sukawening 42 siswa
6. SDN Pamarisen 26 siswa
(Sumber Sekolah Dasar) 2. Sampel
Sugiyono (2012: 118) menjelaskan bahwa sampel adalah “ bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Menurut Gay (Maulana, 2009: 28) „Menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yakni minimum 30 subjek per kelompok‟.
Sampel pada penelitian ini diambil secara acak (random) dimana semua anggota populasi mendapat kesempatan yang sama untuk diambil menjadi anggota sampel. Dari 6 SD yang ada pada gugus II diambil satu SD yang dijadikan sebagai sampel penelitian, yaitu seluruh siswa kelas V SDN Bendungan II dengan jumlah 61 orang siswa. Lokasi sekolah bertempat di Dusun Sukajadi RT 01 RW 05 Desa Margamukti Kecamatan Sumedang Utara. Dari pemilihan sampel secara acak tersebut diperoleh kelas V-A sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 31 orang dan kelas V-B sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 30 orang.
D.Prosedur dan Alur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian.
b. Menentukan masalah yang akan dikaji. Untuk menentukan masalah yang akan dikaji penulis melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan observasi yaitu mengamati kegiatan pembelajaran IPA di dalam kelas.
(27)
36
c. Studi literatur, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji.
d. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan penelitian guna memperoleh data mengenai indikator, tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang harus dicapai siswa serta alokasi waktu yang diperlukan selama proses pembelajaran.
e. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai pokok bahasan yang akan dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian yang mengacu pada tahapan model pembelajaran penemuan (discovery learning). Selanjutnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran didiskusikan dengan dosen pembimbing skripsi.
f. Membuat dan menyusun instrument penelitian serta mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada kedua orang dosen pembimbing.
g. Menguji coba instrumen penelitian di suatu kelas yang sebelumnya telah terlebih dahulu mempelajari materi yang dijadikan pokok bahasan dalam penelitian.
h. Menganalis hasil uji coba instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan test awal (pretest) untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif dan kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum diberikan perlakuan (treatment).
b. Melaksanakan pembelajaran IPA dengan materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning) untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
c. Memberikan postets pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Tahap Akhir
a. Mengolah dan menganalisis data hasil pretest dan posttest.
(28)
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengolahan data.
d. Memberikan saran-saran terhadap aspek penelitian yang kurang memadai. Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitan Studi Pendahuluan
Studi Pustaka
Studi Kurikulum
Pembuatan Instrumen Penelitian dan Perangakat Pembelajaran
Prestes kelas kontrol dan eksperimen
Kegiatan Pembelajaran dengan model discovery untuk kelas
eksperimen dan model konvensional untuk kelas
kontrol
Posttest kelas kontrol dan eksperimen
Pengolahan Data
(29)
38
E.Instrumen Penelitian 1. Tes Hasil Belajar
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2006: 53 ). Tes tertulis digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Penyusunan instrument ini didasarkan pada indikator hasil belajar yang ingin dicapai. Instrumen ini mencakup ranah kognitif pada kemampuan ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), evaluasi (C6), yang terdiri dari 12 soal yang disesuaikan dengan indikator soal. Tes ini dilakukan dua kali yaitu saat pretest dan posttest, adapun tes yang digunakan merupakan tes yang sama. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrument terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
1. Menentukan konsep dan subkonsep berdasarkan kurikulum yang berlaku untuk mata pelajaran IPA.
2. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum untuk mata pelajaran IPA kelas V semester II pada materi sifat-sifat cahaya.
3. Membuat soal tes berdasarkan kisi-kisi dan membuat kunci jawaban. 4. Meminta pertimbangan pada dua dosen pembimbing skripsi.
5. Melakukan analisis tes meliputi uji validitas butir soal, reliabilitas instrument, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Tes tertulis digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Penyusunan instrumen ini didasarkan pada indikator kemampuan berpikir kreatif yang hendak dicapai. Instrumen ini meliputi kemampuan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (originality) dan berpikir elaboratif
(30)
(elaboration). Tes ini dilakukan dua kali pada saat pretest dan posttest, adapun tes yang digunakan merupakan tes yang sama. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrument terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
1. Menentukan konsep dan subkonsep berdasarkan kurikulum yang berlaku untuk mata pelajaran IPA.
2. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum untuk mata pelajaran IPA kelas V semester II pada materi sifat-sifat cahaya.
