Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor Di Beberapa Ruas Jalan Kota Medan

(1)

ESTIMASI EMISI KENDARAAN BERMOTOR

DI BEBERAPA RUAS JALAN KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

ABNER TARIGAN

067004001/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S E

K O L A H

P A

S C

A S A R JA

N


(2)

ESTIMASI EMISI KENDARAAN BERMOTOR

DI BEBERAPA RUAS JALAN KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ABNER TARIGAN

067004001/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : ESTIMASI EMISI KENDARAAN BERMOTOR DI BEBERAPA RUAS JALAN KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Abner Tarigan

Nomor Pokok : 067004001

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, Sp.FK) K e t u a

(Dr. Ir. Irvan, MS) (Drs. Chairuddin, MSc)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS)

Direktur,

(Prof. Dr. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 21 April 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, Sp.FK

Anggota : 1. Dr. Ir. Irvan, MS


(5)

ABSTRAK

Peningkatan jumlah penduduk di Kota Medan diikuti dengan peningkatan sarana transportasi yang berpotensi menimbulkan pencemaran akibat emisi kendaraan bermotor serta dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

Penelitian ini adalah untuk mengestimasi konsentrasi dan prosentase emisi dari berbagai jenis kendaraan bermotor di beberapa ruas jalan Kota Medan. Estimasi emisi ini dilaksanakan di tiga ruas jalan Kota Medan yaitu Medan – Binjai Km 7;

Medan – Tg Morawa Km 10 dan Medan Tembung di jalan Letda Sudjono sekitar

150 meter akses masuk jalan Toll Bandar Selamat dengan parameter panelitian adalah Karbon Monoksida, Nitrogen Oksida dan Sulfur Dioksida dengan memakai faktor emisi yang didapatkan dari literatur.

Dari hasil penelitian diperoleh estimasi polutan Karbon Monoksida, Nitrogen Oksida maupun Sulfur Dioksida terbesar diemisikan di ruas jalan Medan – Binjai KM

7 dan Medan – Tembung Jalan Letda Sudjono sekitar 150 meter dari akses masuk toll

Bandar Selamat,

Persentase emisi CO yang terbesar bersumber dari sepeda motor sedangkan untuk polutan SO2 dan NOx, dari kendaraan truk.


(6)

ABSTRACT

The growth of population in Medan City followed by incressing of transportation facilities that potencialy reduce air quality by Vehicles emission which has adverse affect to the human health.

The research is to estimated the concentration and percentage of emission that produced by vehicles in the street on Medan City. These estimation of emission was conducted three street in Medan ie : Medan – Binjai street at Km 7; Medan-Tg Morawa street at Km 10 and Medan-Tembung street at Jl. Letda Sudjono around 150 meters from gate in of Bandar Selamat highway which analyzed Carbon Monoxide, Nitrogen Oxide and Sulfur Dioxide by using emission factor fom literature.

The results of analysis shows that the estimated of Carbon Monoxide, Nitrogen Oxide and Sulfur Dioxide emission in Medan – Binjai street at Km 7 and Medan-Tembung. Street at Letda Sudjono around 150 meters from gate in of Bandar Selamat highway are the biggest than Medan-Tg Morawa street at Km 10.

The biggest percentage of emission estimated for CO produced by motor cycles, and for Sulfur Dioxide and Oxide Nitrogen was produced by truck.


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati penulis dalam penulisan tesis dengan judul Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor

di Beberapa Ruas Jalan Kota Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing, yakni Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, Sp.FK, sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Irvan, MS dan Drs. Chairuddin, MSc sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan serta mengarahkan penulis hingga selesainya penulisan tesis ini. Penulis menyadari bahwa berkat bantuan Bapak dari Komisi Pembimbinglah tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktur Sekolah Pascasarjana USU Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc Ketua Program Studi PSL, Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS serta seluruh staf pegawai PSL USU, Kepala Bapedalda Provinsi Sumatera Utara, Bapak Prof. Syamsul Arifin, SH, MS yang telah memberikan izin kepada penulis untuk meneruskan jenjang pendidikan magister di Sekolah Pascasarjana USU dan juga semua rekan-rekan mahasiswa PSL 2006, buat istri dan kedua putriku tercinta yang selalu memberikan dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.


(8)

Akhirnya penulis berharap kiranya tesis ini ada manfaatnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan Pemerintah serta juga masyarakat.

Medan, 21 April 2009


(9)

RIWAYAT HIDUP

Abner Tarigan lahir di Binjai pada tanggal 26 Nopember 1967, merupakan anak ke 9 (sembilan) dari 13 bersaudara, orang tua bernama Prt Em Kapt. Purn P. Tarigan (+), ibu S br Sembiring dan R br Sembiring, S.Pd.

Jenjang pendidikan yang telah dilalui SD Negeri No. 020262 Binjai, SMP Negeri 1 Binjai, SMA Negeri 1 Binjai, dan S-1 Teknik Kimia USU Medan.

Pada tahun 2006, penulis memilih belajar pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL).


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...………...... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR………... iii

RIWAYAT HIDUP………... v

DAFTAR ISI………...... vi

DAFTAR TABEL………..... viii

DAFTAR GAMBAR………...... ix

DAFTAR LAMPIRAN………...... x

BAB I. PENDAHULUAN………...... 1

1.1. Latar Belakang...………...……… 1

1.2. Perumusan Masalah...………... 5

1.3. Tujuan Penelitian...……….. 5

1.4. Manfaat Penelitian………...... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……… 7

2.1. Polutan Udara...……….. 7

2.2. Akibat Pencemaran Udara...………... 10

2.3. Emisi Kendaraan Bermotor...…………...... 12

BAB III. METODOLOGI………...... 18

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian………... 18

3.2. Metode Penelitian...………... 19

3.2.1. Survey Lapangan…….………. 19

3.2.2. Bahan dan Alat….……… 20

3.2.3. Persamaan yang Digunakan……….. 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………..………

4.1.Total Jumlah Kendaraan Bermotor... 4.2.Total Polutan Karbon Monoksida... 4.3. Total Polutan Nitrogen Oksida... 4.4. Total Polutan Sulfur Dioksida...

22 22 25 29 31


(11)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...……….....

5.1. Kesimpulan... 5.2. Saran...

35 35 35 DAFTAR PUSTAKA………..... 37


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis

Kendaraan di Kota Medan …...... 2

1.2. Sumber Pencemaran NOx di Udara………... 4

2.1. Indeks Standar Pencemar Udara ... 11

2.2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang... 11

2.3. Estimasi Emisi (dalam Ribu Tons) dari 7 (Tujuh) Kota Besar di India pada Tahun 1997 – 1998... 15

2.4. Perbandingan Emisi Keseluruhan (perhari)……...... 16

2.5. Emisi Kendaraan Bermotor di Enam Ruas Jalan Kota Xi’an... 17

4.1. Prosentase Rata-rata Jenis Kendaraan di Ruas Jalan Medan-Binjai, Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung....……….. 24

4.2. Prosentase Emisi CO Berdasarkan Jenis Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Binjai, Tg Morawa dan Medan-Tembung....………... 28

4.3. Prosentase Emisi NOx Berdasarkan Jenis Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Binjai; Tg Morawa dan Medan-Tembung……….... 30

4.4. Prosentase Emisi SO2 Berdasarkan Jenis Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Binjai; Tg Morawa dan Medan-Tembung...…… 32


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Peta Lokasi Pengamatan Lapangan………...... 19

4.1. Grafik Total Kendaraan di Ruas Jalan Medan-Binjai, Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung... 23 4.2. Grafik Total Emisi CO di Ruas Jalan Medan-Binjai, Medan-Tg

Morawa dan Medan-Tembung... 26 4.3. Total Emisi NOx di Ruas Jalan Medan-Binjai, Medan-Tg

Morawa dan Medan- Tembung... 29 4.4. Total Emisi SO2 di Ruas Jalan Medan- Binjai; Medan-Tg

Morawa dan Medan-Tembung... 31 4.5. Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Medan-

Binjai; Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung Pertahun


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Data Volume Kendaraan di Ruas Jalan Medan – Binjai………... 39

2 Data Volume Kendaraan di Ruas Jalan Medan – Tg Morawa………..... 44

3 Data Volume Kendaraan di Ruas Jalan Medan – Tembung……... 49 4 Perhitungan Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Medan

Binjai ... 54

5 Perhitungan Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Medan

Tg Morawa... 60

6 Perhitungan Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Medan

Tembung... 66


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi lain peningkatan ini juga sekaligus akan membawa efek negatif yang tidak diinginkan.

