b. Korelasi Perputaran Piutang Dengan Modal Kerja Ketika Perputaran
Persediaan Tidak Berubah
Koefisien korelasi antara perputaran piutang dengan modal kerja ketika perputaran persediaan tidak berubah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.15 Hasil Korelasi Parsial Perputaran Piutang dengan Modal kerja
pada saat Perputaran Persediaan konstan
Correlations
Control Variables X2 Perputaran
piutang Y Modal Kerja
Bersih X1 Perputaran
persediaan X2 Perputaran
piutang Correlation
1.000 .756
Significance 2-tailed .
.049 df
5 Y Modal Kerja
Bersih Correlation
.756 1.000
Significance 2-tailed .049
. df
5 a. Dependent Variable: Y Modal Kerja Bersih
Sumber : Lampiran Output SPSS Nilai korelasi yang diperoleh antara Perputaran Piutang dengan Modal kerja
pada saat Perputaran Persediaan konstan sebesar 0,756 masuk dalam kategori kuat. Artinya antara Perputaran Piutang dengan Modal kerja pada saat Perputaran
Persediaan konstan terjadi hubungan yang kuat, jika Perputaran Piutang semakin tinggi akan diikuti dengan Modal kerja yang menjadi semakin tinggi.
Besar pengaruh Perputaran Piutang dengan Modal kerja pada saat Perputaran Persediaan tidak berubah adalah 0,756
2
100 = 57,1.
4. Koefisien Korelasi Berganda
Korelasi berganda merupakan angka yang menunjukan kekuatankeeratan hubungan antar kedua variabel bebas secara bersama-sama dengan modal kerja.
Hubungan secara simultan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.16 Tabel Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .841
a
.707 .590
3.23445E5 1.986
a. Predictors: Constant, X2 Perputaran piutang, X1 Perputaran persediaan b. Dependent Variable: Y Modal Kerja Bersih
Sumber : Lampiran Output SPSS Diperoleh besarnya korelasi berganda antara Perputaran Persediaan dan
Perputaran Piutang dengan Modal kerja PT. Unilever Tbk sebesar 0,841. Untuk memberikan interpretasi terhadap nilai korelasi yang diperoleh digunakan kriteria
korelasi yang diberikan pada bab 3. Nilai korelasi yang diperoleh sebesar 0,841 masuk dalam kategori sangat kuat. Artinya antara Perputaran Persediaan dan
Perputaran Piutang dengan Modal kerja PT. Unilever Tbk terjadi hubungan yang sangat kuat.
5. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi
digunakan untuk
melihat seberapa
besar kontribusipengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang secara bersama-
sama terhadap modal kerja. Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.13.
Nilai R-square R
2
atau koefisien determinasi sebesar 0,707 pada kolom ketiga pada tabel 4.13 menunjukkan besarnya pengaruh Perputaran Piutang dan
Perputaran Persediaan terhadap Modal kerja PT. Unilever Tbk . Artinya 70,7 Modal kerja PT. Unilever Tbk dipengaruhi dapat dijelaskan oleh Perputaran Piutang
dan Perputaran Persediaan sedangkan 29,3 lainnya dipengaruhi faktor lain yang tidak termasuk dalam variabel yang diteliti dalam penelitian ini seperti perputaran kas
dan surat-surat berharga.
4.2.2.2 Uji Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Selanjutnya untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh perputaran persediaan, dan perputaran piutang terhadap modal kerja maka dilakukan pengujian
hipotesis secara simultan yang dapat dilihat dari tabel ANOVA hasil pengolahan SPSS.18. Tahapan-tahapan dalam pengujian secara simultan adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik H
:
1
=
2
= 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang terhadap Modal
Kerja PT. Unilever Tbk H
a
:
1
≠
2
≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang terhadap Modal
kerja PT. Unilever Tbk
b.
