b. Keadaan penduduk desa Balinuraga
Berdasarkan data monografi, desa Balinuraga memiliki jumlah penduduk sebanyak 2910 jiwa, yang terdiri atas laki-laki sebanyak 1164 jiwa
perempuan berjumlah 1746 jiwa. Mayoritas penduduk yang berda di desa Balinuraga adalah masyarakat Suku Bali sebanyak 2375 orang dan sisanya
adalah masyarakat Suku Jawa.
c. Sejarah konflik desa Balinuraga
Dalam catatan sejarah dapat dikatakan bahwa awal dari konflik yang terjadi tersebut adalah dendam atau luka lama yang kemudian muncul
kembali yang baru ini, barawal dari sebuah peristiwa pada awal tahun 1990 an. Peristiwa yang mempersoalkan lahan perkebunan tersebut
meruapakan sebuah pemicu lama yang menunjukan ketimpangan sosial dan ekomomi di wilayah tersebut sampai sekarang menjadi sebuah catatan
hitam atas keberadaan desa Balinuraga di daerah Lampung Selatan. Sebenarnya bentrok antar warga di Lampung Selatan pada 28-29 Oktober
2012 adalah bagian tak terpisahkan dari konflik yang terjadi sebelumnya yang kembali terulang. Konflik tersebut sesungguhnya memiliki akar
persoalan yang lebih dalam dari sekedar perseteruan dua kelompok etnis. Konflik-konflik sebelumnya terkait persoalan transmigrasi, Perkebunan
Inti Rakyat PIR hingga tambak udang sebenarnya masih menyimpan persoalan yang belum tuntas sehingga konflik sewaktu-waktu dapat
muncul kembali. Hal ini mendorong terjadinya salah satu penyebab gesekan antar warga asli dengan pendatang. Terlebih lagi ketika warga
pendatang mengungguli warga asli dalam berbagai bidang. Ketut
Wardane, Wayan Mungkur911201311:45. 2.
Desa Agom
Desa Agom merupakan suatu wilayah hasil pembukaan hutan yang dilaksanakan oleh kaum pribumi yang bertujuan untuk bercocok tanam
terutama dalam bidang pertanian dan perkebunan. Tujuan dasarnya mereka adalah bercocok tanam, yang pda awalnya mengalami kendaldalam hal
bercocok tanam, antara lain kesulitan air, berputar-putar atau dalam Bahasa Lampung Segalo, berkeliling atau dengan kata lain dalam Bahasa Lampung
disebut Midor.
a. Letak dan batas-batas wilayah Desa Agom
1. Sebelah utara berbatasan dengan Taman Agung kecamatan Kalianda
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Merak Belatung kecamatan
Kalianda 3.
Sebelah timur berbatasan dengan Sukatani kecamatan Kalianda 4.
Sebelah barat berbatasan dengan Taman Agung kecamatan Kalianda
b. Keadaan penduduk Desa Agom
Berdasarkan data monografi, Desa Agom memiliki jumlah penduduk sebanyak 2797 jiwa, yang terdiri atas laki-laki sebanyak 1456 jiwadan
perempuan berjumlah 1341 jiwa. Penduduk desa Agom rata-rata bermata pencaharian sebagai petani 610 orang, Mayoritas masyarakat
yang berada di desa Agom adalah masyarakat Suku Jawa yaitu 1712 dan sisanya adalah masyarakat Suku Jawa dan Batak serta mayoritas Desa
Agom menganut agama Islam.
c. Sejarah konflik di Desa Agom
Dalam catatan sejarah dapat dikatakan bahwa dari konflik yang terjadi tersebut yang kemudian memendam menjadi luka lama yang selanjutnya
meltus kembali yang baru ini adalah diawali dari sebuah pristiwa pada awal tahun 1990 an. Peristiwa yang mempersoalkan lahan perkebunan
tersebut merupakan pemicu lama yang menunjukan ketimpangan sosial dan ekonomi di wilayah tersebut serta adanya kecenderungan untuk
melakukan tindakan tidak terpuji etnis Bali membuat keresahan yang akhirnya membuat etnis lain bersatu untuk melawan tindakan tersebut
dan adanya ego yang terbangun dari sikap saling membalas yang dilakukan oleh etnis Bali dan Lampung.
Adapun peristiwa-peristiwa konflik suku Bali dan Lampung adalah sebagai berikut:
1. Pembakaran pasar probolinggo Lampung Timur oleh suku Bali
2. Perang suku Jawa, Bali, dan Lampung yang terjadi pada tanggal 29
Desember 20010 yang berawal dari pencurian ayam. Dari konflik-konflik tersebut timbulah dendam diantara suku-suku
tersebut, sehingga apabila terjadi insiden kecil dapat langsung berubah menjadi konflik yang besar serta hal ini yang mendorong terjadinya
salah satu penyebab gesekan antar warga asli dengan pendatang. Terlebih lagi ketika suku pendatang lebih mengungguli warga asli dalam
hal ekonomi. Kecemburuan sosial dan ekonomi ini yang memunculkan sikap
negatif sebagai
putra daerah.Muhsin
Syukur, Suraji
1011201310:15 WIB.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada BAB V dengan tiga tahap penanganan konflik yaitu pada tahap pencegahan konflik, penghentian
konflik, dan penanganan pasca konflik dapat disimpulkan bahwa : 1.