Peningkatan jumlah kendaraan di Negara Eropa sebanding dengan peningkatan jumlah emisi yang dihasilkan yang merupakan ancaman bagi kesehatan manusia (Hickman, 1999). Kondisi ini dapat juga terjadi di Kota Medan.

Kota Medan terletak di bagian Utara Provinsi Sumatera Utara, pada 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan dengan jumlah penduduk 2.067.288 jiwa (Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral, Kota Medan, 2007).

Berdasarkan Laporan Basis Data Lingkungan Hidup Kota Medan Tahun 2007, tingkat pertumbuhan penduduk di Kota Medan dalam kurun waktu 6 tahun (Tahun 2000 – 2005) adalah sebesar 1,43 % pertahun. Pertumbuhan penduduk yang

demikian pesat akan membawa konsekuensi peningkatan aktivitas penduduk yang berakibat kepada peningkatan polusi udara.


(16)

Peningkatan penduduk juga diikuti dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Berdasarkan Laporan dari Basis Data Lingkungan Hidup Kota Medan Tahun 2007 peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kota Medan dalam 7 (tujuh) tahun (tahun 2000 – 2006) adalah sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan di Kota Medan

Jenis Kendaraan Tahun

Mobil Penumpang

Mobil Gerobak

Bus Sepeda

Motor

Jumlah

2000 112.220 84.853 10.773 455.476 663.322 2001 120.271 88.932 11.042 493.896 714.141 2002 128.882 93.989 11.424 558.236 792.531 2003 138.179 99.464 11.815 657.460 906.918 2004 149.302 104.776 12.108 756.569 1.022.755 2005 164.314 112.001 12.406 883.406 1.172.127 2006 175.198 116.184 12.619 985.745 1.289.746

Sumber: Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan, 2007

Kegiatan transportasi mempunyai kontribusi terhadap polusi udara atmosfir. Setiap liter bahan bakar yang dibakar akan mengemisikan sekitar 100 gram Karbon Monoksida; 30 gram Oksida Nitrogen; 2,5 Kg Karbon Dioksida dan berbagai senyawa lainnya termasuk senyawa sulfur (Hickman, 1999).

Karbon monoksida (CO) merupakan suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu -1920C. Keberadaan gas ini sebagian besar merupakan hasil pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Buangan asap kendaraan bermotor juga merupakan salah satu penghasil gas CO terbesar di samping aktivitas industri (Wardhana, 2001).


(17)

Terhisapnya gas CO ke paru-paru akan menghalangi masuknya oksigen yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi karena CO mudah bereaksi dengan darah. Keracunan gas Karbon Monoksida dapat ditandai dari keadaan mula-mula terasa pusing, sakit kepala dan mual, kondisi lebih berat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, serangan jantung sampai kematian (Manik, 2007).

Dampak Sulfurdioksida terhadap kesehatan manusia dan hewan adalah terganggunya saluran pernapasan dan iritasi mata. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menimbulkan kematian. Konsentrasi SO2 sampai 38 ppm pernah terjadi

di Belgia mengakibatkan 60 orang tewas serta ratusan sapi dan ternak lainnya mati (Manik, 2007).

Nitrogen dioksida merupakan gas yang berwarna merah keabu-abuan dan yang terpenting dalam udara tercemar. Reaksi NO dengan oksigen akan meningkatkan NO2 (Wardhana, 2001).

Kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di daerah perkotaan dan menyumbang 70% emisi NOx, 52% emisi VOC dan 23% partikulat


(18)

Tabel 1.2. Sumber Pencemaran NOx di Udara

Sumber Pencemaran % Bagian % Total

Transportasi

- Mobil bensin - Mobil diesel

- Pesawat terbang (dapat diabaikan)

- Kereta api - Kapal laut

- Sepeda motor, dll

Pembakaran stasioner

- Batubara - Minyak

- Gas alam (termasuk LPG & kerosin)

- Kayu

Proses industri

Pembuangan limbah padat Lain – lain:

- Kebakaran hutan

- Pembakaran batubara sisa - Pembakaran limbah pertanian - Pembakaran lain-lain

32,0 2,9 0,0 1,9 1,0 1,5 19,4 4,8 23,3 1,0 5,8 1,0 1,5 0,0 39,3 48,5 1,0 2,9 8,3

T o t a l 100,0 100,0

Sumber: Wardhana, 2001

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kota Medan juga berpotensi semakin meningkatnya polusi udara dan gangguan penyakit pada warga. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan, penyakit ISPA menempati peringkat 1 (satu) dari 10 (sepuluh) penyakit terbesar yang ada di Puskesmas Kota Medan pada 5 (lima) tahun terakhir yaitu sejak tahun 2003 – 2007.

Perkembangan Kota Medan menuju Kota Metropolitan dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat, penurunan kualitas udara yang diakibatkan emisi kendaraan bermotor merupakan suatu masalah yang perlu ditangani


(19)

dengan melahirkan kebijakan-kebijakan untuk pengendalian kualitas udara namun pada sisi yang lain adalah suatu hal yang sulit untuk melakukan pengukuran langsung terhadap kendaraan bermotor yang sangat banyak jumlahnya sehingga mengestimasi emisi kendaraan bermotor melalui pendekatan faktor emisi sangat membantu untuk memprediksi besarnya beban pencemar udara ambien yang bersumber dari kendaraan bermotor, sehingga penelitian Estimasi emisi kendaraan bermotor di beberapa jalan di Kota Medan ini perlu dilaksanakan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:

1. Berapa besarnya konsentrasi emisi dari kendaraan bermotor?

2. Bagaimana persentase emisi yang dihasilkan oleh berbagai jenis kendaraan bermotor?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui konsentrasi emisi dari kendaraan bermotor di beberapa ruas jalan Kota Medan.

2. Mengetahui persentase emisi yang dihasilkan berbagai jenis kendaraan bermotor di beberapa ruas jalan Kota Medan.


(20)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan: sebagai bahan masukan dalam melakukan kajian ilmiah tentang pengendalian udara.

2. Manfaat bagi pemerintah: sebagai bahan masukan dalam pembuatan kebijakan dalam bidang transportasi.

3. Manfaat bagi masyarakat: sebagai masukan untuk mengetahui pengawasan terhadap perubahan kualitas udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Polutan Udara

Salah satu jenis pencemaran lingkungan adalah pencemaran udara. Secara umum penyebab pencemaran udara ada dua macam, yaitu yang terjadi secara alamiah, seperti debu yang diterbangkan oleh angin, debu akibat letusan gunung berapi, pembusukan sampah dan lain-lain. Faktor akibat perbuatan manusia yang pada umumnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu yang berasal dari sumber bergerak (kendaraan bermotor, kapal terbang, dll) dan sumber tidak bergerak yaitu kegiatan industri (Wardhana, 2001).

Menurut Mulia (2005) pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta benda, ekosistem, maupun iklim. Gangguan kesehatan sebagai akibat pencemaran udara terjadi pada saluran pernafasan dan organ penglihatan. Salah satu dampak kronis dari pencemaran udara adalah bronchitis dan

emphysema.

Pada konsentrasi yang berlebihan zat-zat pencemar dapat membahayakan kesehatan manusia atau hewan, menyebabkan kerusakan tanaman, atau material, serta gangguan lainnya seperti berkurangnya jarak pandang dan bau konsentrasi zat pencemar di udara bebas dipengaruhi beberapa faktor seperti volume bahan pencemar; karakteristik zat; iklim (terutama curah hujan, arah dan kecepatan angin) serta topografi (Manik, 2007).


(22)

Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan dengan bahan bakar solar dan tidak terlihat pada kendaraan berbahan bakar bensin. Emisi kendaraan bermotor berupa nitrogen, karbon dioksida dan uap air bukan merupakan gas yang berbahaya namun selain dari gas-gas tersebut ternyata emisi kendaraan bermotor mengandung karbon monoksida (CO), senyawa hidrokarbon (HC), berbagai oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx) dan partikulat debu termasuk timbal (Pb) (Hickman, 1999).

Senyawa karbon monoksida (CO) yang terbentuk dari emisi gas buang adalah akibat dari tidak sempurnanya sistem pembakaran pada mesin kendaraan bermotor. Untuk menurunkan kadar karbon monoksida pada gas buang biasanya dilakukan penggunaan katalis yang mengubah karbon monoksida menjadi karbon dioksida. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak (Sudrajad, 2005).

Pencemaran udara yang terjadi di Jakarta 60% adalah disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama dari Metromini (Sudrajad, 2005).

