Pengaruh Perputaran Piutang Dan Persediaan Terhadap Perkembangan Modal Kerja Pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Bandung

(1)

The Influence of Account Receivables Turnover and Inventories

On Working Capital at. Telecomunication Indonesia. Tbk

(Telkom) Bandung

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Jenjang S1

Program Studi Manajemen

Oleh :

Nama : Defi Nugraha NIM : 21207017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

v

dibawah bimbingan Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati.,MS.,Ak.

Persaingan yang semakin ketat memaksa perusahaan melakukan penjualan secara kredit untuk meningkatkan volume penjualannya. Dengan penjualan secara kredit, maka akan muncul piutang dan dengan munculnya piutang ini berarti perusahaan harus menyisihkan dana yang akan di investasikan ke dalam piutang tersebut. Maka, diperlukan perputaran piutang yang baik agar dana yang di investasikan ke dalam piutang tersebut lebih cepat menjadi kas perusahaan sehingga perusahaan tetap bisa menjaga perkembangan modal kerja.

Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1). Untuk mengetahui perputaran piutang pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung dalam 9 tahun terakhir, (2). Untuk mengetahui Persediaan pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung dalam 9 tahun terakhir, (3). Untuk mengetahui Perkembangan Modal Kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung dalam 9 tahun terakhir, dan (4). Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adlah metode Deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi, studi perpustakaan, wawancara, observasi. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah pengujian asumsi klasik regresi, analisis regresi linier berganda, korelasi determinasi, uji hipotesis menggunakan uji “t” dan “f” dengan bantuan program SPSS 13.00 for Windows.

Hasil penelitian penulis menunjukan bahwa perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan. Tingkat hubungan korelasi rendah dan menunjukan korelasi negative. tingkat pengaruh perputaran piutang terhadap perkembangan modal kerja sebesar 29,8%, dan pengaruh persediaan terhadap perkembangan modal kerja sebesar 63,9%, jadi jumlah Tingkat pengaruh yang terjadi adalah sebesar 93,7% antara perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja.


(3)

iv

INDONESIA. Tbk BANDUNG”, under tution of Miss. Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati.,MS.,Ak.

Emulation that is increasingly fight forces company to do sale in credit insuranceansi to increase it’s the volume of trading. With sale in credit insuranceansi, hence will receivables and with receivables appearance this means, company must cast aside fund which will be invested into the receivables. Hence, required good receivables turkey turn that fund invested into the quicker receivables become company cash so that company still able to take care of it’s the working capital.

The objective of this research is : (1). To know turnover receivables that has been implemented by PT. Telecomunication Indonesia. Tbk Bandung in last 9 years, (2). To know Inventories that has ben implemented by PT. Telecomunication Indonesia. Tbk Bandung in last 9 years, (3). To know Working Capital that has ben implemented by PT. Telecomunication Indonesia. Tbk Bandung in last 9 years, (4) to know the influence of account receivables Turnover and Inventories on Working Capital at Telecomunication Indonesia. Tbk Bandung.

The method of this research is descriptive method by using quantitative approach. The technique sample of this research is non probability sampling by using purposive sampling approach. The data collection technique that being used are documentation, interview, research of bibliography, and observation. Further more data analysis is using asumtion classic regression, double correlation, and determination, hypothesis test is using “t” and “f” test, and supplementary tools SPSS 13.0 for Windows.

The result of the research show that receivable turnover, and inventories has no influence signification toward working capital. The correlation level turnover on working capital is 29,8%, and inventories on working capital is 63,9%, so the influence of account receivables turnover and inventories on working capital is 93,7%.


(4)

vi

yang berjudul “Pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap Perkembangan Modal Kerja ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang Strata 1 program studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Pada kesempatan kali ini perkenankanlah saya menyampaikan Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinggi nya kepada semua pihak yang telah memberi bantuan, dorongan dan semangat sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Saya memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Linna Ismawati, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Prof. Dr. Hj Ria Ratna Ariawati., MS., Ak, selaku Pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat waktu.

5. Dra. Rahma Wahdiniwaty, M.Si, selaku Dosen Wali Manajemen 1 Universitas Komputer Indonesia.


(5)

vii

7. Keluarga saya yang telah memberikan bantuan moril maupun materil serta doa restu untuk keberhasilan penulis (bpk Jajang Anda serta Lilis Lismawati) selaku orang tua tercinta terima kasih telah mendidik, merawat, menyayangi dan memperhatikan penulis sampai sekarang. 8. Vian Setiana, Mila Sandra Dewi selaku kakak-kakak tercinta dan ponakan

kecil ku Fadli Putra Setiana yang telah selalu memberikan senyuman dan keceriaan.

9. Adek gendut (Frisma Rimba Gilang Kencana) dan keluarga penulis d antapani (mamah Hermina, Teh Ines, Teh Nita) yang sudah memberikan banyak dukungan.

10.Keluarga besar bpk E. Sanusi (Alm), keluarga besar Bpk Sambas di majalaya, tente ning, sepupu ku wina terima kasih sudah jadi keluarga yang baik buat penulis.

11.Teman-teman baik di kampus (Wince, Nita, Nciew, Nha, Echie, Dika) yang sama-sama nyusun skripsi bersama saya, terima kasih atas bantuannya.

12.Seluruh teman spesialisasi keuangan yang telah memberikan bantuan dan dukungan.


(6)

viii

Akhir kata “Tak ada gading yang tak retak” begitu pula dengan laporan ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran perbaikan dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan laporan ini.

Bandung, ……… Penulis


(7)

1

1.1.Latar Belakang Penelitian

Globalisasi telah menyebabkan berubahnya peta persaingan ekonomi dan telekomunikasi di dunia. Tingkat persaingan antar perusahaan kini terbatas lagi pada lingkup nasional, melainkan meluas ke tingkat global. Dalam situasi seperti itu hanya perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan barang atau jasa dengan harga dan kualitas dunia lah yang akan bertahan. Perusahaan-perusahaan yang tidak mampu berbuat seperti itu dengan sangat terpaksa harus menyingkir dari gelanggang persaingan.

Sejak gelombang era globalisasi begitu deras memasuki seluruh lapisan dunia usaha, tak pelak lagi lembaga usaha harus mampu mempertahankan diri bahkan harus mampu mengayuh roda usahanya kalau tidak ingin ketinggalan bahkan tergilas oleh kedinamisan dunia usaha di era pasar bebas sekarang dan hal tersebut sudah sangat dirasakan oleh lembaga usaha.

Perputaran perputaran piutang perusahaan merupakan segala tagihan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan. Jika tagihan itu didukung dengan tagihan tertulis oleh debitor kepada perusahaan untuk membayar pada suatu tanggal tertentu.

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara. TELKOM menyediakan jasa telepon tetap kabel (fixed wire line), jasa telepon tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak


(8)

2 penentuan tujuan pemberian kredit dan batas yang harus dipenuhi dalam memberikan kredit, termasuk didalamnya adalah program penagihan, maka apabila penagihan didalam perputaran piutang itu lancar akan berpengaruh besar terhadap laba perusahaan dan modal kerja.

Persediaan dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi (atau barang dagang untuk pengecer). Seperti halnya perputaran piutang perusahaan, tingkat persediaan pun sangat tergantung pada penjualan. Akan tetapi, kalau perputaran piutang timbul setelah penjualan dilakukan, maka persediaan harus ada sebelum penjualan berlangsung. Ini merupakan perbedaan yang kritis, dan karena kita perlu memprakirakan penjualan sebelum menetapkan berapa jumlah persediaan yang kita targetkan, maka kita menghadapi bahwa pengelolaan persediaan merupakan suatu tugas yang sulit. Kesalahan dalam menetapkan tingkat atau jumlah persediaan dapat berakibat fatal. Persediaan yang terlalu kecil akan menyebabkan hilangnya kesempatan untuk menjual dan memperoleh laba, sedangkan persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya yang sangat tinggi sehingga memperkecil laba atau memperbesar kerugian. Karena itu, pengelolaan persediaan disamping sulit dilaksanakan, juga penting.

Modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan operasinya sehari-hari, misalnya


(9)

3 produknya. Laporan sumber dan penggunaan dana dengan sebaik-baiknya untuk dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan perusahaan sebab apabila perusahaan kekurangan dana tentu akan sulit berkembang. Kekurangan modal kerja terus menerus yang tidak segera diatasi tentu akan menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Modal kerja yang akan digunakan sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar dapat memberikan keuntungan maksimal sehingga suatu perusahaan bisa beroperasi secara ekonomis dan juga modal kerja yang cukup dapat menekan biaya perusahaan menjadi rendah, menunjang segala kegiatan operasi perusahaan secara teratur. Selain itu pemilikan modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain memungkinkan perusahaan dapat membayar semua kewajibannya tepat pada waktunya, memungkinkan perusahaan tersebut untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen, dan memungkinkan perusahaan tersebut untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.

Besarnya penjualan kredit dan penyimpanan persediaan yang dilakukan oleh PT. TELKOM Bandung menyebabkan jumlah perputaran piutang naik turun. Naik turunya jumlah piutang dan persediaan mengakibatkan perubahan terhadap modal kerja. Pada PT. TELKOM Bandung perubahan jumlah perputaran piutang


(10)

4 Tabel Perputaran Piutang, Persediaan, dan Modal Kerja PT. telekomunikasi

Indonesia. Tbk Bandung

Tahun Perputaran Piutang (Kali)

Persediaan (Rp Juta)

Modal Kerja (Rp Juta)

2001 6.6 191 -2.243

2002 7.9 140 893

2003 9.6 154 -2.228

2004 11 203 -2.473

2005 12.1 220 -3.208

2006 14 213 -6.615

2007 16.7 211 -4.696

2008 17.6 511 -12.376

2009 17 435 -10.531

(Sumber Laporan Keuangan PT.TELEKOMUNIKASI Tbk, Data Diolah) Dilihat dari tabel diatas terlihat banwa periode tahun 2001 sampai dengan 2005 PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung mengalami defisit modal kerja dan yang paling signifikan terjadi di tahun 2008-2009. Berdasarkan survey awal yang menyebabkan penurunan modal kerja dikarenakan nilai hutang lancar lebih tinggi dibandingkan dengan hutang lancar.

Piutang dan persediaan merupakan komponen dari aktiva lancar, sehingga apabila piutang dan persediaan berubah maka aktiva lancar akan mengalami perubahan. Perubahan jumlah aktiva lancar akan berpengaruh terhadap modal kerja, karena modal kerja adalah selisih dari aktiva lancar dengan hutang lancar.

Fenomena diatas merupakan ide yang mendasari dilakukannya replikasi penelitian dengan judul : “Pengaruh Perputaran piutang dan Persediaan terhadap Perkembangan Modal Kerja pada PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA. Tbk BANDUNG”


(11)

5 jumlah perputaran piutang, persediaan. Sedangkan pada modal kerja Telkom pada tahun 2002 mengalami kenaikan, tetapi pada tahun 2003 sampai 2009 modal kerja Telkom terus mengalami penurunan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penulis ingin mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perputaran piutang pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung.

2. Bagaimana persediaan pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung. 3. Bagaimana perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi. Tbk

(TELKOM) Bandung.

4. Bagaimana pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja secara Simultan dan Parsial pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung.


(12)

6 diperoleh pada dunia kerja yang berhubungan dengan perputaran piutang, persediaan, dan perkembangan modal kerja.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin di capai adalah :

Untuk mengetahui perputaran piutang pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung.

Untuk mengetahui persediaan pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung.

Untuk mengetahui perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung.

Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja secara Simultan dan Parsial pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan yaitu sebagai masukan dalam meningkatkan kegiatan di bidang keuangan dalam pengelolaan anggaran rutin dapat sesuai dengan


(13)

7 pengendalian posisi keuangan.

Bagi Penulis Sendiri

1. untuk menambah wawasan bagi penulis baik teoritis maupun praktis mengenai pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi. Tbk Bandung.

2. Untuk memperoleh pengalaman bagi penulis apabila nanti memasuki lapangan kerja yang sesuai.

Bagi Pihak Lain

1. sebagai bentuk pengembangan ilmu dan gambaran bagi mahasiswa atau mahasiswi dalam penelitian selanjutnya.

2. menambah wawasan keilmuan terutama di bidang keuangan khususnya untuk mengetahui bagaimana pengaruh piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Penambahan metode mengenai pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja. bagi semua perusahaan, agar tercapainya tujuan yang di inginkan oleh suatu perusahaan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan.


(14)

8 adakannya pelatihan bagi karyawan yang dilakukan oleh pihak intern yakni perusahaan itu sendiri.

1.5. Lokasi dan waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti penulis berencana mengadakan penelitian pada PT.Telekomunikasi. Tbk Bandung, mulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan juli 2011.

Tabel 1.4

Jadwal Rencana Penelitian

No Bulan Januari 2011 Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 Kegiatan / Minggu ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul 2 Pengumpulan

Data

3 Penyusunan UP 4 Presentasi UP 5 Penyusunan

Skrispi


(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Piutang

Piutang merupakan harta perusahaan yang timbul karena terjadinya transaksi penjualan secara kredit atau barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut Haryono Yusuf (2001-52) menyatakan bahwa :

“Piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang dari penjual pada pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi”

Munawir (2004-15) berpendapat bahwa :

“piutang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit”

Pendapat lain mengenai pengertian piutang ditemukan oleh Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002-81) yaitu bahwa :

“piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit”.

Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk yang timbul dengan adanya penjualan secara kredit.

2.1.1.1 Klasifikasi Piutang

Piutang merupakan aktiva lancar yang diterapkan dapat dikontroversi menjadi kas dalam waktu satu tahun satu periode akuntansi. Piutang pada


(16)

umumnya timbul dari sisa hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu piutang dapat juga ditimbulkan dari adanya usaha diluar kegiatan pokok perusahaan.

Menurut Zaki Badriwan (2000-14) bahwa :

“Tagihan-tagihan yang dimiliki perusahaan dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu :

1. Tagihan-tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang. 2. Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang.

Sebagai tambahan Zaki Badriwan (2000-124) mengklasifikasikan lagi piutang dalam beberapa judul sebagai berikut :

1. Piutang Dagang Usaha 2. Piutang Bukan Dagang 3. Piutang Penghasilan

Dari pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa piutang secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi piutang dagang atau piutang usaha dan piutang non dagang atau piutang lain-lain. Piutang dagang atau piutang usaha adalah piutang yang timbul dari penjualan secara kredit dalam rangka kegiatan perusahaan. Sedangkan piutang non dagang atau piutang lain-lain adalah piutang yang timbul bukan dari transaksi penjualan barang dagangan, jasa dan diluar kegiatan usaha perusahaan misalnya piutang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit atau aktiva perusahaan yang sudah tidak produktif lagi. Dalam penelitian ini yang dibahas adalah piutang usaha atau piutang dagang.


(17)

2.1.1.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang

Piutang merupakan faktor utama yang paling penting dalam perusahaan dan dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2001-85-87) sebagai berikut :

1. Volume Penjualan Kredit

Besar kecilnya penjualan kredit yang ditetapkan oleh perusahaan akan berpengaruh jumlah piutang yang terdapat dalam perusahaan semakin besar volume penjualan kredit maka semakin besar pula investasi dalam piutang perusahaan maka akan semakin besar. Sebaliknya, semakin kecil tingkat volume penjualan kredit dalam perusahaan maka akan rendah pula tingkat investasi piutang dalam perusahaan.