Menentukan tingkat signifikan
si
Untuk menguji hipotesis yang ditetapkan sebelumnya dilakukan dengan membandingkan antara F
hitung
dengan nilai F
tabel
. Dari tabel F diperoleh nilai F
tabel
dengan db
1
= 2 dan db
2
= 8-2-1= 5 sebesar 5,786. c. Mencari nilai F
hitung
Dengan bantuan software SPSS versi.18, diperoleh output untuk mendapatkan nilai dari F
hitung
sebagai berikut :
Tabel 4.17 Anova Untuk Uji Simultan Uji F
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
1261838898059.885 2
630919449029.943 6.031
.046
a
Residual 523084760366.115
5 104616952073.223
Total 1784923658426.000
7 a. Predictors: Constant, X2 Perputaran piutang, X1 Perputaran persediaan
b. Dependent Variable: Y Modal Kerja Bersih
Sumber : Lampiran Output SPSS d. Menentukan
kriteria penerimaan
atau penolakan
hipotesis dengan
membandingkan F
hitung
terhadap F
tabel
dengan ketentuan : Jika F
hitung
F
tabel
, maka H ditolak signifikan
Jika F
hitung
F
tabel,
maka H diterima tidak signifikan
Hasil yang diperoleh dari perbandingan F
hitung
terhadap F
tabel
adalah F
hitung
F
tabel
maka pada tingkat kekeliruan 5 diputuskan untuk menolak Ho sehingga Ha dapat diterima. Selain itu peneliti juga melakukan pengujian dengan cara melihat
tingkat signifikansi yang dapat dilihat pada tabel 4.14.
Dari tabel Anova diatas F
hitung
sebesar 6,031 dengan signifikansi 0,046. Keputusan penolakanpenerimaan hipotesis pada pengujian simultan dapat
digambarkan dalam diagram daerah penerimaan dan penolakan Ho sebagai berikut:
Daerah Penerimaan Dan Penolakan Ho Pada Pengujian Simultan
Gambar 4.7 Daerah Penerimaan Dan Penolakan Ho Pada Pengujian Simultan
e. Pengambilan Keputusan Hipotesis Berdasarkan gambar 4.7 diperoleh F
hitung
lebih besar dari F
tabel
6,031 5,786. Dengan demikian, hasil uji menunjukkan menolak Ho. Jadi hasil pengujian statistik
secara simultan adalah signifikan. Berdasarkan Kesimpulan di atas didukung pula dari nilai signifikasinya
0,046 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05, yang berarti kesalahan untuk menyatakan
ada pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas signifikan adalah 4,6 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar
5 α = 0,05. Artinya, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan secara
F
tabel
= 5,786 α= 0,05 ; db1 =2; db2 = 5
6,031 Daerah Penerimaan H0
Daerah Penolakan H0
bersama-sama simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Modal kerja PT. Unilever Tbk .
2. Pengaruh Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang Terhadap Modal Kerja Secara Parsial Uji t
Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen. Statistik uji yang digunakan
pada pengujian parsial adalah uji t. Penentuan hasil pengujian penerimaan penolakan H
dapat dilakukan dengan membandingkan t
hitung
dengan t
tabel
atau juga dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Nilai t
tabel
dengan taraf kesalahan 5 dan db = n
–k–1 = 8-2-1 = 5 adalah 2,571.
Tabel 4.18 Uji Parsial Uji t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -6047681.977
1963771.194 -3.080
.027 X1 Perputaran Persediaan
520596.529 236465.552
.534 2.202
.079 X2 Perputaran Piutang
141514.690 54829.137
.626 2.581
.049 a. Dependent Variable: Y Modal Kerja Bersih
Sumber : Lampiran Output SPSS Nilai statistik uji t yang terdapat pada tabel 4.15 selanjutnya akan
dibandingkan dengan nilai t
tabel
untuk menentukan apakah variabel yang sedang diuji berpengaruh signifikan atau tidak.
1 Pengaruh Perputaran Persediaan Secara Parsial Terhadap Modal Kerja
Untuk melihat pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Modal kerja maka diperlukan pengujian statistik secara parsial dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik H
:
1
= 0 : Menunjukkan bahwa perputaran persediaan secara parsial
tidak berpengaruh terhadap variabel Modal kerja pada PT. Unilever Tbk
H
a
:
1
≠ 0 : Menunjukkan bahwa perputaran persediaan secara parsial
berpengaruh terhadap variabel Modal kerja pada PT. Unilever Tbk
b. Menentukan tingkat signifikasi Tingkat signifikansi tersebut adalah sebesar α = 0,05 atau 5 dengan derajat
kebebasan df= n-k-1 df= 8-2-1= 5, dimana nilai t
tabel
pengujian dua arah sebesar 2,571.
c. Mencari nilai t
hitung
Dengan bantuan software SPSS.18, seperti terlihat pada tabel 4.15 diperoleh nilai t
hitung
variabel perputaran persediaan sebesar 2,202. d. Menentukan daerah penerimaan atau penolakan hipotesis dengan membandingkan
t
hitung
dengan t
tabel
dengan ketentuan : Jika t
hitung
t
tabel,
atau t
hitung
-t
tabel
maka H ditolak signifikan
Jika -t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
, maka H diterima tidak signifikan
Maka hasil yang diperoleh dari perbandingan t
hitung
dengan t
tabel
adalah t
hitung
berada di antara nilai negatif dan nilai positif t-tabel -2,571 2,202 2,571, sehingga
Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti variabel perputaran persediaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap modal kerja.
Berdasarkan uji hipotesis dapat digambarkan daerah penolakan dan penerimaan Ho sebagai berikut :
Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji Parsial X
1
terhadap Y
Gambar 4.8 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji Parsial X
1
terhadap Y
e. Pengambilan keputusan hipotesis Berdasarkan gambar diatas diperoleh nilai t-hitung berada di antara nilai
negatif dan nilai positif t-tabel -t
tabel
= -2,571 t
hitung
= 2,202 -t
tabel
= -2,571. Keputusan uji adalah tidak menolak H
. Kesimpulan di atas didukung pula dari nilai signifikansinya 0,079 yang lebih besar
dari nilai α = 0,05. Artinya kesalahan untuk menyatakan ada pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Modal kerja signifikan
Daerah
Penola ka n H
o
Da era h Tida k tola k Ho
t
0,95; 5
= 2,571
Da era h Penola ka n Ho
-t
0,95; 5
= -2,571 t
hitung
= 2,202
adalah 7,9 atau lebih besar dari tingkat kesalaha n yang ditetapkan sebesar 5 α =
0,05 sehingga keputusan uji adalah tidak ditolak H .
Hasil pengujian dapat disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95 bahwa Perputaran Persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Modal Kerja pada PT.
Unilever Tbk . Tidak ada pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa naik turunnya perputaran persediaan tidak dapat menjelaskan dan memprediksi naik
turunnya modal kerja. Hasil ini menunjukan bahwa fluktuasi naik turunnya perputaran persediaan pada PT. Unilever Tbk tahun 2003
– 2010 tidak diikuti dengan naik turunnya modal kerja seperti pada tahun 2010 perputaran persediaan sama
dengan tahun sebelumnya sebanyak 7 kali, akan tetapi modal kerjanya turun drastis dan mengalami nilai yang negatif yang disebabkan oleh karena kenaikan hutang
usaha dengan komposisi pinjaman bank jangka pendek, hutang pajak dan hutang yang masih harus dibayar . kenaikan dalam total kewajiban lancar disebabkan oleh
kenaikan hutang usaha terkait dengan peningkatan usaha perseroan.
2 Pengaruh Perputaran Piutang Secara Parsial Terhadap Modal Kerja.
Untuk menguji pengaruh perputaran piutang terhadap modal kerja maka diperlukan pengujian statistik secara parsial dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik H
:
2
= 0 : Menunjukan bahwa perputaran piutang secara parsial tidak
berpengaruh terhadap modal kerja pada PT. Unilever Tbk.
H
a
:
2
≠ 0 : Menunjukan bahwa perputaran piutang secara parsial
berpengaruh terhadap modal kerja pada PT. Unilever Tbk. b. Menentukan tingkat signifikasi
Tingkat signifikansi tersebut adalah sebesar α = 0,05 atau 5 dengan derajat kebebasan df= n-k-1 df= 8-2-1= 5, dimana nilai t
tabel
pengujian dua arah sebesar 2,571.