Menurut Sudrajad (2005) secara teoritis ada 3 (tiga) teori yang mengemukakan terbentuknya NOx, yaitu:

1. Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism). Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada ruang bakar (>1800 K).


(23)

Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx NO + NO2).

2. Prompt NOx

Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran. 3. Fuel NOx

NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.

Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Selain itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah atau smog kabut berawan coklat kemerahan yang menyelimuti beberapa kota besar dunia (Sudrajad, 2005).

Udara yang telah tercemar oleh gas Nitrogen Oksida tidak hanya berbahaya bagi manusia dan hewan tetapi juga bagi tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun, dan bila konsentrasi tinggi menyebabkan nekrosis atau kerusakan jaringan daun sehingga tidak dapat berfungsi sebagai tempat terbentuknya karbohidrat melalui fotosintesis (Wardhana, 2001).

Menurut Sudrajad (2005) emisi Sulfur Oksida terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain itu kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya emisi sulfur oksida. Struktur sulfur terbentuk


(24)

pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses pembakaran sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk dari reaksi:

S + O2 SO2

SO2 + ½ O2 SO3

Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang

berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun jika bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam (Sudrajad, 2005).

2.2. Akibat Pencemaran Udara

Menurut Whardana (2001) pencemaran udara ini berdampak sangat luas bagi kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Pencemaran udara menimbulkan dampak contohnya pemanasan global pada planet bumi yang mengakibatkan mencairnya es di daerah kutub. Udara yang tercemar dapat meningkatkan berbagai jenis penyakit seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas). Untuk jangka waktu yang panjang penurunan kualitas udara dapat menyebabkan kematian, penyakit kanker yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, asap kebakaran hutan dan emisi kegiatan industri maupun rumah tangga.

Akibat pencemaran udara dari kendaraan bermotor, saat ini tercatat, penyakit infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan penafasan lain selalu menduduki peringkat atas dari 10 penyakit terbanyak yang dilaporkan oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan puskesmas, klinik dan rumah sakit (Mulia, 2005).


(25)

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara, Pemerintah menetapkan Indeks Standar Pencemar Udara yang merupakan angka yang tidak mempunyai satuan untuk menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel 2.1. Indeks Standar Pencemar Udara

Kategori Rentang Penjelasan

Baik

0 – 50 Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi

kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan, ataupun estetika.

Sedang 51-100 Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia atau hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif, dan nilai estetika

Tidak sehat

101-199 Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

Sangat tidak sehat

200-299 Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

Berbahaya 300-lebih Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi. Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Thn 1997

Tabel 2.2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang

Pencemar Sumber Keterangan

Karbon

monoksida (CO)

Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri

Standar kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm)

Sulfur dioksida (S02)

Panas dan fasilitas pembangkit listrik

Standar kesehatan: 80 ug/m3 (0.03 ppm)

Nitrogen dioksida (N02)

Buangan kendaraan bermotor; panas dan fasilitas

Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05 ppm) selama 1 jam Sumber: Bapedal, 2002.


(26)

2.3. Emisi Kendaraan Bermotor

Inventarisasi emisi mempunyai berbagai tujuan yaitu untuk mengidentifikasi kecenderungan pola emisi tahunan; perbandingan emisi saat ini dengan baseline; memperkirakan konsentrasi polutan ambient dengan menggunakan air quality models (Frey, 1997).

Kendaraan bermotor yang digunakan sekarang ini adalah penyebab polusi. Kebanyakan dari kendaraan bermotor mengubah fosil menjadi energi mekanik dan 40% energi fosil diubah menjadi energi panas yang pada akhirnya memanaskan lingkungan (Torok, 2005).

Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber polusi udara yang utama di kawasan perkotaan. Emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh perilaku mengemudi dan kondisi lingkungan. Emisi kendaraan bermotor akan berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya dikarenakan adanya perbedaan atau variasi disain jalan serta kondisi lalu-lintas (Liu, et.al, 2006).

Polusi yang diakibatkan dari buangan kendaraan bermotor adalah exhaust gas dan hidrokarbon yang diakibatkan oleh penguapan bahan bakar. Kendaraan bermotor yang dijalankan di bawah temperatur normal akan boros pada pemakaian bahan bakar dan akan lebih banyak emisi yang dihasilkan dibandingkan bila mesin telah panas (Hickman, 1999).

Emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dapat terbagi dalam tiga kategori yaitu hot emission, start emission, dan evaporation emission (Hickman,


(27)

Hot Emission adalah emisi yang dihasilkan selama kendaraan beroperasi pada

kondisi normal; Start Emission merupakan emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan hanya pada saat kendaraan mulai berjalan, sedangkan Evaporation Emission dapat terjadi dalam berbagai cara misalnya saat pengisian bahan bakar, peningkatan temperatur harian dan lain sebagainya (Hickman, 1999).

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 butir 12 yang berisikan bahwa Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai peruntukannya, maka dapat dipastikan bahwa jika sesuatu zat, benda atau energi yang masuk ke dalam wahana lingkungan yang berakibat turunnya kualitas lingkungan maka kegiatan tersebut telah dikategorikan dengan pencemaran (UU No. 23 Tahun 1997).

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 emisi didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke udara ambient.

Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Bahan bakar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun solar sebenarnya memiliki kandungan gas buang yang tidak jauh berbeda komposisinya. Komposisi dari gas buang ini bergantung kepada kondisi mengemudi, jenis mesin, alat


(28)

pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang membuat pola emisi menjadi rumit (Hickman, 1999).

Estimasi Emisi kendaraan bermotor dilaksanakan dengan satu asumsi bahwa semua aktivitas kendaraan bermotor adalah sama terlepas dari adanya variasi lalu lintas dan cara mengemudi. Faktor emisi didasarkan kepada kecepatan rata-rata dan diasumsikan di daerah perkotaan (Nesamani, et.al, 2006).

Menurut Hickman (1999), beberapa metode dapat digunakan untuk menghitung emisi, yaitu: perhitungan yang didasarkan kepada kegiatan transportasi. Ini merupakan metode dasar atau suatu metode yang umum menghitung emisi yang bersumber dari kendaraan bermotor di jalan; perhitungan yang didasarkan kepada konsumsi energi, perhitungan yang didasarkan kepada neraca karbon; serta perhitungan yang dilakukan untuk polutan spesifik.

Faktor emisi adalah massa polutan (gram) yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor setiap kilometer yang dijalani (Department for Environment, Food, Rural

Affairs, 2007).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengestimasi besarnya polutan udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor di beberapa kota besar penelitian yang dilakukan di India oleh Sharma, et.al (2004) telah mengestimasi emisi sektor transportasi di lima kota besar India sebagaimana tabel di bawah ini.


(29)

Tabel 2.3. Estimasi Emisi (dalam Ribu Tons) dari 7 (Tujuh) Kota Besar di India pada Tahun 1997-1998

Nama Kota CO2 CO NO SO2 HC

Delhi 5460 386,8 1520 91,1 177,8

Mumbai 820 153,5 310 19,2 30,8

Kolkata 550 114,9 440 26,8 12,3

Chennai 240 99 230 13,5 63,6

Bangalore 220 92 250 14,8 69,1

Hyderabad 630 44,2 130 8,2 50,5

Ahmedabad 580 39,5 140 8,6 37,6

Sumber: Sharma, et.al, 2004.

Sharma, et.al (2004) melakukan penelitian ini dengan mengasumsikan bahwa pola berkendara yang sama serta semua kendaraan bermotor adalah baru dan menggunakan prinsip dasar pembakaran dalam mengestimasi emisi di kota-kota besar yang ada di India.

Penelitian yang dilakukan oleh Sharma, et.al (2004) ini memperlihatkan bahwa Kota Delhi paling banyak diemisikan polutan Karbon Monoksida dan ini merupakan kota dengan populasi total kendaraan bermotor yang paling besar diantara 7 (tujuh) kota yang dilakukan estimasi emisi yang bersumber dari kendaraan bermotor.

Penelitian yang dilakukan oleh Hoglund, et.al (1999) menyimpulkan bahwa hasil yang didapatkan pada suatu lokasi tertentu adalah sulit untuk menyamaratakannya sehingga kajian harus dilakukan untuk kasus khusus dengan bentuk jalan maupun simpangan jalan berbeda dikarenakan intensitas yang berbeda sepanjang waktu.