2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat penjualan kredit yang ditetapkan pihak perusahaan yang bersifat ketat atau lunak. Semakin ketat syarat pembayaran yang ditetapkan, maka semakin cepat pengembalian piutang. Sehingga jumlah piutang perusahaan akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin lunak persyaratan pembayaran yang ditetapkan, maka pengembalian piutang akan relatif lebih lama dan jumlah piutang akan lebih besar.

3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan pemberian secara kredit kepada pelanggan. Semakin tinggi batas yang ditetapkan, maka semakin


(18)

besar pelanggan membeli secara kredit, sehingga jumlah piutang akan lebih besar.

4. Kebijakan dalam mengumpulkan piutang

Kebijakan dalam mengumpulkan piutang dapat di lakukan secara aktif maupun pasif. Bila di gunakan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mendanai usaha ini. Dengan menggunakan cara ini piutang yang ada akan cepat tertagih, sehingga akan memperkecil jumlah piutang perusahaan. Namun, bila perusahaan menerapkan cara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.

5. Kebiasaan membayar dari para pelanggan

Kebiasaan para pelanggan untuk membayar dalam periode cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan jika pelanggan membayar pada periode sesudah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar, karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk terealisasi menjadi kas.

Kemudian Sawir (2003-198) menambahkan bahwa jumlah piutang ditentukan oleh :

1. Volume penjualan

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan makin besar pula investasi dalam piutang. Makin besar piutang berarti memperbesar risiko, tetapi bersamaan dengan itu memperbesar profitabilitas.


(19)

2. Rata-rata waktu antara penjualan dan penagihan atau rata-rata jangka waktu penagihan. Makin panjang jangka waktu rata-rata penagihan, makin banyak investasi piutang.

2.1.1.3Perputaran Piutang

Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Piutang yang terdapat dalam suatu perusahaan akan selalu dalam keadaan berputar. Perputaran piutang akan menunjukan berapa kali piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali kedalam kas perusahaan.

Perputaran piutang menurut S Munawir (2004:75) yaitu:

“posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dilihat dengan menghitung perputaran piutang tersebut (turn over receivable). Yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata“.

Menurut Darsono (2004:59) memberikan keterangan mengenai perputaran piutang sebagai berikut:

“perputaran piutang adalah seberapa kali saldo rata-rata piutang di konversikan kedalam kas selama periode tertentu”.

Darsono (2004:59) menambahkan bahwa untuk menghitung perputaran piutang menggunakan rumus:

Perputaran piutang = penjualan bersih Saldo piutang rata-rata


(20)

2.1.1.4Risiko kerugian piutang

Setiap usaha yang kita jalankan akan selalu mengandung risiko yang tidak dapat kita hindari. Dalam hal ini risiko hanya bias dikendalikan agar berada dibatas yang wajar. Risiko yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut risiko kerugian piutang. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002:81) yaitu :

Kebijakan penjual kredit akan menimbulkan risiko bagi perusahaan akan tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang. Oleh karena itu maka perlu memperhitungkan biaya risiko tidak dapat ditagihnya risiko piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko kerugian piutang terdiri dari beberapa macam, yaitu :

1. Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang

Risiko ini terjadi apabila jumlah risiko kerugian piutang tidak dapat direalisasikan sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih langganan yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga dapat terjadi karena adanya stabilitas ekonomi dan kondisi Negara yang tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.


(21)

2. Risiko tidak dibayarkan sebagian piutang

Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan sehingga bisa mengakibatkan kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.

3. Risiko keterlambatan pelunasan kredit

Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana untuk biaya penagihan kepada peminjam.

4. Risiko tertanamnya modal dalam piutang

Risiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin besar. Hal ini pula dapat mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.

2.1.2 Persediaan

Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk di jual atau digunakan pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan bahan jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi disimpan sebelum digunakan atau dimasukan kedalam proses produksi, sedangkan persediaan barang jadi atau barang dagangan disimpan sebelum dijual atau dipasarkan. Dengan demikian setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha pada umumnya memiliki peresediaan.


(22)

Inventory atau persediaan adalah suatu teknik untuk manajemen material yang berkaitan dengan persediaan. Manajemen material dalam Inventory dilakukan dengan beberapa input yang digunakan yaitu: permintaan yang terjadi (demand) dan biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan, serta biaya apabila terjadi kekurangan persediaan (short-age).

Pengendalian pengadaan persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan biaya yang harus ditanggung perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menanggung risiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi disamping biaya investasi yang besar. Tetapi jika kekurangan persediaan akan berakibat terganggunya kelancaran dalam proses produksinya. Oleh karenanya diharapkan terjadi keseimbangan dalam pengadaan persediaan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat memperlancar jalannya proses produksi.

Menurut John J. Wild, K. R. Subramanyam, Robert F. Hasley (2004:265-266) mengemukakan persediaan (inventory) merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan. Dengan pengecualian organisasi jasa tertentu, persediaan merupakan aktiva inti dan penting dalam perusahaan. Persediaan harus diperhatikan karena merupakan komponen utama dari aktiva operasi dan langsung mempengaruhi perhitungan laba.


(23)

2.1.2.1 Pentingnya Persediaan

Menurut Darmawan Sjahrial (2007:189) persediaan merupakan unsur utama dari modal kerja (aktiva lancar). Persediaan merupakan investasi yang sangat berarti bagi perusahaan.

Bila investasi dalam persediaan lebih besar dibandingkan dengan keuntungan maka :

a. Akan memperbesar tingkat bunga, terutama sumber modal kerjanya berasal dari dana pinjaman.

b. Akan memperbesar biaya penyimpanan dan biaya pemeliharaan. c. Akan memperbesar kerugian karena kerusakan persediaan. d. Turunnya kualitas persediaan.

e. Persediaan akan mengalami keusangan (absolensence), ketinggalan mode, semua hal di atas akan mengalami keuntungan.

Sebaliknya investasi pada persediaan yang terlalu kecil mengakibatkan kekurangan bahan baku sehingga kapasitas produksi tidak penuh yang pada akhirnya mengakibatkan biaya produksi rata-rata menjadi tinggi. Hal ini juga mengakibatkan menurunnya keuntungan perusahaan.

2.1.2.2 Faktor Biaya Persediaan

Persediaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kelancaran produksi dan penjualan, maka persediaan harus dikelola secara tepat. Perusahaan harus dapat menentukan jumlah persediaan optimal, sehingga disuatu sisi kontinuitas produksi dapat terjaga danm sisi lain perusahaan dapat memperoleh


(24)

keuntungan. Persediaan yang kurang akan tidak sama baiknya dengan persediaan yang berlebihan, sebab kondisi keduanya memiliki beban dan akibat masing-masing.

Menurut Agus Ristono (2009:4) faktor biaya persediaan meliputi :

a. Biaya penyimpanan digudang, semakin banyak barang yang disimpan maka akan semakin besar biaya penyimpanannya.

b. Risiko kerusakan barang, semakin lama barang tersimpan digudang maka risiko kerusakan barang semakin tinggi.

c. Risiko keusangan barang, barang-barang yang tersimpan lama akan “out of date” atau ketinggalan jaman.

2.1.2.3 Fungsi-fungsi Persediaan

Persediaan barang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perusahaan. Dari berbagai macam persediaan yang ada, seperti persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi, menurut T. Hani Handoko (2000:335-336) perusahaan melakukan penyimpanan persediaan atas barang karena berbagai fungsi, yaitu :

1. Fungsi Decoupling

Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan (Indepedensi). Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa terganggu supplier.