Anggota dewan pada dapil wilayah konflik Way Panji Sunyoto memiliki peranan dalam penanganan konflik yaitu pada saat tahap
pemulihan pasca konflik dengan melakukan pengawasan dan menampung banyak aspirasi yang masuk dari tokoh-tokoh masyarakat
seperti kepala desa balinuraga dan tokoh adat suku Bali terkait bantuan baik dana maupun perbaikan sarana apakah sudah berjalan
dengan baik atau belum. Sementara pada tahapan pencegahan konflik masih belum maksimal dalam menampung aspirasi masyarakat terkait
dengan pencegahan konflik. Hal ini benar setelah di konfirmasi oleh kepala desa Balinuraga Wardane dan tokoh adat desa Balinuraga
Pastike. 2.
Anggota dewan pada dapil wilayah konflik Kalianda Hamdani memiliki peranan dalam penanganan konflik yaitu pada tahap
penghentian konflik. Pada saat terjadinya konflik anggota dewan Hamdani ikut turun untuk menenangkan emosi warga desa Agom
dan menampung aspirasi dengan mencari tahu akar permasalahan
sesungguhnya untuk segera melakukan perdamaian yang kemudian memberikan saran dan masukan tersebut kepada Bupati untuk
menemukan solusi perdamaian yang terbaik bagi kedua desa. Sementara pada tahapan pencegahan konflik masih belum maksimal
dalam menampung aspirasi masyarakat terkait dengan pencegahan konflik. Hal tersebut benar setelah dikonfirmasi dengan kepala desa
Agom Muchsin Syukur 3.
Perbandingan peranan anggota dewan pada dapil wilayah konflik Way Panji Sunyoto dengan anggota dewan dapil Kalianda Hamdani
berdasarkan pada 3 tahap penanganan konflik dan pendapat tokoh masyarakat, anggota dewan Kalianda lebih berperan pada saat tahap
penghentian konflik. Sedangkan anggota dewan pada dapil Way Panji Sunyoto lebih berperan pada saat pemulihan pasca konflik
Sementara pada tahapan pencegahan konflik kedua anggota dewan masih belum maksimal baik dalam menampung aspirasi masyarakat
maupun pengawasan terhadap kinerja kepala desa terkait dengan pencegahan konflik antar warga Agom dengan warga Balinuraga.
B. Saran
1. Anggota dewan pada daerah pemilihan asal kecamatan Kalianda
Hamdani sebagai wakil rakyat harus lebih berperan pada tahapan pencegahan konflik dengan cara selalu menampung aspirasi
masyarakat terkait dengan kerukunan antar desa, agama, dan suku sehingga perlu membangun lagi agenda antisipasi konflik sejak dini
terhadap tingginya potensi konflik.
2. Anggota dewan pada daerah pemilihan asal kecamatan Way Panji
Sunyoto sebagai wakil rakyat harus lebih berperan dalam tahapan pencegahan konflik terutama dalam menjalankan fungsi menampung
aspirasi masyarakat terkait dengan kerukunan antar desa, agama, dan suku sehingga dapat mengantisipasi konflik agar tidak terulang
kembali mengingat tingginya potensi konflik.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif edisi kedua, Agustus 2006, Tiara
Bertram, Christop. 1998. Konflik Dunia Ketiga. Jakarta. Bina Aksara Fisher, Simon, dkk. 2001. Mengelola Konflik : Keterampilan dan Strategi Untuk
Bertindak , Cetakan Pertama, Alih Bahasa S.N. Kartikasari, dkk, The
British Counsil, Indonesia, Jakarta. Herpratiwi, 2009. Konflik Dalam Organisasi. Bandar Lampung. Univaersitas
Lampung. Hugh, Miall. 2002. Resolusi Damai Konflik Kontemporer. Jakarta. PT Raja
Grafindo Miall, Hugh, dkk. 2002. Resolusi Damai Konflik Kontemporer : Menyelesaikan,
Mencegah, Mengelola dan Mengubah Konflik Bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras, Cetakan Kedua, Alih Bahasa Tri Budhi
Sastrio, Rajawali Pers, Jakarta Moleong, Lexy J., 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif Cetakan kedua,
PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Desertasi, Dan
Karya Ilmiah . Kencana. Jakarta.
Pruit, Dean G. Jeffrey Z Rubin, 2004, Teori Konflik Sosial terjemahan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta