berpengaruh pula terhadap persepsi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Untuk meminimumkan terjadinya tindakan manajemen
laba, maka perusahaan perlu menerapkan mekanisme Good Corporate Governance dalam sistem pengendalian dan pengelolaan perusahaan.
Corporate governance adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga nilai perusahaan juga ikut meningkat. Corporate governance merupakan suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Di Indonesia sendiri, corporate
governance mulai mengemuka sejak terjadinya krisis yang berkepanjangan pada tahun 1998. Sejak saat itu baik pemerintah maupun investor mulai memberikan
perhatian yang cukup signifikan dalam praktik corporate governance. Manajemen laba jika dilihat secara prinsip memang tidak menyalahi prinsip
akuntansi yang berterima umum, namun manajemen laba dinilai dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Dengan semakin
menurunnya kepercayaan masyarakat, maka hal ini dapat menurunkan nilai perusahaan karena banyak investor yang akan menarik kembali investasi yang
telah mereka tanamkan Scott, 2006. Praktek manajemen laba dinilai merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan dan memberikan informasi yang
tidak relevan bagi investor. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini berjudul:
”Pengaruh Manajemen Laba TerhadapNilai Perusahaan Dengan Mekanisme Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Manajemen Laba berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan? 2. Apakah praktek Corporate Governance berpengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan? 3. Apakah pengaruh Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan diperlemah
dengan praktek Corporate Governance yang diproksi dengan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kualitas
Audit dan Komite Audit?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris, tentang :
1. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan. 2. Pengaruh praktek Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan.
3. Pengaruh praktek Corporate Governce terhadap hubungan antara Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi ilmu pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan ilmu
mengenai positif accounting theory khususnya agency theory dan corporate governance theory, sehingga dapat memperoleh permodelan-
permodelan praktek Corporate Governance yang secara konseptual
berpengaruh terhadap manajemen laba serta dampaknya pada nilai
perusahaan.
2. Bagi penulis sendiri dapat dijadikan tambahan pengetahuan, khususnya mengenai pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan dengan
mekanisme corporate governance sebagai variabel pemoderasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi para pemakai laporan keuangan dan manajemen perusahaan dalam memahami peranan praktek corporate governance terhadap praktek
manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan dalam upaya
meningkatkan nilai perusahaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi
Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan 2005 yaitu hubungan antara prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas
untuk kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen. Teori keagenan didasarkan pada 3 asumsi
yaitu asumsi informasi, asumsi sifat manusia dan asumsi keorganisasian. Asumsi informasi merupakan asumsi yang menekankan bahwa informasi sebagai barang
komoditi yang dapat diperjualbelikan. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia mempunyai sifat untuk mementingkan diri sendiri, mempunyai
keterbatasan rasional dan tidak menyukai resiko. Dan asumsi keorganisasian menekankan adanya konflik keorganisasian, efisiensi sebagai kriteria efektivitas
dan adanya asimetri informasi antara principal dan agen. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau
pemegang saham, maka manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Tetapi sering terjadi konflik antara
manajemen dengan pemegang saham, yang dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara agen dan principal.
Agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham
perusahaan kurang dari 100 sehingga cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasar maksimalisasi nilai dalam
pengambilan keputusan pendanaan. Kondisi di atas merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi pengelola dengan fungsi kepemilikan Jensen dan Meckling,
1976. Para pemegang saham umumnya melakukan investasi pada portofolio yang sudah terdiversifikasi dengan baik, oleh karena itu mereka hanya peduli terhadap
resiko sistematik perusahaan. Sedangkan manajer peduli terhadap resiko perusahaan secara keseluruhan. Hal ini merupakan salah satu penyebab konflik
antara manajer dan pemegang saham yang disebut keputusan pendanaan. Laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat
meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan Watt Zimmerman, 1986. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai
pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan
kesejahteraannya dan serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen.
2.1.2 Corporate Governance
Istilah Corporate Governance untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Comitte pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan
mereka yang kemudian dikenal dengan nama Cadbury Report. Laporan ini di