(25)

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Dengan persediaan lost size ini akan mempertimbangkan penghematan-penghematan.

3. Fungsi Antisipasi

Sering perusahaan mengalami fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan yang diramalkan berdasar pengalaman atau data masa lalu. Disamping itu, perusahaan juga sering dihadapkan pada ketidakpastian jangka waktu pengiriman barang kembali sehingga harus dilakukan antisipasi untuk cara menanggulanginya.

Sementara itu Lalu Sumayang (2003:201-203) mengatakan tiga fungsi lain mengapa persediaan barang diperlukan adalah untuk :

1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian

Untuk mengahadapi ketidakpastian maka pada system inventory ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock.

2. Memberikan waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian.

Kadang-kadang lebih ekonomis memproduksi barang dalam proses atau barang jadi dalam jumlah besar atau jumlah paket yang kemudian disimpan sebagai persediaan. Selama persediaan masih ada maka proses produksi dihentikan dan akan mulai lahi jika diketahui persediaan hampir habis. Pertimbangan ini memberikan kemudahan sebagai berikut :


(26)

a. Memberikan keuntungan untuk menyebarkan dan meratakan beban biaya investasi pada sejumlah besar produk.

b. Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk mengahasilkan bermacam-macam jenis produk.

3. Mengantisipasi pada demand dan supply

Inventori disiapkan untuk mengahadapi beberapa kondisi yang menunjukan perubahan demand dan supply, yaitu :

a. Bila ada perubahan perkiraan harga dan persediaan bahan baku.

b. Sebagai persiapan mengahadapi promosi pasar dimana sejumlah besar barang jadi disimpan menunggu penjualan tersebut.

c. Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output tetap akan mengalami perubahan produk pada kondisi permintaan yang rendah atau kondisi musim lesu atau low season. kelebihan produk ini akan disimpan sebagai persediaan yang akan digunakan nanti apabila output tidak dapat memenuhi lonjakan permintaan pada musim ramai atau peak season.

Jadi berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, dapat dipahami bahwa perusahaan melakukan penyimpanan atau persediaan barang karena berbagai alas an yaitu untuk berjaga-jaga pada saat barang dipasar sukar diperoleh, agar perusahaan dapat memenuhi pesanan pembeli dalam waktu yang cepat. Untuk menekankan harga pokok per unit barang, serta memberikan waktu luang dalam pengelolaan produksi dan pembelian.


(27)

2.1.2.4Tujuan Pengelolaan Persediaan

Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan sudah tentu memilki tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian persediaan yang yang dijalankan adalah untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal sehingga diperoleh penhematan-penghematan untuk persediaan tersebut. Hal inilah yang dianggap penting untuk dilakukan perhitungan persediaan sehingga dapat menunjukan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat menjaga kontinuitas produksi dengan pengorbanan atau pengeluaran biaya yang ekonomis.

Tujuan pengelolaan persediaan menurut Agus Ristono (2009:4) adalah : 1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan

cepat (memuaskan konsumen).

2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi, hal ini dikarenakan Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga sulit diperoleh.

Lukman Syamsudin (2007:281) menjelaskan bahwa ada tiga bentuk utama dari persediaan perusahaan yaitu persediaan barang jadi. Sekalipun ketiga macam persediaan ini biasanya tidak diperlihatkan secara terpisah dalam neraca perusahaan, tetapi ciri dari masing-masing macam persediaan tersebut adalah merupakan suatu faktor yang sangat penting.


(28)

a. Persediaan Bahan Mentah

Bahan mentah adalah merupakan persediaan yang dibeli oleh perusahaan untuk diproses untuk menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi atau produk akhir dari perusahaan.adapun jumlah bahan mentah yang harus dipertahankan oleh perusahaan yang akan sangat tergantung pada :

Lead Time (waktu yang dibutuhkan sejak saat pemesanan sampai dengan bahan diterima).

• Jumlah pemakaian.

• Jumlah Investasi dalam Persediaan.

• Karakteristik dari bahan mentah yang dibutuhkan.

b. Persediaan Barang dalam Proses

Persediaan barang dalam proses terdiri dari keseluruhan barang-barang yang digunakan dalam proses produksi tetapi masih membutuhkan proses lebih lanjut untuk menjadi produk yang siap untuk dijual (barang jadi). Tingkat penyesuaian dalam sangat tergantung pada panjang serta kompleksnya proses produksi yang dilaksanakan. Besarnya persediaan barang dalam proses ini akan menyebabkan semakin besarnya biaya-biaya persediaan karena modal yang terikat didalam persediaan tersebut semakin besar, dimana besarnya modal ini berkaitan langsung dengan lambatnya perputaran persediaan. Persediaan barang dalam proses adalah merupakan proses


(29)

yang paling tidak likuid karena akan cukup sulit bagi perusahaan untuk dapat menjual barang-barang yang masih dalam bentuk setengah jadi.

c. Persediaan Barang Jadi

Persediaan barang jadi adalah merupakan persediaan barang-barang yang telah selesai oleh perusahaan, tetapi masih belum terjual.

Modal Kerja

Modal kerja diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, terutama untuk membiayai kewajiban-kewajiban jangka pendek. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besarnya kemungkinan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan.

2.1.3.1Pengertian Modal Kerja

Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi perusahaan karena dengan adanya modal kerja yang cukup itu memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan.

Pengertian modal kerja menurut Agus Sartono (2001:385), menyatakan sebagai berikut :


(30)

Menurut Garison Noreen (2001:793), terjemahan Totok Budisantoso, menyebutkan modal kerja sebagai berikut :

“kewajiban aktiva lancar di atas kewajiban lancar disebut modal kerja (working capital)”.

Sedangakn menurut Munawir (2002:115), menyatakan sebagai berikut : “konsep kualitatif menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek (net working capital)”.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja dalam konsep kualitatif menitik beratkan pada kualitas modal kerja, yaitu kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital).

2.1.3.2Konsep Modal Kerja

Pengertian modal kerja di atas masih bersifat umum, sehingga masih megalami kesulitan untuk menetapkan elemen-elemen modal kerja. Untuk memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja. Menurut Martono dan Agus Harjito (2003:72), adalah :

“Ada tiga konsep modal kerja antara lain : 1. Konsep Kuantitatif.

2. Konsep Kualitatif. 3. Konsep Fungsional.

Adapun penjelasan dari ke tiga konsep modal kerja di atas yang di berikan oleh Martono dan Agus Harjito adalah sebagai berikut :


(31)

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan quantum yang di perlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai biaya operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).

2. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan kualitas modal kerja dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik modal. Konsep ini bersifat kualitatif karena menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya (hutang jangka pendek), serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.

3. Konsep Fungsional

Konsep ini menitik beratkan fungsi dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan Current Income (laba yang diperoleh pada suatu akuntansi).

2.1.3.3Pentingnya Modal Kerja

Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung dari pada tipe atau sifat aktiva lancar yang dimiliki. Tetapi modal kerja


(32)

harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan.

Menurut Munawir (2004:116-117) menyatakan :

“Dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, disamping menguntungkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien serta perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, yaitu :

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya dari nilai aktiva lancar.

2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.

3. Menjamin di milikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya.

6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang diperlukan”.

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan, tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:


(33)

1. Sifat atau tipe dari perusahaan.

2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang akan dijual.