(30)

Penelitian yang dilakukan oleh Liu, et.al (2007) telah berhasil membandingkan emisi kendaraan bermotor di Beijing dan Shanghai di mana kondisi kedua kota berbeda dalam hal kebijakan transportasi dan didapat hasil sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel 2.4. Perbandingan Emisi Keseluruhan (perhari)

VKT (Km) CO (t) VOC (t) NOx(t) PM(t) CO2(t)

Beijing 109568844 2403 192 199 3 42753

Shanghai 50928200 1009 113 189 4 21037

Sumber: Liu, et.al, 2007.

Menurut Liu, et.al (2007) perbedaan emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor di kedua kota besar di China terjadi karena perbedaan kebijakan dalam bidang manajemen transportasi antar kedua kota tersebut.

Emisi kendaraan bermotor berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya disebabkan oleh perbedaan disain jalan maupun kondisi lalu lintas (Hung, et.al, 2006).

Emisi kendaraan bermotor di jalan disebabkan oleh tiga faktor yaitu volume total kendaraan bermotor; karakteristik kendaraan bermotor; kondisi umum lalu lintas saat itu (Zongan, et.al, 2005).

Menurut Zhongan, et.al (2005) formula dasar untuk mengestimasi emisi dengan memakai emisi faktor adalah sebagai berikut:

Emission (g) = emission factor (g/km) * Vehicle kilometers traveled (km)

Untuk ruas jalan arteri dengan panjang L, karakteristik lalu lintas dianggap tetap, maka intensitas emisi sumber garis dihitung dengan formula berikut:


(31)

n

i

p L Ni Fpi

E

1

* *

Di mana:

L = Panjang jalan yang diteliti

Ni = Jumlah kendaraan bermotor tipe i yang melintas ruas jalan (kendaraan/jam) Fpi= Faktor emisi kendaraan bermotor tipe i (g/Km)

I = Tipe kendaraan bermotor (1 –n)

Ep = Intensitas emisi dari suatu ruas (g/jam/km) P = Jenis polutan yang diestimasi

Penelitian yang dilakukan oleh Zongan, et.al (2005) di enam ruas jalan di kota Xi’an dilaksanakan dengan memakai formula mendapati besaran polutan CO dan

NO2 adalah sebagaimana tabel berikut ini.

Tabel 2.5. Emisi Kendaraan Bermotor di Enam Ruas Jalan Kota Xi‘an

Rata-rata Harian Lokasi

CO(mg/meter/detik) NO2(mg/meter/detik)

West 1st Ring Road 27,46 2,58

East 1st Ring Road 24,25 2,12

North 1st Ring Road 22,25 2,25

Hua Qing road 12,31 1,39

Zao Yuan Road 18,60 2,08

Zhang Ba Bei Road 14,21 1,44

Sumber: Zhongan, et.al, 2005.

Berdasarkan penelitian ini Zhongan, et.al (2005) menyimpulkan bahwa konsentrasi NOx akan meningkat sejalan dengan peningkatan emisi NOx dan polutan

NOx merupakan polutan yang menjadi perhatian utama polusi udara di Xi

’ an.

Emisi kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber utama polusi di Kota Xi’an dan didapatkan dari estimasi emisi yang dilakukan bahwa sumbangan polusi NOx danCO dari lalu lintas kota adalah 46,43% dan 51,64% (Zhongan, et.al, 2005).


(32)

BAB III METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Data lapangan didapatkan secara langsung di tiga ruas jalan yang menjadi objek penelitian, yaitu: Jalan Medan-Binjai di Km 7,5 sepanjang 200 meter; Jalan Medan-Tg Morawa Km 10 sepanjang 200 m; dan Jalan Medan-Tembung tepatnya di Jalan Letda Sudjono sekitar 150 meter dari akses masuk pintu toll Bandar Selamat sepanjang 200 meter, dilaksanakan masing-masing pada tanggal 5, 6, dan 17 Mei 2008 dilokasi Medan-Binjai dan Medan-Tg Morawa sementara di Medan-Tembung dilaksanakan pada 19, 20 dan 24 Mei 2008.

Pemilihan panjang jalan 200 meter dimaksudkan agar kendaraan yang melintas masih dapat terlihat oleh petugas pengamat.

Pemilihan lokasi di ketiga ruas jalan didasarkan pertimbangan bahwa jalan Medan-Binjai untuk mengantisipasi kendaraan bermotor yang berasal dari Aceh, Langkat maupun Binjai; ruas Jalan Medan-Tg Morawa mengantisipasi kendaraan dari arah Tg Morawa yang masuk Kota Medan demikian pula di Medan-Tembung untuk kendaraan bermotor yang datang dari Tg Morawa melalui toll dan dari kawasan Tembung.

Ruas Jalan Medan-Binjai, Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung yang menjadi lokasi penelitian adalah sebagaimana pada Gambar 3.1 berikut ini.


(33)

Gambar 3.1. Peta Lokasi Pengamatan Lapangan

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan survei lapangan untuk menghitung jumlah dan jenis kendaraan bermotor yang melalui jalanan yang menjadi objek penelitian, dan faktor emisi didapat dari literatur.

3.2.1. Survei lapangan

Pengambilan data berupa jenis dan jumlah kendaraan yang melintas di ruas jalan yang menjadi target penelitian dilaksanakan secara langsung di lapangan dengan menempatkan beberapa orang petugas sampling di lokasi yang saling berlawanan.

Pemilihan panjang jalan yang menjadi target kajian adalah merupakan suatu ruas jalan dengan kondisi bagus dan lurus yang tidak ada belokan. Hal ini diambil untuk mendapatkan kecepatan rata-rata kendaraan yang konstan dan kendaraan tidak mendapatkan hambatan samping seperti adanya pemberhentian kendaraan (parkir) ataupun adanya pedagang kaki lima yang menyebabkan adanya pengurangan kecepatan oleh pengemudi kendaraan.


(34)

Data jumlah dan jenis kendaraan yang melalui ruas jalan di ketiga lokasi yang menjadi objek penelitian dilakukan secara langsung selama 3 hari (Senin, Selasa, dan Sabtu) dengan asumsi bahwa Senin dan Selasa mewakili hari sibuk sementara Sabtu adalah hari libur.

Pengambilan data primer berupa jumlah dan jenis kendaraan bermotor yang melintas di ketiga ruas jalan yang menjadi objek penelitian adalah dengan menempatkan posisi pengamat pada inlet dan outlet dengan jarak 200 m dengan rentang waktu selama 12 jam yang dimulai pada pukul 06.00 hingga pukul 18.00 WIB. Kebutuhan waktu ini dibagi setiap 15 menit, hal ini diperlukan agar data lalu lintas yang didapatkan lebih akurat.

Penghitungan kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas dilakukan dengan menggunakan stop watch dan dilakukan secara acak terhadap setiap kendaraan yang melintas sehingga didapatkan rata-rata kecepatan kendaraan yang melintas di area penelitian.

3.2.2. Bahan dan alat

Dalam pelaksanaan penelitian ini alat dan bahan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

a. Stop watch.

b. Counter. c. Kain berwarna. d. Alat Tulis.


(35)

3.2.3. Persamaan yang digunakan

n

i

p L Ni Fpi

E

1

* *

Di mana:

L = Panjang jalan yang diteliti

Ni = Jumlah kendaraan bermotor tipe i yang melintas ruas jalan (kendaraan/jam) Fpi= Faktor emisi kendaraan bermotor tipe i (g/Km)

i = Tipe kendaraan bermotor (1 –n)

Ep = Intensitas emisi dari suatu ruas (g/jam/km) P = Jenis polutan yang diestimasi


(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Total Jumlah Kendaraan Bermotor

Hasil pengamatan yang dilakukan di ruas Jalan Medan-Binjai sepanjang 200 meter didapat data kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas berkisar antara 30-40 Km/jam, serta jenis dan jumlah kendaraan yang melintas sebagaimana tersaji pada Lampiran 1.

Selanjutnya pengamatan terhadap kendaraan bermotor diruas Jalan Medan- Tg Morawa didapat rata-rata kecepatan kendaraan berkisar 35-45 Km/jam, dan jenis serta jumlah kendaraan yang melintas sebagaimana pada Lampiran 2.

Pengamatan yang dilakukan di ruas Jalan Medan-Tembung sepanjang 200 meter, rata-rata kecepatan kendaraan bermotor 30-40 Km/jam dengan jenis dan jumlah kendaraan yang melintas sebagaimana tersaji pada Lampiran 3.

Bila diasumsikan bahwa kondisi lalu lintas di ruas Jalan Medan-Tembung pada tanggal 5, 6 dan 17 Mei 2008 adalah sama seperti pada pengamatan tanggal 19, 20 dan 24 Mei 2008 maka data total jumlah kendaraan di ketiga lokasi penelitian adalah sebagaimana Gambar 4.1 di bawah ini.