3. Membuat soal tes berdasarkan kisi-kisi dan membuat kunci jawaban. 4. Meminta pertimbangan pada dua dosen pembimbing skripsi.
5. Melakukan analisis tes meliputi uji validitas butir soal, reliabilitas instrument, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
F. Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Kualitas instrument sebagai alat pengambil data harus teruji kelayakannya dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran butir soal.
1. Validitas Instrumen
Untuk melakukan tingkat (kriteria) validitas instrument ini, maka digunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini dihitung dengan menggunakan rumus product moment dengan formula sebagai berikut:
rxy = ∑ – ∑ (∑ )
∑ 2− ∑ ² ∑ ²− ∑ ²
Keterangan: rxy = koefisien korelasi antara X dan Y N = jumlah testi
(31)
40
Y = skor total yang diperoleh siswa
Koefisien korelasi yang diperoleh kemudian dilihat validitasnya berdasarkan kriteria validitas berikut:
Tabel 3.2 Interpretasi nilai r
Besarnya nilai r Interpretasi 0.81-1.00 Sangat tinggi
0.61-0.80 Tinggi
0.41-0.60 Cukup
0.21-0.40 Rendah
0.00-0.20 Sangat rendah
Soal tes akan digunakan dalam penelitian apabila validitasnya memiliki kriteria sangat tinggi, tinggi, atau cukup. Namun apabila soal tes ternyata validitasnya memiliki kriteria rendah atau sangat rendah maka akan dilakukan revisi terhadap soal tes tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi keseluruhan soal tes hasil belajar adalah rxy=0,73 yang artinya keseluruhan butir soal memiliki validitas tinggi. Sementara itu, validitas instrumen tes hasil belajar masing-masing soal dapat dilihat dalam Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3
Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar No Soal Koefisien Korelasi Interpretasi
1. 0,53 Cukup
2. 0,45 Cukup
3. 0,51 Cukup
4. 0,76 Tinggi
(32)
No Soal Koefisien Korelasi Interpretasi
6. 0,58 Cukup
7. 0,51 Cukup
8. 0,55 Cukup
9. 0,54 Cukup
10. 0,66 Tinggi
11. 0,49 Cukup
12. 0,70 Tinggi
Adapun koefisien korelasi keseluruhan soal tes berpikir kretaif siswa adalah rxy=0,89 yang artinya keseluruhan butir soal memiliki validitas tinggi. Sementara itu, validitas instrumen tes berpikir kreatif siswa masing-masing soal dapat dilihat dalam tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4
Validitas Tiap Butir Soal Tes Berpikir Kreatif Siswa No Soal Koefisien Korelasi Interpretasi
1. 0,70 Tinggi
2. 0,50 Cukup
3. 0,43 Cukup
4. 0,72 Tinggi
5. 0,44 Cukup
6. 0,66 Tinggi
7. 0,76 Tinggi
8. 0,68 Tinggi
9. 0,69 Tinggi
(33)
42
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan (Arikunto 2006: 178). Untuk mengukur reliabilitas instrumen pada soal objektif tersebut dapat digunakan nilai koefisien reliabilitas yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
rxy = ∑ – ∑ (∑ )
∑ 2− ∑ ² ∑ ²− ∑ ²
Keterangan: rxy = koefisien korelasi antara X dan Y N = jumlah testi
X = nilai soal nomor ganjil Y = nilai soal nomor genap
Kofisien korelasi (rxy) belah dua hanya berlaku untuk separuh tidak untuk seluruh soal tes, maka koefisien korelasi belah dua diubah ke dalam koefisien korelasi seluruh soal dengan menggunakan rumus ramalan Spearmen Brown sebagai berikut:
r = 2rₓᵧ 1 + rₓᵧ
Keterangan: r = koefisien korelasi seluruh soal (nilai reliable) rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
Koefisien korelasi yang diperoleh kemudian dilihat reliabilitasnya berdasarkan kriteria reliabilitas berikut:
Tabel 3.5 Interpretasi nilai r Koefisien korelasi (r) Kriteria
0.81-1.00 Sangat tinggi
0.61-0.80 Tinggi
0.41-0.60 Cukup
0.21-0.40 Rendah
(34)
Untuk mengukur reliabilitas soal uraian dapat dihitung dengan menggunakan rumus cronbach alpha (Suherman 1990: 194) sebagai berikut:
11 = ( −1) (1- ∑ Si²
∑St²) Keterangan:
11 = koefisien reliabilitas n = banyaknya butir soal
∑
S
i²
= jumlah varians skor setiap soalSt
²
= varians skor totalSelanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990: 177)
Tabel 3.6
Interpretasi nilai 11
Koefisien korelasi Kriteria reliabilitas 0,80≤ 11≤1,00 Sangat tinggi
0,60≤ 11≤ 0,80 Tinggi
0,40≤ 11≤ 0,60 Cukup
0,20≤ 11≤0,40 Rendah
11≤0,20 Sangat rendah
Soal tes akan digunakan dalam penelitian apabila relibilitasnya memiliki kriteria sangat tinggi, tinggi, atau cukup. Namun apabila soal tes ternyata reliabilitasnya memiliki kriteria rendah atau sangat rendah maka akan dilakukan revisi terhadap soal tes tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian diperoleh koefisien korelasi yaitu 0,88 yang artinya reliabilitas soal tes hasil belajar sangat tinggi. (Perhitungan reliabilitas tes hasil
(35)
44
belajar terlampir). Adapun untuk instrumen tes berpikir kreatif siswa yang digunakan dalam penelitian diperoleh varians 0,84 yang artinya reliabilitas soal tes berpikir kreatif siswa sangat tinggi. (Perhitungan reliabilitas tes berpikir kreatif siswa terlampir).
3. Tingkat kesukaran soal tes
Menurut Wahyudin (2006: 93) menjelaskan bahwa “ asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping untuk memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan jumlah soal dari ketiga tingkat kesukaran soal”. Untuk mengetahui tingkat kesukaran pada soal pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan rumus:
TK = ∑B N
Keterangan : TK = tingkat kesukaran soal
∑B = banyaknya siswa yang menjawab benar N = banyaknya siswa yang memberi jawaban
Adapun kriteria tingkat kesukaran menurut Wahyudin (2006: 94)adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kriteria tingkat kesukaran soal pilihan ganda Tingkat kesukaran Kriteria
0.71-1.00 Mudah
0.31-0.70 Sedang
0.00-0.30 Sukar
Untuk menghitung tingkat kesukaran pada soal subjektif atau uraian dilakukan dengan menggunakan rumus:
TK = ∑S
N x 100% Keterangan : TK = tingkat kesukaran soal
(36)
∑S = banyaknya siswa yang menjawab salah N = banyaknya siswa yang memberi jawaban
Adapun kriteria tingkat kesukaran menurut Wahyudin (2006: 95) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kriteria tingkat kesukaran soal subjektif Tingkat kesukaran Kriteria
< 27% Mudah
28 – 72% Sedang
73 – 100% Sukar
Berikut ini merupakan data indeks kesukaran hasil uji coba instrument tes hasil belajar yang dilakukan.
Tabel 3.8
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Soal Pilihan Ganda No soal Nilai tingkat kesukaran Interpretasi
1. 0,725 Mudah
2. 0,8 Mudah
3. 0,7 Sedang
4. 0,725 Mudah
5. 0,67 Sedang
6. 0,65 Sedang
7. 0,7 Sedang
8. 0,75 Mudah
9. 0,77 Mudah
(37)
46
Tabel 3.9
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Soal Uraian No soal Nilai tingkat kesukaran Interpretasi
11. 35% Sedang
12. 97,5% Sukar
Adapun data indeks kesukaran hasil uji coba instrument tes berpikir kreatif siswa yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.10
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Berpikir Kreatif No soal Nilai tingkat kesukaran Interpretasi
1. 72,5% Sedang
2. 37,5% Sedang
3. 40% Sedang
4. 80% Sukar
5. 67,5% Sedang
6. 77,5% Sukar
7. 30% Sedang
8. 37,5% Sedang
9. 77,5% Sukar
10. 40% Sedang
4. Daya pembeda soal tes
Tujuan analisis daya pembeda menurut Wahyudin (2006: 96) adalah “untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong rendah prestasinya”. Artinya, jika soal diberikan kepada siswa pandai/mampu maka hasil tes menunjukan prestasi tinggi dan sebaliknya jika soal diberikan kepada siswa yang kurang maka hasilnya
(38)
menunjukan prestasi rendah. Untuk menghitung daya pembeda soal tes pada soal objektif dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
DP = WH −WL n Keterangan : DP = daya pembeda
WH = jumlah testi dari kelompok unggul yang menjawab benar WL = jumlah testi dari kelompok asor yang menjawab benar n = 27%N (dengan N jumlah seluruh testi)
Adapun kriteria daya pembeda menurut Wahyudin (2006: 96) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11 Kriteria daya pembeda
Daya pembeda Kriteria
0.71-1.00 Baik sekali
0.41-0.70 Baik
0.21-0.40 Cukup
0.00-0.20 Rendah
Untuk menghitung daya pembeda soal tes pada soal subjektif dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
MH-ML t= ∑ +∑
1( 1−1)
Keterangan:
MH = Mean kelompok unggul ML = Mean kelompok asor
∑ = Jumlah kuadrat deviasi individual dari HG . ∑ = Jumlah kuadrat deviasi individual dari LG.
(39)
48
Menurut Wahyudin (2006: 98) mengatakan bahwa “apabila t hitung lebih besar daripada t tabel maka soal tersebut dikatakan signifikan. Sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka soal tersebut dikatakan tidak signifikan”.
Berikut ini merupakan data daya pembeda hasil uji coba instrument tes kemampuan berpikir kreatif yang dilakukan.
Tabel 3.12
Daya Pembeda Tes Hasil Belajar Soal Pilihan Ganda
No soal Daya pembeda Interpretasi
1. 0,73 Baik sekali
2. 0,45 Baik
3. 0,73 Baik sekali
4. 0,63 Baik
5. 0,63 Baik
6. 0,81 Baik sekali
7. 0,73 Baik sekali
8. 0,63 Baik
9. 0,73 Baik sekali
10. 0,45 Baik
Tabel 3.13
Daya Pembeda Tes Hasil Belajar Soal Uraian
No soal Daya pembeda Interpretasi
11. 3,64 Signifikan
12. 3,70 Signifikan
Adapun data daya pembeda hasil uji coba instrumen tes berpikir kreatif siswa adalah sebagai berikut:
(40)
Tabel 3.14
Daya Pembeda Tes Berpikir Kreatif Siswa
No soal Daya pembeda Interpretasi
1. 5 Signifikan
2. 5 Signifikan
3. 5 Signifikan
4. 10 Signifikan
5. 1,7 Tidak signifikan
6. 4 Signifikan
7. 8 Signifikan
8. 4,3 Signifikan
9. 5 Signifikan
10. 33,3 Signifikan
Setelah berkonsultasi dengan kedua dosen pembimbing maka, maka soal yang digunakan berjumlah 22 soal. Yaitu 12 soal untuk mengukur hasil belajar siswa dan 10 soal untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Rekapitulasi hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
3.15
Rekapitulasi Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar Validitas : 0,73 (tinggi)
Reliabilitas soal pilihan ganda : 0,88 (sangat tinggi) Reliabilitas soal uraian : 0,58 (cukup)
No Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran
Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai
DP Interpretasi
Nilai
IK Interpretasi
(41)
50
No Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Keterangan Koefisien Interpreatsi Nilai
DP Interpretasi
Nilai IK
Interpretasi