3. Syarat pembelian bahan-bahan atau barang dagangan. 4. Tingkat perputaran persediaan.

5. Dan lain-lain.

2.1.3.4Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Modal kerja didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Oleh karena itu, jumlah modal kerja akan naik atau turun bila dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang berkaitan dengan rekening lancar sekaligus rekening tidak lancar. Transaksi-transaksi yang hanya mempengaruhi rekening lancar atau rekening tidak lancar saja, bukan sumber ataupun penggunaan modal kerja. Jadi, sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja timbul dari berbagai macam transaksi atau kejadian, sehingga setiap transaksi hanya akan mempengaruhi modal kerja bila transaksi tersebut mempengaruhi rekening lancar dan tidak lancar.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:86) menyatakan: “ada dua transaksi yang berkaitan dengan modal kerja yaitu: 1. Transaksi yang tidak mempengaruhi modal kerja. 2. Transaksi yang mempengaruhi modal keja”.


(34)

Adapun penjelasan transaksi-transaksi modal kerja yang dikemukakan diatas adalah sebagai berikut:

1. Transaksi yang tidak mempengaruhi modal kerja, yaitu:

a. Rekening aktiva lancar saja, misalnya: pembelian surat berharga secara tunai dan penagihan piutang dagang.

b. Rekening hutang lancar saja, misalnya: menerima wesel sebagai pelunasan hutang dagang.

c. Rekening aktiva tidak lancar saja, misalnya: menukarakan tanah dengan peralatan pabrik.

d. Rekening hutang jangka panjang saja, misalnya: menerbitkan saham untuk melunasi hutang obligasi.

e. Rekening aktiva lancar dan hutang lancar, misalnya: melunasi hutang dagang dan membeli barang dagangan secara kredit.

f. Rekening aktiva tidak lancar dan hutang jangka panjang, misalnya: membeli tanah dengan menerbitkan saham baru.

2. Transaksi yang mempengaruhi modal kerja, yaitu:

a. Rekening aktiva lancar dan tidak lancar, misalnya: pembelian gedung secara tunai dan penjualan mesin secara kredit jangka pendek.

b. Rekening hutang lancar dan aktiva tidak lancar, misalnya: pembelian mesin secara kredit jangka pendek.

c. Rekening aktiva lancar dan hutang jangka panjang, misalnya: penerbitan hutang obligasi secara tunai dan penerbitan kembali saham secara tunai.


(35)

d. Rekening hutang lancar dan hutang jangka panjang, misalnya: pelunasan wesel jangka pendek dengan wesel jangka panjang.

2.1.3.5Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Laporan tentang sumber dan penggunaan dana akan memungkinkan seorang manajer keuangan untuk menganalisa sumber-sumber dan penggunaan dana secara historis yang terdapat didalam persuhaan.

Menurut Bambang Riyanto (2001:352) menyatakan sebagai berikut: “kenaikan modal kerja disebabkan karena sumber-sumbernya lebih besar dari pada penggunaannya, sehingga mempunyai efek netto yang positif terhadap modal kerja. Sebaliknya, bila penggunaannya lebih besar dari pada sumbernya, maka efek nettonya adalah memperkecil modal kerja. Bila besarnya sumber persis dengan besarnya penggunaan, tidak ada efek nettonya terhadap modal kerja, sehingga besarnya modal kerja, tidak berubah”.

Sedangkan, menurut Sutrisno (2003:276) menjelaskan bahwa:

“pada laporan sumber dan penggunaan dana dalam arti modal kerja, maka setiap ada penambahan dana akan menambah modal kerja atau penggunaan dana akan mengurangi modal kerja”

Dari pendapat diatas, modal kerja dikatakan sebagai modal kerja netto, berarti selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancarnya. Karena modal kerja yang digunakan modal kerja netto, maka perubahan element-element modal kerja


(36)

tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja. Atas, penjelasan berikut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dana diartikan sebagai modal kerja, maka laporan perubahaan posisi keuangan menjelaskan sumber dan penggunaan dana, dan juga menunjukan bagaimana modal kerja berubah dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah pada akhir periode. Setiap transaksi yang menyebabkan naiknya modal kerja dusebut sumber modal kerja. Sebaliknya, transaksi yang menyebabkan penurunan modal kerja dosebut penggunaan modal kerja.

Adapun sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja menurut Martono dan Agus Hanjito (2003:328) adalah menjelaskan bahwa:

1. “sumber-sumber modal kerja: a. Berkurangnya aktiva tetap.

b. Bertambahnya hutang jangka panjang. c. Bertambahnya modal sendiri.

d. Bertambahnya keuntungan dari operasi perusahaan. 2. Penggunaan modal kerja:

a. Bertambahnya aktiva tetap.

b. Berkurangnya hutang jangka panjang c. Berkurangnya modal sendiri.

d. Adanya pembayaran deviden kas. e. Adanya kerugiaan.


(37)

Penjelasan sumber dan penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut: 1. Sumber-sumber modal kerja:

a. Berkurangnya aktiva tetap.

Berkurangnya aktiva tetap kemungkinan karena dijual atau karena depresiasi. Penjualan aktiva tetap akan menambah uang kas, sehingga akan menambah modal kerja. Demikian ini merupakan aliran kas masuk yang akan menambah modal kerja perusahaan.

b. Bertambahnya hutang jangka panjang.

Apabila perusahaan menjual obligasi, maka uang kas perusahaan akan bertambah. Jika kas bertambah, maka modal kerja akan bertambah.

c. Bertambahnya modal sendiri.

Jika perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT), modal sendiri dapat berupa saham biasa, saha preferen, cadangan-cadangan dan laba ditahan. Perusahaan yang menjual sahamnya untuk menambah modal sendiri akan mendapatkan uang kas sebagai sumber modal kerja.

d. Bertambahnya keuntungan dari operasi perusahaan.

Keuntungan (laba) yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan merupakan sumber modal kerja, karena keuntungan tersebut akan menambah kas. Keuntungan yang menambah kas tersebut adalah keuntungan yang ditahan atau keuntungan yang tidak dibagi kepada pemilik perusahaan (para pemegang saham). Oleh karena itu, apabila ada kenaikan laba ditahan maka didalamnya terdapat tambahan kas yang merupakan sumber modal kerja.


(38)

2. Penggunaan modal kerja: a. Bertambahnya aktiva tetap.

Aktiva tetap yang bertambah dapat disebabkan karena ada pembelian. Bertambahnya aktiva tetap karena pembelian memerlukan uang pasti sehingga bertambahnya aktiva tetap tersebut merupakan ubsur yang memperkecil kas atau sebagai penggunaan modal kerja.

b. Berkurangnya hutang jangka panjang.

Apabila perusahaan membeli kembali obligasi yang telah jatuh tempo atau melunasi hutang jangka panjangnya, maka uang kas perusahaan akan berkurang. Berkurangnya hutang jangka panjang dalam hal ini merupakan penggunaan modal kerja.

c. Berkurangnya modal sendiri.

Seperti halnya obligasi, jika perusahaan kembali saham biasa atau saham preferen maka diperlukan sejumlah kas. Oleh karena itu, saham yang berkurang berarti modal sendiri perusahaan berkurang. Berkurangnya modal sendiri tersebut memerlukan kas yang merupakan penggunaan modal kerja.

d. Adanya pembayaran deviden kas.

Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham dapat berupa saham, properti maupun kas. Deviden yang dibayarkan dalam bentuk kas akan mengurangi kas perusahaan. Oleh karena itu, deviden kas ini merupakan penggunaan modal kerja.


(39)

Pengukuran modal kerja dapat diterapkan dengan menggunakan net working capital. Perubahan-perubahan dalam modal kerja netto (net working capital) yaitu aktiva lancar dikurangi hutang lancar.

Menurut Lukman Syamsuddin (2000:43) menyatakan:

“perbandingan net working capital dari tahun ke tahun juga bisa memberikan gambaran tentang jalannya perusahaan”.