(37)

0 20000 40000 60000 80000 100000 Ju m la h K e n d ar a a n (U n it )

5 Mei 6 Mei 17 Mei

Tanggal Pengamatan

Medan - Binjai Medan - Tg. Morawa Medan - Tembung

Dari gambar di atas terlihat bahwa total jumlah kendaraan yang paling banyak melintas pada saat dilakukan pengamatan lapangan adalah di ruas Jalan Medan- Binjai yaitu sebanyak 55089 unit. Hal ini disebabkan ruas Jalan Medan-Binjai merupakan jalan masuk kendaraan yang datang dari Provinsi Aceh, Kabupaten Langkat maupun Kota Binjai yang akan masuk Kota Medan maupun akses kendaraan yang akan menuju Belawan.

Hasil pengamatan lapangan juga terlihat bahwa jumlah kendaraan terbanyak melintas di ruas Jalan Medan-Binjai dan Medan-Tembung adalah pada hari Selasa. Hal ini disebabkan pada hari Selasa kondisi lalu lintas sudah berjalan normal sementara hari Senin angkutan barang dan masyarakat yang bepergian masih belum banyak. Ruas Jalan Medan-Tg Morawa disebabkan akses jalan yang dilakukan pengamatan sebahagian besar dipergunakan oleh para pekerja yang menggunakan sepeda motor maupun angkutan penumpang, sementara pada hari Sabtu kembali terjadi lonjakan volume kendaraan sebanyak 43041 unit dikarenakan hari libur bagi

Gambar 4.1. Grafik Total Kendaraan di Ruas Jalan Medan-Binjai, Medan- Tg Morawa dan Medan-Tembung


(38)

sebagian besar pegawai Pemerintah dan banyak masyarakat yang bepergian baik dengan sepeda motor maupun dengan angkutan kota.

Total jumlah kendaraan bermotor yang melintas di ruas Jalan Medan- Tembung paling banyak pada hari Selasa yaitu sebanyak 43931 unit. Hal ini juga dikarenakan pada hari Selasa situasi lalu lintas telah berjalan normal, dan pada hari Sabtu kembali arus lalu lintas dari Tembung menuju Medan maupun keluar kota melalui jalur tol melintas di ruas jalan yang menjadi pengamatan penulis sehingga hari Sabtu arus lalu lintas sebanyak 42031 unit lebih padat daripada hari Senin yaitu hanya 41786 unit meskipun tidak sepadat hari Selasa.

Persentase jenis kendaraan yang melalui ketiga ruas jalan adalah sebagaimana tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Prosentase Rata-rata Jenis Kendaraan di Ruas Jalan Medan-Binjai, Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung

Jenis Kendaraan

Sepeda Motor Mobil Bus/Truk

Lokasi Tanggal

Pengamatan 4 tak (%) 2 tak (%) Premiu m (%) Diesel (%) Mini bus (%) Bus (%) Truk (%)

5 Mei 2008 52,51 2,28 6,41 11,77 16,58 0,4 10,05

6 Mei 2008 54,36 1,87 6,08 11,79 17,49 0,26 8,14

A*

17 Mei 2008 50,76 1,62 17,89 1,42 17,56 0,48 10,27

5 Mei 2008 60,74 6,72 7,61 4,86 13,01 1,07 5,99

6 Mei 2008 60,75 7,02 6,28 6,66 13,3 0,74 5,25

B**

17 Mei 2008 62,83 5,74 3,78 7,91 14,2 0,55 4,99

19 Mei 2008 70,43 2,87 5,26 0,60 14,46 0,07 6,31

20 Mei 2008 70,41 2,96 4,52 0,77 13,82 0,08 7,44

C***

24 Mei 2008 72,12 2,81 5,09 0,37 13,54 0,09 5,98

Keterangan:

* : Ruas Jalan Medan Binjai ** : Ruas Jalan Medan-Tg Morawa *** : Ruas Jalan Medan-Tembung


(39)

Dari tabel persentase jenis kendaraan di atas dapat dilihat bahwa di ruas Jalan Medan-Binjai total sepeda motor mencapai 52,38% pada hari Sabtu, dan terbesar pada hari Selasa yaitu sekitar 56% dari total kendaraan yang melintas, demikian pula untuk ruas Jalan Tg Morawa sekitar 67% sementara di ruas Jalan Medan-Tembung 74% pada hari Sabtu. Hal ini bisa dijelaskan karena hari Sabtu merupakan hari libur sehingga banyak keluarga yang menggunakan sepeda motor untuk bepergian.

Bila kita melihat persentase jenis kendaraan bermotor yang melintas di ketiga ruas jalan tersebut, perlu dilakukan pembatasan jumlah kendaraan roda dua yang melintas dengan menganjurkan warga untuk memakai angkutan publik yang dapat memuat penumpang lebih banyak namun disisi lain juga harus disikapi Pemerintah dengan memperbanyak jalur kendaraan angkutan umum serta ongkos angkot yang lebih murah sehingga masyarakat akan beralih memakai angkutan kota yang dapat mengurangi volume kendaraan di jalan raya pada saat yang bersamaan.

4.2. Total Polutan Karbon Monoksida

Selanjutnya dari perhitungan estimasi emisi yang dilakukan didapat hasil berupa besaran polutan CO yang diestimasi dilepaskan pada saat dilakukan pengamatan sepanjang 200 meter di ruas Jalan Medan-Binjai; Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung adalah sebagaimana tersaji pada Gambar 2.2.


(40)

0 0.05 0.1 0.15

E

m

is

i

C

O

(T

o

n

)

5 Mei 6 Mei 17 Mei Tanggal Pengamatan

Medan - Binjai Medan - Tg. Morawa Medan - Tembung

Dari gambar di atas terlihat bahwa emisi CO terbesar adalah di ruas Jalan Medan-Binjai pada hari Sabtu sebesar 0,146 ton lalu hari Selasa sebanyak 0,12 ton dan hari Senin sebesar 0,116 ton.

Berdasarkan total kendaraan bermotor yang melewati ruas jalan yang diteliti hari Sabtu merupakan yang terkecil secara kuantitas namun bila dilihat dari jenis kendaraan mobil penumpang berbahan bakar premium lebih banyak dari hari Selasa maupun hari Senin.

Faktor emisi untuk mobil berbahan bakar premium adalah 19,3 gram/Km jauh di atas faktor emisi untuk sepeda motor yang hanya 9,4 gram/Km. Pada hari Sabtu jumlah mobil penumpang berbahan bakar premium adalah sebanyak 16893, hari Senin sebanyak 12319 dan hari Selasa sebanyak 12986 sehingga polutan Karbon Monoksida yang diemisikan juga jauh lebih besar bila dibandingkan dengan hari Senin dan Selasa.

Gambar 4.2. Grafik Total Emisi CO di Ruas Jalan Medan-Binjai, Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung


(41)

Ruas Jalan Medan-Tg Morawa terlihat bahwa kuantitas terbesar kendaraan yang melintas pada hari Sabtu sebanyak 43041 kendaraan diikuti hari Senin 41801 serta hari Selasa sebanyak 40664.

Emisi Karbon Monoksida yang kuantitas terbesar pada hari Senin yaitu 0,105 ton CO diikuti hari Selasa sebesar 0,096 ton serta hari Sabtu 0,094 ton. Hal ini terjadi karena kuantitas kendaraan mobil penumpang berbahan bakar premium lebih banyak melintas pada hari Senin yaitu sebesar 8622 kendaraan sementara pada hari Selasa sebesar 8126 dan hari Sabtu hanya 7736 kendaraan.

Polutan Karbon Monoksida rata-rata diemisikan sebesar 0,056 ton mulai pukul 06.00-12.00 Wib diruas Jalan Medan-Binjai dan nilai ini sedikit lebih besar dibanding pada pukul 12.00-18.00 Wib sebesar 0,053 ton. Hal ini disebabkan karena jumlah mobil penumpang di pagi hari lebih banyak daripada di sore hari.

Di ruas Jalan Medan-Tg Morawa polutan Karbon Monoksida yang diemisikan pada pagi hari sebesar 0,045 ton dan 0,042 ton di sore hari, dan diruas Jalan Medan-Tembung 0,05 di pagi hari.

Dari Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa prosentase jenis kendaraan penumpang berbahan bakar premium di ruas Jalan Medan-Tg Morawa pada hari Senin sebesar 20,62%; hari Selasa 19,58% dan hari Sabtu 17,98% sehingga kuantitas emisi Karbon Monoksida yang teremisikan juga lebih besar pada hari Senin.