2. 0,45 Cukup 0,45 Baik 0,8 Mudah Digunakan
3. 0,51 Cukup 0,73 Baik sekali 0,7 Sedang Digunakan
4. 0,76 Tinggi 0,63 Baik 0,725 Mudah Digunakan
5. 0,62 Tinggi 0,63 Baik 0,675 Sedang Digunakan
6. 0,58 Cukup 0,81 Baik sekali 0,65 Sedang Digunakan
7. 0,51 Cukup 0,73 Baik sekali 0,7 Sedang Digunakan
8. 0,55 Cukup 0,63 Baik 0,75 Mudah Digunakan
9. 0,54 Cukup 0,73 Baik sekali 0,775 Mudah Digunakan
10. 0,66 Tinggi 0,45 Baik 0,75 Mudah Digunakan
11. 0,49 Cukup 3,64 Signifikan 35% Sedang Digunakan
12. 0,70 Tinggi 3,70 Signifikan 97,5% Sukar Digunakan
3.16
Rekapitulasi Analisis Butir Soal Tes Berpikir Kreatif Siswa Validitas : 0,89 (tinggi)
Reliabilitas : 0,84 (sangat tinggi) No
Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran
Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai
DP Interpretasi
Nilai
IK Interpretasi
1. 0,70 Tinggi 5 Signifikan 72,5% Sedang Digunakan
2. 0,50 Cukup 0,45 Signifikan 37,5% Sedang Digunakan
3. 0,43 Cukup 0,73 Signifikan 40% Sedang Digunakan
4. 0,72 Tinggi 0,63 Signifikan 80% Sukar Digunakan
5. 0,44 Cukup 0,63 Tidak
signifikan
(42)
No Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai
DP
Interpretasi Nilai IK
Interpretasi
6. 0,66 Tinggi 0,81 Signifikan 77,5% Sukar Digunakan
7. 0,76 Tinggi 0,73 Signifikan 30% Sedang Digunakan
8. 0,68 Tinggi 0,63 Signifikan 37,5% Sedang Digunakan
9. 0,69 Tinggi 0,73 Signifikan 77,5% Sukar Digunakan
10. 0,57 Cukup 0,45 Signifikan 40% Sedang Digunakan
G.Analisis Data
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan, pada saat data telah terkumpul maka langkah selanjutnya yaitu dengan menganalisis data tersebut melalui pendekatan statistika. Adapun urutan langkah-langkah dalam pengolahan data pada penelitian ini, sebagai berikut:
a. Penskoran
Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban siswa yang benar, namun untuk soal uraian jawaban siswa yang salah pun tetap diberi skor 1. Proses penskoran ini dilakukan baik pada prestest maupun posttest, kemudian dari masing-masing data skor prestest dan posttest tersebut dihitung rata-ratanya. b. Menghitung skor rata-rata menggunakan rumus:
= ∑ ( Sudjana, 2005:67) Keterangan
= nilai rata-rata yang dicapai = skor yang diperoleh
= jumlah sampel ∑= jumlah
(43)
52
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaraan distribusi data yang diperoleh. Hal ini berkaitan dengan sampel yang diambil. Melalui uji normalitas peneliti dapat mengetahui apakah sampel yang diambil mewakili populasi atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada data skor gain (posttest-pretest). Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan selanjutnya. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan tes kecocokan Kolmogorov-Smirnov dengan rumus sebagai berikut:
T = sup |F*(x) – S(x)| Keterangan:
T = normalitas data F* = F kumulatif S = simpangan baku
Normalitas data dibandingkan dengan nilai α yaitu 0,05. Jika T ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal.
d. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas data dilakukan dengan menggunakan Levene’s test, yaitu sebagai berikut.
W =( − )
( −1)
∑=1 ( .− ..)² ∑=1 ∑=1 ( − .)²` Keterangan:
W = hasil tes = jumlah sampel
= jumlah sampel di kelompok = jumlah sampel dari kelompok
Homogenitas data dibandingkan dengan nilai α yaitu 0,05. Jika W ≥ 0,05 maka data berdistribusi homogen.
(44)
e. Uji Kesamaan Rata-Rata
Uji kesamaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan antara dua sampel. Jika data memenuhi asumsi distribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka dilakukan uji t, yaitu Independent Samples T Test dengan asumsi varians kedua sampel homogen. Jika data hanya memenuhi asumsi distribusi normal saja tetapi variansinya tidak homogen maka pengujiannya menggunakan uji t‟ yaitu Independent Samples T Test dengan asumsi varians kedua sampel tidak homogen. Untuk data yang tidak berdistribusi normal, maka pengujiannya menggunakan uji non parametrik.