Untuk mengetahui besarnya presentase dari perubahan modal kerja netto pada analisis laporan keuangan menggunakan perbandingan modal kerja tahun berjalan dengan modal kerja tahun lalu.

Laporan perubahan posisi keuangan menjelaskan sumber penggunaan dana dan menunjukan dan bagaimana modal kerja tersebut berubah dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah pada akhir periode. Setiap transaksi yang menyebabkan naiknya modal kerja tersebut sumber modal kerja. Sebaliknya transaksi yang menyebabkan penurunan modal kerja disebut penggunaan modal kerja.

Menurut pendapat Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:117) menyatakan sebagai berikut :

“penghasilan yang dicatat berdasarkan basis akrual (accrual basis), mengakibatkan kenaikan aktiva lancar seperti kas atu piutang, dan oleh karenanya menaikan modal kerja”.


(40)

Menurut pendapat Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:115) menyatakan sebagai berikut :

“jumlah modal kerja akan naik atau turun hanya karena transaksi-transaksi yang mempengaruhi baik rekening lancar maupun rekening tidak lancar sekaligus”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa transaksi-transaksi piutang yang menyebabkan berubahnya modal kerja yaitu transaksi piutang yang mempengaruhi aktiva lancar yakni piutang usaha, piutang lain-lain, dan penyisihan piutang tak tertagih.

Oleh karena itu, jumlah modal kerja akan naik atau turun bila dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang berkaitan dengan rekening lancar atau rekening tidak lancar saja. Bukan sumber ataupun penggunaan modal kerja.jadi, sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja timbul dari berbagai macam transaksi atau kejadian, sehingga setiap transaksi hanya akan mempengaruhi modal kerja bila transaksi tersebut mempengaruhi rekening lancar dan tidak lancar.

2.1.4 Keterkaitan antar variabel Penelitian

2.1.4.1Hubungan Perputaran Piutang dengan Perkembangan Modal Kerja

Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Juliaty dalam bukunya “Analisis Laporan Keuangan”

“jumlah modal kerja akan naik atau turun karena transaksi-transaksi yang mempengaruhi baik rekening lancar maupun rekening tidak lancar”


(41)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang yang menyebabkan berubahnya modal kerja, yaitu perputaran piutang mempengaruhi aktiva lancar.

( 2005 : 115 )

2.1.4.2Hubungan Persediaan dengan Perkembangan Modal Kerja

Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham menyatakan bahwa : “pengelolaan persediaan yang tidak efektif dapat menyebabkan berlebihnya persediaan yang selanjutnya mengakibatkan rendahnya tingkat pengembalian atas modal kerja yang tertanam”.

Maka dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh persediaan terhadap modal kerja.

(1990 : 500)

2.2 Kerangka Pemikiran

Untuk memperbesar volume penjualan, banyak perusahaan melakukan transaksi penjualan secara kredit disamping penjualan secara tunai. Ini akan menimbulkan perputaran piutang dari tahun ke tahun bagi perusahaan yang melakukan penjualan tersebut. Biasanya pembatasan pembatasan terhadap jumlah penjualan kredit tergantung pada bonafiditas pembeli. Apabila pembeli dianggap bonafid maka plafon kredit yang diberikan agar besar dengan syarat kredit lebih ringan. Sebaliknya, bila pembeli dianggap kurang bonafid, maka plafon yang diberikan kecil dengan syarat kredit lebih berat.


(42)

Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Piutang yang terdapat dalam suatu perusahaan akan selalu dalam keadaan berputar. Perputaran piutang akan menunjukan berapa kali piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali kedalam kas perusahaan.

Dari pengertian diatas, tampak bahwa pengertian perputaran piutang antara lain adalah semua tuntutan terhadap pelanggan, baik baik berupa perkiraan uang, barang maupun jasa, serta segala hal yang berbentuk perkiraan seperti transaksi. Selanjutnya, perputaran piutang merupakan kewajiban pelanggan yang disepakati dan mereka mengharapkan pembayaran itu diselesaikan dengan tanda terima yang sah.

Perputaran piutang menurut S Munawir (2004:75) yaitu:

“posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dilihat dengan menghitung perputaran piutang tersebut (turn over receivable). Yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata“.

Inventory atau persediaan adalah suatu teknik untuk manajemen material yang berkaitan dengan persediaan. Manajemen material dalam Inventory dilakukan dengan beberapa input yang digunakan yaitu: permintaan yang terjadi (demand) dan biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan, serta biaya apabila terjadi kekurangan persediaan (short-age).

Lukman Syamsudin (2007:281) menjelaskan bahwa ada tiga bentuk utama dari persediaan perusahaan yaitu persediaan barang jadi. Sekalipun ketiga macam


(43)

persediaan ini biasanya tidak diperlihatkan secara terpisah dalam neraca perusahaan, tetapi ciri dari masing-masing macam persediaan tersebut adalah merupakan suatu faktor yang sangat penting.

a. Persediaan Bahan Mentah b. Persediaan Barang dalam Proses c. Persediaan Barang Jadi

Selain itu, perhitungan struktur modal kerja juga diperlukan oleh pihak manajemen untuk mengetahui titik baik atau buruk nya perusahaan dan modal kerja sendiri mengandung arti :

Pengertian modal kerja di atas masih bersifat umum, sehingga masih megalami kesulitan untuk menetapkan elemen-elemen modal kerja. Untuk memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja. Menurut Martono dan Agus Harjito (2003:72), adalah :

“Ada tiga konsep modal kerja antara lain : 4. Konsep Kuantitatif.

5. Konsep Kualitatif. 6. Konsep Fungsional.


(44)

Tabel 2.1

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya

Penulis Tahun Judul Hasil Persamaan Perbedaan

Milwan Purnata

2008 Pengaruh Piutang

terhadap Modal Kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung Berubahnya modal kerja yaitu transaksi piutang yang mempengaruhi aktiva lancar yakni piutang usaha, piutang lain-lain dan penyisihan piutang tak tertagih. Terletak pada variabel X1 dan Y yaitu tentang piutang terhadap modal kerja Terletak pada X2, penulis meneliti tentang persediaan. Nita Nurhayati

2008 Tingkat perputaran piutang

terhadap modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung Perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap modal kerja. Semakin cepat perputaran piutang terjadi dalam perusahaan hal ini berarti semakin singkat waktu tertanamnya modal kerja dalam piutang sehingga semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan. Terletak pada X1 dan Y yaitu perputaran piutang berpengaruh terhadap modal kerja Terletak pada X2, penulis meneliti tentang persediaan. Widi Sariningsih

2007 Pengaruh perputaran piutang terhadap tingkat likuiditas Pada PT. Indusri telekomunikasi Tinggi rendahnya perputaran piutang akan mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya Terletak dimana penulis sama-sama membahas tentang perputaran piutang. Terletak pada X2 dan Yyaitu penulis

meneliti tentang

persediaan dan modal kerja


(45)

(PERSERO) Bandung. modal yang disesuaikan dalam piutangmakin cepat perputarannya berarti semakin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang. Woro Resmi Kurniasih

2008 Hubungan

Perputaran Piutang usaha dengan Quick Ratio Pada unit pertokoan koperasi pegawai Republik Indonesia (KPRI) Diklat PU Wilayah Bandung Perputaran piutang usaha adalah suatu ukuran tertentu dalam menilai usaha dan berapa kali piutang usaha tersebut dapat dikonversikan ke dalam kas selama periode tertentu. Terletak dimana penulis sama-sama membahas tentang perputaran piutang. Terletak pada X2 dan Yyaitu penulis

meneliti tentang

persediaan dan modal kerja


(46)

Berdasarkan kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Variabel X1

Perputaran Piutang

• penjualan bersih • Saldo Pitang rata-rata

Darsono (2004:59)

Modal Kerja

• Kas

• Surat-surat berharga • Piutang Dagang • Persediaan

( Variabel Y )

Fred Weston dan Eugene F Agnes Sawir, 2005 : 129 Variabel X2

Persediaan

1. Bahan Baku,

2. Barang dalam proses, 3. Dan barang jadi.

Lukman Syamsudin (2007:281)

Dwi Prastowo dan Rifka Juliati ( 2005 : 115 )

Menurut J. Fred Weston dan Eugene F.

