buruk sehingga dihindari. Pasanagn nilai yang berperan dalam hukum, adalah sebagai berikut Purbacaraka Soerjono Soekanto, 1997: 48:
1 Nilai ketertiban dan nilai ketentraman. 2 Nilai jasmanikebendaan dan nilai rohanikeakhlakan.
3 Nilai kelanggengankonservatisme dan nilai kebaruaninovatisme.
Di Indonesia masih berlaku hukum adat, hukum adat adalah merupakan hukum kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
D. Upaya Penanggulangan Kejahatan
Dalam kompleksitas sudut pandang terhadap kasus ini dapat pula diambil beberapa konsep teori: IW Friedman tentang Legal Theory yang menyatakan
bahwa dalam hukum ada empat unsur, yakni : 1 Di dalamnya termuat aturan atau ketentuan
2 Bentuknya dapat tertulis dan tidak tertulis 3 Aturan atau ketentuan tersebut mengatur masyarakat
4 Tersedia sanksi bagi para pelanggarnya
Tujuan hukum adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh hukum yakni keadilan dan kepastian hukum perlindungan hukum. Tujuan mempertahankan ketertiban
masyarakat dapat dicapai dengan melindungi kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat secara seimbang. Implementasi dari tujuan hukum tersebut
dapat dilaksanakan pada suatu negara yang berdasarkan hukum. Untuk mencapai tujuannya hukum haruslah ditegakkan, dalam hal ini hukum tersebut dapat
diasumsikan sebagai hukum yang baik walau faktanya ada juga hukum yang tidak baik.
Selain itu diperlukan juga sistem hukum yang baik, Friedman menyatakan bahwa dalam sistem hukum terdiri dari struktur, substansi, dan kultur hukum.
Menurut Friedman struktur hukum adalah kerangka atau rangkanya, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan terhadap
keseluruhan. Di Indonesia misalnya jika kita berbicara tentang struktur system hukum Indonesia maka termasuk didalamnya struktur institusi penegakan hukum
yakni kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat, dan lembaga permasyarakatan. Yang dimaksud substansi adalah aturan, norma, dan pola perilaku manusia yang
ada dalam system tersebut. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam system hukum itu, mencakup keputusan yang mereka
keluarkan, aturan baru yang mereka susun. Substansi juga mencakup living law hukum yang hidup, dan hukum bukan hanya aturan yang tertulis dalam kitab
undang-undang atau law in the book.
Kultur hukum adalah sikap manusia terhadap hukum kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya. Kultur hukum juga adalah suasana pikiran sosial dan
kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau disalahgunakan. Jadi, kultur hukum sedikit banyak menjadi penentu jalannya
proses hukum. Hubungan antara tiga unsur system hukum tersebut dapat diilustrasikan sebagai pekerjaan mekanik yang saling terkait dan tidak dapat
bergerak secara keseluruhan apabila salah satu unsurnya tidak dijalankan. Walter C Recless membedakan karir penjahat dalam : penjahat biasa, penjahat
berorganisasi, dan penjahat professional. Penjahat biasa adalah peringkat terendah dalam karir kriminil, mereka melakukan kejahatan konvensional, mulai dari
pencurian ringan sampai pencurian dengan kekerasan yang membutuhkan keterampilan terbatas, juga kurang mempunyai organisasi. Penjahat terorganisasi
umumnya mempunyai organisasi yang sangat kuat dan dapat menghindari penyelidikan, serta mengkhususkan diri dalam bisnis illegal berskala besar,
kekuatan, kekerasan, intimidasi dan pemerasan digunakan untuk memperoleh dan mempertahankan pengendalian atas ekonomi diluar hukum.
Penjahat profesional lebih mempunyai kemahiran yang tinggi dan mampu menghasilkan kejahatan yang besar dan sulit diungkap oleh penegak hukum.
Penjahat-penjahat ini mengkhususkan diri dalam kejahatan-kejahatan yang lebih membutuhkan keterampilan daripada kekerasan. Menurut G. Peter Hoefnagels
upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan : a. Penerapan hukum pidana criminal law application
b. Pencegahan tanpa pidana prevention without punishment c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan
lewat mass media influencing views of society on crime and
punishmentmassmedia
Upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapatdibagi dua, yaitu lewat jalur penal hukum pidana dan lewat jalur non penalbukandiluar hukum
pidana. Dalam pembagian GP. Hoefnagels tersebut di atasupaya-upaya yang disebut dalam b dan c dapat dimasukkan dalam kelompok upaya non penal.
Beberapa aspek sosial yang oleh Kongres ke-8 PBB tahun 1990 di Havana,
Cuba,diidentifikasikan sebagai faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan, antara lain:
a. Kemiskinan, pengangguran,
kebutahurufan kebodohan,
ketiadaan kekurangan perumahan yang layak dan sistem pendidikan serta latihan yang
tidak cocokserasi; b. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek harapan
karena proses integrasi sosial, juga karena memburuknya ketimpangan- ketimpangan sosial;
c. Mengendurnya ikatan sosial dan keluarga; d. Keadaan-keadaan kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang yang
beremigrasi ke kota-kota atau ke negara-negara lain; e. Rusaknya atau hancurnya identitas budaya asli, yang bersamaan dengan
adanya rasisme dan diskriminasi menyebabkan kerugiankelemahan dibidang sosial, kesejahteraan clan lingkungan pekerjaan;
f. Menurun atau mundurnya kualitas lingkungan perkotaan yang mendorong
peningkatan kejahatan dan berkurangnya pelayanan bagi tempat-tempat fasilitas lingkunganbertetangga;
g. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern untuk berintegrasi sebagaimana mestinya didalam lingkungan masyarakatnya,
keluarganya, tempat kerjanya atau lingkungan sekolahnya; h. Penyalahgunaan alkohol, obat bius dan lain-lain yangpemakaiannya juga
diperlukan karena faktor-faktor yang disebut di atas; i.
Meluasnya aktivitas kejahatan terorganisasi, khususnya perdagangan obat bius dan penadahan barang-barang curian;
j. Dorongan-dorongan khususnya oleh mass media mengenai ide-ide dan
sikap-sikap yang mengarah pada tindakan kekerasan, ketidaksamaan hak atau sikap-sikap tidak toleransi.
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Berdasarkan klasifikasi penelitian hukum baik yang bersifat normatif serta ciri- cirinya, maka pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan yuridis normatif dilakukan melalui studi kepustakaan, dengan cara mempelajari buku-buku, bahan-bahan bacaan literatur peraturan perundang-
undangan yang menunjang dan berhubungan sebagai penelaahan hukum terhadap kaedah yang dianggap sesuai dengan penelitian hukum tertulis. Penelitian
normatif terhadap hal-hal yang bersifat teoritis asas-asas hukum, dasar hukum dan konsep-konsep hukum.
Pendekatan ini dilaksanakan dengan mempelajari norma atau kaidah hukum yaitu Undang-undang dan peraturan-peraturan lainnya serta literatur-literatur yang
berhubungan dengan penegakan hukum pidana yang berpihak pada kekuasaan dapat berkembang.
B. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Menurut Soerjono Soekanto 1986: 49-50 sumber data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah bersumber pada data