1. Uji statistik parametris
Uji statistik parametris adalah uji t satu perlakuan yaitu untuk menguji apakah data yang diperoleh mempenyai perbedaan yang signifikan atau tidak. Uji statistik parametrik digunakan jika data memnuhi asumsi statistik, yaitu jika terdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen.
Uji t dilakukan dengan mencari harga � dari selisih antara skor pretest dengan skor posttest dengan menggunakan rumus:
t =
∑ 2 ( −1) Keterangan:
= mean dari perbedaan pretest dan posttest
Xd
=
deviasi dari masing-masing subjekX2d = jumlah kuadrat masing-masing deviasi N = subjek pada sampel
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel distribusi t dengan tes dua ekor. Jika - �< < � maka disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan mean yang signifikan antara skor pretest dan skor posttest. Cara mengkonsultasikan � dengan � adalah sebagai berikut:
(45)
54
a. Menentukan derajat kebebasan v = Ni-1
b. Melihat tabel distribusi t untuk tes dua ekor dengan taraf signifikasi tertentu, misalnya pada taraf 0,05 atau interval kepercayaan 95%. Bila pada v yang diinginkan tidak ada maka diadakan interpolasi.
2. Uji Statistik Non Parametrik
Jika data tidak berdistribusi normal maka dilakukan pengujian non-parametrik dengan menggunakan rumus Mann-Whitney.
U = 1 2 + ( +1)
2 – R
Keterangan: U = hasil
1 = jumlah sampel 1 2 = jumlah sampel 2 R = jumlah rangking f. Pengujian hipotesis.
Rumusan hipotesis adalah sebagai berikut : H0 : pretes = postes
H1 : pretes < postes
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah. T = 1− 2 − 0
1/ 1 + (1/ 2) Keterangan:
T = Thitung Sp = sampel
1 = jumlah sampel kelompok 1 2 = jumlah sampel kelompok 2
Untuk mengetahui H0 diterima atau ditolak dilakukan dengan melihat tabel distribusi t. Jika Thitung lebih besar dari nilai positif tabel distribusi t atau lebih
(46)
kecil dari nilai negatif tabel distribusi t, maka H0 ditolak. Dengan kata lain H1 diterima.
g. Gain Ternormalisasi
Gain ternormalisasi digunakan untuk menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran. Untuk perhitungan dan pengklasifikasian gain yang dinormalisasi menggunakan rumus N-Gain menurut Meltzer (Faujan, 2012: 25) adalah sebagai berikut:
g= � − �
−
Keterangan
� = skor postest � = skor pretest
= skor maksimum
Kriteria tingkat N-Gain menurut Hake (Faujan, 2012: 26) adalah sebagai berikut: g 0,7 Tinggi
0.3 g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah
h. Anova Satu Jalur (One Way Anova)
Tujuan dari uji Anova satu jalur adalah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata. Yang berguna untuk menguji kemampuan generalisasi. Nilai Anova atau F (Fhitung) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
ℎ � = ���� = �� = ��∶: �� = �� �� (Riduwan, 2003: 218)
Keterangan:
KR = kuadrat rerata
db = derajat bebas (degree of freedom) JR = jumlah rerata
i. Perhitungan normalitas, homogenitas, dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16 for Windows.
(47)
(48)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V secara signifikan. Dari hasil perhitungan uji dua rata-rata pretest dan posttest didapatkan nila P-value Sig (2-tailed) sebesar 0,000. Dimana 0,000 lebih kecil dari � = 0,05 sehingga �0 ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya secara signifikan.
2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V secara signifikan. Dari hasil perhitungangan uji dua rata-rata pretest dan posttest didapatkan nila P-value Sig (2-tailed) sebesar 0,000. Dimana 0,000 lebih kecil dari �= 0,05 sehingga �0 ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya secara signifikan.
3. Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada kelompok siswa rendah, sedang dan tinggi secara signifikan. Dari perhitungan uji anova, diketahui bahwa nilai P-value (Sig) sebesar 0,084. Nilai P-value (Sig) lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga �0 diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar siswa pada kelompok rendah, sedang, dan tinggi.
4. Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelompok rendah, sedang dan tinggi secara signifikan. Dari perhitungan uji anova, diketahui bahwa nilai P-value (Sig) sebesar 0,436. Nilai P-value (Sig)
(49)
131
lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga �0 diterima. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelompok rendah, sedang, dan tinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada bagian terdahulu, saran yang dapat diberikan untuk beberapa pihak di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan berpikir kreatif merupakan potensi yang harus dimiliki oleh setiap orang, terutama siswa. Maka sudah selayaknya kemampuan berpikir kreatif dikembangkan pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hendaknya para guru tidak hanya dapat menciptakan suasuna yang mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, tetapi juga ciri-ciri afektif dari kreatifitas.
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sifat-sifat cahaya. Untuk itu, sebaiknya pembelajaran ini digunakan sebagai alternatif dalam merencanakan pembelajaran, khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD.
3. Diharapkan adanya kajian lebih lanjut mengenai pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi yang berbeda.
(50)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
BSNP. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: BP Dharma Bakti.
Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Depdiknas
Darmodjo, Hendro. (1998). Pendidikan IPA 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tingi.
Djuanda, Dadan dkk.(2010). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar.Sumedang : Upi Kampus Sumedang.
Fauzan. (2012). Skripsi. Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Tidak Diterbitkan
Iskandar, Joni. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif.(Online). Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mat_0700453_chapter2 .pdf (8Desember 2012).
Izhab, Zaleha (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis.Bandung: Nuansa
Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Lern2Live n Live2Learn.
Marrapodi. Jean. (2003). Critical Thunking and Creativity an Overview and Comparison of The Theories. A Paper Presented in Partial Fulfillment of The Requirement of ED 7590 Critical Thinking an Adut Education (Online), 24
halaman.
Tersedia:http://bitsavers.trailing-edge.com/pdf/rand/ipl/P1320_The_Process_Of_Creative_Thinking_Sep59.p df (8Desember 2012)
(51)
133
Moedjiono dan Dimyati, Moh. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependudukan.
Mulyasana, Dedy. (2011). Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Jakarta: Rosda Karya.
Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Mustaji .(2000). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Dalam Pembelajaran.(Online). Tersedia: http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran (13Desember 2012)
Pembayun. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.(Online).
Tersedia:http://cybercroome.blogspot.com/2012/07/proposal-ptk-penelitian-tindakan-kelas_7455.html (27 November 2012)
Prabowo. Koes, Supriyono. (1998). Konsep-Konsep Dasar IPA. Jakarta : Departemen pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Priyono, Amin. Martini, Tri. Katrin.dan Amin, Choirul. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam
untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.
Priyatno, Duwi. (2011). Buku Pintar Statistik Komputer SPSS, Minitab, Microsoft Excel, dan
Xlstat. Yogyakarta: Mediakom
Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Ririn, Brilianti. (2012). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif di SMP 42 Palembang.(Online). Tersedia:
http://brilliantiririn.wordpress.com/2012/04/23/pengaruh-pembelajaran- berbasis-masalah-terhadap-kemampuan-siswa-berfikir-kreatif-di-smp-negeri-42-palembang-2/ (29 Februari 2013)
Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : CV Alfabeta. Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA Di Sekolah Dasar.
(52)
Sudjana. (2008). Karya Ilmiah (Online). Tersedia:http://karya ilmiah.um.ac.id/index.php./KDSP/article/view/2908 (12 April 2013)
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suherman,E., dan Sukjaya,Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Tugino (2012). Sifat-sifat cahaya (Online). Tersedia:http: //mastugino.blogspot.com/2012/11/sifat-sifat – cahaya.html (20 April 2012)
(53)
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V secara signifikan. Dari hasil perhitungan uji dua rata-rata pretest dan posttest didapatkan nila P-value Sig (2-tailed) sebesar 0,000. Dimana 0,000 lebih kecil dari � = 0,05 sehingga �0 ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya secara signifikan.