Brigham (1990 : 500)


(47)

2.3 Hipotesis

Menurut Ummi Narimawati (2008:63) “hipotesis adalah kesimpulan penelitian yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian”.

Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji yaitu hipotesis penelitian yang berkaitan dengan berpengaruh atau tidaknya perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja.

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesa penelitian adalah terdapat pengaruh antara :

perputaran piutang (X1) terhadap perkembangan modal kerja (Y), Persediaan (X2) terhadap Perkembangan Modal kerja (Y), dan

Perputaran Piutang (X1), dan Persediaan (X2) terhadap Perkembangan Modal Kerja (Y).


(48)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian menurut Sugiyono (2005:32) diartikan bahwa, “Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

Berdasarkan pengertian tersebut, objek penelitian merupakan variabel yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja.

Objek penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Perputaran Piutang sebagai variabel bebas (independent) 2. Persediaan sebagai variabel bebas (independent)

3. Perkembangan Modal Kerja sebagai variabel terikat (dependent)

3.2Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskriptif secara sistematik, akrual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta pengaruh antar fenomena yang diteliti, sedangkan verifikatif


(49)

digunakan untuk meneliti ulang hasil penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk memverifikasikan kebenaran hasil penelitian sebelumnya, serta kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada analisis dan numerik (angka).

Pengertian deskriptif menurut Ummi Narimawati (2008:21) adalah : “metode yang menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian melalui pengungkapan berupa narasi, grafik, maupun gambar”.

Pengertian verifikatif menurut Umi Narimawati (2008:21) adalah: “Metode pengujian hipotesis melalui alat analisis statistik”

Pengertian data kuantitatif menurut Sugiyono (2006:13) adalah: “Data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan”.

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa metode deskriptif adalah metode yang berisi mengungkapkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data yang aktual, yakni dengan menyajikan data, menganilis serta menginterprestasikannya. Sedangkan penelitian verifikatif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan melalui pengumpulan data-data dilapangan sehingga diketahui pengaruh variabel (X1) yaitu perputaran piutang dan variabel (X2) yaitu persediaan terhadap variabel (Y) yaitu perkembangan modal kerja melalui alat analisis statistik.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan sistematis.


(50)

Menurut M. Nasir (2003:84) :

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Langkah-langkah yang akan dilakukan penulis dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data mengenai perputaran piutang pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.

2. Mengumpulkan data-data mengenai persediaan pada pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.

3. Mengumpulkan data-data mengenai perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.

4. Melakukan pengujian hipotesis untuk membuktikan hubungan atau pengaruh piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja. 5. Membuat kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis.

Dari pemaparan diatas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan.


(51)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Sugiyono (2010:33) mengemukakan bahwa, “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)”.

Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.

Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua, pertama (X1)

adalah perputaran piutang dan persediaan (X2) adalah perkembangan modal

kerja.

Sesuai dengan judul yang telah dipilih oleh penulis yaitu : “pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap perkembangan modal kerja”, maka penulis menetapkan 3 variabel penelitian yaitu :

1. Perputaran Piutang sebagai variabel Independent (X1)

Menurut Sugiyono (2008:59) variabel Independent adalah:

“Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Independent (terikat)”.

Dalam hal ini Piutang merupakan harta perusahaan yang timbul karena terjadinya transaksi penjualan secara kredit atau barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Semakin cepat piutang tertagih maka kas akan cepat terealisasi.


(52)

2. Persediaan sebagai variabel Independent (X2)

Menurut Sugiyono (2008:59) variabel Independent adalah:

“Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Independent (terikat)”.

Dalam hal ini persediaan menunjukan seberapa cepat dan banyak nya persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin baik jumlah persediaan maka kegiatan penjualan berjalan cepat.

3. Perkembangan Modal Kerja sebagai variabel Dependent (Y) Menurut Sugiyono (2008:59) variabel Dependent adalah:

“Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab, karena adanya variabel bebas”.

Dalam hal ini variabel Dependent adalah perkembangan modal kerja merupakan kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital).

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala Sumber Data

Piutang (Independent

Variabel X)

perputaran piutang adalah seberapa kali saldo rata-rata piutang di konversikan kedalam kas selama periode tertentu.

Perputaran piutang = Penjualan bersih Saldo piutang rata-rata Piutang rata-rata= saldo tahun sebelumnya+saldo tahun sekarang 2

Kali Rasio

Laporan Keuangan Neraca

Persediaan (Independent

Persediaan terdiri dari

persediaan bahan baku, Persediaan awal + Pembelian bersih


(53)

Variabel X) persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan bahan jadi. Lukman Syamsudin (2007:281)

– Harga Pokok Penjualan = Persediaan akhir Rupiah Rasio Keuangan Neraca Perkembangan Modal Kerja (Dependent Variabel Y)

Modal Kerja adalah kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Agus Sartono

(2001:385)

Aktiva Lancar – Hutang Lancar

Rupiah Rasio

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana data diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain.

Sugiyono (2010:137) mengungkapkan bahwa, “Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.”

Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber pada literatur dan buku-buku perpustakaan atau data-data dari perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan-laporan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti yaitu data tentang perputaran piutang, persediaan dan perkembangan PT. Telekomunikasi. Tbk. keuangan tahunana selama masa pengamatan.


(54)

Adapun macam-macam sumber data sebagai berikut: a. Data Primer

Merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu maupun perorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang bisa dilakukan oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh melalui perantara, sehingga informasi tidak diperoleh langsung dari sumber pertama.

3.2.3.2Teknik Penentuan Data 3.2.3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2002:74) menjelaskan bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari kemudian ditarik kesimpulan”.

Dalam hal ini sasaran populasi yang dipilih oleh penulis adalah data laporan keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung.

3.2.3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2007:73) menjelaskan bahwa :

“Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Dalam penelitian ini yang di jadikan sampel adalah data laporan keuangan pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk (TELKOM) Bandung, pada tahun 2001


(55)

sampai dengan 2009. Teknik sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan Rancangan Sampel Nonprobabilitas (Nonprobability Sampling Design) bahwa suatu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelah berbagai sumber berupa buku-buku yang menunjang, majalah-majalah serta studi yang telah didapat di perkuliahan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Pengamatan (Observation)

Merupakan teknik yang menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya. Hasil dari observasi dapat dijadikan data pendukung dalam menganalisis dan mengambil kesimpulan. Observasi dalam penelitian ini akan dilaksanakan di PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk Bandung.

3. Wawancara (Interview)

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung secara lisan dengan pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan khususnya yang menyangkut pengaruh seleksi karyawan terhadap prestasi kerja karyawan.


(56)

Adapun sumber informasi dalam penelitian ini adalah pihak bagian keuangan perusahaan.

3.2.5 Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.2.5.1Metode Analisis

Kegiatan penelitian setelah data dari seluruh sumber data terkumpul adalah melakukan analisis data. Menurut Wirartha (2006: 261) dijelaskan bahwa, “menganalisis data dapat digunakan dengan dua teknik (metode) yaitu teknik analisis kualitatif dan teknik analisis kuantitatif (analisis statistika).”

a. Analisis Kualitatif

Pengertian analisis kualitatif menurut Wirartha (2006: 261), “analisis kualitatif pada dasarnya menggunakan pemikiran logis analisis dengan logika, induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya.”

b. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif menurut Sugiyono (2010: 31) sebagai berikut,

“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random.”