Kuantitas kendaraan yang terbanyak melintas di ruas Jalan Medan-Tembung adalah hari Selasa sebanyak 43931 kendaraan diikuti hari Sabtu 42031 dan hari Senin sebanyak 41786. Prosentase jenis mobil penumpang berbahan bakar premium pada


(42)

hari Senin 19,72 %, hari Selasa 18,34 % dan hari Sabtu 18,63 %. Prosentase mobil penumpang berbahan bakar premium tidak begitu berbeda jauh di ketiga hari pelaksanaan penelitian demikian pula prosentase untuk sepeda motor tidak mengalami perbedaan yang cukup signifikan yaitu hari senin 73,30 %, lalu hari Selasa sebesar 73,37 % dan hari Sabtu 74,93 % sehingga emisi Karbon Monoksida terbesar diemisikan pada hari Selasa sebesar 0,092 ton, lalu hari Sabtu sebesar 0,091 ton dan hari Senin sebanyak 0,09 ton.

Dari tabel di bawah ini didapat persentase emisi berdasarkan jenis kendaraan yang melintas diperoleh bahwa yang paling besar persentase emisi diketiga ruas jalan adalah untuk jenis sepeda motor 4 tak, diikuti oleh kendaraan mini bus serta mobil pribadi berbahan bakar premium.

Tabel 4.2. Prosentase Emisi CO Berdasarkan Jenis Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Binjai; Tg Morawa dan Medan-Tembung

Jenis Kendaraan

Sepeda Motor Mobil Bus/Truk

Lokasi Tanggal

Pengamatan 4 tak

(%) 2 tak (%) Premium (%) Diese l (%) Mini bus (%) Bus (%) Truk (%)

5 Mei 2008 47,83 2,07 12,45 0,76 32,24 0,18 4,47 6 Mei 2008 48,76 1,68 11,64 0,75 33,49 0,11 3,57 A*

17 Mei 2008 38,13 1,17 28,63 0,07 28,09 0,16 3,75 5 Mei 2008 52,69 5,83 14,10 0,30 24,10 0,45 2,54 6 Mei 2008 54,6 5,99 11,81 0,42 24,60 0,35 2,23 B**

17 Mei 2008 57,01 5,21 7,31 0,51 27,50 0,24 2,22 19 Mei 2008 59,40 2,42 9,48 0,04 26,04 0,03 2,60 20 Mei 2008 60,57 2,55 8,31 0,05 25,37 0,03 3,13 C***

24 Mei 2008 61,28 2,39 9,23 0,02 24,56 0,04 2,48 Keterangan:

* : Ruas Jalan Medan Binjai ** : Ruas Jalan Medan-Tg Morawa *** : Ruas Jalan Medan-Tembung


(43)

4.3. Total Polutan Nitrogen Oksida

Berdasarkan estimasi emisi yang telah dilakukan didapat data total emisi Nitrogen Oksida di ruas jalan Binjai; Tg Morawa dan Medan-Tembung adalah sebagaimana Gambar 4.3 di bawah ini.

0 0.005 0.01 0.015

E

m

is

i N

Ox

(

T

o

n

)

5 Mei 6 Mei 17 Mei

Tanggal Pengamatan

Medan - Binjai Medan - Tg. Morawa Medan - Tembung

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa emisi Nitrogen Oksida di ruas Jalan Medan-Binjai adalah 0,014 ton sementara di ruas Jalan Medan-Tg Morawa 0,009 ton pada hari Senin dan Selasa serta di ruas Jalan Medan-Tembung 0,01 ton.

Prosentase emisi NOx berdasarkan jenis kendaraan bermotor di ruas Jalan

Medan-Binjai; Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung adalah sebagaimana tabel di bawah ini.

Gambar 4.3. Total Emisi NOx di Ruas Jalan Medan-Binjai, Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung


(44)

Tabel 4.3. Prosentase Emisi NOx Berdasarkan Jenis Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Binjai; Tg Morawa dan Medan-Tembung

Jenis Kendaraan

Sepeda Motor Mobil Bus/Truk

Lokasi Tanggal

Pengamatan 4 tak

(%) 2 tak (%) Premium (%) Diesel (%) Mini bus (%) Bus (%) Truk (%)

5 Mei 2008 16,19 0,70 7,29 6,66 18,87 1,90 48,41

6 Mei 2008 18,36 0,63 7,58 7,30 21,81 1,36 42,96

A*

17 Mei 2008 14,44 0,44 18,74 0,71 18,38 1,88 45,41

5 Mei 2008 23,11 2,56 10,69 3,39 18,28 6,33 35,64

6 Mei 2008 25,15 2,76 9,40 5,01 19,60 5,18 32,90

B**

17 Mei 2008 26,62 2,44 5,90 6,14 22,20 3,63 33,07

19 Mei 2008 28,51 1,16 7,87 0,45 21,61 0,47 39,93

20 Mei 2008 27,08 1,14 6,42 0,54 19,62 0,48 44,72

C***

24 Mei 2008 30,14 1,18 7,85 0,28 20,89 0,61 39,05

Keterangan :

* : Ruas Jalan Medan Binjai ** : Ruas Jalan Medan-Tg Morawa *** : Ruas Jalan Medan-Tembung

Jenis kendaraan truk sebagai sumber utama emisi polutan NOx di ketiga ruas

jalan yang dilakukan penelitian. Bila kita hubungkan prosentase jumlah kendaraan di ruas Jalan Medan-Binjai, kendaraan truk hanya 9% dari total kendaraan yang melintas dari jalan ruas Jalan Medan-Binjai namun prosentase emisi mencapai 45% dari total polutan NOx yang diemisikan di ruas jalan tersebut.

Kondisi di atas dapat dijelaskan karena faktor emisi untuk kendaraan truk adalah 6,69 gram/Km jauh di atas faktor emisi untuk mobil penumpang yang hanya 1,58 gram/Km, sepeda motor hanya 0,428 gram/Km.


(45)

4.4. Total Polutan Sulfur Dioksida

Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan didapat besaran polutan SO2 yang

diemisikan di ruas Jalan Medan-Binjai; Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung adalah sebagaimana gambar di bawah ini.

0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001 E m is i S O 2 (T o n )

5 Mei 6 Mei 17 Mei

Tanggal Pengamatan Medan - Binjai

Medan - Tg. Morawa Medan - Tembung

Dari gambar di atas didapat besar polutan SO2 di ruas Jalan Medan-Binjai

rata-rata 0,001 ton, di ruas Jalan Medan-Tg.Morawa rata-rata 0,0007 ton dan di ruas Jalan Medan-Tembung 0,0004 ton.

Ruas Jalan Medan-Binjai relatif lebih banyak dilalui truk yaitu rata-rata sebanyak 4918 unit dibandingkan dengan ruas jalan Medan-Tembung maupun Medan-Tg Morawa sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap polutan SO2 yang

diemisikan di ruas Jalan Medan-Binjai.

Ruas Jalan Medan-Tg Morawa merupakan ruas jalan yang paling sedikit dilintasi oleh truk dibandingkan dengan dua ruas jalan lainnya. Hal ini dikarenakan kebanyakan truk melintasi jalur tol menuju Tg Morawa sehingga tidak melintas di ruas jalan yang dilakukan penelitian.

Gambar 4.4. Total Emisi SO2 di Ruas Jalan Medan-Binjai, Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung


(46)

Ruas Jalan Medan-Tembung relatif lebih banyak dilintasi oleh truk yaitu rata-rata sebanyak 2806 unit dibandingkan di ruas Jalan Medan-Tg Morawa rata-rata-rata-rata sebanyak 2277 unit. Hal ini mempengaruhi besar polutan SO2 yang diemisikan di ruas

Jalan Medan-Tembung lebih banyak dibandingkan dengan ruas Jalan Medan-Tg Morawa.