2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V secara signifikan. Dari hasil perhitungangan uji dua rata-rata pretest dan posttest didapatkan nila P-value Sig (2-tailed) sebesar 0,000. Dimana 0,000 lebih kecil dari �= 0,05 sehingga �0 ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya secara signifikan.
3. Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada kelompok siswa rendah, sedang dan tinggi secara signifikan. Dari perhitungan uji anova, diketahui bahwa nilai P-value (Sig) sebesar 0,084. Nilai P-value (Sig) lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga �0 diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar siswa pada kelompok rendah, sedang, dan tinggi.
4. Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelompok rendah, sedang dan tinggi secara signifikan. Dari perhitungan uji anova, diketahui bahwa nilai P-value (Sig) sebesar 0,436. Nilai P-value (Sig)
(2)
lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga �0 diterima. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelompok rendah, sedang, dan tinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada bagian terdahulu, saran yang dapat diberikan untuk beberapa pihak di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan berpikir kreatif merupakan potensi yang harus dimiliki oleh setiap orang, terutama siswa. Maka sudah selayaknya kemampuan berpikir kreatif dikembangkan pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hendaknya para guru tidak hanya dapat menciptakan suasuna yang mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, tetapi juga ciri-ciri afektif dari kreatifitas.
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi sifat-sifat cahaya. Untuk itu, sebaiknya pembelajaran ini digunakan sebagai alternatif dalam merencanakan pembelajaran, khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD.
3. Diharapkan adanya kajian lebih lanjut mengenai pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi yang berbeda.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
BSNP. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: BP Dharma Bakti.
Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Depdiknas
Darmodjo, Hendro. (1998). Pendidikan IPA 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tingi.
Djuanda, Dadan dkk.(2010). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar.Sumedang : Upi Kampus Sumedang.
Fauzan. (2012). Skripsi. Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Tidak Diterbitkan
Iskandar, Joni. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif.(Online). Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mat_0700453_chapter2 .pdf (8Desember 2012).
Izhab, Zaleha (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis.Bandung: Nuansa
Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Lern2Live n Live2Learn.
Marrapodi. Jean. (2003). Critical Thunking and Creativity an Overview and Comparison of The Theories. A Paper Presented in Partial Fulfillment of The Requirement of ED 7590 Critical Thinking an Adut Education (Online), 24
halaman.
Tersedia:http://bitsavers.trailing-edge.com/pdf/rand/ipl/P1320_The_Process_Of_Creative_Thinking_Sep59.p df (8Desember 2012)
(4)
Moedjiono dan Dimyati, Moh. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependudukan.
Mulyasana, Dedy. (2011). Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Jakarta: Rosda Karya.
Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Mustaji .(2000). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Dalam Pembelajaran.(Online). Tersedia: http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran (13Desember 2012)
Pembayun. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.(Online). Tersedia:http://cybercroome.blogspot.com/2012/07/proposal-ptk-penelitian-tindakan-kelas_7455.html (27 November 2012)
Prabowo. Koes, Supriyono. (1998). Konsep-Konsep Dasar IPA. Jakarta : Departemen pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Priyono, Amin. Martini, Tri. Katrin.dan Amin, Choirul. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.
Priyatno, Duwi. (2011). Buku Pintar Statistik Komputer SPSS, Minitab, Microsoft Excel, dan Xlstat. Yogyakarta: Mediakom
Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Ririn, Brilianti. (2012). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif di SMP 42 Palembang.(Online). Tersedia:
http://brilliantiririn.wordpress.com/2012/04/23/pengaruh-pembelajaran- berbasis-masalah-terhadap-kemampuan-siswa-berfikir-kreatif-di-smp-negeri-42-palembang-2/ (29 Februari 2013)
Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : CV Alfabeta. Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA Di Sekolah Dasar.
(5)
Sudjana. (2008). Karya Ilmiah (Online). Tersedia:http://karya ilmiah.um.ac.id/index.php./KDSP/article/view/2908 (12 April 2013)
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suherman,E., dan Sukjaya,Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Tugino (2012). Sifat-sifat cahaya (Online). Tersedia:http: //mastugino.blogspot.com/2012/11/sifat-sifat – cahaya.html (20 April 2012)
(6)