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


(57)

1. Pengujian Asumsi Klasik Regresi

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis regresi berganda maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh merupakan persamaan regresi yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE).

Beberapa asumsi klasik regresi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Linear Regression) sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti terdiri atas :

a. Uji Normalitas Data Residual

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian signifikansi koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

a) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal. b) Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal

Probability Plots dalam program SPSS. Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(58)

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal. b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah:

a) Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

b) Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan:menggunakan Variance Inflation Factors (VIF),

1 R 2i

1 VIF

− =


(59)

Dimana Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan

salah satu variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF nya

kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2004: 362).

c. Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi.

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji Rank Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen) (Gujarati, 2004: 406).

Selain itu, dengan menggunakan program SPSS, heteroskedastisitas juga bisa dilihat dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SDRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak membentuk pola tertentu yang teratur, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(60)

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang diperoleh menjadi tidak effisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil.

Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson (D-W):

(

t t 1

)

2 t e e D W

e −

− − =

(Gujarati, 2004: 467)

Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson: a) Jika D-W< dL atau D-W > 4-dL, maka pada data tersebut terdapat

autokorelasi

b) Jika dU < D-W < 4-dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi

c) Tidak ada kesimpulan jika dL D-W dU atau 4-dU D-W 4-dL

(Gujarati, 2003: 470)

2. Analisis Regresi Linier Berganda


(61)

“analisis regresi linier digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor predictor dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua.”

Penjelasan garis regresi menurut Andi Supangat(2007:325) yaitu:

“Garis regresi (regression line/line of the best fit/estimating line) adalah suatu garis yang ditarik diantara titik-titik (scatter diagram) sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan variabel yang lain, dan dapat juga dipergunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya).”

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana pengaruh perputaran piutang dan modal kerja terhadap perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk.

Untuk dapat membuat ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel harus tersedia. Selanjutnya berdasarkan data itu peneliti harus dapat menemukan persamaan melalui perhitungan. Dimana persamaan regresi untuk dua variabel adalah sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2002:250) Dimana:

Y = variabel tak bebas (Perkembangan Modal Kerja) a = bilangan berkonstanta

b1,b2 = koefisien arah garis

X1 = variabel bebas X1 (Perputaran Piutang)

X2 = variabel bebas X2 (Persediaan)

Koefisien-koefisien a, b1, dan b2 dalam regresi linier berganda dengan dua

variabel bebas X1 dan X2 metode kuadrat kecil dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

y = na + b1 X1 + b2 X2

X1y = a X1 + b1 X12 +b2 X1X2

= a X2 + b1 X1X2 + b2 X2 2


(62)

sumber: Sugiyono (2009:279)

3. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).

Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y,

Variabel X2 dan Y, X1 dan X2 sebagai berikut:

a) Koefisien korelasi antara perputaran piutang (X1) dengan perkembangan

modal kerja (Y), dengan perhitungan sebagai berikut:

b) Koefisien korelasi antara persediaan (X2) dengan perkembangan modal kerja


(1)

97 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perputaran piutang pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung mengalami peningkatan setiap tahunnya kecuali pada tahun 2009,dan nilai perputaran piutang tertinggi dicapai tahun 2008 hal ini disebabkan oleh persaingan semakin ketat karena semakin banyak provider komunikasi yang semakin beragam.

2. Persediaan pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya,dan nilai persediaan tertinggi dicapai tahun 2008 hal ini disebabkan oleh persaingan semakin ketat karena semakin banyak provider komunikasi yang semakin beragam.

3. Perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi. Tbk (TELKOM) Bandung mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya,dan nilai perkembangan modal kerja tertinggi dicapai tahun 2002 Hal ini disebabkan oleh dampak krisis global, persaingan semakin ketat karena semakin banyak provider komunikasi yang semakin beragam, sehingga pendapatan Telkom untuk tahun 2008 menurun, serta regulasi pemerintah yang berubah-ubah.


(2)

98

4. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa perputaran piutang dan persediaan tidak berpengaruh terhadap perkembangan modal kerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung (0,755) < F tabel (7,260), maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perputaran piutang dan Persediaan secara simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Perkembangan modal kerja.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:

1. PT. Telekomunikasi Indonesia perlu melakukan promosi yang menarik dalam hal memperkenalkan produk-produknya kepada publik, dilihat makin ketatnya persaingan dalam bidang komunikasi terutama produk seluler dan provider internet. Hal ini akan mempengaruhi tingkat penjualan. Yang secara langsung akan meningkatkan tingkat perkembangan modal kerja perusahaan.

2. Perputaran piutang dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan sedangkan pada tahun 2008 perputaran piutang mengalami penurunan, sebaiknya manager menganalisis lebih detail khususnya di bagian perputaran piutang agar menghasilkan perputaran yang efektif dan efisien.

3. Bagi perusahaan sebaiknya selalu memperhatikan kondisi keuangan dan arus kas perusahaan, karena jika kondisi keuangan stabil dan arus kas


(3)

99

tersedia maka tingkat perkembangan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk, akan cenderung stabil dan sedikit kemungkinan untuk terus menurun.

4. Bagi Perusahaan sebaiknya, selalu memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan perusahaan, hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan. Jika perusahaan berada dalam keadaan stabil, maka para investor dan para calon investor akan lebih percaya kepada perusahaan atas saham yang mereka tanamkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Agnes Sawir. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Bambang Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Gadjah Mada.

Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi edisi dua. UPP.AMP.YKPN: Jakarta.

Indriyo Gitosudarmo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta. BPFE.

Lukman Syamsuddin.2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, pengawasan dan Pengambilan Keputusan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Martono dan Agus Harjito. 2003. Manajemen Keuangan, Yogyakarta: Liberty.

Milwan Purnata. 2008. Pengaruh Piutang terhadap Modal Kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung, Bandung.

Muchlis. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Gramedia.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Aditya Media. Yogyakarta.

Munawir,S. 2004: Analisis Laporan Keuanga. Yogyakarta: Liberty.

Nita Nurhayati. 2008. Tingkat perputaran piutang terhadap modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung. Bandung

Soemarsono. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Salemba Empat. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. ALFABETA, Bandung.

Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi). Jakarta: Salemba Empat.

Umi narimawati. 2010. Metode Penelitian : Dasar-dasar Penelitian Ekonomi.


(5)

Widi Sariningsih. 2007. Pengaruh perputaran piutang terhadap tingkat likuiditas Pada PT. Indusri telekomunikasi (PERSERO) Bandung. Bandung.

Woro Resmi Kurniasih. 2008. Hubungan Perputaran Piutang usaha dengan Quick Ratio Pada unit pertokoan koperasi pegawai Republik Indonesia (KPRI) Diklat PU Wilayah Bandung. Bandung.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama : Defi Nugraha

NIM : 21207017

Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi

Tempat Tanggal Lahir : Bandung 23 Februari 1989

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Cibangkong no.12 rt.08 rw.11

Bandung 40273

No Tlp : (022) 7317022 / 085759948851

Riwayat Pendidikan

TAHUN KETERANGAN

Lulus 1994 - 1995 Taman Kanak-kanak Mitra Bandung

Lulus 1995 - 2001 SDN Gumuruh III Bandung

Lulus 2001 - 2004 SLTP Taman Siswa Bandung

Lulus 2004 - 2007 SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung

Lulus 2007 - 2011 Universitas Komputer Indonesia