c. Mencari nilai t
hitung
Dengan bantuan software SPSS.18, seperti terlihat pada tabel 4.15 diperoleh nilai t
hitung
variabel perputaran piutang sebesar 2,581. d. Menentukan daerah penerimaan penerimaan atau penolakan hipotesis dengan
membandingkan t
hitung
dengan t
tabel
dengan ketentuan : Jika t
hitung
t
tabel,
atau t
hitung
-t
tabel
maka H ditolak signifikan
Jika -t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
, maka H diterima tidak signifikan
Maka hasil yang diperoleh dari perbandingan t
hitung
dengan t
tabel
adalah t
hitung
t
tabel
2,581 2,571, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti piutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap modal kerja. Berdasarkan uji hipotesis
dapat digambarkan daerah penolakan dan penerimaan Ho sebagai berikut:
Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji Parsial X
1
terhadap Y
Gambar 4.9 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji Parsial X
1
terhadap Y
e. Pengambilan keputusan hipotesis Dari gambar 4.8 diperoleh nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel t
hitung
= 2,581 t
tabel
= 2,571. Keputusan uji adalah menolak H . Kesimpulan di atas didukung pula
dari nilai signifikansinya 0,049 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05. Artinya
kesalahan untuk menyatakan ada pengaruh Perputaran Piutang terhadap Modal kerja signifikan adalah 4,9 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar
5 α = 0,05 sehingga keputusan uji adalah menolak H . Hasil pengujian dapat
disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95 bahwa Perputaran Piutang berpengaruh signifikan terhadap Modal kerja PT. Unilever Tbk.
Hasil pengujian dapat disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95 bahwa Perputaran Piutang berpengaruh signifikan terhadap Modal Kerja pada PT. Unilever
Tbk . Adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa naik turunnya perputaran piutang dapat menjelaskan atau memprediksi naik turunnya modal kerja.
Daerah
Penola ka n H
o
Da era h Tida k tola k Ho
t
0,95; 5
= 2,571
Da era h Penola ka n Ho
-t
0,95; 5
= -2,571 t
hitung
= 2,581
Hasil ini menunjukan bahwa fluktuasi naik turunnya perputaran piutang pada PT. Unilever Tbk tahun 2003
– 2010 diikuti dengan naik turunnya modal kerja seperti pada tahun 2005 perputaran piutang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sebanyak 7 kali, diikuti dengan turunnya modal kerjanya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pengaruh ini dinyatakan dalam koefisien korelasi sebesar 0,626. Hal ini
berarti dalam tabel koefisien korelasi termasuk dalam kategori ”hubungan yang kuat” dan sifat hubungannya adalah searah, artinya semakin besar tingkat perputaran
piutangnya maka modal kerjanya pun semakin besar atau sebaliknya semakin kecil tingkat perputaran piutangnya maka modal kerjanya pun semakin rendah. Dan
pengaruh tingkat perputaran piutang terhadap modal kerja adalah sebesar 57,1 sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Dengan membandingkan antara teori dengan dan hasil pengamatan yang dilakukan penulis pada PT. Unilever, amka diperoleh bahwa hasil teori dengan
praktek pada perusahaan berbeda. Hal tersebut terbukti dari kenaikan perputaran persediaan dan perputaran piutang diikuti dengan kenaikan modal kerja dan juga
sebaliknya penurunan perputaran persediaan dan perputaran piutang dengan turunnya modal kerja. Sedangkan teori mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat
perputaran persediaan dan perputaran piutang maka semakin rendah keterikatan modal kerja. Dapat disimpulkan bahwa teori ini tidak dapat diterapkan pada semua
jenis atau tipe perusahaan, salah satunya perusahaan yang diteliti oleh penulis yaitu PT. Unilever Tbk. Teori ini mungkin dapat diterapkan di PT. Unilever pada tahun-
tahun yang akan datang.
155
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil analisis yang dilakukan menggunakan data tahunan dari laporan keuangan PT. Unilever Tbk tahun 2003 sampai dengan 2010 diperoleh
kesimpulan sebagai berikut : 1. Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang dan Modal kerja PT. Unilever
Tbk telihat ada tren menurun selama kurun waktu 2003 sampai dengan 2010 akan tetapi keadaan perpuataran persediaan dan perputaran piutangnya dalam
keadaan baik karena berada diatas rata-rata indsutri. 2. Modal kerja di PT. Unilever pun dalam keadaan yang baik karena pada tahun
2003 – 2009 selalu bernilai positif, artinya aktiva lancar selalu melebihi utang
lancar. Dengan demikian, modal kerja netto dapat digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari tanpa mengganggu likuiditas
perusahaan. Akan tetapi pada tahun 2010 modal kerja PT. Unilever mengalami nilai yang negatif sehingga akan mengganggu likuiditas
perusahaan. 3. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil bahwa tingkat perputaran
persediaan dan tingkat perputaran piutang berpengaruh kuat terhadap modal kerja berdampak positif. Artinya, jika perputaran persediaan dan perputaran
piutangnya naik, maka modal kerjanya juga mengalami kenaikan. Begitupun