Selanjutnya prosentase besaran polutan SO2 yang diemisikan di ruas Jalan

Medan-Binjai; Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung berdasarkan jenis kendaraan bermotor yang melintas adalah sebagaimana pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4. Prosentase Emisi SO2 Berdasarkan Jenis Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Binjai; Tg Morawa dan Medan-Tembung

Jenis Kendaraan

Sepeda Motor Mobil Bus/Truk

Lokasi Tanggal

Pengamatan 4 tak

(%) 2 tak (%) Premium (%) Diesel (%) Mini bus (%) Bus (%) Truk (%)

5 Mei 2008 7,21 0,31 1,81 26,18 4,68 2,26 57,55

6 Mei 2008 8,42 0,29 1,94 29,56 5,57 1,66 52,56

A*

17 Mei 2008 8,59 0,26 6,22 3,71 6,10 2,99 72,13

5 Mei 2008 12,58 1,38 3,24 16,30 5,54 9,20 51,76

6 Mei 2008 13,25 1,44 2,75 23,30 5,74 7,28 46,24

B**

17 Mei 2008 13,52 1,24 1,67 27,54 6,29 4,92 44,82

19 Mei 2008 18,07 0,73 2,76 2,50 7,61 0,78 67,55

20 Mei 2008 16,11 0,68 2,14 2,83 6,51 0,76 70,97

C***

24 Mei 2008 19,37 0,76 2,81 1,59 7,48 1,04 66,95

Keterangan:

* : Ruas Jalan Medan Binjai ** : Ruas Jalan Medan-Tg Morawa *** : Ruas Jalan Medan-Tembung

Tabel di atas memperlihatkan dengan jelas prosentase sumber polutan SO2

yang diemisikan di ruas Jalan Binjai; Tg Morawa dan Medan-Tembung bersumber dari truk yaitu rata-rata 61% di ruas Jalan Medan-Binjai; 48% di ruas Jalan Medan-Tg Morawa; serta 69% di ruas Jalan Medan-Tembung dari total


(47)

polutan SO2 yang diemisikan dari kendaraan bermotor di masing-masing ruas jalan

tersebut.

Polutan SO2 yang diemisikan dari kendaraan bermotor dipengaruhi oleh

kondisi bahan bakar yang dipergunakan. Minyak diesel sebagai bahan bakar truk dan mobil penumpang berbahan bakar diesel sebagai penyumbang emisi terbesar di ketiga ruas jalan tersebut.

Bila diasumsikan bahwa total jumlah kendaraan yang melintas di ketiga lokasi penelitian setiap harinya merupakan jumlah rata-rata kendaraan yang melintas di ketiga hari pengamatan, maka didapat data total polutan yang diemisikan dalam setahun di lokasi penelitian sepanjang 200 meter sebagaimana tersaji pada Gambar 4.5. 0 10 20 30 40 50 E st im as i E m is i ( T o n )

CO Nox SO2

Polutan Udara Medan - Binjai

Medan - Tg. Morawa Medan - Tembung

Dari gambar di atas terlihat bahwa emisi yang bersumber dari kendaraan bermotor secara kuantitas paling besar di ruas Jalan Medan-Binjai yaitu 41 ton untuk

Gambar 4.5. Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Medan-Binjai; Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung Pertahun (Ton/Thn)


(48)

Karbon Monoksida; 5,3 ton Nitrogen Oksida serta 0,44 ton Sulfur Dioksida pertahun. Ruas Jalan Medan-Tembung besaran polutan yang diemisikan sebesar 32 ton untuk Karbon Monoksida; 3,3 ton Nitrogen Oksida, 0,3 ton polutan Sulfur Dioksida pertahun. Medan-Tembung untuk Karbon Monoksida 33 ton; 3,3 ton Nitrogen Oksida dan 0,2 ton Sulfur Dioksida.

Dari gambar terlihat besar polutan Sulfur Dioksida yang diemisikan di ruas Jalan Medan-Tembung lebih kecil dibandingkan dengan ruas Jalan Medan-Tg Morawa meskipun rata-rata kendaraan yang melintas di ruas Jalan Medan-Tg Morawa sebanyak 41837 unit, Medan-Tembung sebanyak 42584 unit namun di ruas Jalan Medan-Tembung kuantitas mobil diesel sebanyak 247 unit dan ini lebih sedikit dibandingkan di ruas Medan-Tg Morawa sebanyak 2722 unit sehingga hal ini mengakibatkan polutan Sulfur Dioksida yang diemisikan di ruas Jalan Medan-Tg Morawa lebih besar dibandingkan di ruas Jalan Medan-Tembung.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor di Beberapa Ruas Jalan Kota Medan, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Emisi tahunan polutan Karbon Monoksida di ruas Jalan Medan-Binjai Km 7 sepanjang 200 meter sebesar 41 ton, Nitrogen Oksida 5,3 ton serta Sulfur Dioksida 0,4 ton, dan merupakan ruas jalan yang paling besar emisinya dibandingkan ruas Jalan Medan-Tg Morawa Km 10 yang besarnya Karbon Monoksida sebesar 32 ton, Nitrogen Oksida 3,3 ton, Sulfur Dioksida 0,3 ton dan Medan-Tembung di Jalan Letda Sudjono sekitar 150 meter akses masuk jalan Toll Bandar Selamat untuk Karbon Monoksida 33 ton, Nitrogen Oksida 3,3 ton, Sulfur Dioksida sebesar 0,2 ton.

2. Prosentase estimasi emisi CO yang terbesar dari sepeda motor sedangkan untuk polutan SO2 dan NOx dari kendaraan truk di ruas Jalan Medan-Binjai; Medan-Tg

Morawa dan Medan-Tembung.

5.2. Saran

Setelah dilakukan penelitian Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Kota Medan ini, Peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:


(50)

1. Perlu dilakukan suatu upaya untuk mengurangi kuantitas sepeda motor dan sebaiknya digantikan dengan kendaraan yang memuat penumpang lebih banyak terangkut sehingga pemakaian sepeda motor berkuran.

2. Perlu dilakukan pembedaan waktu jam masuk dan jam pulang bagi Pegawai Pemerintah dengan Pegawai Swasta serta jam masuk dan keluar anak sekolah sehingga kepadatan lalu lintas dapat dikurangi sekaligus polutan udara yang diemisikan juga akan berkurang kuantitasnya pada waktu yang bersamaan.

3. Perlu diberlakukan pemeriksaan efisiensi proses pembakaran kendaraan bermotor secara berkala sebagai upaya pencegahan emisi yang lebih besar.

4. Perlu dilakukan upaya pengurangan kandungan sulfur pada bahan bakar.

5. Keterbatasan data faktor emisi merupakan suatu kelemahan dari penelitian ini sehingga peneliti menyarankan dilakukan penelitian untuk mendapatkan faktor emisi dari setiap jenis kendaraan yang melintas di Kota Medan.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2002, Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, medan.

Department for Environment, Food, Rural Affairs, 2007, Passenger Transport Emission Factor, Methodology Paper.

Department of Environment & Conservation (NSW), 2005, Clean Car for NSW, ISBN 1 74137 107 4.

Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan – Sumatera Utara, Basis Data Lingkungan Hidup Daerah Kota

Medan Tahun 2007, Medan.

Dinas Kesehatan Kota Medan, Laporan SP2TP Puskesmas Kota Medan, 2007, Subdis Pelayanan Kota Medan Dinas Kesehatan Kota Medan.

Environment Australia, 2000, Emission Estimation Technique Manual for

Aggregated Emission from Motor Vehicles, National Pollutant Inventory, version 1.0, hal. 11-25.

Frey Christoper H, 1997, Variability and Uncertainty in Highway Vehicle

Emission Factor, Departement of Civil Engineering, North Carolina State

University.

Hickman A J, 1999, Methodology for Calculating Transport Emissions and

Energy Consumption, Transport Research Laboratory.

Huan Liu, He Kebin, Wang Qidong, Huo Hong, Lents James, Davis, Nikkila, Chen, Osses and He Chunyu, 2007, Comparison of Vehicle Activity and Emission Inventory between Beijing and Shanghai, Journal of Air & Waste

Management Association, Vol. 57.

Kementerian Menteri Lingkungan Hidup RI, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

Kementerian Menteri Lingkungan Hidup RI, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.


(52)

Liu, H., He, K., Wang, G., Huo, H., Lents, J., Davis, N., Chen, Ch., Osses, M., and He, Ch., 2007, Comparison of Vehicle Activity and Emission Inventory Between Beijing and Shanghai, Journal of Air & Waste Management

Association, Vol 57 hal. 1176.

Manik, 2007, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Edisi Revisi, Penerbit Djambatan.

Mulia M R, 2005, Kesehatan Lingkungan, Edisi Revisi, Penerbit Graha Ilmu.

Nasamani, K.S., Chu, L., McNally, M.G., and Jayakrishnan, R,. 2006, Estimation of

Vehicular Emissions by Capturing Traffic Variations, TRB Annual Meeting,

Paper No.06-1629.

Sharma C, Mittal L, Iyer V, and Deshpande Y, 2004, Estimation of Pollutants

from Transport Sector in Indian Mega-Cities.

Sudrajad, 2005, Pencemaran Udara; Inovasi Online Edisi, Vol.5/XVII/November.

Torok, A., 2005, Estimation method for emission of road transport, Department of

Transport Economics, Budapest University of Technology and Economics H-1111 Budapest, Bertalan L. u. 2., Hungary.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Wardhana, Arya Wisnu, 2001, Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Zhongan, Slanina, Spaargaren and Yuanhang, 2005, Traffic and Urban Air Pollution,


(1)

polutan SO2 yang diemisikan dari kendaraan bermotor di masing-masing ruas jalan

tersebut.

Polutan SO2 yang diemisikan dari kendaraan bermotor dipengaruhi oleh

kondisi bahan bakar yang dipergunakan. Minyak diesel sebagai bahan bakar truk dan mobil penumpang berbahan bakar diesel sebagai penyumbang emisi terbesar di ketiga ruas jalan tersebut.

Bila diasumsikan bahwa total jumlah kendaraan yang melintas di ketiga lokasi penelitian setiap harinya merupakan jumlah rata-rata kendaraan yang melintas di ketiga hari pengamatan, maka didapat data total polutan yang diemisikan dalam setahun di lokasi penelitian sepanjang 200 meter sebagaimana tersaji pada Gambar 4.5. 0 10 20 30 40 50 E st im as i E m is i ( T o n )

CO Nox SO2

Polutan Udara Medan - Binjai

Medan - Tg. Morawa Medan - Tembung

Dari gambar di atas terlihat bahwa emisi yang bersumber dari kendaraan bermotor secara kuantitas paling besar di ruas Jalan Medan-Binjai yaitu 41 ton untuk

Gambar 4.5. Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Medan-Binjai; Medan-Tg Morawa dan Medan-Tembung Pertahun (Ton/Thn)

Abner Tarigan : Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor Di Beberapa Ruas Jalan Kota Medan, 2009 USU Repository © 2008


(2)

Karbon Monoksida; 5,3 ton Nitrogen Oksida serta 0,44 ton Sulfur Dioksida pertahun. Ruas Jalan Medan-Tembung besaran polutan yang diemisikan sebesar 32 ton untuk Karbon Monoksida; 3,3 ton Nitrogen Oksida, 0,3 ton polutan Sulfur Dioksida pertahun. Medan-Tembung untuk Karbon Monoksida 33 ton; 3,3 ton Nitrogen Oksida dan 0,2 ton Sulfur Dioksida.

Dari gambar terlihat besar polutan Sulfur Dioksida yang diemisikan di ruas Jalan Medan-Tembung lebih kecil dibandingkan dengan ruas Jalan Medan-Tg Morawa meskipun rata-rata kendaraan yang melintas di ruas Jalan Medan-Tg Morawa sebanyak 41837 unit, Medan-Tembung sebanyak 42584 unit namun di ruas Jalan Medan-Tembung kuantitas mobil diesel sebanyak 247 unit dan ini lebih sedikit dibandingkan di ruas Medan-Tg Morawa sebanyak 2722 unit sehingga hal ini mengakibatkan polutan Sulfur Dioksida yang diemisikan di ruas Jalan Medan-Tg Morawa lebih besar dibandingkan di ruas Jalan Medan-Tembung.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor di Beberapa Ruas Jalan Kota Medan, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Emisi tahunan polutan Karbon Monoksida di ruas Jalan Medan-Binjai Km 7 sepanjang 200 meter sebesar 41 ton, Nitrogen Oksida 5,3 ton serta Sulfur Dioksida 0,4 ton, dan merupakan ruas jalan yang paling besar emisinya dibandingkan ruas Jalan Medan-Tg Morawa Km 10 yang besarnya Karbon Monoksida sebesar 32 ton, Nitrogen Oksida 3,3 ton, Sulfur Dioksida 0,3 ton dan Medan-Tembung di Jalan Letda Sudjono sekitar 150 meter akses masuk jalan Toll Bandar Selamat untuk Karbon Monoksida 33 ton, Nitrogen Oksida 3,3 ton, Sulfur Dioksida sebesar 0,2 ton.

2. Prosentase estimasi emisi CO yang terbesar dari sepeda motor sedangkan untuk polutan SO2 dan NOx dari kendaraan truk di ruas Jalan Medan-Binjai; Medan-Tg

Morawa dan Medan-Tembung.

5.2. Saran

Setelah dilakukan penelitian Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Kota Medan ini, Peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

Abner Tarigan : Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor Di Beberapa Ruas Jalan Kota Medan, 2009 USU Repository © 2008


(4)

1. Perlu dilakukan suatu upaya untuk mengurangi kuantitas sepeda motor dan sebaiknya digantikan dengan kendaraan yang memuat penumpang lebih banyak terangkut sehingga pemakaian sepeda motor berkuran.

2. Perlu dilakukan pembedaan waktu jam masuk dan jam pulang bagi Pegawai Pemerintah dengan Pegawai Swasta serta jam masuk dan keluar anak sekolah sehingga kepadatan lalu lintas dapat dikurangi sekaligus polutan udara yang diemisikan juga akan berkurang kuantitasnya pada waktu yang bersamaan.

3. Perlu diberlakukan pemeriksaan efisiensi proses pembakaran kendaraan bermotor secara berkala sebagai upaya pencegahan emisi yang lebih besar.

4. Perlu dilakukan upaya pengurangan kandungan sulfur pada bahan bakar.

5. Keterbatasan data faktor emisi merupakan suatu kelemahan dari penelitian ini sehingga peneliti menyarankan dilakukan penelitian untuk mendapatkan faktor emisi dari setiap jenis kendaraan yang melintas di Kota Medan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2002, Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, medan.

Department for Environment, Food, Rural Affairs, 2007, Passenger Transport Emission Factor, Methodology Paper.

Department of Environment & Conservation (NSW), 2005, Clean Car for NSW, ISBN 1 74137 107 4.

Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan – Sumatera Utara, Basis Data Lingkungan Hidup Daerah Kota Medan Tahun 2007, Medan.

Dinas Kesehatan Kota Medan, Laporan SP2TP Puskesmas Kota Medan, 2007, Subdis Pelayanan Kota Medan Dinas Kesehatan Kota Medan.

Environment Australia, 2000, Emission Estimation Technique Manual for

Aggregated Emission from Motor Vehicles, National Pollutant

Inventory, version 1.0, hal. 11-25.

Frey Christoper H, 1997, Variability and Uncertainty in Highway Vehicle Emission Factor, Departement of Civil Engineering, North Carolina State University.

Hickman A J, 1999, Methodology for Calculating Transport Emissions and Energy Consumption, Transport Research Laboratory.

Huan Liu, He Kebin, Wang Qidong, Huo Hong, Lents James, Davis, Nikkila, Chen, Osses and He Chunyu, 2007, Comparison of Vehicle Activity and Emission Inventory between Beijing and Shanghai, Journal of Air & Waste Management Association, Vol. 57.

Kementerian Menteri Lingkungan Hidup RI, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

Kementerian Menteri Lingkungan Hidup RI, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.

Abner Tarigan : Estimasi Emisi Kendaraan Bermotor Di Beberapa Ruas Jalan Kota Medan, 2009 USU Repository © 2008


(6)

Liu, H., He, K., Wang, G., Huo, H., Lents, J., Davis, N., Chen, Ch., Osses, M., and He, Ch., 2007, Comparison of Vehicle Activity and Emission Inventory Between Beijing and Shanghai, Journal of Air & Waste Management Association, Vol 57 hal. 1176.

Manik, 2007, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Edisi Revisi, Penerbit Djambatan.

Mulia M R, 2005, Kesehatan Lingkungan, Edisi Revisi, Penerbit Graha Ilmu.

Nasamani, K.S., Chu, L., McNally, M.G., and Jayakrishnan, R,. 2006, Estimation of Vehicular Emissions by Capturing Traffic Variations, TRB Annual Meeting, Paper No.06-1629.

Sharma C, Mittal L, Iyer V, and Deshpande Y, 2004, Estimation of Pollutants from Transport Sector in Indian Mega-Cities.

Sudrajad, 2005, Pencemaran Udara; Inovasi Online Edisi, Vol.5/XVII/November.

Torok, A., 2005, Estimation method for emission of road transport, Department of Transport Economics, Budapest University of Technology and Economics H-1111 Budapest, Bertalan L. u. 2., Hungary.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Wardhana, Arya Wisnu, 2001, Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Zhongan, Slanina, Spaargaren and Yuanhang, 2005, Traffic and Urban Air Pollution, the Case of Xi’an City, P.R.China.